• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Film Pendek Independen

Secara umum film independen yang biasa disebut film indie adalah film yang bukan diproduksi dari rumah produksi film besar atau major label (Permana, 2019). Tidak dipasarkan dan tujuan sebagai komersil, film indipenden lebih fokus kepada materi cerita serta kualitas secara ideal. Mayoritas sineas film independen, terutama di Indonesia, menjadikan festival-festival film baik secara nasional maupun internasional sebagai media atau bahkan target pemasaran untuk karya film tersebut (hlm. 74). Dalam tataran manajemen produksi, terdapat konsep major label yang menitikberatkan pada pertimbangan untung-rugi dan konsep indie label yang menjadikan faktor idealisme sebagai ciri utama (Baskin dalam Putri dalam Permana, 2019). Kedua konsep tersebut sebagai dua prespektif yang kontras, major label memiliki tujuan untuk hasil yang menguntungkan semata dengan memproduksi film-film mainstream, sedangkan indie label memprodukfi film yang idealis (hlm.75). Jika film mainstream adalah film yang membutuhkan dana dengan jumlah besar, maka dapat diasumsikan film independen tidak berunjuk pada dana yang besar melaikan mengutamakan materi dari film itu sendiri (Putri dalam Permana, 2019).

Menurut Battista (2013), Pembuatan film bukan semata-mata untuk bisnis, melainkan sebuah seni. Ketika film dengan anggaran rendah ditujukan untuk bisnis akan sulit dalam bersaing ditingkat ekonomi. Sedangkan ketika film

(2)

6 memang ditujukan sebagai seni dan pembuat film memiliki keyakinan akan nilai film tersebut, distribusi menjadi jelas sehingga menjadi merupakan sebuah bisnis (hlm. 24). Tidak menutup kemungkinan film dengan anggaran kecil, penggunaan aktor yang tidak terkenal, dan tanpa bantuan atau partisipasi studio mendapatkan penghargaan tertinggi di festival film internasional ternama. Hal ini berdasarkan dari film “Little Fugitive” karya Ashley, Engel, dan Orkin yang memenangkan penghargaan Silver Lion di Venice Film Festival. Film independen sebagai sarana berekspresi secara seni bukan sebagai tiket untuk mencapai kekayaan ataupun ketenaran (hlm. 31).

Film pendek adalah film dengan durasi tidak lebih dari 30 menit dengan bentuk dan isi yang dapat berupa narrative ataupun non narrative (Prakosa, 2005). Tidak hanya diproduksi di kota-kota besar saja, film pendek juga dapat diproduksi di seluruh provinsi di Indonesia (hlm. 5). Beberapa pembuat film pendek membuat sebutan khas seperti: film independen, film indie, film individual, film personal dan sebagainya merupakan tanda dari Gerakan film pendek. Dari beberapa sebutan tersebut, hingga saat ini yang cukup popular ialah “film independen” (hlm. 6). Dalam sistem produksi film independen, beberapa kru diposisikan menjadi lebih realistis dan pragmatis. Hal tersebut seperti produser yang awalnya dikenal (di Indonesia) sebagai pencari dan pemilik dana saja, kini juga bertanggung jawab dalam merealisasikan sebuah ide film (hlm. 3). 2.2. Produser

Produser adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan produksi film (Dennis, 2010). Produser memiliki kedudukan penting karena yang

(3)

7 harus memahami segala tahap pembuatan film dari awal hingga akhir serta yang memiliki wewenang atas film tersebut adalah produser (hlm. 2). Tugas produser juga menyatukan beberapa elemen ke dalam suatu proyek (Ryan, 2010). Elemen ini seperti membeli hak atas materi yang mendasar, memunculkan ide dari proyek tersebut, membeli dan atau memilih naskah, melampirkan aktor, mempekerjakan kepala departemen, mengawasi keseluruhan produksi, dan yang mendatangkan dana (hlm. 36). Berbeda dengan dokumenter, film fiksi terikat dengan plot (Pratista, 2017). Dari segi cerita pun film fiksi sering kali menggunakan cerita yang di luar dari kejadian nyata. Film fiksi secara konsep juga dirancang sedemikian mungkin dari awal. Dari segi produksi, umumnya film fiksi lebih kompleks dari saat masa praproduksi, hingga pascaproduksi.

