• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Luas perkebunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Luas perkebunan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah salah satu komoditi tanaman perkebunan yang berperan penting dalam pembangunan nasional terutama penghasil devisa negara. Pada saat ini penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2008 yaitu sebesar 7 363 847 ha dengan produksi 17 539 788 ton dan tahun 2009 luasnya mencapai 7 508 023 ha dengan produksi sebesar 18 640 881 ton (Direktorat jenderal perkebunan, 2010).

Dalam mencapai produksi tandan buah segar (TBS) yang tinggi diperlukan kondisi tanah yang subur. Kesuburan tanah erat hubungannya dengan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang sangat terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam menyediakan unsur hara haruslah diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Dalam upaya pemberian pupuk harus memperhatikan sifat-sifat kimia dan fisika tanah, antara lain: kesetimbangan hara di dalam tanah, kemasaman tanah, tekstur dan kapasitas tukar kation (KTK). Selain itu, penambahan pupuk ke tanaman juga perlu memperhatikan output/keluaran hara melalui panen, penguapan, pencucian aliran permukaan dan erosi.

Pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang tinggi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim, dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik

(2)

2

meliputi penggunaan bahan tanam/varietas tanaman kelapa sawit yang unggul. Teknik budidaya kelapa sawit merupakan faktor yang penting dalam memaksimalkan potensi produksi kelapa sawit. Teknik budidaya yang tidak sesuai dengan standar rekomendasi dapat mempengaruhi produksi TBS. Sebagai contoh akibat kesalahan pemupukan dapat menurunkan produksi TBS hingga 13 % dari produksi normal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Dengan produksi yang tinggi, CPO yang dihasilkan juga akan tinggi sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak per hektar yang tertinggi dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya, sehingga tanaman ini juga membutuhkan jumlah unsur hara yang cukup banyak untuk produktifitasnya. Jenis tanaman kelapa sawit hibrida saat ini sangat responsif terhadap pemupukan. Oleh karena itu, untuk mencapai produktivitas yang optimal, pemupukan pada tanaman kelapa sawit memegang peranan sangat penting, lebih dari 50% biaya tanaman digunakan untuk pemupukan (Hakim,2007).

Kesetimbangan jumlah unsur hara di dalam tanah sangat mempengaruhi ketersediaan dan serapan unsur hara oleh tanaman. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman tahunan yang sangat membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pada saat tanaman menghasilkan (TM), unsur hara yang diserap oleh tanaman selain untuk pertumbuhan vegetatif juga untuk pertumbuhan generatif (TBS).

(3)

3

Pemupukan pada budidaya kelapa sawit merupakan pekerjaan penambahan unsur hara secara efektif dan berimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman maupun tidak langsung ke dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan dengan tujuan untuk mencapai produksi TBS dan kualitas minyak yang optimal sesuai potensi tanaman. Kekurangan salah satu unsur hara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif, penurunan produktifitas tanaman, serta ketidaktahanan terhadap hama dan penyakit.

B. Perumusan Masalah

Pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi yang akan dihasilkan oleh tanaman. Untuk mendapatkan produksi yang optimal diperlukan teknik yang baik. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit (Sutarta dkk, 2000).

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang konsumtif sehingga diperlukan pemupukan secara berkala. Menurut Hakim, 2007, biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemupukan sangat besar, karena harga pupuk anorganik sangat mahal sekitar 25 – 30% dari total biaya produksi.

Biaya pemupukan yang tinggi menuntut pihak praktisi perkebunan untuk secara tepat menentukan jenis pupuk yang digunakan dan mengelolanya sejak dari pengadaan hingga aplikasinya di lapangan. Pupuk yang di aplikasikan harus sesuai dengan kebutuhan hara tanaman tersebut untuk menjamin efektifitas dan efisiensinya.

