• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL PADA MATA PELAJARAN PPKnDI SMP NEGERI 26 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL PADA MATA PELAJARAN PPKnDI SMP NEGERI 26 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL PADA MATA PELAJARAN

PPKnDI SMP NEGERI 26 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

(Skripsi)

Oleh

JECK PRODES WIJAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(2)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL PADA MATA PELAJARAN

PPKn DI SMP NEGERI 26 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh

Jeck Prodes Wijaya

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi guru terhadap instrumen penilaian sikap sosial pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Informan penelitian adalah guru PPKn, Guru BK, dan Wali Kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji kredibilitas data menggunakan triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman terhadap implementasi penilaian sikap sosial baik. Kesan guru dalam penilaian sikap sosial belum menunjukkan kesan positif karena terdapat hal-hal yang belum sesuai dengan panduan. Harapan terhadap penilaian sikap sosial menunjukkan adanya perbaikan terhadap instrumen penilaian sikap sosial yang dapat mempermudah guru.

(3)

PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL PADA MATA PELAJARAN

PPKnDI SMP NEGERI 26 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh

JECK PRODES WIJAYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PPKn

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tribudisyukur pada tanggal 9 Desember 1993. Penulis adalah anak pertama, buah hati dari pasangan Bapak Jaya Sampurna dan Ibu Yunengsih.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Tribudisyukur, Lampung Barat pada tahun 2005, lalu Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sumber Jaya pada tahun 2008, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sumber Jaya yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada Tahun 2012, Penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tertulis. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Hantatai Kecamatan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat, dan Praktik Pengalaman Kependidikan (PPK) di SMP N 02 Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT,

Kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda baktiku kepada: Kedua Orang Tuaku tersayang, Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkanku dengan penuh cinta kasih sayang, membimbing, memberikan semangat, motivasi serta selalu mendoakanku demi

kesuksesanku

Kepada seluruh keluargaku yang selalu memberi semangat serta motivasi dalam menyongsong kesuksesanku

(9)

MOTTO

Waktumu terbatas. Jangan

menyia-nyiakannya dengan menjalani hidup orang

lain.

(Steve Jobs)

Jangan menjadi bayang-bayang orang lain,

buatlah mimpi sendiri, kemudian berusahalah

untuk menggapainya.

(Jeck Prodes Wijaya)

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW, yang selalu dinantikan syafaatnya di Yaumul Qiyamah kelak.

Skripsi dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Implementasi Instrumen Penilaian Sikap Sosial pada Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 26 Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Selama Penulisan Skripsi ini, Penulis banyak memperoleh saran maupun kritikan yang bersifat membangun sekaligus merupakan sebuah pembelajaran baik dalam menambah ilmu pengetahuan maupaun dalam kehidupan penulis sendiri. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung sekaligus sebagai Pembimbing I dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., Selaku Pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.H.Muhammad Fuad,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

(11)

2. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung; 4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku pembahas I yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi; 7. Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi;

8. Bapak M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd., Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd., serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, motivasi, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan;

9. Ibu Elisa Seftriyana, S.Pd. yang telah membantu dan mengizinkan penulis mengumpulkan data penelitian.

(12)

10. Guru-guru SMP Negeri 26 Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi informan penelitian saya.

11. Kak Muklas Nurahman, S.Pd. selaku staff prodi PPKn, serta adik tingkat 2013 yang telah membantu dan memberi semangat.

12. Sahabat-sahabat terhebatku yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu yang selalu meluangkan waktu, memberikan ide, saran serta cita inspirasi. 13. Adik tingkat Mia, Anggi, dan Desi yang selalu setia dilaboratorium

pembelajaran PPKn untuk membantu dan memberi semangat.

14. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Bandar Lampung, Mei 2017 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv SURAT PERNYATAAN ... v RIWAYAT HIDUP ... vi MOTO ... viii PERSEMBAHAN ... ix SANWACANA ... x DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Kegunaan Penelitian ... 8

a. Kegunaan Teoritis ... 8

b. Kegunaan Praktis ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 9

2. Objek Penelitian ... 9

3. Subjek Penelitian ... 10

4. Wilayah Penelitian ... 10

5. Waktu Penelitian... 10

II. TINJUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Pengertian Persepsi ... 11

2. Deskripsi Teori Tentang Sikap ... 13

a. Definisi Sikap ... 13

b. Ciri-Ciri Sikap ... 15

(14)

d. Komponen Sikap ... 18

e. Pengukuran Sikap ... 19

3. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013 ... 22

B. Tinjauan Tentang Sikap Sosial ... 23

C. Teori Belajar Behavioristik ... 24

D. Peneltian Yang Relevan ... 25

1. Tingkat Nasional... 25

2. Tingkat Internasional ... 26

E. Kerangka Pikir ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Lokasi Penelitian ... 28

C. Informan dan Unit Analisis ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 30

E. Definisi Konseptual dan Operasional ... 30

1. Definisi Konseptual ... 30

2. Definisi Operasional ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Observasi ... 31

2. Wawancara ... 32

3. Dokumentasi ... 32

G. Uji Kredibilitas ... 33

H. Teknik Pengolahan Data ... 34

I. Teknik Analisis Data ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Tahapan Penelitian ... 39

1. Persiapan Pengajuan Judul ... 39

2. Penelitian Pendahuluan ... 39

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 40

4. Penyusunan Kisi dan Instrumen Penelitian ... 40

5. Pelaksanaan Penelitian ... 41

B.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

1.Sejarah Berdirinya SMP Negeri 26 Bandar Lampung ... 42

2.Visi dan Misi SMP Negeri 26 Bandar Lampung ... 44

a. Visi ... 44

b. Misi ... 44

c. Tujuan Sekolah ... 45

d. Situasi Guru, Pengawai, dan Siswa ... 46

C.Hasil Penelitian ... 47

1. Paparan Data ... 48

a. Pemahaman Tentang Penilaian Sikap Sosial ... 48

b. Tanggapan Penilaian Sikap Sosial ... 54

c. Harapan Terhadap Penilaian Sikap Sosial ... 60

D. Temuan Penelitian ... 65

E. Uji Kredibilitas Data ... 65

(15)

G. Pembahasan ... 67

1. Indikator Pemahaman ... 67

2. Indikator Tanggapan ... 75

3. Indikator Harapan ... 77

H. Keunikan Hasil Penelitian ... 79

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran PPKn Kurukulum 2013 Semester I di SMP Negeri 26 Bandar

Lampung Tahun 2017 ... 5

Tabel 3.1.Variabel, Dimensi, dan Indikator Pengumpulan Data ... 31

Tabel 4.1.Jadwal Wawancara, Observasi, Dan Dokumentasi Penelitian di SMP Negeri 26 Bandar Lampung ... 41

Tabel 4.2.Daftar nama Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SMP Negeri 26 Bandar Lampung ... 43

Tabel 4.3.Keadaan Guru ... 46

Tabel 4.4.Keadaan Pegawai ... 46

Tabel 4.5.Keadaan Siswa ... 46

Tabel 4.6.Sarana dan Prasarana ... 47

Tabel 4.7.Berikut hasil pelaksanaan instrumen penilaian sikap sosial di SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun 2016/2017 ... 74

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pengajuan Judul 2. Surat Keterangan Judul

3. Surat Izin Peneltian Pendahuluan 4. Surat Balasan Penelitian Pendahuluan 5. Surat Izin Peneltian

6. Surat Balasan Penelitian

7. Kisi-Kisi Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi 8. Hasil Wawancara Informan

9. Dokumentasi Penilaian Akhir Sikap Sosial, Jurnal Penilaian Sikap, Penilaian Diri, dan Penilaian Antar teman

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu pembelajaran, tanpa penilaian guru tidak dapat mengetahui kemampuan peserta didik menerima informasi yang telah diberikan. Penilaian dirancang dan dilaksanakan oleh guru sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem penilaian harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran yang digunakan. Penilaian digunakan oleh guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalammenguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam penilaian diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran yang telah diberikan.

Pada pembelajaran Kurikulum 2013 sangat diperlukan penilaian yang dapat digunakan untuk menilai semua aspek secara komprehensif (penilaian dilakukan mulai dari input, proses, hingga output siswa dalam pembelajaran atau dikenal dengan penilaian autentik) (Kemendikbud, 2013: 3). Penilaian autentik terdiri dari beberapa jenis, antara lain penilaian kinerja, sikap, proyek, portofolio, dan tertulis. Salah satu penialian tes yakni tes tertulis bentuk uraian lazim untuk diimplementasikan dalam Kurikulum 2013 karena tes ini

(19)

2

menuntut siswa untuk mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi atas materi yang sudah dipelajari. Setiap tes atau tugas-tugas yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan siswa seharusnya memiliki acuan atau tolok ukur dalam menilai. Tugas-tugas yang diberikan membantu siswa lebih mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan-warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang.

Pemahaman terhadap nilai dan moral ini seringkali dikaitkan dengan materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang memang dianggap sebagai ujung tombak ilmu nilai moral yang akan ditanamkan kepada peserta

(20)

3

didik. Ini menjadi bukti bahwa PPKn merupakan materi pelajaran yang penting terutama pada tingkat sekolah dasar. Kesadaran tersebut kemudian diimplementasikan oleh pemerintah dengan dibentuknya kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada terbentukanya generasi yang cerdas dan memiliki kepribadian sesuai dengan nilai Pancasila.

Kurikulum 2013 sendiri memiliki beberapa aspek penilaian dalam hasil belajar. Aspek yang dinilai dalam hasil belajar terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilan (psikomotor). Dari hasil belajar ini akan dapat dilihat tanda-tanda atau hasil yang telah dicapai peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Apabila di dalam proses belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru berjalan dengan lancar dan baik, maka besar kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa akan baik.

Hasil belajar menjadi sangat penting sebagai indikator keberhasilan belajar. Baik bagi guru maupun siswa. Bagi seorang guru, hasil belajar siswa merupakan pedoman evaluasi bagi keberhasilan belajar siswa. Seorang guru dapat dikatakan berhasil apabila lebih dari separuh jumlah siswa telah mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan. Sedangkan bagi siswa, hasil belajar merupakan sarana informasi yang berguna untuk mengukur tingkat kemampuan atau keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan yang bersifat positif maupun perubahan yang bersifat negatif. Hasil belajar yang terdiri dari tiga aspek nantinya akan direkapitulasi dan akan dikonversi yang nantinya akan menjadi sebuah penilaian otentik. “Penilaian

(21)

4

otentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan”. Sosialisasi Kemendikbud (2013: 2).

Aspek penilaian dalam kurikulum 2013 tersebut menjadi alat, intstrument, serta kriteria keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar itu sendiri bukan hanya ditentukan dengan nilai atau skor tinggi yang diperoleh peserta didik, namun aplikasi yang tercermin dalam prilaku peserta didik yang menjadi komponen penting dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar. Kemampuan peserta didik dalam mengimplementasikan materi yang diajarkan oleh guru menjadi tujuan dalam setiap pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran di sekolah sekarang ini. PPKn yang menjadi tolak ukur materi penamanam nilai moral yang termuat pada KI 1 dan KI 2 kemudian menjadi hal yang penting pada kurikulum 2013 ini.

Sikap sosial yang merupkan bagian dari domain afektif sering dikatakan sangan penting dalam belajar, tetapi merupakan suatu domain yang jarang diintegerasikan, sering diabaikan, masih samar-samar, dan dianggap belum jelas indikator penilaiannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran formal yang berlangsung di ruang kelas, mayoritas tenaga pengajar lebih cenderung menyentuh domain kognisi sehingga materi, metode, dan media pembelajaran yang digunakan dan diarahkan pada pemberdayaan aspek kognitif. Demikian pula evaluasi pembelajarannya yang dikembangkan, aspek kognitif menjadi bagian yang sangat ditekankan ketimbang aspek afektif. Itu menjadi salah satu

(22)

5

penyebab kesadaran untuk menerima masukan dan arahan pihak lain begitu pula etika dan moral sering terabaikan.

Penyempurnaan kurikulum 2013 terus dilaksanakan oleh pemerintah, termasuk pelaksanaan kegiatan pelatihan yang dilakukan untuk guru merupakan upaya meningkatkan pemahaman kurikulum nasional tersebut. Aspek penilaian afektif menjadi salah satu komponen yang masih keambiguan di kalangan pendidik khususnya guru mata pelajaran Budi Pekerti, PPKn, dan Agama. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP Negeri 26 Bandar Lampung. Penilaian aspek sikap sosial yang dilakukan guru selama satu semester kemudian dideskripsikan dalam bentuk uraian deskripsi sikap. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan terhadap indikator penilaian sikap sosial berdasarkan Kompetensi Dasar mata pelajaran PPKn dengan indikator sikap sosial yang menjadi kesepakatan guru. Berikut Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran PPKn Kurukulum 2013.

Tabel 1.1. Berikut Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran PPKn Kurukulum 2013 Semester I di SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun 2017 KI Sikap Sosial KD I KD 2 KD 3 KI II Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan Mengembangkan sikap bertanggung jawab dan berkomitmen sebagai warga negara indonesia sepeti yang diteladankan para pendiri negara dalam perumusan dan penetapan Mematuhi norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan keadilan Mengembangkan sikap bertanggung jawab yang mendukung nilai kesejarahan perumusan dan pengesahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

(23)

6

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya Pancasila sebagai dasar Negara

Sikap Sosial yang diharapkan

Tanggung Jawab dan Komitmen

Patuh, Jujur, Tanggung Jawab Sumber : Hasil Analisis Indikator Sikap Sosial Berdasarkan Kompetensi

Dasar Mata Pelajaran PPKn

Berdasarkan tabel tersebut, indikator sikap spiritual dan sikap sosial pada mata pelajaran PPKn disesuaikan dengan Kompetensi Inti 3 atau aspek pengetahuan. Tujuannya peserta didik diharapkan memiliki sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan pengetehuan yang peserta didik miliki. Pada pelaksanaan evaluasi pembelajaran, aspek penilaian sikap sosial peserta didik bersifat umum, tidak lagi dikaitkan dengan pengetahuan yang peserta didik miliki.

Penilaian sikap merupakan salah satu hal penting yang terkandung dalam Kurikulum 13, sehingga dalam pelaksanaannya guru harus melakukan penilaian pada aspek tersebut. Maka, sangat penting bagi guru untuk dapat memahami indikator sikap sosial yang diinginkan pada setiap Kompeteni Dasar pada mata pelajaran PPKn, Budi Pekerti, dan Agama. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru PPKn di SMP Negeri 26 Bandar Lampung, guru masih kesulitan melakukan aspek penilaian sikap sosial. Hal tersebut disebabkan kurangnya pemahaman guru akan instrumen yang akan digunakan untuk mengukur perkembangan sikap peserta didik baik di sekolah maupun dikehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, aspek penilaian guru tetap

(24)

7

dilaksanakan dengan jurnal penilaian sikap, observasi, dan catatan perilaku guru.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan menganalisis persepsi guru terhadap implementasi instrumen penilaian sikap sosial pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kendala Penilaian Sikap Sosial

2. Penyesuaian indikator Penilaian Sikap Sosial terhadap masing masing mata pelajaran

3. Pemahaman, tanggapan, dan harapan guru terhadap implementasi instrumen penilaian sikap sosial.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah persepsi guru terhadap instrumen penilaian sikap sosial pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun 2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah persepsi guru terhadap implementasi instrumen

(25)

8

penilaian sikap sosial dan sikap sosial pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan persepsi guru terhadap instrumen penilaian sikap sosial pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 26 Bandar Lampung Tahun 2017.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

1. Penelitian ini secara teoritis berguna untuk menerapkan konsep ilmu pendidikan, wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pendidikan moral Pancasila yang berhubungan dengan sikap sosial dan sikap spiritual pada mata pelajaran PPKn.

2. Memperkaya ilmu pendidikan bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Kegunaan Praktis 1. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah terutama bagi guru bahwa tentang pemahaman instrumen penilaian sikap sosial yang dilakukan pada peserta didik.

(26)

9

2. Bagi Guru

Memberikan pengetahuan bagi guru tentang penguasaan dalam penilaian sikap sosial.

3. Bagi Siswa

Memberikan penilaian yang valid terhadap perkembangan sikap sosial siswa.

4. Bagi Masyarakat

Semua pihak yang berkepentingan untuk memperoleh informasi secara teoritis serta bahan acuan dan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan dengan wilayah kajian pendidikan moral Pancasila sebagai bentuk pemahaman terhadap penilaian sikap sosial mata pelajaran PPKn.

2. Subjek Penelitian

Adapun ruang lingkup subjek penelitian ini adalah guru di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

(27)

10

3. Objek Penelitian

Adapun ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap penilaian sikap sosial pada mata pelajaran PPKn.

4. Lokasi Penelitian

Ruang lingkup wilayah dari penelitian ini adalah Kecamatan Kemiling Raya Pramuka Kota Bandar Lampung Tahun 2017.

5. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan bernomor 04/UN26/3/PL/2016 oleh dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian ini.

(28)

II. TINJUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Persepsi

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi baik dengan masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Dalam interaksi inilah muncul pandangan, gambaran, nilai pengamatan seseorang terhadap suatu objek atau yang dikenal juga dengan persepsi. Persepsi yang muncul terhadap suatu objek pada masing-masing individu akan berbeda-beda tergantung pada pengalaman, proses belajar, sosialisasi, cakrawala dan pengetahuan masing-masing individu tentang objek tertentu.

Menurut Bimo Walgito (2010: 99) “persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui indra atau proses sensoris namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”. Menurut Kartini (2011;67) menyatakan bahwa, “Persepsi adalah pandangan interprestasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan objek yang diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempat ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya”

(29)

12

Menurut Suranto Aw (2010;107) “Persepsi adalah proses internal yang diakui individu dalam menyeleksi, dan mengatur stimuli yang datang dari luar. Stimuli itu ditangkap oleh indera secara spontan oleh pikiran dan perasaan kita akan memberikan makna atas stimuli tersebut”

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tetapi juga pada stimulus-stimulus dari aspek pengalaman dan sikap dari individu. Jadi, persepsi adalah proses penerimaan dan pengolahan informasi yang diterima oleh alat indra dan diproses menjadi stimulus yang disampaikan kepada pikiran seseorang sehingga stimulus tersebut terbentuk menjadi sebuah penilaian atau penafsiran yang biasanya diperoleh dari pengalaman yang sudah terjadi maupun diperoleh dari pengamatan dan pengindraan yang terjadi disekitarnya.

Proses persepsi menuntut individu untuk memberikan penilaian, kesan, pendapat, pemahaman, pengorganisasian terhadap suatu objek, menafsirkan situasi dan peristiwa yang dapat memberikan kesan perilaku yang positif atau negatif, senang atau tidak senang, paham atau tidak paham dan sebagainya. Persepsi berada pada pikiran dan perasaan manusia secara individu sehingga memungkinkan individu satu dengan yang lainnya memiliki persepsi yang berbeda walaupun objek yang dikaji adalah sama.

(30)

13

2. Deskripsi Teori Tentang Sikap a. Pengertian Sikap

Sikap dinyatakan dengan istilah "attitude" yang berasal dari kata latin "aptus" yang berarti keadaan sikap secara mental yang bersifat subjektif untuk melakukan kegiatan. Sikap seseorang terbentuk karena ada objek tertentu yang memberikan rangsang kepada dirinya. Sikap adalah bagian yang penting di dalam kehidupan sosial, karena kehidupan manusia selalu dalam berinteraksi dengan orang lain. Sikap dapat bersikap positif dan negatif. Sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima, atau bahkan mengharapkan kehadiran kehadiran objek tertentu. Sedangkan sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek.

Menurut Aiken dalam Ramdhani (2009:11), mendefinisikan “sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain.”

Sedangkan menurut Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan “sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif,

(31)

14

yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu”.

Pendapat lain dikatakan oleh Fishben (2009:141) bahwa sikap adalah “predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek”. Sementara itu, Chaplin (2009:141) “menyamakan sikap sama dengan pendirian. Lebih lanjut dia mendefinisikan sikap sebagai predisposisi bertingkah laku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu”.

Kemudian Thurstone dalam Bimo Walgito (2003:109) “sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif ialah afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan.”

Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.

(32)

15

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu, situasi atau orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon kognitif, afektif, dan perilaku individu. Serta kesiapan seseorang bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai untuk menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu.

b. Ciri-ciri Sikap

Sikap merupakan suatu faktor yang ada di dalam diri manusia yang mendorongnya untuk melakukan perilaku tertentu. Dan sikap yang ditimbulkan dapat berupa sikap yang positif bisa juga sikap yang bersifat negatif, sesuai dengan pendorong-pendorong lain yang ada di dalam diri manusia tersebut.

Oleh karena itu, ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Ciri-ciri sikap menurut pendapat Mar'at yang menjelaskan tentang Ciri-ciri-Ciri-ciri sikap sebagai berikut :

1) Sikap tidaklah merupakan sistem fisiologis ataupun diturunkan. 2) Sikap selalu dihubungkan dengan objek manusia, wawasan,

peristiwa atau ide.

3) Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan orang lain, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, atau tempat lainnya melalui nasehat teladan atau percakapan.

(33)

16

4) Sikap merupakan kesiapan bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek.

5) Perasaan dan afeksi merupakan bagian dari sikap akan tampak pada pilihan yang bersangkutan apakah positif atau ragu.

6) Tingkat intensitas sikap terhadap objek tertentu kuat atau juga lemah.

7) Sikap mungkin hanya cocok pada situasi yang sedang berlangsung, akan tetapi, belum tentu sesuai pada lainnya.

8) Sikap dapat bersifat relatif menetap dalam sejarah hidup manusia. 9) Sikap merupakan bagian dan konteks persepsi ataupun kognisi

individu.

10) Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan.

11) Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna, atau bahkan yang tidak memadai.

c. Perubahan Sikap

Pembentukan dan perubahan sikap seseorang dapat ditentukan dengan dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu (intern) berupa selektif untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar,dan faktor dari luar (ekstern) berupa keadaan atau kondisi yang berasal dari luar individu hasil dari interaksi individu dengan individu, maupun individu dengan kelompok.

(34)

17

Lingkungan juga akan mempengaruhi aktivitas psikis seseorang, dengan demikian, sikap terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikis seseorang adalah lingkungan keluarga, terutama orang tua. Hubungan sikap individu terhadap lingkungan antara lain dapat berupa:

1) Individu menolak lingkungan

Apabila individu tidak memiliki kesesuaian terhadap lingkungan, maka individu akan memberikan bentuk pada lingkungan sesuai dengan yang diharapkan oleh individu yang bersangkutan.

2) Individu menerima lingkungan

Ialah apabila lingkungan sesuai atau cocok dengan keadaan individu akan menerima keadaan lingkungan tersebut.

3) Individual bersikap netral

Apabila individu tidak cocok dengan keadaan suatu lingkungan dan ia tidak mengambil langkah sebagaimana mestinya, maka individu akan bersikap diam terhadap lingkungan tersebut.

Menurut Bimo Walgito (2003:121) Berkaitan dengan pembentukan atau pengubahan sikap, terdapat beberapa faktor yang mengubah sikap, antara lain:

1) Faktor kekuatan atau Force.

Kekuatan atau force dapat memberikan situasi yang mampu mengubah sikap. Kekuatan ini dapat bermacam-macam bentuknya, misalnya kekuatan fisik, ekonomi dan yang berujud peraturan sejenisnya.

(35)

18

Norma yang ada dalam kelompok menjadi norma dari orang yang bersangkutan yang tergabung dalam kelompok tersebut, sehingga akan membentuk sikap tertentu, setiap langkah yang dapat diambil untuk membentuk atau mengubah sikap dapat dengan cara mengubah norma kelompok.

3) Berubahnya membership group

Individu yang tergabung dalam berbagai macam kelompok yang ada dalam masyarakat, baik karena kepentingan bersama maupun karena alas an yang lain atau mampu mengubah norma yang ada dalam diri individu karena berubahnya membership group.

4) Berubahnya reference group

Berubahnya reference group atau kelompok acuan dapat mengubah sikap seseorang, karena mereka mempunyai peranan penting dalam kehidupan individu.

5) Membentuk kelompok baru

Terbentuknya kelompok baru berarti membentuk norma yang baru pula, sehingga memungkinkan terbentuknya sikap. Dengan adanya norma-norma baru, masing-masing individu perlu mengadakan penyesuaian yang baik, agar tidak menimbulkan persoalan-persoalan dalam kehidupan.

d. Komponen Sikap

Mengenai komponen sikap, ada tiga macam komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi, ketiga ranah tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1) Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinan (beliefs), ide

dan konsep.

2) Komponen afeksi yang menyangkut emosional seseorang

3) Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinan/kepercayaan seseorang mengenai objek sikap. Kepercayaan terhadap sesuatu sebagai objek sikap akan mempolapikirkan seseorang, artinya objek sikap dalam hal ini sangat berperan sekali terhadap tugas yang diembannya. Komponen afeksi yang menyangkut emosional banyak ditentukan oleh kepercayaan. Bila seseorang telah memandang negatif

(36)

19

terhadap orang lain, maka akan merasa malas dan hasilnyapun sangat tidak sesuai dengan yang harapan. Komponen konasi dalam sikap menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan sikapnya terhadap orang lain. Bila seseorang merasa tidak suka terhadap orang lain, maka wajar bila orang tersebut enggan menyapa dan berkomunikasi dengan orang tersebut.

Antara komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak itu tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan yang selaras, saling berhubungan dan berpadu satu sama lainnya menyebabkan dinamika yang cukup kompleks dan dapat mempengaruhi kecenderungan perilaku individu.

e. Pengukuran Sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.

a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals) Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajad

(37)

20

favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Penrnyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap item ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat skala kemudian menyusun item mulai dari item yang memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi.

Dari item-item tersebut, pembuat skala kemudian memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing item sikap tersebut.

(38)

21

Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai melakukan rating terhadap item dalam tataran yang sama terhadap isu tersebut.

b) Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

Likert (2007:102) “mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone”. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorable. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi tes yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement atau disagreemenn-nya untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale).

(39)

22

c) Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.

d) Multidimensional Scaling

Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala item. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Skala Likert (Method of Summateds Ratings).

3. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013

Pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki karakteristikyang berbeda dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang diharapkan yang dapat guru terapkan (Daryanto, 16;2015), antara lain:

a. Dari siswa diberitahu menuju siswa mencari tahu ; pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal pembelajaran guru tidak berusaha untuk memberi tahu siswa karena itu meteri tidak disajikan dalam bentuk final.

b. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang terpadu. Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan kompetensi lulusan.

(40)

23

c. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); hasil belajar pada rapor tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk pengetahunnya, tetapi menyajikan informasi menyangkut perkembangan sikapnya dan keterampilanya.

d. Pembelajaran mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat, ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini untuk melaksankaan norma yang baik yang sesuai dengan budaya masyarakat setempat,

e. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangon karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

Beberapa prinsip tersebut secara garis besar menekankan pada perkembangan sikap sosial yang termuat dalam KI 2. Kompetensi inti tersebut yang merupakan domain afektif meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat emosional, seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap (Krathwohl dalam M. Yaumi, 93; 2013). Kategori tersebut meliputi kemampuan umum seperti penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi, sampai pada tingkat kemampuan kompleks seperti penilaian kompleks. Kemampuan peserta didik dalam mengimplementasikan materi yang diajarkan oleh guru menjadi tujuan dalam setiap pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran di sekolah sekarang ini. PPKn yang menjadi tolak ukur materi penamanam nilai moral yang termuat pada KI 1 dan KI 2 kemudian menjadi hal yang penting pada kurikulum 2013 ini.

B. Tinjauan Tentang Sikap Sosial

Pembentukan sikap merupakan suatu proses yang berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti

(41)

24

orang, benda atau peristiwa, dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang lain. Sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik yang indikatornya telah disesuaikan pada kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian kompetensi kurikulum 2013.

Sikap Sosial merupakan sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik yang indikatornya telah disesuaikan pada kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian kompetensi kurikulum 2013. Pada hakekatnya aspek penilaian sikap spiritual lebih kepada mengaitkan pengetahuan yang peserta didik miliki dengan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan aspek penilaian sikap sosial merupakan mengaitkan pengetahuan yang peserta didik miliki dengan kehidupan sosial siswa denga lingkungan sekitar.

C. Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar Behavioristik meyakini bahwa belajar dapat dipahami, dijelaskan, dan diprediksi secara keseluruhan melalui kejadian yang dapat diamati, yakni perilaku peserta didik beserta antesedan dan konsekuen lingkungannya. Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurut kaum behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberi stimulus dan peserta didik perespons tindakan stimulus yang diberikan.

(42)

25

Sebelum merancang tujuan dalam desain pembelajaran memahami pengetahuan awal peserta didik merupakan kunci utama dalam menentukan kemana tujuan hendak diarahkan. Tingkat pengetahuan, sikap, keterampilan, yang mana yang menjadi target sehingga terjadi perubahan perilaku yang diinginkan. Seperti halnya penilaian sikap sosial pada kurikulum 2013, sikap tersebut juga merupakan kecederungan yang dapat diamati apabila ada stimulus yang diberikan oleh guru berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dan perubahan sikap siswa yang merupakan bentuk respon.

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Tingkat Nasional

Penelitian dilakukan oleh Ruvina Windarisni, Fakultas Keguruan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul penelitian yaitu Pengelolaan Penilaian Sikap Sosial Dalam Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa di Kelas II Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian menggunakan metode dokumen dan wawancara dengan siswa kelas II, kemudian data yang ada dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat diketahui bahwa penilaian sikap sosial sangat berpengaruh dalam pembelajaran muatan lokal di sekolah.

Perbedaan terhadap penelitian tersebut adalah penelitian yang penulis lakukan lebih mendalam kepada persepsi guru terhadap penilaian intrumen sikap sosial yang dilakukan oleh guru PPKn. Kemudian perbedaan yang paling mendasar yaitu penelitian yang dilakukan penulis sama sekali tidak

(43)

26

mengkritisi esensi aturan perundang-undangan sehingga penelitian ini hanya sebatas mengemas data dari subjek penelitian yaitu persepsi.

2. Tingkat Internasional

Research conducted by Harris Chalklin Research conducted by Harris Chalklin University of Maryland School of Social Work with the title Attitudes, Behavior, Social Pratice. The reletionship between attitudes and behavior is not symmetrical. A literature review is used to organize a summary of methodelogical and practical problem in this area. In turn, these fundings are used to comment on how socilogy and social work practice can take this into account.

Terjemahan: Penelitian yang dilakukan oleh Harris Chalklin penelitian yang dilakukan oleh Harris Chalklin University of Maryland School of Social Work dengan Sikap, Perilaku, Sosial Praktik. Hubungan antara sikap dan perilaku tidak simetris. Sebuah tinjauan literatur digunakan untuk mengatur ringkasan masalah metode dan praktis di daerah ini. Pada saatnya menemukan ini digunakan untuk menanggapi bagaimana sosiologi dan praktek pekerjaan sosial dapat mempertimbangkan hal ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berfokus pada metode yang digunakan pemahaman literatur.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah penelitian ini hubungan kerja sosial dengan sikap dan perilaku. Sedangkan penulis lebih menfokuskan penenlitian kepada penelitian ini melihat persepsi guru terhadap implementasi instrumen penilaian sikap sosial pada mata pelajaran PPKn yang selama ini belum dipahami guru.

(44)

27

E. Kerangka Penelitian

Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran PPKn berdasarkan Permendkbud Nomor 24 Tahun 2016, memuat tentan empat aspek kompetensi yaitu, KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4. Keempat kompetensi tersebut memuat pengetahuan sikap, dan keterampilan. Penilaian Sikap yang termuat dalam KI 2 dapat dilakukakn dengan penilaian autentik dengan instrumen yang telah disusakan dengan masing-masing kompetensi dasar yang dilakukan oleh guru PPKn kemudian akan diserahkan pada wali kelas.

Gambar 3.3. Rencana Penelitian

Permendikbud No. 24 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013

KI 2 Sikap Sosial Penilaian Autentik Persepsi 1. Pemahaman 2. Tanggapan 3. Harapan

(45)

IV. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena akan memberikan gambaran tentang permasalahan melalui analisis dengan menggunakan pendekatan ilmiah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yaitu untuk mengetahui deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki tentang “Persepsi Guru Terhadap Implementasi Instrumen Penilaian Sikap Sosial di SMP Negeri 26 Bandar Lampung”

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2012:9), “penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya”

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih penulis adalah di SMP Negeri 26 Bandar Lmpung di Kecamatan Pramuka Kemiling. Penetapan lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang mendukung tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui deskripsi Persepsi

(46)

29

Guru Terhadap Implementasi Instrumen Penilaian Sikap Sosial di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

C. Informan dan Unit Analisis

Dalam penelitian kualitatif, istilah sampel disebut dengan informan yaitu orang yang merupakan sumber informasi. Dalam penentuan informan ini, peneliti menggunakan teknik snowbowling sampling. Menurut Arikunto (2009:16), “snowbowling sampling merupakan teknik pengumpulan data dimana antara sumber data yang satu dengan yang lain saling berkaitan.” Informan ini kemudian terdiri dari informan kunci dan informan pendukung. Selain itu dalam penelitian kualitatif juga dikenal istilah unit analisisi, yang merupakan satuan analisis yang digunakan dalam penenlitian. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis data adalah guru PPKn dan wali kelas yang melakukan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial. Dalam unit tersebut wali kelas merupakan informan kunci dalam penelitian ini karena diharapkan dapat menjadi sumber informati utama dengan masalah yang diteliti dan diharapakan dapat memberikan informasi paling dominan. Sedangkan yang menjadi informan pendukung adalah guru BK. Dimana informan tersebut akan mendukung sumber dari informan kunci. Teknik pengolahan data dipergunakan langsung dengan cara menggali dari sumber informasi dan dari catatan lapangan yang relevan dengan masalah-masalah yang diteiti.

(47)

30

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Instrument atau alat yang dimaksud adalah semenjak awal hingga akhir penelitian, peneliti sendiri yang berfungsi penuh atau peneliti sendiri yang terlibat aktif dalam penelitian yang dilakukan, mulai dari menetapkan fokus masalah, sumber data analisis data, sampai membuat kesimpulan. Selain itu dalam penelitian kualitatif ini, peneliti harus mampu berperan sebagai peneliti itu sendiri dan sebagai evaluator. Penelitian ini menggunakan human instrument.

E. Definisi Konseptual dan Operasional

1. Defnisi Konseptual

Sikap adalah merupakan kecenderungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu, situasi atau orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon kognitif, afektif, dan perilaku individu. Penilaian sikap pada kurikulum 2013 dalam bentuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial.

2. Definisi Operasional

a. Persepsi Guru Terhadap Penilaian Sikap Sosial

Persepsi guru terhadap penilaian sikap sosial adalah proses pengamatan, pengorganisasian, penginterprestasian guru sebagai hasil yang diterimanya, yang diukur berdasarkan pemahaman, kesan, dan harapan guru terhadap penilaian sikap sosial yang dilaksanakan.

(48)

31

b. Pembentukan Sikap

Pembentukan sikap merupakan suatu proses yang berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti orang, benda atau peristiwa, dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang lain.

c. Sikap Sikap Sosial

Sikap Sosial merupakan sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik yang indikatornya telah disesuaikan pada kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian kompetensi kurikulum 2013. Pada hakekatnya penilaian sikap sosial merupakan mengaitkan pengetahuan yang peserta didik miliki dengan kehidupan sosial siswa denga lingkungan sekitar.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Melakukan pengumpulan data dengan mengamati proses pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan kearifan lokal di desa tersebut.

(49)

32

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan (in depth enterview) kepada masyarakat, aparat desa, dan tokoh adat guna mengetahui hal-hal yang menyangkut pelaksanaan kearifan lokal. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semistruktur (semistruktur interview).

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan agar mendapatkan data dari dokumen (catatan peristiwa masalalu) yang berkaitan dengan kearifan lokal yang pernah dilaksanakan di desa tersebut.

Kegiatan pengumpulan data yang di peroleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi tersebut berpedoman pada panduan yang telah disusun berdasarkan aspek yang telah diamati yang kemudian secara operasional dituangkan dalam dimensi penelitian dan indikator-indikator.

Berikut merupakan varibel, dimensi, dan indikator pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Tabel 3.1. Variabel, Dimensi, dan Indikator Pengumpulan Data

Variabel Dimensi Indikator

Persepsi Guru Terhadap Implementasi

Pemahaman Penilaian Sikap Sosial pada Mata pelajaran PPKn

Pemahaman tentang arti, tujuan,dan pentingnya Penilaian Sikap Sosial pada Mata pelajaran PPKn

(50)

33 Penilaian Sikap Sosial pada Mata pelajaran PPKn Tanggapan tentang pelaksanaan Penilaian Sikap Sosial pada Mata pelajaran PPKn

Tentang pelaksanaan Penilaian Sikap Sosial pada Mata pelajaran PPKn yang telah dilakukna selama ini Harapan tentang

pentingnya Penilaian Sikap Sosial pada Mata pelajaran PPKn

Rekomendasi atau masukan tentang Penilaian Sikap Sosial pada Mata pelajaran PPKn Sumber: Analisis Penelitian

G. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas pada penelitian ini bertujuan untuk menguji keauntentikan atau keabsahan data agar hasil penelitian kualitatif yang dilakukan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terdapat beberapa strategi penelitian kualitatif yang dapat dialakukan untuk uji kredibilitas, antara lain:

1. Memperpanjang Waktu

Perpanjangan waktu ini digunakan untuk memperoleh trust dari subjek kepada peneliti mengingat bahwa pada penelitian kualitatif peneliti harus mampu melebur dalam lingkungan subjek penelitian. Menurut Padget (2012:200) menyatakan bahwa “Perpanjangan waktu antara peneliti dengan subjek yang diteliti dapat menghindarkan penelitian dari bias kereaktifan dan bias responden”. Artinya, dalam memperpanjang waktu penelitian peneliti dapat membangun kepercayaan dan terhindar dari prematurnya keterdekatan antara peneliti dan sebjek penelitian. Dengan demikian, bias yang berasal dari kereaktifan dan bias responden dapat dihindarkan dan berdampak pada rigor yang tetap terjaga.

(51)

34

2. Triangulasi

Menggunakan triangulasi (triangulation) dengan jenis triangulasi teknik yaitu teknik menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi sendiri merupakan penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu fenomena yang akan diteliti. Sehingga untuk mengetahui keautentikan data dapat dilihat dari sumber data yang lain atau saling mengecek antara sumber data yang satu dengan yang lain. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1. Triangulasi Menurut Denzin (Haris Herdiayansyah, 2010)

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang ada terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini yaitu :

1) Editing

Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah penulis menghimpun data di lapangan. Tahap editing adalah tahap memeriksa kembali data

OBSERVASI WAWANCARA

(52)

35

yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin keabsahan (validitas) untuk kemudian dipersiapkan ke tahap selanjutnya.

2) Tabulating dan Coding

Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dan teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang serupa. Data-data yang telah diperolah dari lapangan kemudian disusun ke dalam bentuk tabel dan diberi kode.

3) Intepretasi Data

Tahap intepretasi data yaitu tahap untuk memberikan penafsiran atau penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang lebih luas dengan menghubungkan data dengan hasil yang lain, serta hasil dari dokumentasi yang sudah ada.

I. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan peneliti terkumpul, maka tahap selanjutnya diproses atau dianalisis. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang sudah terkumpul dengan cara mengorganisasikannya ke dalam beberapa katagori, menjabarkannya ke unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola-pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami, dengan kata lain analisis data merupakan kegiatan memproses data hasil penelitian sehingga data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian

(53)

36

atau proses menyederhanakan data ke dalam bentuk lain yang lebih mudah diinterpretasikan. Dalam teknik analisis data kualitatif ini terdapat tiga komponen analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu,

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum,memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Reduksi data juga berarti sebagai sebuah proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan (field note). Reduksi data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data mengenai analisis Persepsi Guru Terhadap Implementasi Instrumen Penilaian Sikap Sosial di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

2) Penyajian Data (Data Display)

Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yangdisajikan disesuaikan dengan informasi yang didapat dari catatan terlulis di lapangan. Dengan penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, menganalisis tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Prosesnya dilakukan dengan cara menampilakan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memekanai bagaimana sebenarnya persepsi tentang

(54)

37

pelaksanaan penilaian aspek sikap sosial pada indikator yang telah ditentukan peneliti.

3) Verifikasi (Conclusion Drawing)

Berdasarkan permulaan pengumpulan data, selanjutnya mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola kejelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Penelitian yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan yang longgar, tetap terbuka dan tidak skeptik, akan tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jela, kemudain lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Setelah itu kemungkina akhir muncul sampai pengumpulan data berakhir, bergantung pada kesimpulan-kesimpulan catatan lapangan kemudian pengokodeannya, penyimpanan, metode pencarian ulang yang dapat digunakan dan kecakapan peneliti. Peneliti melakukan verifikasi yaitu melakukan pengumpulan data pada setiap indikator Persepsi Guru Terhadap Implementasi Instrumen Penilaian Sikap Sosial di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

Teknik analisis ini data ini dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

(55)

38

Berikut juga akan disajikan gambar rencana penelitian yang akan dilakukan penulis pada penelitian ini menggunkan teknik analisis yang telah dijelaskan di atas.

Gambar 3.3. Kerangka Penelitian

Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013 KI 2 Sikap Sosial Penilaian Autentik Persepsi 1. Pemahaman 2. Tanggapan 3. Harapan Informan 1. Wali Kelas 2. Guru PPKn 3. Guru BK Sesuai dengan KI 1, KI 3, dan KI 4

(56)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Persepsi Guru Terhadap Instrumen Penilaian Sikap Sosial di SMP Negeri 26 Bandar Lampung, adalah:

Instrumen penilaian sikap di SMP Negeri 26 Bandar Lampung, baik jurnal penilaian sikap, penilaian diri, maupun penilaian antar teman telah cukup sesuai dengan panduan penilaian Kurikulum 2013. Beberapa guru cenderung telah memahami instrumen penilaian sikap sosial, namun dalam pelaksanaannya guru memiliki hambatan-hambatan sehingga respon atau tanggapan guru terhadap instrumen penilaian sikap sosial belum menunjukkan sikap positif. Instrumen penilaian yang cukup banyak dianggap belum efesien untuk melakukan penilaian sikap sosial. Sehingga guru memiliki harapan kedepannya agar instrumen penilaian sikap sosial lebih sederhana. Harapan guru lainnya juga agar dalam pelaksanaan instrumen penilaian sikap sosial di sekolah untuk menetapkan indikator pada awal kegiatan pembelajaran selanjutnya instrumen penilaian sikap sosial disesuaikan dengan indikator tersebut.

(57)

82

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan:

a. Bagi Guru diharapkan dapat memahami kembali instrumen penilaian sikap sosial dan dapat diimplementasikan ke seluruh kelas yang diajar.

b. Bagi Wali Kelas diharapkan lebih berperan aktif dan berkordinasi dalam memberikan deskripsi penilaian sikap sosial.

c. Bagi Guru BK diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada siswa dan memberikan masukan-masukan terhadap perkembangan sikap anak. d. Orang tua diharapkan lebih peduli terhadap perkembangan sikap sosial

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Sinar Grafika. Azwar, S. (2000). Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran. Yogyakarta : Liberty Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Gava Media.

Hadi, Sutrisno. 2004. Metode Research. Yogyakarta: Yayasan psikologi UGM. Ibrahim, Nur, Rachmadiarti, Ismono. (2000). Pembelajaran Kooperatif, Surabaya:

UNNESA University Press.

M. F. Yanofsky. 1995. Molecular Evolution Of Flower Development: Diversification Of The Plantmadsbox Regulatory Gene Family. Genetics. 140 : 345- 356.

Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Rosda Karya.

Suryabrata, Sumardi. 2009. Metode Penelitian. Rajawali Pers; Jakarta.

Sarlito Wirawan Sarwono. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi.

Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama.

Gambar

Tabel 1.1. Berikut Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran       PPKn Kurukulum 2013 Semester I di SMP Negeri 26 Bandar       Lampung Tahun 2017  KI  Sikap Sosial  KD I  KD 2  KD 3  KI  II  Menunjukkan  perilaku jujur, disiplin,  tanggung jawab
Gambar 3.3. Rencana Penelitian
Tabel 3.1. Variabel, Dimensi, dan Indikator Pengumpulan Data
Gambar 3.1. Triangulasi Menurut Denzin (Haris Herdiayansyah, 2010)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada dosis pem- upukan 4-3-3 gram urea, SP36 dan KCL per polybag pertumbuhan dan produksi tanaman menunjukkan hasil yang tertinggi berbeda nyata dengan kontrol

Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan tumbuhan akuatik Coix lacryma-jobi terhadap paparan logam berat Pb dan Cd, serta konsentrasi yang terdapat pada bagian

Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian. Anik Ghufron berpendapat bahwa pengintegrasian nilai-nilai

Pada pengujian berat badan dan efek hipoglikemik yang terdiri dari 28 ekor mencit percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu jenis

Pandangan Zamakhshary dalam surah al-Hujurat ayat 12 dapat diambil kesimpulan bahwa agar manusia menjauhi buruk sangka apapun yang dapat menjerumuskannya ke

Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk yang dijualnya. Hal ini bermaksud agar produk yang ditawarkan pada

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD Inpres Bontomanai

Pendekatan kepustakaan (library research) untuk membahas kurva Bezier berderajat enam yang dihasilkan dari modifikasi kurva Bezier berderajat lima yang digunakan