• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS

(MASTERY LEARNING) BERBANTUAN MEDIA POWERPOINT

TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SD NEGERI 2 TIBUBENENG KUTA UTARA-BADUNG

Ni Luh Diantari

1

, Made Putra

2

, I.G.A.Agung Sri Asri

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: dian23_chika@yahoo.com

1

, putra_md13@yahoo.com

2

,

xgungasrix@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng Kuta Utara-Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan Nonequivalent Control Group Desain. Populasi meliputi seluruh siswa kelas V di SD Negeri 2 Tibubeneng yang berjumlah 106 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Hasil pengundian diperoleh siswa kelas VB sebagai kelompok eksperimen berjumlah 35 orang dan siswa kelas VA sebagai kelompok kontrol berjumlah 36 orang. Metode pengumpulan data digunakan metode tes jenis objektif bentuk soal pilihan ganda biasa. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas V yang dibelajarkan melalui model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint lebih besar dari siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (80,2>68,7). Demikian pula hasil analisis uji hipotesis diperoleh thit =

4,54, sedangkan pada taraf signifikan 5% (dk = 35+ 36–2=69) diperoleh ttabel = 2,000.

Dengan demikian nilai thitung > ttabel (4,54 > 2,000) sehingga Ho ditolak. Maka dapat

diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPS Siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning), Powerpoint, Hasil Belajar IPS. Abstract

This research aims to know the significant difference between the IPS subject study results of students who complete learning model through mastery learning using powerpoint with media groups of students learning through conventional in students of class V SD Negeri 2 Tibubeneng North Kuta-Badung. This research is quasi experimental research design with Nonequivalent Control Group design. The population covers the entire grade V in SD Negeri 2 Tibubeneng which are 106 students. Determination of samples is carried out by random sampling technique, which is contrary to the class to specify the experimental group and control group. The results of the draw obtained for the students classes VB as experimental groups consists of 35 students and grade VA consists of 36 students. A method of data

(2)

collection used the method of objective type tests are multiple choice question form. Data that has been collected is analyzed using statistical analysis method of inferensial (test-t). Based on the result analysis of data, the average results obtained studying IPS V taught through the mastery learning model using powerpoint media assisted more than students who are learning through conventional (80,2 > 68,7). A similarly the test hypothesis analysis results obtained ttest = 4.54, while at 5% significance (dk = 35+36-2=69) obtained ttable =

2,000. Thust ttest >ttabel (4,54 > 2,000) which mean Ho rejected. It can be concluded that there

is a significant difference study result of IPS subject between a group of students who taught through the mastery learning model using powerpoint with a group of students who taught through learning conventional. Thus it can be concluded that the mastery learning model assisted with powerpoint media influence significantly to learning outcomes IPS subject grade V SD Negeri 2 Tibubeneng.

Keywords : Mastery Learning, Powerpoint, IPS learning outcomes

PENDAHULUAN

Setiap mata pelajaran yang

tercantum dalam kurikulum sekolah, telah dijiwai oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksanaan proses pembelajaran mata pelajaran tersebut secara keseluruhan. Setiap mata pelajaran memiliki manfaat dan tujuan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari,

manusia mengalami berbagai

permasalahan-permasalahan sosial yang dekat dengan kehidupan yang harus disikapi dengan sikap-sikap sosial dan pemikiran yang kritis. Sehingga sikap-sikap sosial tersebut harus di bentuk sejak dini melalui pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di sekolah dasar.

Menurut BSNP (2007:17) bahwa

pembelajaran IPS merupakan mata

pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Dalam pembelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Menurut Susanto

(2013:137) menyatakan bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial

dan kegiatan dasar manusia yang

dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik. Sejalan

dengan pendapat tersebut, maka

pembelajaran IPS di SD sangat penting, karena melalui pembelajaran IPS siswa dapat menyiapkan dirinya sebagai warga

Negara dalam menjalani kegiatan

kemasyarakatan, memecahkan masalah sosial maupun pribadi dalam menjalani kehidupan.

Dalam proses pembelajaran IPS guru perlu menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik, yang bertujuan agar tercapainya proses pembelajaran yang bermakna bagi

siswa. Dengan demikian proses

pembelajaran akan berjalan dengan baik,

sehingga siswa akan mengikuti

pembelajaran dengan sungguh-sungguh

yang nantinya dapat menumbuhkan

penguasaan siswa terhadap materi

pembelajaran dengan optimal yang

berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 2 Tibubeneng pada tanggal 9 Desember 2013 ditemukan bahwa hasil belajar IPS siswa kurang optimal. Terkait beberapa penyebab permasalahan dalam

kegiatan pembelajaran yang

mempengaruhi hasil belajar IPS siswa yaitu guru cenderung masih menerapkan pembelajaran konvensional atau proses pembelajaran yang masih didominasi oleh guru belum optimal menggunakan metode ataupun model pembelajaran yang tepat,

dan cenderung belum efektif

menggunakan media yang menarik seperti powerpoint dalam penyampaian materi dimana pembelajaran hanya berdasarkan buku pegangan dan masih bersifat penugasan. Beberapa siswa menjadi

kurang tertarik mengikuti proses

pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS belum mampu mencapai hasil belajar yang optimal.

(3)

Guru perlu memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik dan siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint.

Melalui model pembelajaran tuntas

(mastery learning), proses pembelajaran

dilakukan secara sistematis dan

terstruktur, bertujuan untuk

mengadaptasikan pembelajaran pada

siswa kelompok besar (pembelajaran

klasikal), membantu mengatasi

perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (Yamin, 2013:130). Pembelajaran tuntas (mastery learning) merupakan model pembelajaran yang

melatih siswa untuk cepat dalam

menguasai materi pelajaran. Melalui

model pembelajaran tuntas (mastery learning) maka diharapkan dapat dengan mudah menguasai pembelajaran dan

menumbuhkan kemampuan siswa

memecahkan masalah secara mandiri maupun kelompok yang akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa.

Melalui model pembelajaran yang tepat, penggunaan media pembelajaran

juga sangat penting dalam proses

pembelajaran, karena “pembelajaran IPS

yang bersifat abstrak memerlukan

penyampaian materi dengan

menggunakan gambar, bagan, peta,

lambang, keterangan yang dapat dipahami

siswa dengan mudah sehingga

memudahkan siswa dalam memahami materi dari yang konkret ke yang abstrak” (Gunawan, 2011:38). Sejalan dengan pendapat tersebut maka penyampaian materi IPS yang menggunakan gambar,

bagan, peta, lambang, ataupun

keterangan dapat dijadikan satu kesatuan yang utuh dalam media pembelajaran,

yaitu dengan penggunaan media

powerpoint.

Media powerpoint sangat tepat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi IPS yang bersifat abstrak dan pembelajaran akan menjadi

menarik. Melalui penggunaan media

powerpoint diharapkan pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa sehingga dapat menumbuhkan perhatian siswa yang dapat bepengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Media powerpoint dapat

menghilangkan sifat abstrak dan verbalis materi IPS. Oleh karena itu, media

powerpoint dapat dijadikan sebagai

alternatif media pembelajaran yang dalam hal ini melengkapi model pembelajaran

tuntas (mastery learning).

Dengan model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media

powerpoint diharapkan dapat

mengoptimalkan penguasaan materi IPS pada siswa yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar IPS dengan cara

penyampaian yang menarik. Proses

pembelajaran yang dilakukan dengan

sistematis dan terstruktur dengan

menggunakan media powerpoint dalam penyampaiannya dapat menumbuhkan perhatian siswa dan kecepatan siswa dalam menguasai materi IPS sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang belajar

melalui model pembelajaran tuntas

(mastery learning) berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng Kuta Utara-Badung.

METODE

J

enis penelitian ini adalah

penelitian eksperimen. Iskandar (2010:64) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen adalah merupakan suatu penelitian yang

menuntut peneliti memanipulasi dan

mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta mengamati variabel terikat, untuk melihat perbedaan sesuai dengan manipulasi variabel bebas tersebut atau penelitian yang melihat hubungan sebab akibat kepada dua atau lebih variabel

dengan memberi perlakuan lebih

(treatment) kepada kelompok eksperimen.

Jenis penelitian eksperimen yang

digunakan adalah quasi eksperimen

(4)

eksperimen disebabkan oleh keterbatasan kemampuan untuk mengubah kondisi kelas yang sudah terbentuk sebelumnya..

Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Desain (Sugiyono, 2012:116). Pemilihan desain ini karena peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol bukan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar kedua kelompok.

Pretest dilakukan sebagai

penyetaraan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal tersebut didukung oleh pendapat Dantes (2012: 97) yang menyatakan bahwa “pemberian

pretest biasanya untuk mengukur

ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”. Sedangkan post-test dilakukan pada akhir penelitian untuk mendapatkan data hasil belajar IPS dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Langkah-langkah yang ditempuh

dalam penelitian ini terdiri dari tiga

tahapan, yaitu tahap persiapan,

pelaksanaan dan tahap akhir eksperimen. Pada tahap persiapan ini, dilakukan beberapa hal yaitu (1) Menyusun RPP beserta media dan sumber belajar yang akan digunakan baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol; (2) Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPS siswa, dan (3) Mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPS.

Pada tahap pelaksanaan penelitian, langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan (1) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia, (2) dari sampel yang telah diambil kemudian dilakukan pre-test, (3) setelah sampel dinyatakan setara dengan menguji kesetaraan berdasarkan data hasil pre-test, kemudian sampel diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan (4) Melaksanakan treatment pada kelas eksperimen sebanyak 6 kali

dengan menggunakan model

pembelajaran tuntas (mastery learning)

berbantuan media powerpoint dan

melaksanakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol sebanyak 6 kali.

Pada tahapan akhir penelitian , dilakukan post-test, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

“Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya” Sugiyono

(2010:117). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng dengan jumlah siswa keseluruhan sebanyak 106 orang yang diparalelkan menjadi kelas VA sebanyak 36 orang, VB sebanyak 35 orang, dan VC sebanyak 35 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2010:118). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah random sampling atau teknik sampling acak, sebab dalam populasi tidak dilakukan pengambilan acak individu sebagai sampel namun diadakan random kelas dengan cara undian.

Setelah dilakukan random, maka diperoleh dua kelas. Selanjutnya dilakukan uji kesetaraan terlebih dahulu dengan

menggunakan rumus uji-t. .Sebelum

menggunakan rumus uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji

normalitas dan uji homogenitas.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh

bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan homogen. Setelah dinyatakan normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan menggunakan rumus uji-t untuk uji kesetaraan. Setelah dinyatakan setara sampel diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengundian, maka ditentukan kelas VB sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 35 orang dan kelas VA sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 36 orang.

Menurut Sugiyono (2010:61)

“variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai varian tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.

(5)

Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Berbantuan Media Powerpoint yang dikenakan pada

kelompok eksperimen dengan

pembandingnya yaitu pembelajaran

secara konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS.

Data yang diperoleh dalam

penelitian ini yakni hasil belajar IPS.

Metode pengumpulan data yang

digunakan yakni metode tes yaitu tes hasil belajar IPS. Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.

Dengan adanya tes peneliti dapat

memperoleh data hasil belajar IPS siswa (Suwandi, 2011:470).

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPS adalah tes hasil belajar objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa (Multiple Choise Test). Menurut Arikunto (2010: 162) mengemukakan bahwa "Multiple Choise Test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkian jawaban

atau alternaif (option). Kemungkinan

jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). Setiap butir soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dipilih siswa (a, b, c, d). Setiap item soal diberikan skor satu bila siswa menjawab benar dan skor nol bila siswa menjawab salah. Skor setiap

jawaban kemudian dijumlahkan dan

jumlah tesebut merupakan skor variabel hasil belajar IPS. Skor hasil belajar IPS mulai dari 0-100. Skor 0 merupakan skor minimal ideal serta seratus merupakan skor maksimal tes hasil belajar IPS.

Sebanyak 50 butir soal tersebut diberikan kepada siswa kelas VI dengan tujuan validasi butir tes. Hasil validasi tersebut yang akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di kelas V sebagai posttest untuk mengetahui kemampuan hasil belajar IPS. Sebelum tes hasil belajar yang berupa tes objektif diberikan kepada siswa, terlebih

dahulu harus dilakukan pengujian

instrument.

Uji validitas isi dilakukan dengan

cara menyesuaikan butir tes dengan indikator dan standar kompetensi. Uji validitas isi dilakukan dengan membuat blue print atau kisi-kisi soal. Suatu tes untuk mengevaluasi hasil belajar disebut baik jika materi yang terkandung dalam butir-butir tes tersebut dapat mewakili seluruh materi. Tes hasil belajar IPS tergolong tes yang bersifat dikotomi sehingga menggunakan rumus Point

Biseral (Sudijono, 2011:185).

Berdasarkan perhitungan uji validitas tes hasil belajar IPS, dari 50 butir soal yang diujicobakan kepada 80 responden diperoleh 35 butir soal yang valid dan 15 butir soal yang tidak valid.

Berdasarkan hasil analisis uji daya beda, diperoleh daya pembeda soal

berkisar antara 0,20 – 1,00 sehingga

memiliki klasifikasi daya pembeda soal dari cukup sampai dengan sangat baik, dengan rincian yakni 6 butir soal termasuk dalam klasifikasi cukup, 22 butir soal termasuk dalam klasifikasi baik, dan 7 butir soal termasuk dalam klasifikasi sangat baik. . Perhitungan tingkat kesukaran butir soal maka diperoleh 8 butir soal dengan klasifikasi mudah, 22 butir soal dengan klasifikasi sedang, dan 5 butir soal

dengan klasifikasi sukar. Hasil

perhitungan uji reliabilitas tes, dinyatakan tes tersebut reliable tergolong pada reliabel sangat tinggi. Sehingga terdapat 35 butir soal yang digunakan dalam instrument post-test.

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik

analisis Uji-t dengan rumus polled

varians. Teknik analisis Uji-t dapat digunakan jika data telah memenuhi prasyarat, yaitu sebaran data berdistribusi

normal dan bervarian homogen.

Normalitas sebaran data dalam penelitian

ini menggunakan Chi-kuadrat. Uji

homogenitas varians dilakukan dengan uji F dari havley.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data nilai post-test, diperoleh rata-rata nilai IPS

pada kelompok eksperimen yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran

tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint sebesar 80,2 dengan

(6)

Standar Deviasi sebesar 12,01, Varians sebesar 1444,12, Median sebesar 80, dan Modus sebesar 85,7. Hasil belajar IPS

siswa pada kelompok eksperimen

kemudian dikategorikan sesuai dengan norma kerangka teoritik kurva normal ideal. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 21 siswa atau 60% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 12 siswa atau 34,3% siswa memperoleh hasil dalam kategori baik, dan 2 siswa atau 5,7% memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan siswa memperoleh hasil belajar dengan kategori sangat baik.

Sedangkan rata-rata nilai pada

kelompok kontrol yang dibelajarkan

dengan pembelajaran konvensional yaitu

sebesar 67,8 dengan Standar Deviasi sebesar 11,09, Varians sebesar 122,94, Median sebesar 71,4, dan Modus sebesar 74,3, dan. Hasil belajar IPS siswa pada kelompok kontrol kemudian dikategorikan sesuai dengan norma kerangka teoritik kurva normal ideal. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 9 siswa atau 25% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 19 siswa atau 52,8% siswa memperoleh hasil dalam kategori baik, 6 siswa atau 16,7% memperoleh hasil belajar dalam kategori

cukup dan 2 siswa atau 5,6 %

memperoleh hasil belajar dalam kategori kurang baik.

Sebelum melakukan pengujian

terhadap hipotesis maka dilakukan uji

prasyarat terhadap data yang diperoleh dengan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Hasil uji normalitas kelompok

eksperimen

2tabel<

2hit (5,81 < 11,07)

maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan

sebaran data hasil belajar IPS kelompok

eksperimen berdistribusi normal.

Sedangkan hasil uji normalitas kelompok

kontrol harga X2tabel= 11,07 karena

2

tabel<

2hit (6,00 < 11,07) maka Ho

diterima. Hal ini menunjukkan sebaran data hasil belajar IPS kelompok kontrol berdistribusi normal.

Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf

signifikansi 5% dengan db (34,35) adalah 1,78 sedangkan hasil perhitungan

diperoleh Fhitung sebesar 1,17. Ini berarti

Fhitung<Ftabel maka Ho diterima (gagal

ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians data hasil belajar IPS siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol atau harga varians adalah

homogen.

Data yang diperoleh telah memenuhi

semua uji prasyarat, uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t dengan rumus polled varians. Adapun kriteria pengujiannya yaitu jika | t hitung | < t tabel maka Ho diterima (gagal ditolak),

sebaliknya jika | t hitung | ≥ t tabel maka Ho

ditolak. Pengujian dilakukan pada taraf

signifikansi 5% (α =0,05) atau taraf

kepercayaan 95% dengan dk = (n1 + n2) –

2. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Perlakuan (treatment) Mean

Skor Nilai thitung Nilai ttabel Hipotesis Model Pembelajaran Tuntas

(Mastery Learning) 80,2

4,54 2,000 Ho ditolak

Pembelajaran Konvensional 67,8 Berdasarkan hasil analisis data

diperoleh thitung sebesar 4,54. Nilai tersebut

kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel .

Nilai ttabel diperoleh dari tabel nilai-nilai

dalam distribusi t pada taraf signifikan

5%. dengan dk = 35 + 36 – 2 = 69) dan

Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam

distribusi t diperoleh nilai ttabel sebesar

2,000, karena | t hitung | ≥ t tabel (4,54 >

2,000) maka Ho ditolak. Maka dapat

diinterpretasikan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang belajar

(7)

melalui model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng Kuta Utara-Badung Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil analisis nilai post-test diperoleh rata-rata nilai IPS untuk

kelompok eksperimen sebesar 80,2

dengan perolehan nilai minimum sebesar 57 dari nilai maksimum sebesar 94,7. Rata-rata nilai IPS untuk kelompok kontrol sebesar 67,8 dengan perolehan nilai minimum sebesar 40 dari nilai maksimum sebesar 82,8.

Demikian pula hasil analisis uji

hipotesis dengan menggunakan uji-t

diperoleh thit = 4,54, sedangkan pada taraf

signifikan 5% (dk=35+ 36–2=69) diperoleh ttabel=2,000. Dengan demikian nilai thitung >

ttabel (4,54 > 2,000) sehingga Ho ditolak. Hal

ini berarti terdapat perbedaan yang

signifikan hasil belajar IPS antara

kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng

Kuta Utara-Badung Tahun Pelajaran

2013/2014.

Perbedaan hasil belajar yang

siginifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media

powerpoint dengan pembelajaran

konvensional dapat disebabkan adanya

perbedaan perlakuan atau treatment

dalam proses pembelajaran. Kelompok

eksperimen yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint memiliki rata-rata nilai hasil belajar IPS lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang belajar

dengan menggunakan pembelajaran

konvensional. Hal ini terjadi disebabkan

karena model pembelajaran tuntas

(mastery learning) berbantuan media

powerpoint membuat siswa terlatih

dengan cepat menguasai materi

pembelajaran secara tuntas melalui

pembelajaran individual, pembelajaran

sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil sehingga dapat

meningkatkan kemampuannya dalam

memecahkan masalah yang diberikan

oleh guru dengan bantuan media

powerpoint. Selain itu dalam proses pembelajaran siswa menjadi termotivasi

dan tidak merasa jenuh sehingga

penguasaan siswa terhadap materi akan lebih cepat dan bermakna.

Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Yamin (2013:130), yang

menyatakan model pembelajaran tuntas

(mastery learning) dengan proses

pembelajaran yang dilakukan dengan

sistematis dan terstruktur, dapat

menyesuaikan pembelajaran pada siswa kelompok besar (pembelajaran klasikal),

membantu mengatasi

perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecepatan

belajar. Melalui pembelajaran yang

terstruktur siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Selain itu, melalui model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint pada mata pelajaran IPS, pengetahuan yang diperolah selama

proses pembelajaran menjadi lebih

bermakna, karena siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Melalui media powerpoint sebagai penunjang

model pembelajaran dalam proses

pembelajaran, siswa dapat dengan mudah

mengkonkretkan materi pembelajaran

yang bersifat abstrak sehingga

pembelajaran terasa mudah dimengerti karena siswa tidak perlu mengkhayalkan apa yang dimaksud oleh materi yang sedang dipelajari namun dapat melihatnya secara langsung walaupun hanya dalam bentuk teks, gambar ataupun video, sehingga pembelajaran lebih menarik

perhatian siswa yang dapat

menumbuhkan motivasi belajar yang berpengaruh terhadap hasil belajar IPS yang optimal. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Sukiman (2012:213) yang

mengatakan media powerpoint dapat

menarik perhatian siswa karena

menyajikan teks, animasi ataupun video. Pengaplikasian model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint dalam pembelajaran

(8)

dapat membantu guru dalam penyampaian materi secara terstruktur

dan juga membantu siswa dalam

memahami atau menguasai materi yang dipelajari sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar IPS.

Berbeda dengan pembelajaran IPS yang dilaksanakan melalui pembelajaran

konvensional, selama proses

pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centre) yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara

aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran konvensional

mengakibatkan siswa sangat tergantung pada guru, hal ini berimbas terhadap hasil belajar yang tidak optimal. Siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan

proses pembelajaran cenderung

membosankan dan kurang bermakna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasana

(2009:20) yang menyatakan bahwa

penyampaian materi dalam pembelajaran

konvensional tersebut lebih banyak

dilakukan oleh guru melalui ceramah, tanya jawab yang berlangsung secara terus menerus.

Hal ini mendukung hipotesis

penelitian yang menyatakan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang belajar melalui model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng Kuta Utara-Badung Tahun Pelajaran 2013/2014.

Didukung oleh hasil penelitian

Handarini (2012) yang menyatakan bahwa penerapan model mastery learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD N Kartoharjo 1 Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2011/2014. Diperkuat oleh hasil penelitian Ratnasari (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two berbantuan media Powerpoint dapat mempengaruhi hasil belajar IPS

siswa kelas V SDN 5 Sumerta Denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil belajar IPS Siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng yang mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint diperoleh rerata (mean) sebesar 80,2, standar deviasi sebesar 12,01, varians sebesar 144,12, modus sebesar 85,7, median sebesar 80, skor maksimum sebesar 94,7, dan skor minimum sebesar 57. Dengan diperoleh rerata (mean) sebesar 80,2, maka dapat diketahui bahwa terdapat 21 siswa atau 60% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 12 siswa atau 34,3% siswa memperoleh hasil dalam kategori baik, dan 2 siswa atau 5,7% memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup. Sedangkan hasil belajar IPS Siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng yang mengikuti proses

pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran konvensional diperoleh

rerata (mean) sebesar 67,8, standar deviasi sebesar 11,09, varians sebesar 122,94, modus sebesar 74,3, median sebesar 71,4, skor maksimum sebesar 82,8, dan skor minimum sebesar 40. Dengan diperoleh rerata (mean) sebesar

67,8, maka dapat diketahui bahwa

terdapat 9 siswa atau 25% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 19 siswa atau 52,8% siswa memperoleh hasil dalam kategori baik, 6 siswa atau 16,7% memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup dan 2 siswa atau 5,6% memperoleh hasil belajar dalam kategori kurang baik.

Berdasarkan hasil analisis uji

hipotesis terhadap hasil belajar IPS

diperoleh bahwa thitung = 4,54 dengan

ttabel(α=0,05,69)= 2,000. Dengan

membandingkan nilai thitung dan nilai ttabel

didapat bahwa thitung > ttabel (4,54 > 2,000),

maka Ho ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar

IPS antara kelompok siswa yang

dibelajarkan melalui model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint dengan siswa yang

(9)

konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng Kuta Utara-Badung

Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil

tersebut diperkuat dengan perbedaan

rata-rata hasil belajar kelompok

eksperimen yaitu =80,2 > =67,8

kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa di kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng Kuta Utara-Badung Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan simpulan tersebut

adapun saran yang ingin peneliti

sampaikan yaitu (1) bagi siswa disarankan

untuk lebih berkonsentrasi dalam

mengikuti pembelajaran dan

meningkatkan motivasi belajar yang

dimiliki sehingga hasil belajarnya lebih optimal; (2) bagi guru disarankan guru

hendaknya menjadikan model

pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint sebagai salah satu inovasi pembelajaran yang

dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat lebih dioptimalkan karena model pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint memiliki banyak keunggulan; (3) bagi sekolah hendaknya menyediakan sarana dan

prasarana yang maksimal untuk

menunjang pembelajaran agar siswa makin termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan sarana tersebut untuk

mengoptimalkan hasil belajar siswa

sehingga mutu sekolah menjadi semakin

meningkat; (4) kepada peneliti lain

diharapkan melakukan penelitian lebih

lanjut dengan menggunakan model

pembelajaran tuntas (mastery learning) berbantuan media powerpoint pada materi pembelajaran yang berbeda pada sumber data atau sampel yang berbeda khususnya pada pelajaran IPS sehingga

hasil penelitian benar-benar dapat

menggambarkan keadaan sesungguhnya yang terjadi dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

BSNP. 2011. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Kementarian Pendidikan Nasional.

BSNP. 2007. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Sekolah

Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode

Penelitian. Yogyakarta: Andi. Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS.

Bandung : Alfabeta.

Handarini, Anesta. 2012. Peningkatan hasil belajar IPS melalui model

Belajar tuntas (mastery

learning) pada kelas V SDN

Kartoharjo 1 Kabupaten

Magetan.Tersediapadahttp://ka ryailmiah.um.ac.id/index.php/K SDP/article/view/18991

(diakses pada 7 Desember 2013).

Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian

Pendidikan dan Sosial

(Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: GP Press.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009.

Laporan Sabbatical Leave

Model-Model Pembelajaran.

Singaraja: DIPA PNBP FIP Undiksha.

Ratnasari, Ni Wayan Pesriyani. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two Berbantuan Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 5 Sumerta Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Skripsi (tidak diterbitkan).

Singaraja: Univeristas

Pendidikan Ganesha.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta. Raja

(10)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukiman. 2012. Pengembangan Media

Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

Susanto, Drs. Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah

Dasar. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Suwandi, Sarwiji. 2011. Model-Model Asesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Undiksha, Tim Penyusun. 2009. Pedoman

Penulisan Skripsi dan Tugas

Akhir: Singaraja: LPM

Undiksha.

Yamin, Dr. H. Martinis. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Referensi

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

Pak Chenris : Pada laporan EITI tahun sebelumnya IA mendapatkan data pembayaran dari perusahaan selengkap-lengkapnya sampai dengan NTPN, karena untuk rekonsliasi

[r]

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Untuk menghasilkan hasil cluster dengan tingkat similarity terbaik secara umum tahapan dan kerangka kerja penelitian yang digunakan adalah dengan

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa