• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KEBUTUHAN TIDUR PADA LANJUT USIA INSOMNIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KEBUTUHAN TIDUR PADA LANJUT USIA INSOMNIA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN

JUMLAH KEBUTUHAN TIDUR PADA LANJUT USIA INSOMNIA

The Effect of Progressive Muscle Relaxation to Increasing the Insomnia

Elderly’s Total Sleep Needs

Dya Sustrami, S.Kep.,Ns, M.Kes, Antonius Catur Sukmono, S.Kep.,Ns

STIKES Hang Tuah Surabaya

Jl. Gadung No.1 Surabaya

Email: dya_sustrami@yahoo.com

antoencatur@gmail.com

ABSTRACT

Introduction: Many of elderly is experience of insomnia can cause bedtime at elderly decrease. This matter can cause ugly impact at continuity of life of elderly. this research is aim to analyses the existence of the effect of progressive muscle relaxation to increasing the insomnia elderly’s total sleep needs in UPT panti werdha Mojopahit Mojokerto. Methods: This research design was use pre experimental with device pre-test and post-test. Population in this study was insomnia elderly in UPT Panti werdha Mojopahit Mojokerto. The numbers of sample was 28 elderly. Independent variable was progressive muscle relaxation and variable of dependent was total sleep needs of elderly. Research instrument was used in this study were procedure operational standard of progressive muscle relaxation, interview sheet and observation. Data analysis was use paired t test (p<0,05). Results: The result of this study indicated that from 28 respondent sleep mean 4 hour before given by Progressive muscle relaxation and after given by Progressive muscle relaxation of mean sleep 5 hour. The test result of paired t test indicated that p=0,000, its mean there is the effect progressive muscle relaxation to increasing the total of sleep needs insomnia elderly in UPT Panti werdha Mojopahit Mojokerto. Discussions: Implication of this study is Progressive muscle relaxation having an effect on the increasing the total needs of sleep in elderly, so that needs the existence of training or socialization for the progressive muscle relaxation. Keywords: elderly, Progressive muscle relaxation, insomnia, total sleep needs

PENDAHULUAN

Proses penuaan tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan ketidakmampuan. Sebagian besar lansia tetap mandiri secara fungsional walaupun menderita penyakit kronis. Aspek fisik dan psikososial pada proses penuaan memiliki keterkaitan yang erat. Pada lansia, menurunnya kemampuan merespon stres, pengalaman kehilangan berkali-kali, dan perubahan fisik normal pada penuaan menempatkan mereka pada resiko untuk terkena penyakit dan perburukan fungsional. Walaupun interaksi antar faktor ini bisa menjadi berat, tetapi tidak semua tanda dan gejala tersebut tampak (Potter & Perry, 2009). Waktu tidur menurun sesuai dengan peningkatan usia, dimana usia lanjut diperlukan waktu tidur sekitar 6 jam dan juga akan terjadi penurunan (Azizah, 2011).

Maggi dan Kolega (1998, dalam Maas, 2008) menemukan bahwa, terbangun di malam hari yang dinyatakan oleh dua pertiga partisipan penelitian, merupakan gangguan tidur yang paling umum pada lansia. Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat non patologik karena faktor usia dan ada pula gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia, salah satunya adalah insomnia. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun di dunia, diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Di Indonesia belum diketahui angka pastinya, namun prevalensi pada orang dewasa mencapai 20% (Potter & Perry, 2005). Data awal menunjukkan bahwa dari 45 responden terdapat 30 responden (67%) mengalami insomnia. Berdasarkan data

(2)

tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan tidur lansia sangat kurang terpenuhi dan dapat berdampak pada kesehatan lansia.

