Identifikasi Sebaran Reservoar Hidrokarbon dengan Metode Inversi
Simultan dan Analisis AVO Studi Kasus Lapangan ‘A’ Cekungan
Sumatera Selatan
Harnanti Yogaputri Hutami1, M. Syamsu Rosid1, Julika2 1Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
2PPPTMGB “LEMIGAS”
antyyogaputri@ymail.com, s_rosid@yahoo.com, julika@lemigas.esdm.go.id Abstrak
Teknik inversi simultan, transformasi Lambda Mu Rho (LMR), dan analisis AVO telah diterapkan pada studi kasus Lapangan ‘A’ Cekungan Sumatera Selatan. Tujuannya adalah untuk memetakan sebaran reservoar berupa batupasir yang berpotensi mengandung hidrokarbon. Zona target berada pada Sumur X-01 yang terletak pada bagian lower Formasi Talang Akar di kedalaman 2300-2600 m.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebaran batupasir yang berpotensi mengandung hidrokarbon dapat diidentifikasi dengan cukup baik melalui parameter Lambda Mu Rho (LMR). Dimana batupasir dapat ditandai dengan nilai Mu-Rho yang tinggi yaitu 27-35 GPa*gr/cc dan kandungan hidrokarbon ditandai melalui nilai Lambda Rho yang rendah yaitu 25-30 GPa*gr/cc. Hasil analisis AVO menunjukkan tidak adanya kandungan gas pada sumur X-01 sehingga dapat disimpulkan bahwa hidrokarbon yang ada pada zona target adalah berupa minyak. Analisis dari inversi simultan, analisis AVO, data sumur, dan informasi geologi menunjukkan bahwa sebaran zona reservoar menyebar pada bagian barat laut hingga timur laut sumur X-01.
Abstract
Simultaneous inversion technique, Lambda Mu Rho (LMR) transformation, and AVO analysis have been applied to Field ‘A’ South Sumatera Basin. The aim of this study is to map the distribution of sandstones which contained of hydrocarbon as the reservoirs target. Zone of interest, well X-01, is located at lower Talang Akar Formation in 2300 m – 2600 m depths.
The distribution of sandstones as the hydrocarbon reservoirs could be well identified by using Lambda Mu Rho analysis. Where sandstones are characterized by Mu Rho as high as 27-35 GPa*gr/cc and hydrocarbon content is identified by low value of Lambda Rho of 25-30 GPa*gr/cc. AVO analysis results indicate the absence of gas content in this well so it can be inferred that well X-01 is contained by oil. The combination of simultaneous inversion analysis, Lambda Mu Rho transformation analysis, AVO analysis, well data, and geological information shows that the distribution of reservoir zones spread on the northwest to the northeast of well X-01.
Keywords : AVO analysis, sandstones, simultaneous inversion, Parameter Lame
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan sumber daya alam yaitu minyak dan gas bumi yang semakin meningkat ternyata tidak seimbang dengan jumlah cadangan yang tersedia saat ini. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut misalnya dengan melakukan eksplorasi pada
lapangan-lapangan baru ataupun terus
meningkatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di lapangan yang sudah ada. Identifikasi karakteristik reservoar yang berkaitan dengan perubahan litologi dan kandungan fluida merupakan langkah awal upaya peningkatan eksplorasi.
Proses karakterisasi reservoar dengan menggunakan metode inversi seismik konvensional ternyata belum mampu menunjukkan hasil yang maksimal sehingga penggunaan metode baru yaitu misalnya dengan inversi simultan dan analisis AVO harus dilakukan demi tercapainya tujuan karakterisasi reservoar yang maksimal. Inversi simultan (simultaneous inversion) merupakan
metode inversi data pre-stack CDP gather yang memanfaatkan tiga buah parameter yaitu impedansi akustik, impedansi shear, dan densitas secara simultan (Hampson & Russell, 2005). Hasil inversi ketiga parameter tersebut kemudian dapat ditransformasikan kembali menjadi beberapa parameter sekunder yang berisi informasi lebih detil mengenai litologi dan kandungan fluida seperti Vp/Vs ratio dan Lambda Mu Rho (LMR).
Lambda Mu Rho merupakan gabungan antara dua parameter yaitu Lambda Rho dan Mu Rho.
Lambda Rho berkaitan dengan sifat
inkompresibilitas batuan. Inkompresibilitas yang merupakan kebalikan dari kompresibilitas batuan menunjukkan kemampuan suatu batuan untuk menahan tekanan yang diberikan pada nilai tertentu. Sifat inkompresiblitas pada batuan ini berkaitan erat dengan porositas batuan dan fluida pengisi pori batuan tersebut. Ketika pori batuan terisi oleh air atau minyak, batuan tersebut akan lebih sulit untuk dikompresi atau dengan kata lain lebih less-compressed dibandingkan dengan batuan yang pori-porinya terisi oleh gas. Dengan demikian,
dikatakan bahwa perubahan nilai Lambda Rho ini dianggap cukup baik dalam mengidentifikasi kandungan hidrokarbon pada suatu formasi batuan. Parameter lainnya yaitu Mu Rho berkaitan dengan sifat rigiditas batuan. Rigiditas merupakan kemampuan suatu batuan untuk mempertahankan bentuk ketika diberi tekanan. Batuan yang rigid seperti batupasir akan lebih mudah hancur (berubah bentuk) ketika diberi tekanan dibandingkan dengan lempung yang bersifat lebih elastis. Dengan demikian nilai Mu Rho ini dapat digunakan untuk membedakan litologi batupasir dan lempung dengan lebih baik.
Penelitian dengan menggunakan metode inversi simultan dan analisis AVO ini diharapkan dapat mencapai tujuan yaitu menentukan sebaran potensi reservoar hidrokarbon pada sumur X-01 yang terletak di Lapangan ‘A’ Cekungan Sumatera Selatan.
2. METODE PENELITIAN
Metode geofisika yang umumnya digunakan dalam industri minyak dan gas bumi adalah metode seismik refleksi. Dibandingkan dengan beberapa metode lainnya, metode ini dianggap paling mampu memberikan informasi dengan resolusi yang paling baik mengenai keadaan bawah permukaan bumi. Impedansi akustik adalah salah satu sifat yang khas pada batuan. Nilai ini merupakan hasil perkalian antara densitas dan kecepatan gelombang. Nilai impedansi akustik seringkali disebutkan sebagai acoustic hardness (Sukmono, 1999) atau tingkat kekerasan batuan. Batuan yang keras dan sulit dimampatkan seperti gamping, akan memiliki nilai impedansi akustik yang tinggi. Sedangkan batuan yang lunak dan mudah dimampatkan seperti lempung, akan memiliki nilai impedansi akustik yang lebih rendah. Inversi seismik didefinisikan sebagai teknik
pemodelan geologi bawah permukaan
menggunakan data seismik sebagai input dan data sumur sebagai kontrol (Sukmono, 2005). Inversi seismik juga disebutkan sebagai proses ekstraksi sifat fisika geologi bawah permukaan dari data seismik (Hampson & Russell, 1988). Tujuan dasar inversi seismik adalah melakukan transformasi data seismik refleksi menjadi nilai kuantitatif sifat fisik serta deskripsi reservoar (Pendrel, 2006). Tujuan akhir dari proses inversi ini adalah membandingkan pseudo-log hasil inversi dengan data log pada sumur untuk dilihat kemiripannya. Dengan begitu dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan hidrokarbon dan struktur geologi lainnya.
Inversi simultan merupakan metode inversi yang menggunakan data partial stack gelombang P dengan sudut tertentu yang kemudian diinversikan dengan wavelet yang diekstraksi, baik dari data sumur maupun data seismik, dari masing-masing stack. Tujuannya adalah untuk memperoleh
informasi Impedansi Akustik (Zp), Impedansi Shear (Zs), densitas (ρ). Metode inversi simultan merupakan teknik inversi untuk mendapatkan tiga parameter (Zp, Zs, dan ρ) secara simultan. Metode ini didapatkan dari persamaan Aki & Richard yang merupakan turunan dari persamaan Zoeppritz. Penurunan persamaan inversi simultan ini dilakukan oleh Aki & Richard (1980), Shuey (1985), kemudian Fatti (1994) sehingga hasil akhirnya menjadi seperti persamaan (1).
Rpp (θ) = (1+tan2 θ) ∆!" !!" – 8γ 2sin2 θ ∆!" !!" - [½ tan 2θ - 2γ2sin2θ] ∆! ! (1) dimana :
θ = Sudut datang gelombang P
I(x) = Impedansi akustik dari gelombang (P atau S) γ = VS/Vp
Ketiga parameter hasil inversi simultan yaitu berupa impedansi akustik, impedansi shear, dan densitas dapat ditransformasikan menjadi parameter sekunder misalnya Lambda Mu Rho (LMR) yang dapat digunakan untuk memisahkan litologi dan kandungan fluida secara lebih detil. Lambda Rho (λρ) yaitu sifat inkompresibilitas batuan. Semakin mudah suatu batuan untuk dikompresi, maka akan semakin kecil pula harga inkompresibilitas yang terbaca begitu pula sebaliknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya perubahan pori pada batuan. Perubahan pori ini sangat erat kaitannya dengan fluida pengisi pori batuan tersebut. Ketika pori batuan terisi oleh minyak atau air, maka nilai inkompresibiltasnya akan tinggi. Hal ini dikarenakan minyak atau air merupakan fluida yang sulit untuk dikompresi. Sebaliknya, jika pori tersebut diisi oleh gas, maka nilai inkompresibiltas yang terbaca akan rendah.
Nilai Mu Rho (µρ) merupakan suatu nilai yang menunjukkan tingkat rigiditas suatu batuan. Rigiditas dinyatakan sebagai kemampuan suatu batuan untuk mempertahankan bentuk dirinya ketika dikenai suatu gaya, seperti tekanan, dengan nilai tertentu. Ini berkaitan dengan bagaimana suatu batuan ketika menerima tekanan tersebut. Batupasir ataupun karbonat, ketika diberi tekanan akan lebih mudah pecah (brittle) dibandingkan dengan lempung (shale). Hal ini dikarenakan lempung bersifat lebih lunak dan lebih fleksibel ketika dikenai tekanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa batupasir atau karbonat bersifat lebih rigid dibandingkan lempung.
Ostrander (1982) menyebutkan bahwa analisis Amplitude Variation with Offset (AVO) merupakan teknik yang digunakan untuk melihat perubahan nilai amplitudo terhadap perubahan offset pada data pre-stack gather. Pada kondisi normal ketika tidak ditemukan adanya anomali, semakin bertambah jarak offset dan semakin besar sudut datang, maka nilai amplitudo akan semakin kecil. Namun pada
kasus AVO, amplitudo akan semakin besar seiring dengan bertambahnya jarak offset.
Ketika sudut datang gelombang seismik bernilai nol atau biasa dikenal dengan sebutan zero offset, koefisien refleksinya hanya akan dipengaruhi oleh nilai impedansi akustik dan densitas. Lain halnya ketika sudut datang gelombang tidak sama dengan nol, maka parameter lain yang mempengaruhi nilai koefisien refleksi yaitu kecepatan gelombang P, kecepatan gelombang S, densitas, dan besar nilai sudut datang dari gelombang seismik tersebut. Persamaan koefisien refleksi untuk sudut datang tidak sama dengan nol pertama kali dirumuskan oleh Knot (1899) dan Zoeppritz (1919) dengan menggunakan perhitungan matriks 4x4 (Yilmaz, 2001). Kemudian Shuey (1985), kembali melakukan penyederhanaan perhitungan koefisien refleksi gelombang P dari persamaan Zoeppritz, yaitu : ) sin (tan 2 1 sin ) 1 ( ) ( 2 2 2 2 0 0 0 θ θ θ σ σ θ ⎥ + Δ − ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − Δ + + = Vp Vp R A R R (2) Secara umum, pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu analisis data sumur, inversi simultan, dan analisis AVO. Diagram alir pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
Gbr 1. Diagram alir pengolahan data yang dilakukan pada
penelitian
a. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
- Data Seismik : Pre-Stack Time
Migration (PSTM) 3D dengan sampling interval 2 ms dengan inline 2343-2397 dan xline 10041-10621.
- Data Sumur : Sumur X-01 yang dilengkapi dengan log Gamma ray, log densitas, log NPHI, log Vp, log Vs, dan log
Resistivitas. Sumur X-01 ini berada pada inline 2363 dan xline 10501.
- Data Marker : Top A (2351 m – 2358 m), Top B (2396 m – 2527 m), Top C (2504 m – 2527 m), dan Top F (2646 m – 2654 m ).
- Data Horizon : PreTAF dan uTAF sebagai batas formasi Talang Akar serta SB5, SB2, dan SB3 sebagai top reservoar. b. Proses pengolahan data yang dilakukan
yaitu :
1. Melakukan proses prekondisi data seismik yaitu berupa koreksi NMO, filterisasi, dan trim static.
2. Menentukan interval target berupa batupasir yan berpotensi sebagai reservoar hidrokarbon
3. Melakukan analisis sensitivitas data sumur dengan menggunakan beberapa parameter yang berkaitan erat dengan perubahan litologi dan kandungan fluida.
4. Melakukan ekstraksi wavelet dan korelasi antara data seismik dan data sumur (well to seismic tie).
5. Melakukan picking horizon, yaitu untuk menandai event reflektor yang muncul pada data seismik sebagai batas formasi target dan top reservoar serta melihat struktur yang ada di sekitar formasi target (sumur X-01, Formasi Talang Akar).
6. Membuat model awal untuk parameter impedansi akustik, impedansi shear, dan densitas. Ketiga model awal yang memiliki nilai korelasi paling baik kemudian akan dijadikan input untuk proses inversi simultan
7. Melakukan inversi simultan. Hasilnya adalah hasil inversi nilai impedansi akustik, impedansi shear, dan densitas.
8. Melakukan transformasi hasil inversi ketiga parameter diatas untuk mendapatkan dua parameter sekunder yaitu Lambda Rho dan Mu Rho. 9. Melakukan analisis AVO dengan
menggunakan tiga atribut AVO yaitu intercept (A), gradient (B), dan product (A*B).
10. Menganalisis ketiga hasil pengolahan data untuk menentukan parameter
yang paling baik dalam
mengidentifikasi sebaran batupasir yang mengandung hidrokarbon dan sebarannya.
11.
Membuat peta sebaran reservoar hidrokarbon tersebut.3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Interval zona target pada sumur X-01 Berdasarkan analisis data log yang dihasilkan oleh sumur X-01, interval zona target pada sumur X-01 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dari hasil quick look pada data sumur dapat disimpulkan bahwa batupasir yang mengandung hidrokarbon dapat ditandai dengan adanya persilangan nilai antara NPHI dan densitas, Gamma Ray rendah, Vp dan Vs yang rendah, dan nilai resistivitas yang tinggi.
Gbr 2. Zona target sumur X-01 yang terdiri dari Top
A, top B, top C, dan Top E
b. Analisis sensitivitas data sumur
Analisis sensitivitas (krosplot) dilakukan terhadap beberapa parameter yaitu impedansi akustik, impedansi shear, Gamma ray, lambda rho, mu rho, dan saturasi air. Hasil krosplot dengan parameter impedansi akustik, Gamma Ray, dan Vertical depth (TVD) seperti terlihat pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa zona target didominasi oleh batuan dengan nilai Gamma ray rendah dengan nilai cut off 60 GAPI dan nilai impedansi yang lebih tinggi dengan nilai 10000 – 12000 ((ft/s)*(gr/cc)). Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa batupasir di sumur X-01 merupakan batupasir keras (tight sandstone). Tight sandstone merupakan batupasir yang mengandung beberapa jenis batuan lain misalnya lempung dan siltstone didalamnya
sehingga nilai impedansi akustiknya menjadi lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan informasi geologi formasi Talang Akar yang tersusun atas batupasir, lempung, dan siltstone.
Gbr 3. Krosplot nilai impedansi akustik dan
Gamma ray dengan indeks warna Vertical Depth (TVD) (kiri) dan hasil zonasi pada sumur X-01
(kanan)
Namun demikian, hasil krosplot diatas juga menunjukkan bahwa parameter yang lebih baik dalam memisahkan litologi batupasir dengan lempung adalah Gamma Ray, sedangkan impedansi akustik belum bisa memisahkan litologi dengan cukup baik. Hal ini terbukti dengan masih adanya nilai yang overlap antara batupasir dan lempung pada cluster impedansi akustik. Gambar 4 merupakan analisis krosplot yang bertujuan untuk memisahkan kandungan fluida pada sumur X-01. Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan fluida pada sumur X-01 dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Pay Sands, Wet sands, dan Tight Sandstone yang mengandung hidrokarbon. Zona target ditunjukkan oleh zona berwarna merah.
Gbr 4. Krosplot nilai Lambda-Rho dan Mu-rho
dengan indeks warna Saturasi Air (kiri) dan hasil Zonasi sumur X-01 (kanan)
c. Inversi simultan dan transformasi LMR
Gbr 5. (a) hasil inversi impedansi akustik di sumur
X-01 pada penampang inline 2363; (b) hasil inversi impedansi shear di sumur X-01 pada penampang inline 2363;(c) hasil transformasi Mu Rho; (d) hasil
transformasi Lambda Rho
Hasil inversi impedansi akustik dan impedansi shear seperti yang ditunjukkan
oleh Gambar 5(a) dan 5(b)
mengidentifikasikan dominasi nilai impedansi akustik yang tergolong tinggi di area sekitar sumur X-01. Namun demikian, ditemukan adaya nilai impedansi akustik yang menurun yang ditandai oleh area berwarna merah yang mengidentifikasikan potensi kandungan fluida didalam batuan. selanjutnya, dominasi impedansi shear yang bernilai rendah juga menunjukkan potensi kandungan fluida di area sekitar sumur X-01. Hasil transformasi lambda rho yang bernilai rendah dan kemudian mu
rho yang cenderung menurun
mengidentifikasikan bahwa batupasir yang
ada di area sumur X-01 merupakan batupasir keras atau tight sandstone yang kemungkinan besar berpotensi ebagai reservoar hidrokarbon.
d. Analisis AVO
Hasil analisis AVO dengan menggunakan tiga atribut yaitu intercept (A), gradient (B), dan product (A*B) menunjukkan tidak adanya potensi kandungan gas pada batupasir yang ada di sumur X-01. Hal ini ditandai dengan tidak adanya nilai posistif pada hasil perkalian antara intercept (A) dan gradient (B) pada setiap zona target yang ada di sumur X-01 seperti pada Gambar 6. Kelas anomali AVO yang muncul yaitu kelas I dan kelas IV.
Gbr 6. Hasil AVO atribute volume, data intercept
(A) dengan color data product A*B pada inline 2363 sumur X-01
e. Peta sebaran reservoar hidrokarbon Berdasarkan hasil slicing yang dilakukan pada dua parameter yang dianggap cukup baik dalam memisahkan litologi batupasir yang berperan sebagai reservoar hidrokarbon, yaitu Lambda Rho dan Mu Rho, dapat diketahui arah sebaran potensi hidrokarbon tersebut melalui penggabungan antara peta slicing nilai Lambda Rho atau Mu Rho dengan peta struktur kedalaman yang telah dibuat melalui proses picking horizon.
Gambar 7 adalah peta sebaran nilai Lambda Rho yang di overlay terhadap peta kedalaman area target. Dari peta tersebut dapat diketahui bahwa sumur X-01 berada pada area rendahan dan memiliki nilai Lambda Rho yang relatif menurun dibandingkan dengan daerah disekitarnya. Area ini berada pada kisaran 26-30 GPa*gr/cc yang ditandai oleh warna kuning. Nilai lambda rho yang menurun ini menyebar hingga ke arah barat laut hingga timur laut sumur X-01.
a
b
c
d
Gbr 7. Peta sebaran nilai Lambda Rho terhadap peta kedalaman
di sekitar sumur X-01
Gambar 4.6 adalah peta overlay sebaran nilai Mu Rho dengan nilai kedalaman. Hasilnya menunjukkan adanya kenaikan nilai Mu Rho pada sumur X-01 dan sekitarnya yang mengarah timur laut. Namun demikian, nilai Mu Rho yang berada pada sumur X-01 merupakan nilai yang tergolong lebih rendah dengan kisaran 26-32 GPa*gr/cc. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, rendahnya nilai Mu Rho yang terbaca pada sumur X-01 kemungkinan besar terjadi akibat dua hal. Pertama yaitu nilai impedansi shear yang memang terbaca rendah di sumur X-01. Nilai impedansi shear merupakan nilai yang berpengaruh terhadap perubahan Mu Rho. Kemudian penyebab kedua adalah tipe batupasir yang ada pada sumur X-01 dan sekitarnya lebih didominasi oleh batupasir keras atau tight sandstone. Dimana tight sandstone adalah batupasir yang mengandung campuran lempung dan siltstone didalamnya sehingga ini akan berpengaruh pada tingkat rigiditas batupasir tersebut. Batuan yang lebih keras akan cenderung memiliki sifat rigiditas yang lebih rendah. Dengan demikian sangat wajar jika ini berpengaruh langsung terhadap penurunan nilai Mu Rho yang terjadi.
Gbr 8. Peta sebaran nilai Mu Rho terhadap peta kedalaman di
sekitar sumur X-01
Berdasarkan analisis terhadap sebaran nilai Lambda Rho dan Mu Rho dapat disimpulkan bahwa sumur X-01 bukan merupakan prospek utama yang adala di Lapangan ‘A’. Daerah prospek yang lebih berpotensi berpusat pada arah timur laut
sumur X-01 yang ditandai dengan nilai lambda Rho lebih rendah dan nilai Mu Rho yang lebih tinggi. Dimana kedua nilai tersebut menunjukkan potensi batupasir yang mengandung hidrokarbon didalamnya.
4. KESIMPULAN
Dari hasil analisis sensitivitas data sumur didapatkan parameter yang paling sensitif dalam memisahkan litologi antara batupasir dan lempung adalah Gamma Ray dan mu-rho. Dari keseluruhan litologi yang terdeteksi, batuan yang berpotensi menjadi reservoar hidrokarbon adalah batu pasir keras (Tight Sandstone) dengan nilai impedansi akustik tinggi yang berkisar antara 10000 – 12000 ((m/s)*(gr/cc)) dan nilai mu-rho yang berkisar antara 26-32 GPa*gr/cc serta Gamma Ray yang bernilai kurang dari 60 GAPI.
Hasil analisis sensitivitas sumur dan analisis AVO pada data seismik menunjukkan bahwa tidak adanya kandungan gas pada sumur X-01. Fluida yang terkandung pada batupasir sumur X-01 adalah minyak dan air. Nilai lambda – rho yang terbaca dengan berada pada kisaran 26-30 GPa*gr/cc.
Sebaran potensi reservoar hidrokarbon menyebar ke arah timur laut dari sumur X-01.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih disampaikan kepada Bpk. Drs. M. Syamsu Rosid, Ph.D selaku pembimbing I dan Ketua Program peminatan Geofisika UI. Ibu Ir. Julikah, M.T selaku pembimbing II dan Humbang Purba M.Si selaku pembimbing teknis dari pihak PPPTMGB “LEMIGAS”. Bpk. Dr. rer.nat Abdul Haris dan Bpk. Dr. Eko Widianto yang telah meluangkan waktu untuk diskusi, memberi pengarahan, mengoreksi, dan memberi masukan-masukan pada penelitian ini.
DAFTAR ACUAN
[1] Aki, K. & Richard, P. G., 1980, Quantitative Seismology : Theory and Methods. Freeman & Co. New York. [2] Bishop, M.G., 2001, South Sumatera
Basin Province, Indonesia : The
Lahat/Talang Akar Cenozoic Total
Petroleum System, USGS Open file report 99-50-S.
[3] De Coster, G.L., 1974, The Geology of Central and South Sumatera Basins, Proceedings Indonesian Petroleum Association Third Annual Convention, June, 1974p, 77-110.
[4] Fatti, J.L., Smith, G.C., Vail, P.J., Strauss, P.J., and Levitt, P.R., 1994, Detection of gas in sandstone reservoirs using AVO
analysis : A 3-D seismic case history using the Geostack technique: Geophysics, 59, 1362-1376.
[5] Fatti, Jan L, 1994, Detection of gas in sandstone reservoirs using AVO analysis, Geophysics, Vol 59 (September 1994). [6] Hampson-Russel Software Service, Ltd.,
2011. AVO Workshop: Seismic Lithology & AVO Workshop.
[7] Ostrander, W.J. 1982. Direct Hidrocarbon Indications Using Seismic Amplitude Variations With Offset. Geophysics, 49, 216-218.
[8] Pendrel, John. 2006. Seismic Inversion – A
Critical Tool in Reservoir
Characterization. Scandinavian Oil-Gas Magazine No. 5 / 6.
[9] Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics. England : John Wiley & Sons Ltd.
[10] Shuey, R.T. 1985. A Simplification of The Zoeppritz Equations. Geophysics,50, 609-614.
[11] Sukmono, Sigit., 1999, Interpretasi Seismik Refleksi, Lab of Reservoir Geophysics, Dept. Of Geophysical Engineering, ITB.
[12] Sukmono, Sigit., 2002, Fundamental of Rock Physics, DHI and Well Logging Analysis, lab of Reservoir Geophysics, Dept. Of Geophysical Engineering, ITB. Sukmono, S. 2005. Fundamental of Seismic
Inversion. Bandung : Program Studi Teknik Geofisika ITB.