Produksi film fiksi juga biasanya memakan waktu cukup lama karena persiapan baik secara teknis maupun konsep harus sangat matang. Jika dibandingkan dengan film dokumenter dan film eksperimental, film fiksi berada di antara nyata dan abstrak. Yang dimaksud nyata contohnya sering dijumpai di film fiksi mengangkat tema keseharian atau bisa saja diangkat dari kejadian nyata (hlm. 32). Sedangkan dalam hal abstark, terkadang film fiksi juga menggunakan cerita atau set yang abstrak seperti adegan mimpi, halusinasi, dan sebagainya (hlm. 33). Sebagaimana disebutkan oleh W. Rea (2010), produser utama atau disebut sebagai the creative producer penting dalam memiliki beberapa elemen untuk berpikir dari aspek kreatif maupun aspek bisnis produksi. Seringkali produser sebagai provokator di sebagian besar film secara kreatif, yang memiliki inspirasi asli, membuat sebuah proyek dan membawa pulang proyek sebagai

(4)

8 kaptennya. Produser terlibat dalam semua tahapan produksi dari pengembangan, pra produksi, produksi hingga distribusi dan eksebisi (hlm. xviii-xix).

2.2.1. Pengembangan

Pengembangan adalah tahap ketika melakukan riset dan pencarian ide secara penuh hingga terbentuknya final script (Ryan, 2010). Perencanaan anggaran juga dapat dilakukan di tahap ini. Lamanya waktu dalam tahap pengembangan ini akan berpengaruh pada keseluruhan schedule atau linimasa untuk produksi sebuah film. Tahap ini merupakan tahapan awal dari perjalanan produksi film. Produser harus mencintai proyek itu terlebih dahulu, maka seorang produser harus memutuskan secara bijak karena film itu adalah milik produser. Saat memutuskan film apa yang akan diproduksi, produser juga harus memikirkan kecocokan proyek tersebut dengan visi yang telah produser bangun (hlm. 42-44). Dalam proses pengembangan terdapat lima bidang yang difokuskan yaitu kepemilikan materi original; pembuatan logline, dan skenario; pembuatan proposal dan pitch film; pembuatan rencana anggaran; dan pembuatan rencana distribusi sementara (hlm. 47).

Pada tahap pengembangan produser mengawasi suatu ide sampai seorang sutradara terpilih untuk selanjutnya mengawasi penulisan ulang oleh penulis naskah dan menyiapkan naskah untuk diproduksi (W. Rea, 2010). Pengembangan dimulai dengan ide yang sederhana, kemudian akan terus berevolusi sebelum dilakukan perekaman. Hal ini bertujuan agar mendapatkan naskah final terbaik dari ide awal. Setelahnya, tidak akan ada keajaiban di set dengan memperbaiki masalah cerita atau terdapat struktur yang tidak lengkap. Semua ide dan cerita

(5)

9 membentuk sebuah konsep, dan konsep yang telah ditentukan dan dipersiapkan tidak semerta-merta ikut berubah dengan cepat jika cerita terjadi perbaikan. Dalam menentukan ide untuk naskah pendek, gunakan ide yang sederhana dan sesuai dengan durasi sebuah film pendek karena mengeksplore ide rumit akan sulit dan berujung menjadi film panjang (hlm. 1). Proses pengembangan dari pertama kali hingga praproduksi setiap proyek film memiliki pertualangan yang berbeda (Ryan, 2010, hlm. 147). Ada pula beberapa hal yang dilakukan produser pada tahap pengembangan:

2.2.1.1. Kepemilikan Materi Original atau yang Mendasari Project Film akan diproduksi dari skenario yang sudah jadi (Ryan, 2010). Ide tersebut bisa saja berasal dari surat kabar, cerita pendek, novel, buku komik, novel grafis, blog, drama teater, acara TV, seri Web, skenario film, atau film lain. dan jika demikian, seorang produser harus memiliki hak atas materi tersebut untuk memiliki dasar hukum yang kuat untuk proyek film tersebut. Jangan menulis skenario tanpa mendapatkan hak yang semestinya. Langkah ini penting untuk meyakinkan para investor bahwa produser memegang hak dari cerita tersebut sehingga tidak perlu adanya kekhawatiran dalam masalah hak (hlm. 48-49).