Johnson (1991, dalam Mass, 2008) menggunakan relaksasi progresif dengan sampel lansia wanita yang sedang tidak dirawat. Dengan menggunakan model pretest-posttest yang dirancang untuk subjek yang sama, responden merasakan penurunan yang signifikansi dari waktu tidur. Fitriah (2012) menggunakan terapi teknik relaksasi otot progresif pada penderita generalisazed anxiety disorder (GAD) yang mana dilakukan selama 2-4 minggu dibagi menjadi 2-4 sesi pertemuan, akan tetapi banyaknya sesi tergantung pada perkembangan subjek pada saat terapi, dan alokasi waktu tiap sesi sekitar 45-60 menit.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis adanya pengaruh relaksasi otot progresif terhadap peningkatan jumlah kebutuhan tidur pada lanjut usia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan metode desain penelitian Pra-eksperimental dengan rancangan pra-pasca tes dalam suatu kelompok (One-group pra-post test design). Dimana dalam One-group pra-post test design peneliti melakukan observasi sebelum dilakukan intervensi atau tindakan pada suatu kelompok kemudian di observasi lagi setelah intervensi Relaksasi Otot Progresif terhadap peningkatan jumlah tidur pada lanjut usia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

Instrumen pada penelitian ini adalah prosedur Relaksasi Otot Progresif digunakan sebagai alat ukur variabel independen yakni Relaksasi Otot Progresif dan setiap langkah-langkah yang ada di prosedur Relaksasi Otot Progresif merupakan indikatornya yang akan digunakan saat intervensi dilaksanakan dan daftar wawancara dan observasi yang berbentuk catatan harian tidur digunakan sebagai alat ukur dependen yaitu jumlah jam tidur pada lansia. Yang akan digunakan saat Pre Test dan Post Test. Daftar pertanyaan sudah disusun sebelum wawancara. Observasi menggunakan pedoman sesuai pertanyaan peneliti. Dalam penelitian ini, didapatkan bahwa variabel independen berpengaruh dan variabel dependen menunjukkan skala rasio. Sehingga untuk

melihat tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel, maka uji statistik yang digunakan adalah paired sample t test (Uji t untuk dua sampel yang berpasangan). Dengan pengambilan keputusan jika Sig > 0,05 maka Ho diterima, jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak

HASIL

Tabel 1. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin lansia

insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto (n= 28) Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%) Laki-laki Perempuan 6 22 21.4 78.6 Jumlah 28 100.0

Dari data umum responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan.

Tabel 2. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia lansia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto (n= 28) Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%) <60 tahun 60 tahun – 70 tahun 71 tahun – 80 tahun >80 tahun 4 10 9 5 14.3 35.7 32.1 17.9 Jumlah 28 100.0

Dari data umum responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa sebagian responden berusia 60-70 tahun. Tabel 3. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan lansia insomnia yang mengkonsumsi obat tidur di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto (n= 28) Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%) Tidak Ya 28 0 100.0 0 Jumlah 28 100.0

Dari data umum responden berdasarkan lansia yang mengkonsumsi obat tidur menunjukkan bahwa semua responden tidak mengkonsumsi obat tidur.

Tabel 4. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan lamanya tinggal lansia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto (n= 28)

(3)

Responden 1– 5 tahun 5– 10 tahun 21 7 75.0 25.0 Jumlah 28 100.0

Dari data umum responden berdasarkan lamanya tinggal di panti menunjukkan bahwa sebagian besar tinggal dip anti selama 1-5 tahun.

Tabel 5. Tabel frekuensi karakteristik responden berdasarkan suasana saat tidur lansia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto (n= 28) Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%) Gelap Terang 0 28 0 100.0 Jumlah 28 100.0

Dari data umum responden berdasarkan suasana saat tidur menunjukkan bahwa semua responden tidur dengan suasana yang terang (lampu menyala). Tabel 6. Tabel hasil uji parametrik (Paired t-test) sebelum dan sesudah relaksasi otot progresif pada lansia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto (n= 28)

N Mean Std. Deviasi Std. Error Mean Sig. (2-tailed) Sebelum Sesudah 28 -.89821 .35368 .06684 .000