(4)

4

Hal yang harus diperhatikan agar pemupukan dapat efektif dan efisien adalah dengan 4T yaitu tepat jenis, dosis, waktu dan cara. Berdasarkan hal tersebut penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang kajian biaya pemupukan tanaman menghasilkan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya pemupukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di kebun Sei Silo PT. Perkebunan Nusantara III.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pelaku perkebunan kelapa sawit dalam mengelola perkebunan kelapa sawit khususnya pada pemupukan tanaman sehingga pelaku bisnis dapat meningkatkan efisiensi pemupukan.

(5)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Morfologi

Dalam dunia botani, setiap tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah salah satu jenis tanaman paku yang menghasilkan salah satu jenis minyak nabati terbanyak yang berasal dari benua Afrika. Menurut Sastrosayono (2005), klasifikasi tanaman Kelapa Sawit adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Klas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis

Species : Elaeis guineensis Jacq

Kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Dura, Pisifera dan Tenera. Dura memiliki tebal cangkang 2 – 8 mm, mesocarp antara 20 – 65%. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis bahkan tidak memiliki cangkang dan memiliki inti (kernel) yang kecil. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura (sebagai pohon ibu) dan Pisifera (sebagai pohon bapak), memiliki cangkang dengan ukuran 0,5 – 4 mm, mesocarp 60 – 69%. Dura dan Tenera adalah heterozygot, tetapi Pisifera adalah homozygot dan tidak bercangkang, banyak

(6)

6

pohon Pisifera yang steril (tidak menghasilkan buah), sehingga Pisifera merupakan modal yang sangat penting dalam pembiakan kelapa sawit hibrida, Tenera (Wahyuni, 2008).

1. Akar (Radix)

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil dan mempunyai akar serabut. Berdasarkan diameternya pengelompokan akar kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengelompokan Akar Kelapa Sawit.

Nama Akar Diameter (mm)

Primer 5 – 10

Sekunder 2 – 4

Tertier 1 – 2

Kuarter 0,1 – 0,3

Sumber : Wahyuni, 2008

Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tertier dan kuarter yang berada pada kedalaman 0 – 60 cm dan jarak 2 – 2,5 m dari pangkal pohon. Sedangkan kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Sunarko, 2008).

2. Batang (Caulis)

Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang tumbuh lurus, tidak bercabang, dan tidak mempunyai kambium. Batang pohon tunggal, tidak berdahan dan mempunyai pelepah. Pelepah ini tersusun secara melingkar. Setiap tahun, dua puluh sampai tiga puluh pelepah daun akan ditunas, tergantung umur pohon kelapa sawit tersebut.

(7)

7

Pada tanaman dewasa diameter batang mencapai 45 – 60 cm. Batang bertambah tinggi dengan kecepatan tumbuh 35 – 75 cm/tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus oleh pelepah yang belum ditunas.

Perkembangan tinggi batang kelapa sawit normal disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Tinggi Batang.

Umur (tahun) Tinggi (m) Umur (tahun) Tinggi (m) Umur (tahun) Tinggi (m) 3 1,6 11,0 7,5 19,0 11,5 4 2,2 12,0 8,4 20,0 11,9 5 2,6 13,0 8,9 21,0 12,2 6 3,8 14,0 9,8 22,0 12,4 7 4,5 15,0 10,0 23,0 13,0 8 5,4 16,0 10,5 24,0 12,3 9 5,7 17,0 11,0 25,0 14,0 10 6,7 18,0 11,3 Sumber : BPM, 2004. 3. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit berupa daun tunggal dengan susunan tulang – tulang daun menyirip. Pada tanaman muda kelapa sawit mengeluarkan 30 daun (pelepah) per tahun dan pada tanaman tua mengeluarkan antara 18 – 24 pelepah. Jumlah daun yang dipertahankan di tajuk pada tanaman dewasa adalah 40 – 46 buah, selebihnya dibuang pada saat panen atau penunasan. Tahap perkembangan daun kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Tahap Perkembangan Daun.

Tahap Perkembangan

Lanceolate Daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian yang utuh.

(8)

8 yang belum terbuka.

Pinnate Bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan anak daun ke atas dan ke bawah. Sumber : Wahyuni, 2008.

4. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoceous) yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, terkadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga muncul dari tiap ketiak daun. Setiap ketiap daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Potensinya dapat tumbuh jadi bunga betina atau bunga jantan tergantung dari faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah dan umur tanaman (Hakim, 2007).

Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2.5-3 tahun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat.

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur ± 14 sampai 18 bulan. Dalam satu tahun jumlah bunga jantan dan bunga betina yang dihasilkan oleh tanaman muda adalah 15 sampai 25 dan 8 sampai 15 pada tanaman dewasa. 5. Buah (Fructus)

Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan. Biasanya diperlukan waktu 5,5 sampai 6,0 bulan dari saat penyerbukan sampai matang panen. Dalam satu rangkaian terdapat ± 1700 buah yang terdiri dari buah luar, buah tengah dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisinya yang terjepit mengakibatkan buah tidak berkembang dengan baik.

(9)

9

Berat tandan dan ukuran buah bervariasi tergantung umur tanaman, kesuburan tanah dan pemeliharaan. Berat satu buah bervariasi antara 15 – 30 gr, panjang 3 – 5 cm. Buah yang matang akan terlepas sendiri dari tandan dan lepasan tersebut dinamakan brondolan.

B. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa 120 LU-120 LS. Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah hingga pada lahan dengan elavasi 1 000 meter di atas permukaan laut. Namun demikian pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam pada lahan dengan elavasi antara 0 - 500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut (m dpl), kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi namun produksinya relatif rendah (Mangoensoekarjo, 2007).

Bentuk wilayah sangat erat kaitannya dengan kedalaman efektif tanah. Di lahan datar dengan kemiringan lereng 0 - 3 % dan umumnya memiliki kedalaman efektif yang tebal (ketebalan tanah yang optimal untuk perkembangan perakaran lebih dari 120 cm) adalah yang terbaik untuk kelapa sawit. Menurut Sunarko(2008) kelapa sawit juga dapat ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0 - 120 atau 21 % dan pada lahan yang kemiringan lerengnya 13 - 250 masih bisa ditanam tetapi pertumbuhannya kurang baik.

pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar <75 cm. Tekstur tanah ringan dengan

(10)

10

kandungan pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, dan liat 20 - 50 %, serta pH tanah kisaran 5 - 5,5 (Lubis, 2008).

Kesesuaian lahan merupakan tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian potensial).

Kelas kesesuaian lahan ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatasnya. Segala tindakan pengelolaan tanah dan tanaman harus didasarkan pada sifat atau penyebaran dari unit kesesuaian lahan tersebut. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit.

Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria

S1 (sangat sesuai) Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu faktor pembatas ringan.

S2 (sesuai) Unit lahan yang memiliki lebih dari satu faktor pembatas ringan dan/atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas ringan.

S3 (agak sesuai) Unit lahan yang memiliki lebih dari satu faktor pembatas sedang dan/atau tidak memiliki lebih dari satu faktor pembatas berat.

N1 (tidak sesuai bersyarat) Unit lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki. N2 (tidak sesuai permanen) Unit lahan yang memiliki faktor pembatas berat

yang tidak dapat diperbaiki. Sumber : BPM, 2004.

(11)

11

Setiap kelas kesesuaian lahan dapat dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai. Produktifitas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan kelas lahan pada umur 3 sampai 25 tahun dan disajikan pada tabel 5 Tabel 5. Produktifitas Tanaman Kelapa Sawit.

Umur kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

(tahun) TBS JPT RBT TBS JPT RBT TBS JPT RBT 3 9,0 21,6 3,2 7,3 18,1 3,1 6,2 15,9 3,0 4 15,0 19,2 6,0 13,5 17,6 5,9 12,0 17,4 5,3 5 18,0 18,5 7,5 16,0 17,3 7,1 14,5 16,6 6,7 6 21,1 16,2 10,0 18,5 15,1 9,4 17,0 15,4 8,5 7 26,0 16,0 12,5 23,0 15,0 11,8 22,0 15,7 10,8 8 30,0 15,3 15,1 25,5 14,9 13,2 24,5 14,8 12,7 9 31,0 14,0 17,0 28,0 13,1 16,5 26,0 12,9 15,5 10 31,0 12,9 18,5 28,0 12,3 17,5 26,0 12,5 16,0 11 31,0 12,2 19,6 28,0 11,6 18,5 26,0 11,5 17,4 12 31,0 11,6 20,5 28,0 11,0 19,5 26,0 10,8 18,5 13 31,0 11,3 21,1 28,0 10,8 20,0 26,0 10,3 19,5 14 30,0 10,3 22,5 27,0 10,1 20,5 25,0 9,6 20,0 15 27,9 9,3 23,0 26,0 9,2 21,8 24,5 9,1 20,6 16 27,1 8,5 24,5 25,5 8,5 23,1 23,5 8,3 21,8 17 26,0 8,0 25,0 24,5 7,8 21,1 22,0 7,4 23,0 18 24,9 7,4 26,0 23,5 7,2 25,2 21,0 6,7 24,2 19 24,1 6,7 27,5 22,5 6,6 26,4 20,0 6,0 25,5 20 23,1 6,2 28,5 21,5 5,9 27,8 19,0 5,5 26,6 21 21,9 5,8 29,0 21,0 5,6 28,6 18,0 5,1 27,4 22 19,8 5,1 30,0 19,0 5,0 29,4 17,0 4,6 28,4 23 18,9 4,8 30,5 18,0 4,6 30,1 16,0 4,2 29,4 24 18,1 4,4 31,9 17,0 4,2 31,0 15,0 3,8 30,4 25 17,1 4,1 32,4 16,0 3,8 32,0 14,0 3,6 31,2

(12)

12 Rata-

24,0 10,8 20,9 22,0 10,2 20,1 20,0 9,9 19,2 Rata

Sumber : Pusat penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Keterangan : TBS = Ton TBS/Ha/Tahun, JPT = Jumlah Tandan/Pohon/Tahun, RBT = Rata – rata Berat Tandan (Kg).

D. Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit 1. Kebutuhan Unsur Hara

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Tanaman kelapa sawit sangat responsif terhadap pemupukan sehingga jika kekurangan unsur hara maka akan menimbulkan gejala defisiensi yang spesifik dan gangguan pertumbuhan vegetatif serta menurunkan produktifitas tanaman.

Pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dilakukan sesuai dengan cara dan dosis yang dianjurkan dan disesuaikan dengan kebutuhan hara tanaman kelapa sawit tersebut. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam, tergantung bahan tanam, faktor iklim dan sifat tanahnya. Data serapan unsur hara tanaman kelapa sawit dewasa dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Serapan Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit Dewasa. Keterangan

Malaysia (24 Ton TBS/Ha) Nigeria (9,7 Ton TBS/Ha) Kg/pokok/tahun Kg/pokok/tahun N P₂O₅ K₂O MgO N P₂O₅ K₂O MgO Terangkut (dikonversi dalam bentuk TBS) 0,49 0,18 0,76 0,23 0,2 0,09 0,28 0,05 Terimobilisasi dalam jaringan tanaman 0,27 0,05 0,56 0,12 0,18 0,06 0,13 0,17 Didaur Ulang 0,53 0,17 0,83 0,32 0,63 0,17 0,46 0,42 Total Serapan Hara 1,29 0,40 2,15 0,66 1,01 0,32 0,87 0,63

(13)

13 Hara yang

Terangkut dari

38 44 35 35 20 29 31 8

Total Serapan Hara (%) Total Serapan/ha 14 pokok (kg) 191,00 62 318 318 149 48 236 93 Serapan/ton TBS (kg) 8,00 2,5 13,2 13,2 15,5 5 13,3 9,6 Sumber : Prasetyo, B. 2009 2. Prinsip Pemupukan

Pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara. Hara yang diserap dari tanah berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan. Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah:

a. Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman. b. Tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan

produksi tinggi.

c. Penggunaan varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar.

d. Unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke tanah. Karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah.

Menurut Poeloengan dkk, 2000, pemupukan merupakan upaya perawatan yang sangat penting pada tanaman kelapa sawit. Rencana produksi TBS yang maksimal dan kualitas minyak yang baik merupakan tujuan dari pemupukan pada tanaman kelapa sawit.

(14)

14

Aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit merupakan investasi yang cukup besar dalam rangka mencapai produksi kelapa sawit secara optimal. Mengingat hal tersebut, pupuk harus dapat digunakan secara efisien dan tepat sasaran. Ada 4T yang harus dijadikan pedoman dalam pemupukan yakni Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Waktu dan Tepat Cara.

1. Tepat Jenis

Pemilihan jenis pupuk yang diaplikasikan harus sesuai dengan yang direkomendasikan dan harus dipertimbangkan baik dari segi teknis maupun ekonomis. Dalam penetapan jenis pupuk, perlu diperhatikan keseimbangan hara. Pupuk memiliki beberapa sifat, yaitu kandungan hara utama, dan kandungan hara tambahan, sifat reaksi kimia yang terjadi dalam tanah, dan kepekaan pupuk terhadap iklim (Adiwiganda dan Siahaan, 1994).

Masing – masing jenis pupuk memiliki karakteristik tersendiri yang akan berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi pemupukan. Ada dua macam jenis pupuk yang biasa digunakan pada perkebunan kelapa sawit yakni pupuk kimia atau pupuk anorganik dan pupuk organik. Kedua jenis pupuk ini memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri. Pupuk anorganik memiliki keunggulan dalam kandungan haranya yang tinggi serta kapasitas produksinya yang besar, sedangkan pupuk organik kandungan haranya rendah.

Menurut jumlahnya, unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak terdiri dari N, P, K, Ca dan Mg

(15)

15

b. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit, terdiri dari B, Cu, Zn, Fe.

Data unsur hara makro dan mikro, jenis pupuk dan kandungan unsur haranya dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Unsur Hara Makro, Jenis Pupuk dan Kandungan Unsur Haranya.

Kategori No Unsur Hara Jenis Pupuk Kandungan Hara

MAKRO

1 N (Nitrogen) 1. Urea 46 % N

2. Amonium Sulfat (ZA) 21 % N, 24 % S

2 P (Posfor)

1. Triple Super Phospate

46 % P₂O₅, 28 % CaO

(TSP) 29 - 34 %

2. Fosfat Alam/Rock P₂O₅, 35 % CaO Phospate (RP)

3 K (Kalium) 1. Muriate Of Potas

(MOP) 60 % K₂O, 50 % Cl 4 Mg 1. Kieserit 27% MgO, 22 % S (Magnesium) 18 - 20 % MgO 2. Dolomit 50 % CaO 5 Ca (Calsium) 1. Limestone Dust (LSD) 50 % CaO, 1 - 3 % MgO MIKRO

6 B (Boron) High Grade Fertilizer 48 % B₂O₃ Borate (HGFB)

7 Cu

(Tembaga) Copper Sulphate 23 - 25 % Cu 8 Zn (Seng) Zine Sulphate 20 - 23 % Zn 9 Fe (Besi) Ferrous Sulphate 18 - 20 % Fe Sumber : Sianipar, 2010.

Penggantian suatu jenis pupuk dengan pupuk lainnya dapat dilakukan dengan memperhatikan kandungan unsur haranya serta keseimbangannya dan pengaruh bahan ikutannya (Sutarta dkk, 2003).

2. Tepat Dosis

Setiap pupuk yang diaplikasikan harus diupayakan dapat diserap tanaman secara maksimal. Oleh karena itu perlu ditetapkan dosis yang tepat untuk

(16)

masing-16

masing tanaman. Apabila dosis pemupukannya kurang, maka tanaman tidak dapat tumbuh sesuai harapan, demikian juga apabila dosisnya berlebihan. Dosis adalah jumlah satuan pupuk (biasanya dalam gram atau kilogram) yang diberikan pada pohon kelapa sawit pada tiap aplikasi.

Menurut Sianipar, 2010, pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk pertumbuhan vegetatif (menjadi bahan baku dan penolong dalam pembangunan tubuh tanaman). Pemupukan pada TM adalah untuk meningkatkan produksi (memproduksi buah dengan optimal).

Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pemupukan guna mengimbangi kekurangan unsur hara dalam tanah yang meliputi: hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi pemupukan tahun sebelumnya, data curah hujan selama minimal lima tahun sebelumnya, hasil pengamatan lapangan yang meliputi gejala defisiensi hara, kultur teknis, dan panen (Winarna dkk, 2000). Dosis pemupukan tanaman kelapa sawit disajikan pada tabel 8.

Tabel 8. Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan.

Aplikasi Pupuk Dosis (Kg/Pohon)

Urea RP MOP Kieserit HGFB

Saat Tanam - 0,50 - - - TBM 1 1,35 1,75 1,00 0,70 0,02 TBM 2 1,50 1,00 1,75 1,50 0,08 TBM 3 1,50 1,00 1,75 1,50 - TM Semester 1 1,00 0,75 0,75 0,50 - TM Semester 2 1,00 1,00 0,75 0,75 0,05 Sumber : BPM, 2004. 3. Tepat Waktu

(17)

17

Pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit harus sesuai dengan kebutuhan hara tanaman tersebut untuk menjamin efektifitas dan efisiensinya. Pemupukan yang tidak tepat waktu menyebabkan terjadinya ketidak-seimbangan hara, sehingga menyulitkan pengaturan tenaga kerja di lapangan, dan turunnya efektifitas dan efisiensi pemupukan khususnya jika pemupukan dilakukan pada bulan – bulan kering atau bulan yang terlalu basah (Sutarta, Darmosarkoro, 2001).

Salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam keefektifan pemupukan adalah curah hujan. Hal tersebut sangat menentukan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off) dan erosi. Waktu yang tepat untuk pemupukan adalah pada awal dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan saat curah hujan rendah, tidak pada musim kemarau (CH < 75 mm) dan curah hujan tinggi (CH > 250 mm). Jika pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan tinggi, akan menyebabkan terjadinya pencucian atau pupuk tidak dapat diikat oleh tanah melainkan terbuang percuma terbawa oleh aliran air hujan. Jika pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan yang rendah, maka tanaman tidak mampu mengabsorbsi unsur hara.

Kegiatan pemupukan membutuhkan tenaga kerja yang banyak, apabila frekuensi aplikasi pupuk terlalu banyak maka biaya pengeluaranpun semakin tinggi. Diperlukan suatu titik kesetimbangan frekuensi aplikasi pupuk yang tepat agar ketersediaan nutrisi tersedia sepanjang tahun dan biaya aplikasi pupuk dapat diminimalkan.

(18)

18

Cara aplikasi pupuk sebagian besar sudah tepat yaitu dengan cara ditebar secara merata pada piringan pohon, pupuk tidak menggumpal karena dilakukan penguntilan terlebih dahulu. Jika dilapangan masih ditemukan pupuk yang menggumpal maka sebelum ditabur, pupuk tersebut dihancurkan terlebih dahulu oleh pelansir pupuk. Penempatan pupuk dilakukan dengan mempertimbangkan penyebaran akar tanaman yang aktif menyerap unsur hara dalam tanah (1 – 1,5 meter dari pohon).

Pada tanaman muda akar serabut paling banyak terdapat di piringan atau sejauh ujung pelepah. Aplikasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit disajikan pada tabel 9 dihalaman selanjuntnya.

Tabel 9. Penempatan Pupuk pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan

Umur Tanaman Jarak Tanaman

TBM 1 : Lebar Piringan 1 m Pupuk B = 0 - 50 cm N = 50 - 100 cm P, K, Mg = 50 - 100 cm TBM 2 : Lebar Piringan 1,5 m Pupuk B = 0 - 50 cm N = 50 - 100 cm P, K, Mg = 50 - 100 cm TBM 3 : Lebar Piringan 2 m Pupuk N = 50 - 100 m

P, K, Mg = 50 - 100 cm

3 - 6 Tahun/TM 1 – 3

Pupuk Makro dan Mikro Disebar merata secara melingkar

mulai dari radius ± 30 cm dari pangkal

pohon sampai batas luar piringan

>7 Tahun/TM 4

Vegetasi gulma digawangan Disebar merata secara melingkar tidak terlalu penting/tidak mulai dari radius ± 30 cm dari pangkal Merugikan pohon sampai batas luar piringan.

(19)

19 Pupuk Urea, Za dan Mikro

Pupuk Makro Lainnya Disebar merata pada gawangan mati

di sekitar tumpukan pelepah

>7 Tahun/TM 4

Vegetasi gulma di gawangan Disebar merata secara melingkar mati padat/merugikan mulai dari radius ± 30 cm dari pangkal Pupuk Makro dan Mikro pohon sampai batas luar piringan. Sumber : BPM, 2004.

E. Manajemen Pemupukan

Manajemen pemupukan adalah pengelolaan sumber daya secara efektif untuk mencapai proses pemupukan yang telah ditentukan. Tujuan manajemen pemupukan adalah menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan untuk mencapai pemupukan yang efisien dan efektif.

Persiapan pemupukan terbagi menjadi tiga yaitu persiapan pupuk, organisasi penguntilan dan persiapan lapangan. Karung bekas (bekas pembungkus pupuk) dikumpulkan oleh tim pengecer dan disusun di tempat untilan. Selanjutnya, karung tersebut diserahkan ke kantor afdeling guna memastikan jumlah untilan yang dibawa ke lapangan sekaligus mengecek apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada yang hilang (Pahan, 2008).

Pupuk yang digunakan adalah pupuk yang terlebih dahulu masuk gudang, FIFO (First In First Out). Tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga penabur pupuk yang sudah terlatih, untuk menghindari kesalahan aplikasi pupuk. Aspek manajerial pemupukan tanaman kelapa sawit terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(20)

20

Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh asisten afdeling. Rencana tersebut dibuat empat rangkap yaitu untuk administratur, asisten kepala, bagian gedung dan asisten afdeling yang bersangkutan. Lembar rencana pemupukan berisi afdeling, tahun tanam, blok, luas, jumlah pokok produktif, jenis pupuk, dosis per pohon, jumlah pupuk dan waktu pemupukan(Winarna dkk,2003).

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh asisten afdeling. Asisten afdeling harus membuat rencana pemupukan mingguan dan harian. Rencana tersebut merupakan pedoman dalam pelaksanaan di lapangan. Selain itu, asisten juga harus membuat peta rencana pemupukan harian dan menggambarkan arah pelaksanaan pemupukan. (Winarna dkk, 2003).

b. Organisasi

Dalam satu afdeling, kegiatan pemupukan dipimpin oleh asisten afdeling dibantu oleh mandor I dan mandor pupuk. Mandor pupuk membawahi 25 – 60 karyawan tergantung pada luas areal divisi atau afdeling. Kegiatan pemupukan tersebut menggunakan norma prestasi penabur 2 – 3.5 ha/HK atau 400 – 500 kg/HK, tergantung pada dosis per pokok, topografi areal dan keterampilan penabur. Sebaiknya, diusahakan agar tidak terjadi penggantian tenaga penabur. Selain itu, jumlah takaran harus sesuai dengan jumlah penabur (Pahan, 2008). c. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pemupukan, pupuk diecer ke blok oleh tenaga kerja yang tersedia. Penaburan pupuk sesuai jalurnya (barisan) masing-masing. Pupuk ditabur di sekeliling piringan penuh, tidak dibenarkan penaburan yang terputus-putus. Pada sistem benam, lubang bekas pemupukan ditutup kembali. Jarak tabur

(21)

21

pupuk bergantung pada perkembangan pohon, tepatnya jalur penaburan harus di bawah proyeksi ujung tajuk (Winarna dkk, 2003).

d. Pengawasan

Mengingat biaya pemupukan cukup mahal, maka diperlukan pengawasan di lapangan dengan intensif dan ketat oleh mandor pupuk, mandor besar, asisten serta asisten kepala hingga manajer. Kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit pada setiap fase pertumbuhannya berbeda-beda. Jumlah unsur hara yang ditambahkan melalui pupuk harus mempertimbangkan kehilangan hara akibat pencucian, penguapan, penambahan hara dari tanaman penutup tanah, hara yang terikat dari udara, serta potensi fisik dan kimia tanah. Menurut Sianturi (2005) untuk mencapai keseimbangan unsur hara yang optimum pada perkebunan kelapa sawit dibutuhkan pamupukan yang berdasarkan rekomendasi dari penelitian lebih lanjut dalam kurun waktu yang relatif lama.

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang penting dalam kegiatan produksi tanaman, tetapi dalam pelaksanaannya tidak mudah karena harus memperhatikan tingkat efisiensi atau penghematan. Hal yang menyangkut efisiensi meliputi tingkat keefektifan pemupukan (tepat jenis, dosis, waktu, cara, tempat, formulasi, dan rotasi), perimbangan hara, dan harga pupuk (LeiwakabessydanSutandi, 2004). Selain itu, di dalam pelaksanaan pemupukan harus memperhitungkan tingkat keefisienan dari segi waktu dan tenaga kerja.

(22)

22

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling IV Kebun Sei Silau PT. Perkebunan Nusantara III. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2013.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan menganalisa dan menguraikan biaya – biaya yang dikeluarkan pada proses pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan.

C. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teknis pelaksanaan pemupukan.

(23)

23

2. Data rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan (jenis dan dosis pupuk).

3. Data realisasi pemupukan.

Gambar

Tabel 1. Pengelompokan Akar Kelapa Sawit.
Tabel 2. Perkembangan Tinggi Batang.
Tabel 4. Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit.
Tabel 6. Serapan Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit Dewasa.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka introduksi energi nukllir dalam sistem kelistrikan di Indonesia (PLTN) dan rencana pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE), BAPETEN sebagai

Kesimpulan penelitian adalah terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kadar sFlt-1 serum pada kelompok early onset preeklampsia berat/ eklampsia, late onset

Berdasarkan hasil analisa variabel di atas, dapat disimpulkan bahwa Job Description, Pengalaman kerja dan Penempatan kerja secara parsial berpengaruh signifikan

Hal ini bertujuan agar terjadi kontak menyeluruh antara plat penekan pada mesin UCS dan permukaan contoh batuan uji pada saat cont oh batuan ditekan sehingga

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Imam Syafi’i adalah seorang Ulama’ besar yang pernah menjadi guru Imam Hambali berkata kepada muridnya itu. Jazuli, Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan dan

Warga negara Republik Indonesia, yang merupakan pemegang paspor diplomatik atau paspor dinas Indonesia yang sah, yang ditugaskan sebagai anggota misi diplomatik atau

Wild Abortive , Kalinga, dan Gambiaca memiliki umur berbunga dengan kategori genjah, serta memiliki karakter bunga yang lebih baik dibandingkan dengan IR58025A, antara lain