Hak juga berlaku jika seorang produser bermaksud untuk mendistribusikan filmnya ke internet (W. Rea, 2010). Pemikiran bahwa sebuah cerita berada di luar jangkauan produser tidak lah baik, bertanya dan mencari tau adalah kunci dari membuat sebuah cerita untuk film. Cerita original yang memang diperuntukan diproduksi menjadi film,

(6)

10 produser harus membeli hak atas bahan dari penulis. Selanjutnya aka nada surat perjanjian antara hak dan produser. Surat ini sebagai perlindungan untuk kedepannya (hlm. 8-9). Hak adalah kependekan dari hak cipta (Ryan, 2010). Menurut M. Donaldson, hukum hak cipta tidak melindungi suatu ide, undang-undang hak cipta hanya melindungi ide yang telah ditetapkan dalam bentuk nyata (hlm. 49). Hal yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan hak sebuah film yaitu sebagai berikut:

1. Memerlukan hak ekslusif atau non-eksklusif. Eksklusif dapat diartikan lebih istimewa dan harganya lebih mahal.

2. Jangka waktu mendapatkan hak. Suatu opsi dapat biaya yang lebih efektif dalam mengembangkan proyek.

3. Berhubungan dengan orang yang tepat. Jika membeli hak dari orang yang salah hak cipta tidak akan mengikat secara hukum.

4. Jenis hak yang dibutuhkan untuk dibeli. Jenis hak ini seperti, buku, komik, teater, festival film, dan sebagainya.

5. Jika cerita mengenai kisah hidup seseorang terdapat hak atas rincian kehidupan pribadi seseorang yang tidak berada dalam domain publik, hal ini disebut hak hidup.

6. Hak film festival. Pemengang hak bisa saja memberikan hak film festival secara non-eksklusif atau bisa terbilang gratis. Namun jika film berhasil dan seseorang ingin membeli tersebut, negosiasi kembali dengan pemegang hak dan biasanya menuntut biaya yang lebih.

(7)

11 7. Hak teknologi masa depan terhadap perjanjian apapun yang telah ditandatangani. Hal ini agar produser dapat tetap mengeksploitasi film tersebut. Memiliki hak untuk media yang dikenal maupun tidak dikenal diperlukan sebagai hak tersebut akan mengikuti teknologi baru.

8. Semua ini harus memiliki pengacara dalam bidang seni. Dan pastikan pengacara memeriksa kontrak final sebelum ditandatangan oleh produser (hlm. 50-54).

2.2.1.2. Logline dan Skenario

Tidak pernah terlalu cepat untuk mulai membuat logline suatu film (Ryan, 2010). Logline adalah satu atau dua kalimat yang menggambarkan tokoh protagonis dan alur cerita secara spesifik. Beberapa orang biasanya sangat berupaya untuk akhirnya membuat satu kalimat saja. Menurut Ryan, logline tidak perlu dipaksakan menjadi satu kalimat karena jika demikian akan merusak tata bahasa dan sulit untuk dimengerti. Sedangkan logline menjelaskan inti dari suatu film dengan menggunakan kata kerja. Kata kerja adalah kata tindakan sehingga membuat logline dari suatu film bagus. Kunci utama agar orang tertarik untuk menonton film adalah dari logline film tersebut hingga orang memberi kesan ingin menonton. Selain untuk menarik penonton logline juga berfungsi untuk menarik investor atau suatu perusahaan yang ingin diajukan untuk bekerja sama (hlm. 77-78).

(8)

12 2.2.1.3. Proposal dan Pitch untuk Film

Proyek apapun yang membutuhkan dana biasanya memerlukan proposal (Ryan, 2010). Meskipun proposal sudah memiliki format umum, produser dapat menyesuaikan dengan film yang akan dibuat. Proposal yang baik tidak memiliki halaman terlalu banyak, kurang dari lima lebih baik. Investor maupun perusahaan tidak memiliki banyak waktu, maka yang perlu dimasukkan hanya informasi-informasi penting saja. Namun tetap menyiapkan informasi secara lengkap sehingga jika suatu perusahaan tertarik dan ingin informasi lebih lanjut maka akan meminta kepada produser ataupun line producer (hlm. 84).

Selain proposal, pitching juga bertujuan untuk menarik investor dan menambah dana untuk membuat film untuk memberikan informasi yang jelas dan menarik namun secara lisan (Ryan, 2010). Pitch adalah gabungan dari elemen-elemen kunci dari proyek film tersebut lalu diekspresikan secara lisan. Literatur yang bagus tidak menjamin kerja yang bagus, maka persiapkan presentasi sematang mungkin. Presentasi lisan harus dilatih secara lisan pula (hlm. 136-137). Penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan tepat sesuai tata bahasa sangatlah penting (W. Rea, 2010). Tetap dengan pernyataan yang sederhana, dan kata-kata yang jelas. Bersikukuh terhadap ide yang telah dirancang sebaik mungkin sehingga investor tidak berusaha merubah atau mengambil alih proposal yang telah ada. Beberapa produser berkomunikasi dengan lancar dan

(9)

13 santai bahkan dapat memiliki kemampuan untuk berjualan proyek film (hlm. 32).

Gambar 2.1. Detail bagan komponen dalam proposal (Gatrell, Bierly, dan Jensen, 2012, hlm. 65)

Proposal umumnya mencangkup ringkasan dari sebuah proyek tersebut, adapula beberapa hal yang termasuk dalam ringkasan proyek sebagai berikut (Gatrell, Bierly, dan Jensen, 2012).

1. Pendahuluan, dalam proposal pendahuluan penting untuk menyampaikan mengapa proyek tersebut penting untuk dibuat. Hal ini haru membuat pembaca merasa terlibat dan relevan. Dapat berupa statement, tema, dan informasi singkat mengenai film tersebut.

2. Latar belakang proyek menjelaskan cerita atau proyek tersebut dibuat berdasarkan hal tententu yang mendasari, seperti suatu

(10)

14 kejadian yang unik sehingga memberikan ide cerita baru dalam sebuah proyek.

3. Metode merupakan bagaimana proyek akan dilaksanakan, dalam hal film dapat menggunakan konsep untuk merealisasikan cerita. Selain itu proses pelaksanaan juga penting terutama lini masa dari proyek tersebut.

4. Hasil yang diharapkan dapat dengan menampilkan referensi visual dan dari beberapa referensi tersebut juga dapat dengan tampilan suasana dari film yang diinginkan.

5. Anggaran dalam pembuatan suatu proyek diinformasikan pengeluaran langsung yang dibutuhkan, juga pengeluaran yang tidak langsung (hlm. 65-67).

2.2.1.4. Rencana Anggaran

Menurut Ryan (2010), pembuatan anggaran merupakan hal yang paling penting dan dapat menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan angka tidak berbohong, tidak bersikap, tidak beragenda, dapat diubah dengan mudah, mencerminkan visi produser, dapat sebagai penuntun keputusan konkret, dan menarik dana dengan cara yang benar. Keahlian membuat rencana anggaran sangat penting terutama bagi produser film indie. Hal ini dikarenakan keterbatasan merupakan alasan untuk memecahkan masalah secara kreatif. Dengan memahami cara membuat anggaran, produser juga akan mengetahui cara mengatasi masalah yang akan dihadapi di produksi. Ketika membuat estimasi anggaran, produser dapat mulai

(11)

15 menvisualisasikan seberapa besar produksi. Hal ini menyangkut jumlah lokasi, jumlah hari, jumlah kru dan pemeran, properti, kostum, peralatan, dan sebagainya (hlm. 213-215).

Anggaran menentukan parameter dari apa yang bisa dan tidak bisa dicapai dan berisikan rincian lengkap dan terperinci mengenai berapa biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek (W. Rea, 2010). Rincian ini mencankup keseluruhan biaya yang digunakan data pra-produksi, pra-produksi, pasca pra-produksi, distribusi, dan sebagainya. Setiap item atau hal, baik itu memperbanyak naskah atau mengamankan lokasi, memiliki harga dan harus diperinci, dikategorikan, dan pada akhirnya dipertanggungjawabkan (hlm. 77). Salah satu peran yang secara tradisional terkait dengan produser adalah peran penggalang dana atau fundriser. Produser juga mencari dana untuk mendanai film. Peran ini sangat penting karena dana merupakan sumber untuk membiayai suatu proyek., bahkan jika pendanaan tidak memadai proyek bisa aja tidak terjadi (hlm. 23). 2.2.1.5. Rencana Distribusi Sementara

Rencana distribusi umum diperlukan untuk setiap film sedari awal (Ryan, 2010). Seiring berjalannya produksi memang akan berubah, namun penting untuk membuat rencana distribusi secara umum di awal. Produser perlu meneliti serta mencari tahu strategi terbaik untuk merilis, distribusi, dan menyebarkan film tersebut. Proyek film terakhir tidak selalu berkaitan dengan film yang sekarang. Dalam perencanaan distribusi, produser harus

(12)

16 terus-menerus belajar dan meriset apa yang berhasil sekarang dan apa yang berhasil ke depannya (hlm. 144-145).

Setelah tahap pengembangan cerita dan rencana-rencana dalam memulai produksi, selanjutnya memasuki tahap pra produksi yang juga sebagai penentu keberhasilan dan kelancaran saat syuting.

2.2.2. Pra Produksi

Produser memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan rencana yang kreatif sesuai anggaran (W. Rea, 2010). Selama praproduksi banyak hal yang tidak akan bisa dilakukan kembali ketika sudah saatnya produksi atau syuting. Hal tersebut mencangkup: waktu menentukan shot yang baik pada suatu adegan, memilih lokasi dan aktor yang tepat, atau membedah naskah secara detail. Faktanya tahap ini adalah tahap yang membantu untuk menghemat biaya produksi. Semua usaha dan waktu yang dihabiskan untuk persiapan akan memberikan hasil ketika syuting. Tahap ini adalah waktu untuk menyelesaikan semuanya, membuat rencana-rencana bahkan rencana jika hal buruk terjadi sehingga akan menghemat biaya pula nantinya (hlm. 40).

Praproduksi merupakan tahap atau periode paling penting dalam pembuatan film karena menentukan antara membuat atau merusak film (Ryan, 2010). Begitu banyak film yang telah hilang karena tidak menyelesaikan semua yang perlu dilakukan atau tidak memiliki waktu praproduksi yang cukup selama tahap itu. Salah satu hukum alam yang tidak dapat diubah, seperti Hukum Murphy atau Aturan 80/20 yaitu Segitiga Produksi. Segitiga Produksi adalah salah satu dari Kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat (hlm. 352). Sebagian besar film

(13)

17 independen ingin menjadi Baik (Good) dan Murah (Cheap) sehingga dapat diartikan film tersebut tidak memiliki sisi ketiga dari segitiga yaitu Cepat (Fast). Jika pembuat film menginginkan Baik dan Cepat, film tersebut tidak akan Murah dan jika pembuat film menginginkan Cepat dan Murah, film tersebut tidak akan menjadi Baik (hlm.353).

Gambar 2.2. The Production Triangle. (Ryan, 2010, hlm. 352)

Managerial skills dengan teknis sama-sama penting dalam keberhasilan produksi film. Semua dimulai dengan sikap positif serta kepercayaan diri. Begitu banyak elemen yang harus ada pada tempatnya sehingga begitu banyak tugas yang harus dilakukan selama masa praproduksi berlangsung. Bersikap positif itu penting, sama pentingnya dengan efisiensi dan juga organisasi. Produser menempatkan diri di antara semua kegiatan untuk membuat tim produksi tetap fokus. Produser harus yakin bahwa semua elemen akan bersatu sesuai dengan waktunya (hlm. 40).

(14)

18 Gambar 2.3. Producer's preproduction responsibilities

(W. Rea, 2010, hlm. 38)

Membedah naskah bagaikan peta untuk sebuah film (Ryan, 2010). Jika tidak melakukan pembedahan naskah terlebih dahulu, ketika membuat timeline ataupun anggaran akan berantakan dan tanpa arah. Bedah naskah ini adalah alat yang digunakan produser dan atau asisten sutradara untuk analisa naskah menjadi elemen-elemen spesifik. Salah dua elemen tersebut merupakan jadwal produksi serta anggaran yang lebih detail dengan mudah dan pasti. Membuat script breakdown juga merupakan proses membuat daftar tokoh, lokasi, properti, special effects, kostum, dan lain-lain yang diperlukan dari naskah (hlm. 157-159).

Kru yang membuat jadwal syuting biasanya asisten sutradara. Dari naskah yang telah dibedah, produser akan membuat jadwal produksi yang menetapkan berapa

(15)

19 hari atau minggu yang diperlukan pada tahap praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Selanjutnya dari jadwal yang telah dibuat produser dapat membuat estimasi anggaran produksi. Pembedahan naskah ini adalah cara efektif dalam membuat sutradara dan atau penulis ke elemen skenario menjadi lebih ambisius serta jika adanya masalah relative hanya pada tahap awal. Sutradara dan atau penulis pun menjadi paham kosnsekuensi terhadap jadwal dan anggaran (hlm. 160). Setelah semua proses pra produksi berjalan dengan lancar, dan merasa persiapan sudah cukup matang semua kru pembuat film sudah siap untuk produksi film tersebut atau biasa disebut syuting.

2.2.3. Produksi

Produser bertanggung jawab dalam memastikan bahwa dari mulai syuting, semua kru yang terlibat harus paham atas apa, kapan, dan di mana seharusnya dilakukan (W. Rea, 2010). Dan yang paling penting semua kru memiliki sumber daya yang diperlukan saat mencapai tujuan tersebut. Dalam tugas ini, produser membutuhkan beberapa hal penting seperti, anggaran yang realistis, callsheet, jadwal syuting, logistik, jadwal transportasi, dan sebagainya (hlm. 225-226). Selama produksi, setiap hari produser mengawasi baik terhadap anggaran dan materi atau bahan yang dibutuhkan sehingga harus selalu mengawasi semua aspek produksi. Selama proses syuting berlangsung, produser terus mengikuti cashflow harian, menyelesaikan segala urusan logistik, berurusan dengan perubahan jadwal, dan menyelesaikan laporan produksi harian.

(16)

20 Gambar 2.4. Production flow chart

(W. Rea, 2010, hlm. 226)

Dalam proses syuting, setiap aspek berlaku Hukum Murphy. Produser beroperasi hanya dalam situasi khusus seperti dibutuhkan sebagai pemecah masalah, produksi mulai melibihi waktu, mengurangi tensi antara sutradara dan pengarah kamera, dan meyakinkan aktor (hlm. 239). Setelah proses produksi selesai hal yang paling penting untuk dijaga ialan penyimpanan data. Data yang disimpan dan telah direkam saat syuting selanjutnya akan diproses penyambungan gambar hingga membentuk sebuah cerita yang utuh pada pasca produksi.

2.3. Kerja Sama dengan Pihak Luar (Partnership)

Peran produser dalam memproduksi suatu proyek adalah mencari rekan kerjasama dalam pendanaan produksi film. Dalam pendanaan produksi film, produser harus

(17)

21 terbuka untuk bernegosiasi (Ryan, 2010). Jika kedua pihak dalam negosiasi menginginkan suatu hal terjadi dan mendapatkan cukup dari apa yang diinginkan, maka hal tersebut dapat terjadi. Namun jika pembuat film meminta pengurangan (terkadang dalam jumlah signifikan) dalam harga sewa, maka pembuat film perlu menemukan cara lain untuk kompensasi diskon yang diminta. Ini dapat dari berbagai hal dan tergantung terhadap apa yang akan berguna dan bermakna bagi pemilik tempat sewa itu. Hal tersebut contohnya seperti kredit dalam film, salinan proyek film, sanak saudara pemilik ikut andil dalam pembuatan film, timbal balik pembuatan iklan, dan sebagainya (hlm. 470-472).

Untuk beberapa orang yang memberikan sumbangan (uang tunai atau barang), pastikan penyumbang tersebut mengetahui apa atau bagaimana uang penyumbang digunakan. Jelaskan secara spesifik apa yang sumbangan diperuntukan seperti membeli kostum atau makanan untuk kru selama tahap produksi film, dan sebagainya. Hal itu membuat penyumbang merasa lebih terhubung dengan proyek dan penyumbang tahu bagaimana sumbangan tersebut akan menguntungkan proyek film yang dibuat. Selain itu beri alasan yang jelas kenapa membutuhkan dana tersebut apa hal yang mendesak agar film tersebut jadi dan apa hal yang menguntungkan yang dapat pembuat film berikan (hlm.312). 2.3.1. Crowdfunding

Menurut Griffin dan Bannerman dalam Danmayr (2014), crowdfunding adalah penggambaran metode pembiayaan alternatif yang berkembang, hal baru pada praktik yang relatif lama mengumpulkan dana. Secara luas, crowdfundung berarti mengumpulkan dana dari sekelompok orang, biasanya terdiri dari kontribusi

(18)

22 individu untuk mendukung upaya orang lain dalam mencapai tujuan tertentu (hlm. 1). Crowdfunding adalah pendekatan dari bawah ke atas dalam inovasi pembiayaan (Danmayr, 2014). Pada dasarnya, menghasilkan uang bukanlah bisnis namun lebih kepada memecahkan masalah pelanggan - kebutuhan individu seperti nutrisi, kesehatan atau penggerak, atau masalah sosial dan ekologi yang dihadapi di dunia. Menurut Freund dalam Danmayr (2014), crowdfunding dapat menjadi kunci dalam mengatasi hambatan ekonomis dan sosiologi dengan menerapkan interaksi antara modal sosial dan keuangan (hlm. 17).

Ruang crowdfunding cukup beragam, terdiri dari banyak sudut, dan berbagai jejaring sosial (Lawton dan Marom, 2010). Baik untuk meminta sumbangan ataupun membiayai startup dengan imbalan ekuitas, dan sebagainya (hlm. 8). Di sisi lain, crowdfunding adalah bentuk jejaring social berbasis internet, dengan begitu memiliki populasi yang terhubung dengan kebiasaan budaya menggunakan internet dan menjadi bahan utama (hlm. 43). Dikarenakan crowdfunding baru dan konsekuensi untuk suatu perusahaan dan juga konsumen belum sepenuhnya dapat dipahami (Danmayr, 2014). Mengenai pendorong keterlibatan, platform crowdfunding atau peran yang dimainkan konsumen saat berpartisipasi dalam inisiatif crowdfunding tetap tidak diakui. Ordanini dalam Danmayr (2014) mengidentifikasi tiga peran berbeda yang terlibat dalam crowdfunding:

1. Orang yang memiliki ide dan atau proyek yang akan didanai. mengumpulkan dukungan secara finansial dari pendukung yang tertarik merupakan tujuan utama orang tersebut.

(19)

23 2. Kerumunan, yang mewakili orang-orang yang memutuskan untuk secara finansial mendukung inisiatif khusus, menanggung risiko dan karenanya mengharapkan semacam imbalan. Kerumunan memilih penawaran yang dianggap paling menjanjikan atau menarik dan mendukung proyek-proyek ini dengan ikut memproduksi output dan membantu mengembangkannya. 3. Organisasi atau Platform crowdfunding yaitu yang bertindak sebagai

perantara antara pemberi inisiatif baru dengan menggunakan mekanisme crowdfunding dan individu yang berpotensi sebagai pendukung karena upaya investasi mereka (hlm.18).

Berdasarkan temuan oleh Lambert, Larralde, dan Schwienbacher dalam Danmayr (2014), Crowdfunding dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe dari penawarannya. Berikut tiga macam bentuk crowdfunding berdasarkan dari penawarannya:

1. Donasi, seperti pada penelitian Lambert dan Schwienbacher terdapat 22% sampel masih bergantung terhadap donasi. Organisasi nirlaba cenderung menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan pola memenuhi keinginan para donator. Hal ini menjelaskan keberhasilan crowdfunding berbasis donasi tanpa menawarkan imbalan hadiah.

2. Investasi pasif, umumnya crowdfunding ini dipilih untuk berfokus pada penggalangan modal proyek namun tidak dengan dukungan orang banyak seperti donasi. Investasi pasif tidak secara otomatis memberi peluang kepada investor untuk terlibat lebih aktif.

3. Investasi aktif, pada crowdfunding ini yang ditawarkan pemilik proyek lebih melibatkan investor. Investor pun akan mendapatkan manfaat yang

(20)

24 lebih seperti keuntungan baik dalam bentuk sejumlah dana ataupun pelanggan baru (hlm. 21-22).

2.3.2. Sponsor

Menurut Collett dan Fenton (2011), sponsorship adalah alat pemasaran yang membentuk nilai suatu merek dan bisnis yang saling menguntungkan baik bagi pemberi sponsor maupun penerima sponsor. Pemahaman sponsorship yang paling sering dipahami dan terima secara internasional yaitu sebagai berikut: “Setiap perjanjian komersil atau sponsor, untuk saling menguntungkan baik pihak sponsor dan pihak yang disponsori, secara kontrak menyediakan pendanaan atau dukungan lain untuk membangun hubungan antara merek atau produk, citra sponsor, dan properti sponsor dengan imbalan mempromosikan asosiasi ini untuk pemberian manfaat tertentu yang telah disepakati”. Kata kunci dari pernyataan tersebut adalah komersial, mutual atau saling, dan kontrak. Komersial adalah jenis sponsor modern yang dilakukan oleh bisnis besar ataupun kecil ditargetkan untuk memberikan hasil komersial bagi pemilik bisnis suatu perusahaan. Mutual atau saling yang dimaksud adalah manfaat hubungan sponsor harus mewakili kemitraan saling menguntungkan untuk organisasi sponsor dan yang disponsori atau aktivitas sponsor. Kontrak dapat ditulis secara terperinci atau berdasarkan perjanjian lisan, namun didasari hukum kontrak seperti yang diterapkan dalam sistem peradilan yang sesuai dan akan berlaku untuk hubungan tersebut.

Bentuk sponsor mengalami pengembangan kegiatan pemasaran asosiatif lain seperti pemasaran yang berkaitan dengan penyebab, penempatan produk, program yang didanai pengiklan dan pembuatan acara. Pemasaran yang berkaitan

(21)

25 dengan penyebab sebagai contoh Red yang inisiatif membuat penggalangan dana untuk memerangi AIDS sehingga dalam pengumpulan dana tersebut meningkatkan nilai merek Red tersebut. Penempatan produk, hal ini yang paring sering dijumpai akhir-akhir ini yaitu sebagai contoh Coca-Cola yang secara mencolok dikonsumsi oleh penyanyi dalam suatu acara. Program yang didanai pengiklan sebagai contoh World of Sport Gillette mengaitkan produk cukur dengan kinerja. Pembuatan acara contohnya Nike 10k Runs, seperti disponsori oleh merek tersebut namun sebenarnya acara ini dimiliki suatu merek dapat kendali yang lebih besar (hlm. 2-4).

Sponsorship sangat terintegerasi ke dalam area bisnis sponsor yang berbeda sehingga sekalipun brand manager merupakan penggemar berat, brand manager masih perlu menyampaikan keperluan bisnis yang dimiliki suatu perusahaan tersebut (Skildum-Reid dan Grey, 2014, hlm. 337). Sponsor kontra terjadi saat sponsor tidak berupa uang tunai, melainkan berupa produk atau layanan. Hal ini dikenal sebagai barter, sponsor produk atau perdagangan, sponsor ini terbilang bersifat sebagian dari sponsor besar (hlm. 362). Sebagian besar sponsor terjual hanya berdasarkan menciptakan kesadaran, mendorong orang untuk mencoba merek tersebut, dan menyampaikan pesan yang relevansi hanya berdampak pada pelanggan yang tidak berharga dari suatu merek. Biasanya yang diinginkan oleh sebuah merek adalah sponsor yang beriringan dengan berjalannya sebuah merek tersebut (hlm. 48).

Sponsor membutuhkan komitmen total dari yang membuntuhkan sponsor. Salah satu bidang pelayanan sponsorship yang paling diabaikan saat ini adalah

(22)

26 evaluasi. Manajer sponsor yang paling sukses menyediakan layanan sponsor secara lengkap mencakup evaluasi dan penilaian ringkasan yang mendalam. Cara mengelola sponsor secara efektif terdapa tiga langkah, yaitu kembangkan rencana sponsor, melaksanakan rencana sponsor, dan mengevaluasi rencana sponsor (hlm. 477).

2.3.3. Kolaborasi

Kolaborasi antara perusahaan dapat didefinisikan sebagai bentuk pengorganisasian, di mana orang-orang dari organisasi tersebut ikut dalam suatu perjanjian jangka lama dan akhirnya saling menyesuaikan elemen-elemen pekerjaan di antara kedua organisasi (Kale, 2017). Kolaborasi dapat sebagai dimensi berbagi untuk dipertukarkan atau peningkatan ke dimensi pembaruan (hlm. 298). Kolaborasi strategis adalah pendekatan kolektif yang disengaja untuk mengatasi masalah atau melalui membangun pengetahuan atau karya bersama, merancang solusi inovatif, dan menempa perubahan konsekuensial (Norris-Tirrell dan Clay, 2017). Ketika digunakan secara strategis, kolaborasi menghasilkan dampak positif, pemangku kepentingan berkomitmen terhadap perubahan kebijakan atau program, dan memperkuat kapasitas individu dan organisasi untuk bekerja sama secara efektif (hlm. 2-3). Terdapat tiga dimensi utama dalam suatu proyek yaitu waktu, sumberdaya, dan lingkup (Kale, 2017). Sebuah proyek merupakan hal unik yang dikoordinasi dengan titik awal dan akhir yang pasti. Sebuah proyek terdiri dari sejumlah tugas yang memiliki jangka waktu, biaya, dan seringkali membutuhkan sumberdaya terbatas tidak berbayar seperti orang dan fasilitas (hlm.125).

Gambar

Gambar 2.1. Detail bagan komponen dalam proposal  (Gatrell, Bierly, dan Jensen, 2012, hlm
Gambar 2.2. The Production Triangle.

Referensi

Dokumen terkait

sebuah analisa dari observasi data dalam jumlah yang besar untuk menemukan.. hubungan yang tidak diketahui sebelumnya dan metode baru untuk

Kebutuhan penyediaan TPA tidak terlepas dari jumlah sampah yang akan ditimbulkan. Semakin besar jumlah penduduknya maka timbulan sampah akan semakin besar.

Kasmir (2012: 225) menyatakan bahwa loan to deposit ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana

Semakin banyak dana yang dapat dihimpun bank dari masyarakat maka dana yang digunakan untuk penyaluran kredit juga semakin besar. Penyataan ini didukung oleh

kebijakan hutang, artinya bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka kebutuhan akan dana juga akan semakin besar sehingga hal itu akan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan

Dalam menjalankan program CSR, perusahaan membutuhkan dana dan biaya untuk melaksanakannya, seperti yang telah kita ketahui, bahwa halnya biaya itu merupakan salah unsur

Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar: (a) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas : (b) Jumlah tercatat,

Kasmir (2012: 225) menyatakan bahwa loan to deposit ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana