• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan asal-usulnya, cabai (hot papper) berasal dari Peru. Ada menyebutnya bahwa bangsa Meksiko Kuno sudah menggemari cabai sejak tahun 7000, jauh sebelum Colombus menemukan Amerika (1492). Christophorus Colombus kemudian menyebarkan dan mempopulerkan cabai dari benua Amerika ke Spanyol pada tahun 1492. Pada awal tahun 1500-an, bangsa portugis mulai memperdagangkan cabai ke Makao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina, dan Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki Usmani menduduki wilayah Portugis di Hormuz, Teluk Persia. Disinilah orang Turki mengenal cabai. Saat Turki menduduki Hongaria, cabai pun memasyarakat di Hongaria. Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan cabai di bawa masuk ke Indonesia (Prajnanta, 2007).

Permasalahan yang ada pada pertanaman cabai merah, tentu tidak hanya terbatas pada masalah budidaya saja, tetapi bagaimana petani mengatasi berbagai macam persoalan tentang cabai yang di tanam. Diantaranya bagaimana mengatasi hama dan penyakit tanaman cabai merah (Setiadi, 1993).

Untuk mendapatkan hasil yang optimal serta mengurangi biaya produksi maka kita perlu mengetahui budidaya cabai secara tepat, meliputi varietas anjuran, teknologi penanaman, pemeliharaan serta pemanenan (Harahap dan Khaidir, 2007).

(2)

Salah satu hama yang menyerang pertanaman cabe merah adalah hama lalat buah yang ditemukan di Indonesia yaitu Dacus sp. Namun menurut klasifikasi terakhir yang ditemukan oleh Drew pada tahun 1989 ternyata lalat buah yang banyak di Indonesia adalah Bactocera sp. (Kuswadi, 2001).

Lalat buah Bactrocera dorsalis Hendell merupakan hama yang paling potensial dan paling besar andilnya dalam menurunkan produksi pada tanaman cabe. Hama ini banyak sekali memiliki tanaman inang alternatif jika tanaman utamanya sedang tidak berbuah, tanaman alternatif lainnya seperti jambu biji, jambu air dan buah belimbing (Triharso, 1994). Lalat buah Bactrocera dorsalis Hendell sering menyerang tanaman cabe pada musim penghujan dimana lalat betina menusuk buah untuk meletakkan telurnya. Gejala serangan pada buah cabe ditandai adanya titik hitam pada pangkal buah jika buah di belah di dalamnya ditemukan larva yang hidup di dalam buah sehingga buah busuk dan gugur (Pasaribu,dkk, 2007).

Perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dalam (yang dimiliki oleh serangga itu sendiri) dan faktor luar (yang berada di lingkungan sekitarnya). Faktor dalam yang turut menentukan tinggi rendahnya populasi serangga antara lain: kemampuan berkembang biak, perbandingan kelamin, sifat mempertahankan diri, siklus hidup dan umur imago. Sedangkan salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri atas: suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi. Selanjutnya dinyatakan bahwa tinggi rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara pertemuan dua faktor tersebut (Jumar, 2000).

Daerah penghasil cabai di Sumatera Utara tersebar di berbagai daerah, diantaranya adalah Kabupaten Karo. Produktivitas cabai di Kabupaten Karo

(3)

mencapai 97.17 kw/ha dengan luas areal pertanaman 5.865 ha. (Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2001).

Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotik serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang diwariskan oleh para leluhur dan dapat dijadikan sebagai modal dasar dalam proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo mengenal adanya motto idaman

dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah

pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah (menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa), Sangap (mendapat rezeki/ kemakmuran) dan Mejuah-juah (sehat sejahtera lahir batin) (Ginting, 2008).

Dari hasil pengamatan lapangan yang dilakukan baru-baru ini di Kabupaten Karo, ternyata gejala serangan lalat buah banyak ditemukan pada pertanaman cabai. Bahkan petani setempat menyatakan buah cabainya mengalami salah bentuk, kemudian busuk dan rontok atau gugur sebelum masak sehingga menurunkan hasil produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian survei serangan hama lalat buah dan jumlah populasinya pada tanaman cabai di daerah tersebut.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui jumlah populasi dan serangan hama lalat buah (Bactrocera dorsalis Complex.) pada pertanaman cabai (Capsicum annuum L.) di Kabupaten Karo serta korelasi terhadap kultur teknis tanaman yang dilakukan petani.

(4)

Hipotesa Penelitian

Terdapat populasi dan serangan hama lalat buah (Bactrocera dorsalis Complex.) sehubungan dengan perbedaan kultur teknis yang

dilakukan petani seperti penggunaan bibit, pemupukan dan pengendalian hama pada pertanaman cabai (Capsicum annuum L.) di Kabupaten Karo.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(5)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Karekteristik Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)

Menurut Evans (1984), klasifikasi lalat buah adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Tephritidae Genus : Bactrocera

Satu ekor lalat betina Bactrocera dorsalis Complex. menghasilkan telur 1200-1500 butir. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan berkelompok 2-15 butir. Seekor lalat betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/hari (Kalshoven, 1981).

Setelah 2 hari telur menetas menjadi larva yang berwarna putih kekuningan atan putih keruh, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Caput berbetuk runcing dengan satu sampai dua bintik yang jelas, mempunyai alat kait mulut. Stadia larva terdiri atas tiga instar (Kalshoven, 1981).

Gambar 1: Telur Lalat Buah (Sumber: www. Oriental Fruit_fly_Eggs_.com)

(6)

Larva lalat buah berkembang melalui tiga tahap atau "instar", dengan 3 sampai 4 hari untuk setiap tahap. Larva dewasa mencapai sekitar 2 / 5 inci (10 mm) panjang. Mereka adalah off-mulut hitam putih dengan kait dan cahaya spirakel posterior cokelat. Pakan larva dan berkembang di dalam material host, sehingga tidak layak untuk di konsumsi manusia. Larva makan biasanya menghasilkan buah drop premature (Steck, 2007).

Gambar 2: Larva Lalat Buah (Sumber: www. Oriental Fruit_fly_larva_.com)

Pupa berbentuk oval, warna kecoklatan, dan panjangnya 5 mm, berada di dalam tanah. Masa pupa adalah 4-10 hari (Kalshoven, 1981).

Gambar 3: Pupa Lalat Buah (Sumber: www. Oriental Fruit_fly_Pupa_.com)

Lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Toraks berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat, atau hitam dan memiliki sepasang sayap. Pada sayap

Bactrocera dorsalis Complex, biasanya terdapat dua garis membujur dan sepasang

sayap trasparan. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat buah betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur yang

(7)

cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan pada lalat buah jantan abdomennya lebih bulat. Daur hidup lalat buah dari telur sampai dewasa di daerah tropis berlangsung 25 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah membutuhkan sumber protein untuk makanannya dan persiapan bertelur (Kalshoven, 1981).

Gambar 4: Imago Lalat Buah Aktivitas lalat buah dalam menentukan tanaman inang ditentukan oleh warna

dan aroma dari buah. Lalat buah jantan mengenal pasangannya selain melalui feromon, juga melalui kilatan warna tubuh dan pita atau bercak pada sayap. Lalat buah aktif pada sore hari menjelang senja. Untuk Bactrocera spp., kopulasi biasanya terjadi pada senja hari. Lalat buah termasuk serangga yang kuat terbang, lalat buah jantan mampu terbang 4-15 mil (6,44-24,14 km) tergantung pada kecepatan dan arah angin. Lalat buah banyak beterbangan diantara pohon buah-buahan bila buah sudah hampir matang atau masak (Kalie, 1999).

Vegetasi sekitarnya merupakan hunian saat tidak terjadi musim buah yang sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan karena dapat memberikan makanan serta media kehidupan yang sesuai, bebas dari suhu panas atau dingin, serta hujan lebat yang menggangu aktivitas. Tingkat kerusakan buah tergantung kepadatan populasi dan keragaman vegetasi (Kalie,1999). Intensitas serangan dan populasi lalat buah akan meningkat pada keadaan iklim sesuai, pada saat suhu rendah berkisar antara 260 C, dan kelembapan tinggi berkisar 90% akan baik bagi aktivitas lalat buah.

(8)

Aktivitas lalat buah akan lebih baik pada saat curah hujan rendah dari pada curah hujan tinggi (Rukmana & Sugandi, 1997).

Kelakuan menggambarkan respon hewan terhadap lingkungan. Serangga sangat sensitive terhadap variasi lingkungan dan serangga dapat berubah kelakuan mereka dalam merespon naik turunnya kondisi lingkungan atau perubahan lingkungan. Serangga, khususnya yang dapat terbang dapat berpindah untuk menghindarinaik turunnya temperatur, kelembaban, zat kimia atau faktor abiotik lainnya untuk menghindari dari kondisi yang merugikan (Schowalter, 1996).

Gejala Serangan

Gejala awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan kalau di belah biji cabai berwarna coklat kehitaman dan pada akhirnya buah rontok (Parhusip, 2009).

Gejala serangan pada buah yang terinfestasi lalat buah ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositornya. Rata-rata tingkat serangan lalat buah pada cabai berkisar antara 20-25% (Wardani dan Purwandi, 2008).

Gambar 5: (kiri) buah abnormal dan (kanan) buah busuk karena serangan lalat buah Lalat buah biasanya menyerang tanaman cabai pada waktu musim hujan. Lalat betina menusuk buah cabai dengan alat peletak telur untuk menusukkan

(9)

telurnya ke dalam daging buah cabai . Telur akan menetas dan menjadi belatung yang memakan buah cabai tersebut. Apabila buah cabai terdapat luka terdapat luka berupa titik tusukan dan kemudian di belah maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam, daging buah busuk dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah. Sehingga kemudian belatung akan keluar dengan melentingkan diri dan masuk ke dalam tanah untuk berubah menjadi pupa dan seterusnya menjadi lalat buah muda. Luka tusukan lalat buah dapat menyebabkan masuknya infeksi sekunder berupa penyakit busuk buah, baik dari cendawan maupun bakteri. Pada tingkat serangan parah, buah cabai banyak yang busuk dan rontok. Lalat buah juga di kenal sebagai hama polifag (Prajnanta, 2007).

Lalat buah biasanya akan mengincar buah yang mulai masak. Lalat betina hinggap pada sasaran dan meletakkan telur dengan cara menusukkan ovipositornya kedalam daging buah. Buah yang baru ditusuk akan sulit dikenali karena hanya ditandai dengan titik hitam yang kecil sekali. Setelah telur menetas larva akan memakan daging buah bagian dalam sehingga kerusakan buah tidak dapat dilihat, karena permukaan buah tetap mulus. Jika serangan sudah mendekati permukaan buah, biasanya buah akan segera terlihat adanya perubahan warna pada daging buah dan pada bagian yang terserang menjadi lembek (Hariyanto, 1992).

Pengendalian

Pengendalian secara kultur teknis

Penggunaan tanaman perangkap dapat didasarkan pada peringkat tanaman yang di sukai lalat buah yaitu jambu biji, belimbing, mangga, jambu air, dan cabe merah. Tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang rendah dapat dijadikan tanaman

(10)

perangkap. Pengalaman di Bali dan Jawa Barat tanaman selasih dapat dijadikan pohon perangkap. Lalat buah akan berkumpul di sekitar pohon selasih, lalu di jaring (Deptan, 2007).

Sanitasi kebun bertujuan untuk memutus daur hidup lalat buah, sehingga perkembangan lalat buah dapat di tekan. Buah yamg jatuh dikumpulkan kemudian dimusnahkan dan di bakar atau dibenamkan di dalam tanah (Deptan, 2007).

Pengendalian secara mekanis

Penggunaan asap belerang dengan cara pengomposan dalam mengendalikan hama lalat buah juga dianggap baik karena tidak mempunyai efek residu, dimana dilakukan berulang-ulang untuk hama yang edaran hidupnya pendek (Mangundihardjo, 1978 dalam Yuswani, 1993).

Pemasangan mulsa plastik di dataran tinggi dan medium menekan gulma dan memperlambat insiden virus dan penyakit serta menekan larva berubah menjadi pupa didalam tanah (Duriat dan Sudarwohadi, 1994).

Pengendalian secara kimia

Bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan lalat buah (oriental fruit fly) telah digunakan sebagai toxican/ racun di umpan dan semprotan.

Atraktan cair protein dalam semprotan insektisida adalah metode yang disarankan untuk mengendalikan populasi lalat buah dewasa di sekitar tanaman. Umpan semprotan insektisida yang diterapkan untuk tanaman daun lebar yang berfungsi sebagai refugia untuk lalat buah dewasa. Agar efektif umpan-insektisida semprotan

(11)

harus digunakan dalam kombinasi dengan praktek-praktek sanitasi yang baik (Mau & Jayma, 1992).

Dengan menggunakan atraktan Metil Eugenol yang dikombinasikan Minyak

Melaleuca brachteata setiap dua minggu sekali, mampu menghasilkan tangkapan

lalat buah (Bactrocera spp) terbanyak sehingga mampu mencegah kerusakan buah cabai akibat serangan hama tersebut. Lalat buah mulai menyerang pada umur tanaman 51 hst. Pengaruh penggunaan ME maupun MMB mulai tampak pada umur 100 – 114 hst. Berdasarkan hasil tangkapan, ternyata atraktan MMB lebih efektif dibandingkan dengan ME. Sedangkan pada hasil pengamatan jumlah Bactrocea spp yang tertangkap, interval (lamanya) pergantian atraktan dua minggu sekali lebih efektif dibandingkan 4 minggu sekali. Hal ini berarti baik daya tarik MMB maupun ME akan menurun sejalan dengan berjalannya waktu. Makin lama atraktan tersebut dipasang, makin berkurang pula kemampuan daya tangkapnya. Penggunaan Atraktan MMB (Minyak Melaleuca Brachteata) dengan interval pergantian 2 minggu sekali, mampu menghasilkan tangkapan lalat buah (Bactrocera spp) terbanyak dan dapat menekan persentase kerusakan buah cabai akibat serangan Bactrocera spp tersebut (Cropscience, 1997).

Gambar

Gambar 1: Telur Lalat Buah                                                                                              (Sumber: www
Gambar 5: (kiri) buah abnormal dan (kanan) buah busuk karena serangan lalat buah   Lalat buah biasanya menyerang tanaman cabai pada waktu musim hujan

Referensi

Dokumen terkait

Pada analisisn logistik regresi pada semua variabel bebas terhadap fungsi motorik pada jari-jari tangan didapatkan hasil pada langkah pertama dari logistik

To allow a virtual function declaration to act as an interface to functions defined in derived classes, the argument types specified for a function in a derived class cannot differ

Hasil penelitian berupa rancangan fasilitas kerja yaitu meja dan kursi yang disesuaikan dengan dimensi tubuh sehingga apabila diimplementasikan diharapkan dapat

merupakan referensi yang penting ketika ingin membangun apotek spesialis ibu dan anak karena persepsi pelanggan terhadap apotek spesialis ini adalah berperan utama untuk

pembiayaan maka semakin banyak pendapatan bagi hasil yang

Sementara ini pendekatan legal formal dengan pemberlakuan un- dang-undang ITE dan penerapannya secara tegas, sedikit banyak telah membantu meredakan potensi kemunculan fenomena

[r]