Berdasarkan tabel 7 didapatkan p = 0,000 (α < 0,05) yang berarti ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap peningkatan jumlah kebutuhan tidur pada lanjut usia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian dari sebelum dan sesudah dilaksanakan relaksasi otot progresif yakni p = 0,000 (α < 0,05) yang berarti ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap peningkatan jumlah kebutuhan tidur pada lanjut usia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Insomnia pada lansia dapat diatasi dengan cara non medikasi yaitu dengan terapi relaksasi sehingga seseorang kembali pada taraf normal. Salah satu terapi relaksasi adalah dengan relaksasi otot progresif yakni relaksasi otot yang dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang,

relaks, dan memudahkan untuk tidur (Setyoadi & Kushariyadi 2011). Pada penelitian sebelumnya relaksasi otot progresif dilakukan pada penderita Generalized Anxiety Disorder dan hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi otot progresif mampu menurunkan kecemasan dan memberikan suasana serta perasaan rileks (Fitriah, 2012). Tujuan dari relaksasi otot progresif itu sendiri adalah untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik; mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen; meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta relaks; meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi; memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres; mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap ringan; dan membangun emosi positif dari diri negatif (Setyoadi & Kushariyadi 2011).

Peningkatan jumlah kebutuhan tidur (jam tidur) pada lansia ini dikarenakan keadaan yang relaks saat akan tidur. Keadaan relaks di dapatkan setelah latihan menegangkan otot-otot tubuh yang diberikan pada responden melalui Relaksasi Otot Progresif. Ketika tubuh berada dalam keadaan relaksasi maka gelombang otak (delta, theta, alpha, beta, gamma) akan berperan secara optimal. Ketika gelombang otak bekerja secara optimal maka proses tidur NREM dan REM akan mudah didapatkan, sehingga lansia tidak lagi susah untuk mengawali tidur dan frekuensi terbangun di malam hari dan susah untuk kembali tidur dapat berkurang, bahkan lansia yang tadinya tidak tidur siang pun menjadi bisa tidur siang walaupun waktu hanya 30 menit sampai 1 jam. Dengan berkurangnya tanda-tanda insomnia atau bertambahnya kuantitas tidur pada lansia maka proses fisiologis seperti pembentukan sel-sel baru ketika tidur akan berlangsung normal dan tidak terhambat oleh kurangnya waktu tidur sehingga dapat memperpanjang harapan hidup (usia) lansia tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

(4)

Sebelum dilakukan Relaksasi Otot Progresif terhadap lansia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto jumlah kebutuhan tidur lansia rata-rata 4 jam.

Setelah dilakukan Relaksasi Otot Progresif terhadap lansia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto jumlah kebutuhan tidur lansia rata-rata 5 jam.

Terdapat pengaruh relaksasi otot progresif terhadap peningkatan jumlah kebutuhan tidur pada lansia insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

SARAN

Penderita insomnia dapat ditingkatkan jumlah jam tidurnya melalui banyak terapi salah satunya adalah Relaksasi Otot Progresif dan tidak perlu mengkonsumsi jamu atau obat tidur agar memudahkan tidur, karena akan merusak sel-sel dan organ dalam tubuh.

Diharapkan kepada petugas kesehatan di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto agar dapat di sosialisasikan pada agenda kegiatan panti untuk melaksanakan terapi yang bertujuan membuat para lansia lebih rileks.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi pengobatan non farmakologi untuk meningkatkan jumlah kebutuhan tidur pada lanjut usia dan dapat diadakan pelatihan Relaksasi Otot Progresif bagi tenaga perawat di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kualitas hidup lansia. DAFTAR PUSTAKA

Alim. (2009).Relaksasi Otot Progresif, http://www.psikologizone.com/langk ah-langkah relaksasi-otot progresif/ 06511533, diakses pada tanggal 15 april 2013 jam 8:49 WIB)

Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Nuha Medika

Fitriah, A. (2012). Jurnal Penelitian Teknik Relaksasi Otot Progresif Pada Penderita Generalisazed Anxiety

Disorder (GAD),

http://ngobrolpsikologi.com/2012/05/

teknik-relaksasi-otot-progresif-pada.html, diakses pada tanggal 24 Mei 2013 jam 23:10 WIB

Hidayat, A.A.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, AplikasiKonsep dan Proses Perawatan, Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A.A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan, Konsep, Proses, & Praktik, Alih Bahasa: Ns. Esty Wahyuningsih, S.Kep.,

dkk, Volume 2, Edisi 7. Jakarta: EGC

Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, & Praktik, Alih Bahasa: Ns. Pamulih Eko Karyuni, S.Kep., dkk,Volume 1, Edisi 7. Jakarta: EGC

Maas, M.L. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik, Diagnosis NANDA, Kriteria hasil NOC, Intervensi NIC, Alih bahasa: Renata Komalasari, S.Kp., dkk. Jakarta: EGC

Maryam, S.R. (2010). Asuhan KeperawatanPada Lansia. Jakarta: CV.Trans Info Media

Mau A. (2012). Jurnal Penelitian Pengaruh Penerapan Teknik Relaksasi Benson Terhadap Gangguan Tidur (Insomnia) Di UPT Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi

Agung Kupang,

http://stikesmaranathakupang.ac.id/m edia/file/7537449523Pengaruhrelasas i, diakses pada tanggal 21 Mei 2013 jam 06.00 WIB

National Sleep Foundation. 2012. National Sleep Foundation Diary, http://sleep.buffalo.edu/sleepdiary.pd f, diakses pada tanggal 22 Mei 2013 jam 21.00 WIB

Nughoro, W.H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta: EGC

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

(5)

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC Potter, Perry. (2009). Fundamental

Keperawatan, Buku 1, Edisi 7, Alih bahasa: dr. Adrina F. Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry. (2009). Fundamental Keperawatan, Buku 3, Edisi 7, Alih bahasa: Ns. Diah Nur Fitriani, S.Kep., dkk. Jakarta: Salemba Medika

Shanti, D. (2013). Mengenal Lebih Jauh

Tentang Insomnia,

http://artikelduniawanita.com, 3, diakses pada tanggal 1 juni 2013 jam 23.10 WIB

Sativa, L.R. (2012). Fakta Aneh Tentang Insomnia, http://health.detik.com, diakses pada tanggal 1 juni 2013 jam 22.30 WIB

Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Turana, Y. (2007). Gangguan Tidur, Insomnia,

http://www.medikaholistik.

com/medika.html?xmodule=docume nt_detail&xid=183&ts=1366676325 &qs=health, diunduh tanggal 21 april 2013 jam 08.00 WIB

Waluyo, S.H. (2009). Apakah Gelombang

Otak Itu?,

http://mayapadaprana.com, diakses pada tanggal 8 Mei 2013 jam 11:28 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Infrastruktur dan Energi Meningkatnya mobilitas barang antarwilayah Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya 1 Meningkatnya mobilitas

berjudul PENGGAMBARAN KONFLIK BATIN CALON BIARAWATI SEBAGAI IDE PENULISAN SKENARIO DRAMA LEPAS SIAPA KAMU.. Penyusunan laporan tugas akhir kekaryaan ini bukan semata-mata

kesiapan mental dalam menghadapi ujian nasional, agar tujuan pendidikan.. sekolah dan tujuan pendidikan nasional dapat dicapai secara bertahap lagi. berkelanjutan

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul respon pertumbuhan populasi F1 hasil persilangan beberapa tetua

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh penulis penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di

Keadilan prosedural ini diukur dengan instrumen McFarlin dan Sweeney (1992) dengan skala likert 1 sampai 5. Semakin tinggi skor maka semakin fair persepsi subordinat

Hasil penelitian ini serupa dengan data yang diperoleh dari Goldsmith, dkk yang menyatakan bahwa melanoma maligna paling sering terjadi pada usia rata-rata 52 tahun, 10-

Mengacu pada beberapa penelitian tersebut, maka penelitian ini akan membuktikan apakah penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan berpengaruh secara