• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Semua perusahaan publik mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan ke dalam 9 sektor BEI, ke 9 sektor BEI tersebut didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan, jasa dan investasi (www.sahamok.com), dari berbagai jenis sektor tersebut penelitian ini ialah sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan sub sektor property dan real estate. Hal ini digunakan untuk mengetahui hubungan kondisi internal perusahaan sub sektor property dan real estate terhadap integritas laporan keuangan.

Industri real estate adalah perusahaan properti yang bergerak dalam bidang penyediaan, pengadaan, serta pematangan tanah bagi keperluan usaha industri, termasuk industri pariwisata (www.bpn.go.id). Properti dan real estate khususnya perumahan adalah salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia yaitu kebutuhan papan, disamping kebutuhan akan sandang dan pangan.

Industri properti dinilai jadi salah satu lokomotif perekonomian nasional. Pasalnya terdapat 174 industri terkait yang ikut bergerak jika properti bergairah (economy.okezone.com). Terbuktinya properti dan real estate khususnya perumahan sebagai salah satu kebutuhan primer dengan adanya program kerja pemerintahan Presiden Joko Widodo yaitu Pembangunan Perumahan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) yang ikut memenuhi kebutuhan primer masyarakat indonesia. Presiden Joko Widodo telah memulai program pembangunan 1 juta unit hunian di tahun 2015. Program MBR merupakan untuk

(2)

2

konsumen berpenghasilan kurang dari Rp 4 juta (membeli rumah tapak) dan kurang dari Rp 7 juta (membeli rusun). Adapun harga rumah untuk MBR adalah antara Rp 115 juta/unit, hingga Rp 165 juta/unit untuk rumah tapak (www.detik.com).

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks saham konstruksi, properti dan real estate mampu tumbuh 26 persen dalam 12 tahun terakhir terhitung dari tahun 2015, angka tersebut dua kali lipat dari IHSG. Rating rata-rata konsensus pada perusahaan properti di Indonesia mencapai 4,32 pada skala 5 dimana semua merekomendasikan buy. Rating tersebut melebihi Amerika yang ada di level 4,13 dan juga China yang ada di level 4,1 (www.liputan6.com). Nilai pasar properti pada 2017 ditaksir meningkat sekitar 15% menjadi sekitar Rp 318 triliun. Segmen hunian masih menjadi otot dari pertumbuhan bisnis properti di Tanah Air. Nilai kapitalisasi properti nasional tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp 318 triliun meningkat 15% dibanding 2016 yang mencapai Rp 277 triliun (www.beritasatu.com).

Tabel 1.1

Index Harga Saham dan Total Kapitalisasi Pasar

Tahun Index Harga Saham Properti

Index Harga Saham

Gabungan Total Kapitalisasi Pasar

2012 291,057 4.118,83 180.573.854.256.205 2013 420,421 4.606,25 191.822.063.506.575 2014 444,073 4.937,46 269.411.640.574.700 2015 509,476 4.875,21 259.301.572.122.451 Sumber : Data yang telah diolah tahun 2017 (investing.com)

Berdasarkan tabel 1.1 data yang diperoleh melalui website resmi investing.com menunjukkan total kapitalisasi pasar sub sektor properti dan real estate dari tahun 2012-2014 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2015 mengalami penurunan, karena bisnis properti pada tahun 2015 mengalami kenaikan yaitu harga bangunan (31,14%), upah pekerja (25,79%), suku bunga KPR (20,92%), uang muka rumah (20,04%), kenaikan harga bahan bangunan (17,48%), serta perizinan (16,13%) (properti.bisnis.com). IHSG pada tahun 2012 sampai dengan 2014 mengalami peningkatan lalu pada tahun 2015 mengalami penurunan, akan tetapi tidak dengan index saham properti yang tetap konsisten dari tahun 2012

(3)

3 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan, artinya penurunan IHSG pada tahun 2015 tidak dipengaruhi oleh index saham properti, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saham properti yang terus meningkat menjadikan investor tetap percaya untuk menanamkan modalnya, selain itu karena properti sebagai salah satu kebutuhan primer masyarakat sehingga perusahaan properti terus konsisten dalam berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar.

Pada situs (www.aktual.com), International Monetery Fund (IMF) mengatakan bahwa sektor properti dan real estate merupakan sumber utama risiko ekonomi domestik dikarenakan tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia dan keterbatasan lahan pembangunan, sedangkan permintaan untuk perumahan sangat tinggi, dalam hal ini investor membutuhkan informasi mengenai keadaan perusahaan sesungguhnya. Bagi perusahaan go public, laporan keuangan adalah sumber informasi penting kinerja perusahaan yang kemudian dijadikan bahan pertimbangan bagi investor untuk pengambilan keputusan. Sehingga integritas laporan keuangan sangat penting agar investor, kreditor maupun pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan laporan keuangan perusahaan tidak salah dalam menginvestasikan uangnya tersebut.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2015) laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan ini menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan menurut PSAK No. 1 (2015) terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi.

Integritas adalah menunjukkan kejujuran, memenuhi komitmen dan mengerjakan sesuatu dengan konsiten. Integritas laporan keuangan adalah laporan

(4)

4

keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang berintegritas. Laporan keuangan yang baik dan berintegritas harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan (Hardiningsih, 2010). Integritas laporan keuangan dapat diproksi dengan konservatisme.

Konservatisme merupakan sebuah prinsip kehati-hatian dalam mengakui aktiva dan laba karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi ketidakpastian (Wibowo, 2002 dalam Gayatri dan Suputra, 2013). Dalam penelitian ini, pengukuran integritas laporan keuangan diproksikan dengan menggunakan konservatisme. Perusahaan yang mengalami kegagalan, cenderung melakukan manipulasi data akuntansi dengan menerapkan praktik yang tidak konservatif (Smith dkk, 2011). Interpretasi umum dari konservatisme akuntansi didefinisikan oleh Saksakotama (2014), yaitu “tingkat kehati-hatian dalam pelaksanaan penilaian yang diperlukan dalam membuat perkiraan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak overstated dan kewajiban atau beban tidak understated”. Prinsip konservatisme ini dapat mengidentifikasi salah satu faktor manipulasi laporan keuangan dan mengetahui apakah integritas laporan keungan telah diterapkan dalam penyajian laporan keuangan.

Putra dan Muid (2012) serta Rahiim dan Wulandari (2014) melakukan pengukuran integritas laporan keuangan dengan model konservatisme. Model konservatisme yang digunakan dalam penelitian ini yaitu denngan ukuran akrual, ukuran tersebut dihitung menggunakan rumus Givoly dan Hayn (2000) seperti yang digunakan oleh Tuwentina dan Wirama (2014), dimana indeks konservatisme di dapat dari laba bersih dikurangi aliran kas operasi dikurangi depresiasi lalu dibagi dengan total aset dan dikali minus satu (-1). Apabila hasil bertanda positif, maka perusahaan menerapkan konservatisme akuntansi. Namun bila hasil bertanda negatif, perusahaan tidak menerapkan konservatisme akuntansi. Tabel 1.2 berikut adalah perhitungan dari integritas laporan keuangan menggunakan indeks konservatisme pada sub sektor properti dan real estate yang terdaftar pada BEI tahun 2012-2015.

(5)

5 Tabel 1.2

Hasil Integritas Laporan Keuangan Sub Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar pada BEI Tahun 2012-2015

Sumber : Data yang telah diolah tahun 2017 (Laporan Keuangan Audit properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015)

No Kode Perusahaan 2012 2013 2014 2015 1 APLN 0,05406 0,06257 0,02677 -0,01028 2 ASRI 0,07738 0,10668 -0,02141 0,00561 3 BAPA 0,00759 -0,05025 -0,06094 -0,01070 4 BEST 0,06208 0,01090 0,03550 -0,02210 5 BIPP 0,22222 -0,14287 0,08008 -0,01231 6 BKDP 0,05327 0,10013 0,09759 0,15059 7 BKSL 0,04523 -0,04673 0,00371 -0,00689 8 BSDE -0,02253 -0,06001 -0,09344 -0,03274 9 COWL 0,06487 0,06681 0,01238 0,08802 10 CTRA 0,10718 -0,01134 0,05403 0,03802 11 DART 0,09096 0,06402 0,04031 0,01432 12 DILD 0,05029 0,03451 -0,08782 -0,10410 13 DUTI 0,08761 0,02264 0,05222 0,07416 14 ELTY 0,18609 0,07229 0,01436 0,11188 15 EM DE 0,02908 0,09202 0,07863 0,07107 16 FM II 0,07211 -0,02187 0,05271 -0,13665 17 GAM A -0,10246 -0,00742 -0,04169 0,01756 18 GM TD 0,22124 0,29013 -0,04611 -0,14294 19 GPRA -0,03204 -0,01965 0,03805 -0,01699 20 GWSA -0,11833 -0,09868 -0,15533 -0,19639 21 JRPT -0,00550 -0,01051 -0,08269 -0,04812 22 KIJA 0,08533 0,15313 0,05137 0,06834 23 LAM I 0,23026 0,23815 0,26391 0,09037 24 LCGP 0,03767 -0,40273 0,01807 0,01629 25 LPCK 0,02586 -0,13498 -0,17287 -0,08196 26 LPKR 0,00113 -0,07093 -0,03339 -0,11543 27 M DLN -0,04421 -0,26871 -0,05125 -0,00555 28 M KPI 0,29703 0,32496 0,39659 0,28909 29 M TLA 0,03022 0,00469 -0,00378 0,03704 30 M TSM 0,24438 0,34723 0,24410 0,38989 31 NIRO -0,00821 0,07396 0,07550 0,11751 32 OM RE 0,35927 0,43175 0,26048 0,44424 33 PLIN 0,38055 0,48181 0,42374 0,44153 34 PUDP 0,20579 0,21835 0,17129 0,17498 35 PWON 0,18323 0,20857 0,05729 0,11491 36 RBM S -0,08186 0,26835 -0,07128 -0,18055 37 RDTX 0,34124 0,30620 0,21004 0,18585 38 RODA 0,17038 -0,12701 -0,22779 -0,24244 39 SCBD 0,26867 0,09834 0,17993 0,27869 40 SM DM -0,00660 0,05189 -0,03221 -0,01968 41 SM RA 0,11280 -0,01731 -0,02494 0,00982 3,98333 2,63909 1,73173 1,84397 0,09715 0,06437 0,04224 0,04497 Rata - rata Total

(6)

6

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa diantara 41 perusahaan ada 4 perusahaan yang mengalami hasil negatif berturut-turut selama tahun 2012-2015 yaitu BSDE (Bumi Serpong Damai Tbk), GWSA (Greenwood Sejahtera Tbk), JRPT (Jaya Real Property Tbk) dan MDLN (Modernland Realty Tbk) dimana 4 perusahaan tidak menerapkan konservatisme selama 4 tahun dan perusahaan lainnya mengalami fluktuasi. Jika dilihat dari keseluruhan data 41 perusahaan, rata-rata perusahaan menerapkan konservatisme walaupun cenderung menurun dari tahun 2012-2014 dan meningkat pada tahun 2015. Dengan demikian, terdapat 9,75% perusaahan sub sektor properti dan real estate yang dipertanyakan dalam menerapkan konservatisme pada pelaporan keuangan yaitu tingkat kehati-hatian dalam mengakui aktiva dan laba, jika perusahaan tidak menerapkan konservatisme maka akan mengurangi tingkat kepercayaan stockholder perusahaan dalam menilai integritas laporan keuangan.

Penilaian integritas laporan keuangan merupakan cerminan untuk para investor, kreditur dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam acuan untuk menginvestasikan atau meminjamkan dananya, membeli jasa atau produknya ataupun pihak yang ingin berhutang kepada perusahaan terebut. Berdasarkan penelitian terdahulu terhadap penilaian integrtitas laporan keuangan yang dilakukan oleh Hardiningsih (2010), Putra dan Muid (2012), Wulandari dan Budhiarta (2014), Dewi dan Putra (2016), diidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan yaitu komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.

Mewujudkan integritas laporan keuangan itu adalah hal yang berat. Terbukti dari beberapa kasus manipulasi data akuntansi yang terjadi pada beberapa perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak memikirkan faktor integritas, yang mana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Seperti kasus manipulasi keuangan pada perusahaan Cabot Investment Properties, Cabot Investment Properties adalah perusahaan investasi real estate swasta, sebuah perusahaan investor terkemuka, pengembang dan operator industri properti di seluruh Amerika Utara dan Inggris, dibentuk pada tahun 1986. Pada tahun 2016 dikabarkan bahwa Carlton P. Cabot mantan pemilik dan CEO Cabot Investment

(7)

7 Properties (CIP) menipu ratusan investor lansia yang diantaranya berada di umur 70 sampai 80 yang mensponsori real estate, dengan menyalahgunakan sekitar $ 17.000.000 dana investor untuk membayar biaya pribadi dan bisnis serta menyembunyikan penipuan dari investor dan memanipulasi laporan keuangan. Pada tahun 2003 hingga tahun 2012 CIP yang dikendalikan oleh Carlton P. Cabot disponsori dan diawasi oleh sekitar 18 penyewa (TIC) dengan penawaran sekuritas kepada investor yang berlokasi di seluruh Amerika Serikat. TIC Investment adalah investasi real estate komersial dan berhak untuk menerima sebagian dari pendapatan sewa dari properti. Dimulai dari tahun 2008 hingga tahun 2012 Carlton P. Cabot terlibat dalam skema untuk menipu TIC Investors yaitu menggelapkan dengan menyembunyikan penyalahgunaan dana milik TIC Investments dari TIC Investors dan memberikan laporan keuangan palsu yang menyesatkan dan informasi lainnya kepada TIC Investors serta dengan sengaja menyembunyikan fakta bahwa CIP berutang uang dalam jumlah besar ke TIC Investments.

Menurut representasi dalam penawaran prospektus TIC Investment, CIP diizinkan mengumpulkan kelebihan pendapatan sewa dari TIC Investment, yaitu uang tambahan yang tersisa seletelah TIC Investment telah mebayar biaya operasi untuk properti dan pencairan berdasarkan investor TIC. Kendati representasi tersebut, Carlton P. Cabot berulang kali mentransfer uang dari rekening bank milik TIC Investment ke rekening bank CIP yang ia kendalikan dengan masuk ke akun operasi CIP, sebelum dana tersebut dapat digunakan untuk mebayar biaya operasional dan pengeluaran ke TIC Investor, Carlton P. Cabot menggunakan dana tersebut untuk mebayar tujuan yang tidak sah tanpa sepengetahuan atau otorisasi dari TIC Investor, termasuk: (1) untuk menutupi biaya operasional dan distribusi investor TIC Investment lain yang tidak memiliki dana yang tersedia; (2) untuk membayar jutaan dolar dari pengetahuan pribadi, termasuk mobil mahal, sewa apartemen, dan uang sekolah swasta; dan (3) untuk mebayar biaya bisnis CIP, termasuk penyelesaian sipil sekitar $ 1.125.651 untuk TIC Investor yang telah menggugat Carlton P. Cabot dan lainnya (www.fraudswatch.com).

Kasus manipulasi laporan keuangan lainnya yaitu Brixmor Property Group Inc (2016), pegawai bagian akuntansi telah memanipulasi hasil keuangan dimana CEO dan manajer tingkat atas telah mengundurkan diri. Manipulasi dalam kasus

(8)

8

ini yaitu merubah pendapatan dari barang dengan cara both up and down, untuk menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dalam ukuran kunci pendapatan perusahaan. Blackstone Group LP yang mengambil Brixmor pada tahun 2013 dan masih memiliki lebih dari sepertiga saham perusahaan Brixmor dan dua eksekutif Blackstone duduk di dewan direksi Brixmor. Saham Brixmor ditutup 20% dan saham Blackstone ditutup 7,7%, juru bicara Blackstone mengatakan “tidak ada toleransi untuk perilaku tidak etis di perusahaan kami berinvestasi akan tetapi bisnis tetap solid”. Review oleh dewan komite audit perubahan pada angka di penanggalan kuartal kembali ke 2013. Total perubahan sebesar $ 500.000 untuk tahun 2014 dan $ 300.000 untuk tahun 2015, menurut angka yang diberikan oleh perusahaan. Review komite audit dimulai pada bulan desember setelah perusahaan menerima informasi “melalui proses penetapan permohonan”, John Schreiber ketua perusahaan mengatakan terdapat kurangnya pengawasan menajemen yang tepat (www.wjs.com).

Fenomena-fenomena yang telah jelaskan sebelumnya yaitu pada perusahaan Cabot Investment Properties (CIP) dan Brixmor Property Group Inc membuktikan bahwa sektor properti memiliki risiko yang besar dalam hal pendanaan. Sektor properti mendapatkan dana dari investor ataupun kreditor. Investor maupun kreditor selaku pengguna laporan keuangan menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi untuk membuat keputusan dalam hal memberikan kepercayaan kepada perusahaan sektor properti. Laporan keuangan yang digunakan tentunya laporan keuangan setelah adanya proses pengauditan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Kontribusi akuntan publik menyajikan akuntabilitas dan integritas laporan keuangan, memberikan pendapat yang independen, serta memberi informasi apakah laporan keuangan suatu entitas atau organisasi menyajikan hasil operasi yang wajar dan apakah informasi keuangan tersebut disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kriteria atau aturan-aturan yang telah ditetapkan (Hardiningsih, 2010).

Terungkapnya skandal manipulasi yang terjadi, menyebabkan kredibilitas banyak pihak mulai dipertanyakan, misalnya saja pihak internal perusahaan yang menjalankan mekanisme good corporate governance. Proses penyusunan laporan keuangan melibatkan pihak pengurus dalam pengelolaan perusahaan, di antaranya

(9)

9 adalah pihak manajemen. Untuk menilai integritas laporan keuangan yang disajikan, peranan dewan komisaris dalam perusahaan publik melakukan pengawasan dan menjamin tata kelola perusahaan yang sehat (good corporate governance) guna menghasilkan integritas informasi laporan keuangan yang bermutu. Unsur corporate governance terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan sebuah rangkaian tentang sebuah proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Penerapan corporate governance yang baik berdampak pada laporan keuangan yang dihasilkan, perusahaan atau manajemen akan sulit untuk melakukan manipulasi akuntansi karena terdapat pengawasan dari dewan komisaris sehingga laporan keuangan yang dihasilkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan berintegritas.

Pada penelitian ini, mekanisme corporate governance yang akan dikaji terdiri dari komisaris independen, komite audit, dan pada penelitian ini disesuaikan variabel yang cocok dengan karateristik perusahaan di Indonesia, yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilkan institusional. Penelitian ini memilih mekanisme tersebut karena dianggap berpengaruh terhadap pelaksanaan corporate governance, di mana keempat mekanisme tersebut bertugas untuk mengendalikan dan mengontrol perusahaan secara langsung sehingga dapat meminimalisir masalah dengan keagenan yang mungkin terjadi akibat perbedaan kepentingan, dan akan mengurangi biaya keagenan.

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaaan yang good corporate governance. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, dewan komisaris paling kurang terdiri dari 2 orang anggota dewan komisaris, dalam hal dewan komisaris terdiri dari 2 orang anggota dewan komisaris, 1 di antaranya adalah komisaris independen, dalam hal dewan komisaris terdiri lebih dari 2 orang anggota dewan komisaris, jumlah komisaris independen wajib paling kurang 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Beasley (1996)

(10)

10

menyarankan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan (komisaris independen), meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitiannya juga melaporkan bahwa komposisi dewan komisaris independen lebih penting untuk mengurangi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan daripada komite audit. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen cenderung lebih berintegritas, karena terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak-hak diluar perusahaan (Astria, 2011). Tabel 1.3 adalah menyajikan komisaris independen pada sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015, diukur dengan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh jumlah dewan komisaris perusahaan (Rahiim dan Wulandari, 2014).

Tabel 1.3

Komisaris Independen pada Sub Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2015

Tahun Rata-Rata Komisaris Independen Rata-Rata Konservatisme 2012 38,14% 0,09715 2013 39,31% 0,06437 2014 38,77% 0,04224 2015 38,68% 0,04497

Sumber: Data yang telah diolah tahun 2017 (Laporan Tahunan sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015)

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa rata-rata komisaris independen mengalami fluktuasi dimana dari tahun 2012 ke 2013 meningkat 1,17% , dari tahun 2013 ke 2014 menurun 0,54%, dari tahun 2014 ke 2015 menurun 0,09%. Jika dibandingkan tahun 2012 sampai dengan 2013 komisaris independen mengalami peningkatan, tidak sejalan dengan nilai integritas laporan keuangan yaitu mengalami penurunan, dimana yang seharusnya semakin besarnya komisaris independen maka akan besar pula nilai konservatif sehingga terciptanya integritas laporan keuangan. Diikuti pula angka yang tidak sejalan pada tahun 2014 ke tahun 2015 dimana komisaris independen mengalami penurunan sedangkan integritas

(11)

11 laporan keuangan mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena adanya penurunan jumlah komisaris independen akan tetapi tidak berpengaruh bagi nilai integritas laporan keuangan yang mengalami peningkatan. Dengan demikian, pengaruh yang dihasilkan komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan yaitu negatif, akan tetapi lain hal pada tahun 2013 ke 2014 dimana angka komisaris independen sejalan dengan integritas laporan keuangan sama-sama mengalami penurunan. Hasil data fluktuasi tersebut membuat penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh komisaris independen yang akan dihasilkan terhadap integritas laporan keuangan.

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh komisaris independen terhadap integritas lapoan keuangan dilakukan oleh Putra dan Muid (2012) yang sejalan dengan Wulandari dan Budhairta (2014) menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan penelitian Linata dan Sugiarto (2012) yang sejalan dengan Dewi dan Putra (2016), Indrasari, Yuliandhari dan Triyanto (2016) menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nicolin dan Sabeni (2013), komisaris independen dan komite audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN No. KEP117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyatakan bahwa

(12)

12

komisaris/dewan pengawas harus membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris/dewan pengawas dalam melaksanakan tugasnya. Komite audit bertugas untuk memastikan efektifitas sistem pengendalian intern dan efektifitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor. Dengan adanya komite audit dapat meningkatkan integritas laporan keuangan karena di dalam perusahaan memiliki badan yang dapat memonitoring secara langsung dan melindungi hak pihak-pihak di luar manajemen perusahaan. Tabel 1.4 adalah menyajikan komite audit pada sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015, diukur dengan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah komite audit (Rahiim dan Wulandari, 2014).

Tabel 1.4

Komite Audit pada Sub Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2015

Sumber: Data yang telah diolah tahun 2017 (Laporan Tahunan sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015)

Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat bahwa rata-rata komite audit mengalami fluktuasi dimana dari tahun 2012 ke 2013 meningkat 0,98% , dari tahun 2013 ke 2014 menurun 0,85%, dari tahun 2014 ke 2015 kembali meningkat dengan keaadan semula pada tahun 2013 sebesar 0,85%. Jika dibandingkan tahun 2013 ke 2014 komite audit mengalami penurunan diikuti dengan integritas laporan keuangan yang mengalami penurunan hal tersebut disebabkan oleh bertambahnya seluruh anggota komite audit tidak diikuti dengan jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen, dan pada tahun 2014 ke 2015 angka yang dihasilkan komite audit sejalan dengan integritas laporan keuangan yaitu sama-sama mengalami peningkatan, sehingga pengaruh yang dihasilkan komite audit terhadap integritas

Tahun Rata-Rata Komite Audit Rata-Rata Konservatisme 2012 32,78% 0,09715 2013 33,76% 0,06437 2014 32,91% 0,04224 2015 33,76% 0,04497

(13)

13 laporan keuangan yaitu positif, dimana sesuai dengan peran komite audit yang cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan jika eksistensi komite audit menurun maka integritas laporan keuangan yang dihasilkan ikut menurun begitu pula sebaliknya. Pada tahun 2012 ke 2013 berbeda karna nilai yang dihasilkan komite audit meningkat tidak sejalan dengan integritas laporan keuangan yang menurun, hal tersebut terjadi disebabkan oleh penigkatan jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen tidak diikuti dengan jumlah seluruh anggota komite audit hal tersebut tidak mempengaruhi bagi integritas laporan keuangan karna nilai yang didapatkan mengalami menurun. Hasil data fluktuasi tersebut membuat penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh komite audit yang akan dihasilkan terhadap integritas laporan keuangan.

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh komite audit terhadap integritas lapoan keuangan dilakukan oleh Putra dan Muid (2012) yang menyatakan komite audit mempengaruhi integritas laporan keuangan dan sejalan dengan Okpala (2012) komite audit berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan, akan tetapi menurut Wulandari dan Budhiarta (2014) yang sejalan dengan penelitian Dewi dan Putra (2016) menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Terlepas dari pihak internal, pihak eksternal perusahaan dapat memiliki pengaruh dalam manajemen perusahaan. Bukan hanya stakeholder saja, stockholder yang memiliki kepentingan ingin memantau kondisi perusahaan salah satunya dengan melihat laporan keuangan. Laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang berintegritas segingga dapat dipercaya dan diandalkan bagi stockholder. Kepemilikan Institusional berperan sebagai mekanisme pengendalian eksternal manajemen. Januarti (2008) menyatakan semakin besar kepemilkan institusional suatu perusahaan akan meningkatkan efisiensi pemakaian aktiva perusahaan, sehingga diharapkan adanya monitoring atas keputusan manajemen. Tabel 1.5 adalah menyajikan kepemilikan institusional pada sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015, diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar (Fidyati dalam Utari dan Sari, 2016).

(14)

14

Tabel 1.5

Kepemilikan Institusional pada Sub Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2015

Tahun Rata-Rata Kepemilikan Institusional Rata-Rata Konservatisme 2012 61,31% 0,09715 2013 63,25% 0,06437 2014 63,40% 0,04224 2015 63,24% 0,04497

Sumber: Data yang telah diolah tahun 2017 (Laporan Tahunan sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015)

Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa rata-rata kepemilikan institusional mengalami fluktuasi dimana dari tahun 2012 ke 2014 meningkat 2,09% , dan menurun di tahun 2015 sebesar 0,16%. Pada tahun 2012 sampai dengan 2014 kepemilikan institusional cenderung meningkat tetapi nilai tersebut tidak sejalan dengan integritas laporan keuangan yang mengalami penurunan. Pada tahun 2014 ke 2015 kepemilikan institusional mengalami penurunan tetapi tidak sejalan dengan integritas laporan keuangan yang mengalami peningkatan, penurunan kepemilikan institusional pada tahun tersebut terjadi karena menurunnya kepemilikan saham kepada institusi dan tidak berpengaruh bagi integritas laporan keuangan. Hasil data fluktuasi tersebut membuat penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional yang akan dihasilkan terhadap integritas laporan keuangan.

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kepemilikan institusional terhadap integritas lapoan keuangan dilakukan oleh Hardiningsih (2010) yang sejalan dengan Putra dan Muid (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan penelitian Linata dan Sugiarto (2012), Wulandari dan Budhiarta (2014) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan dan didukung oleh Dewi dan Putra (2016) yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai kepentingan pemilik

(15)

15 perusahaan. Kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. Kepemilikan manajerial berperan dalam membatasi perilaku menyimpang dari manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Dengan demikian, manajer pada perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan manajerial akan cenderung memiliki tanggung jawab lebih besar dalam menjalankan perusahaan, mengambil keputusan terbaik untuk kesejahteraan perusahaan, dan melaporkan laporan keuangan dengan informasi yang benar dan jujur sehingga memiliki integritas laporan keuangan yang tinggi (Astria, 2011). Tabel 1.6 adalah menyajikan kepemilikan manajerial pada sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015, diukur dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (komisaris dan direksi) dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Faisal, dalam Utari dan Sari, 2016).

Tabel 1.6

Kepemilikan Manajerial pada Sub Sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2015

Tahun Rata-Rata Kepemilikan Manajerial Rata-Rata Konservatisme 2012 1,57% 0,09715 2013 1,74% 0,06437 2014 1,43% 0,04224 2015 1,45% 0,04497

Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat bahwa rata-rata kepemilikan manajerial mengalami fluktuasi dimana dari tahun 2012 ke 2013 meningkat 0,17% , dan menurun di tahun 2013 ke 2014 0,29% lalu pada tahun 2014 ke 2015 mengalami peningkatan kembali 0,02%. Pada tahun 2013 ke 2014 kepemilikan manajerial sejalan dengan integritas laporan keuangan yaitu mengalami penurunan dan tahun 2014 ke 2015 sejalan yang sama-sama mengalami penigkatan. Hal tersebut berbeda

Sumber: Data yang telah diolah tahun 2017 (Laporan Tahunan sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015)

(16)

16

pada tahun 2012 ke 2013 dimana kepemilikan manajerial mengalami peningkatan sedangkan integritas laporan keuangan mengalami penurunan dengan demikian bertambahnya kepemilikan saham tidak selalu mempengaruhi integritas laporan keuangan. Hasil data fluktuasi tersebut membuat penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan manajerial yang akan dihasilkan terhadap integritas laporan keuangan.

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap integritas lapoan keuangan dilakukan oleh Hardiningsih (2010) yang sejalan dengan Indrasari, Yuliandhari dan Triyanto (2016) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi integritas laporan keuangan dan didukung oleh Dewi dan Putra (2016) yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan penelitian Putra dan Muid (2012) yang sejalan dengan Wulandari dan Budhiarta (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Dari berbagai penelitian diatas dapat dijelaskan ketidakkonsistenan hasil penelitian sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus pada Sub Sektor Property dan Real Estate yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012 – 2015)”.

1.3 Perumusan Masalah

Informasi laporan keuangan adalah sumber pertama yang independen dan terpercaya sebagai alat komunikasi kinerja perusahaan. Pelaporan keuangan merupakan daya tarik utama yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan manajemen. Integritas laporan keuangan sangat tergantung pada kinerja dan perilaku dari mereka yang terlibat dalam ekosistem pelaporan keuangan, khususnya direksi, manajemen. Dengan kata lain, integritas laporan keuangan bergantung pada tata kelola perusahaan.

(17)

17 Namun pada praktiknya mewujudkan integritas laporan keuangan itu adalah hal yang berat. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan dengan integritas yang tinggi. Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis ingin mengkaji pengaruh komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 ?

2. Apakah komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 ?

3. Apakah komisaris independen berpengaruh secara parsial terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 ?

4. Apakah komite audit berpengaruh secara parsial terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 ?

5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 ?

6. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh secara parsial terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 ?

(18)

18

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015;

2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015;

3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015;

4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial komite audit terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015;

5. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial kepemilikan institusional terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015;

6. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Aspek Teoritis

Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pengaruh komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan

(19)

19 yang didapatkan selama masa kuliah serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya;

2. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sarana pengembangan serta menjadi acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan pengaruh komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.6.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis yang diharapkan dalam penerapan pengetahuan sebagai hasil penilitian adalah:

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan bahwa komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dapat meningkatkan, menjaga dan sebagai sumber informasi relevan yang mempengaruhi integritas laporan keuangan;

2. Bagi investor, hasil penelitian diaharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan pertimbangan yang relevan bagi investor berkaitan dengan integritas laporan keuangan untuk dasar pengambilan keputusan.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Variabel dan Sub Varianbel Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat (variabel dependen) dan empat variabel bebas (variabel independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial.

1.7.2 Lokasi dan Obyek Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) dan objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan jasa sektor konstruksi, property dan real estate sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian ini diambil dari website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id periode tahun 2012-2015 yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan dan ringkasan laporan keuangan.

(20)

20

1.7.3 Waktu dan Periode Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2017 dan akan berakhir pada bulan Juli 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar