Pengaruh Penggunaan Bahan Filter Yang Berbeda Terhadap
Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Amrizal, Abdullah Munzir, Elfrida
Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta e-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan fillter berbeda yang merupakan zeolit dan bioball dalam ikan pemeliharaan media nila (Oreochromis niloticus) untuk bertahan hidup dan pertumbuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari perawatan 4 dan 3 remedial yaitu: perlakuan A = kontrol (tanpa pemakaian filter), perlakuan B = pemakaian filter: 160 bioball, perlakuan C = pemakaian filter: 1,8 kg zeolit dan pengobatan D = pemakaian filter: 80 bioball dan 0,9 kg zeolit. Sampel ikan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) sebanyak 300 ekor dengan berat awal berkisar 3-4 gram, dan panjang awal berkisar 50-60 mm. Sebuah wadah yang digunakan 12 akuarium berukuran 90x40x35 cm dan setiap akuarium diisi 25 nila benih. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan pengaruh varians dari filter yang berbeda memberikan dampak tidak nyata berbeda untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak berat dan pertumbuhan panjang nila benih mutlak (> 0,05). Ho diterima dan Hi ditolak. Kelangsungan hidup benih ikan nila semua perawatan adalah (100%). Pertumbuhan berat mutlak tertinggi pada perlakuan C (9,43 gr). Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi pada perlakuan C (30,60 mm).
Kata kunci: Filter, spons, bioball, Zeolit, Oreochromis niloticus
Abstract
Research aims to understand the influence of the use of material fillter different that is a zeolite and bioball in a media maintenance Tilapia fish (Oreochromis niloticus) of survival and growth. Methods used in research this is the method his experiments with use design random complete (DRC) consisting of 4 treatment and 3 remedial namely : treatment A = control ( without discharging filter ), treatment B = discharging filter: 160 bioball, treatment C = discharging filter: 1.8 kg zeolite and treatment D = discharging filter: 80 bioball and 0.9 kg zeolite. Fish sample used in research is the Tilapia fish (Oreochromis niloticus) as many as 300 tail with heavy early ranges 3-4 grams, and long early ranged from 50-60 mm. A container used 12 aquarium measuring 90x40x35 cm and every aquariums filled 25 seed tilapia. The analysis showed that influence variance use of different filters give impact is no different real for survival, heavy absolute growth and growth long absolute seed tilapia ( > 0.05 ). Ho received and Hi rejected. Survival seed nila fish all the treatment is ( 100 % ). Growth heavy absolute is highest in treatment C ( 9.43 gr ). Growth long absolute is highest in treatment C ( 30.60 mm ).
PENDAHULUAN
Ikan Nila merupakan salah satu komoditas penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini disenangi tidak hanya karena rasa dagingnya yang khas, tetapi juga karena laju pertumbuhan dan
perkembangbiakkannya yang cepat,
sehingga dikalangan peternak ikan, ikan Nila dijadikan komoniti unggulan. Kini ikan nila banyak dibudidayakan di
berbagai daerah, karena memiliki
kemampuan adaptasi bagus di berbagai jenis air baik air tawar, payau dan di laut
(Suyanto, 2005). Pada wadah
pemeliharaan padat penebaran tinggi menuntut tingginya jumlah pakan yang
diberikan kepada ikan sehingga
mengakibatkan penumpukan bahan
organik dalam wadah. Akumulasi bahan organik akan menyebabkan terjadinya
pembentukan senyawa-senyawa yang
beracun bagi ikan, sehingga mempercepat penurunan kualitas air.
Pada kondisi jumlah air yang terbatas,
penurunan kualitas air sangat
membahayakan bagi kelangsungan hidup ikan. Untuk mempertahankan kualitas air sehingga tetap layak bagi ikan, digunakan
sistem resirkulasi dalam proses
pemeliharaannya. Air buangan dari proses
pemeliharaan akan dapat digunakan
kembali setelah melalui beberapa
perlakuan termasuk pengendapan,
penyaringan mekanis dan biologis serta purifikasi bakteriologis (Djokosetiyanto,
2006).
Sistem resirkulasi adalah salah satu cara untuk menjaga kualitas air tetap optimal selama pemeliharaan ikan dengan
kepadatan yang tinggi. Resirkulasi
merupakan sistem yang menggunakan air secara terus-menerus dengan cara diputar untuk dibersihkan di dalam filter kemudian dialirkan kembali ke wadah budidaya (Alfia, 2013).
Menurut Spotte (1970), filter dibagi atas filter fisika, kimia dan biologi. Filter
fisika berfungsi untuk memisahkan
padatan dari air secara fisika (berdasarkan ukuran) dengan cara menangkap atau menyaring kandungan bahan tersebut manjadi berkurang, bahan yang sering digunakan untuk filter fisika adalah spons.
Filter kimia berfungsi membersihkan molekul – molekul bahan organik terlarut melalui proses oksidasi atau penyerapan langsung. Tingginya kadar amonia pada media pemeliharaan dapat diatasi dengan filter kimia. Salah satu filter kimia yang dapat digunakan untuk perbaikan kualitas air media pemeliharaan ikan adalah dengan zeolit (Yudha, 2009). Menurut
Firdaus (2014), penggunaan 1.8 kg zeolit
memberikan hasil yang terbaik terhadap
terhadap kelangsungan hidup dan
(Trichogaster leeri) dengan judul pengaruh penggunaan bahan filter yang berbeda pada media pemeliharaan benih ikan sepat mutiara (Trichogaster leeri)
terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan.
Nelvia (2015) menyatakan pemakaian
160 buah bioball memberikan hasil yang terbaik terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan mas koki
(Carassiuss auratus).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan bahan filter yang berbeda yaitu zeolit dan bioball pada pemeliharaan benih ikan Nila (Oreochromis niloticus)
terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan bahan fillter yang berbeda yaitu zeolit dan bioball pada media pemeliharaan benih ikan Nila
(Oreochromis niloticus) terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang
bahan filter yang berbeda dalam
pemeliharaan benih ikan Nila
(Oreochromis niloticus) sehingga mampu membantu peningkatan produksi ikan Nila.
Untuk acuan para pembudidaya, dan terutama khususnya bagi peneliti.
MATERI DAN METODA Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai Oktober 2015. Di
Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang, Sumatera Barat.
Wadah
Wadah yang digunakan dalam
penelitian adalah akuarium sebanyak 12 unit dengan ukuran 90 x 40 x 35 cm.
Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian adalah benih ikan nila yang berumur 45 hari sebanyak 300 ekor setiap akuarium diisi 25 ekor yang diperoleh dari hasil pemijahan alami di Laboratorium Terpadu Universitas Bung Hatta.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gr digunakan untuk menimbang benih ikan Nila. (2) Kertas mm digunakan untuk mengukur panjang benih ikan Sepat Mutiara. (3) Seperangkat alat pengukur kualitas air.
Bahan yang digunakan dalam
PVC dengan ukuran 50 x 14 x 14 cm. (2) Spons. (3) Bioball. (4) Zeolit.
Metoda Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Perlakuan A = Kontrol (tanpa pemakaian filter)
Perlakuan B = Pemakaian filter : 160 buah bioball
Perlakuan C = Pemakaian filter : 1.8 kg zeolit
Perlakuan D = Pemakaian filter : 80 buah bioball dan 0.9 kg zeolit
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
Kelangsungan hidup dinyatakan
sebagai persentase jumlah ikan yang hidup selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar dan
merupakan kebalikan dari tingkat
mortalitas (Effendi, 1978).
Persentase kelangsungan hidup benih ikan Nila selama penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Persentase kelangsungan hidup benih ikan Nila pada setiap perlakuan
Perlakuan rata-rata Persentase kelangsungan hidup (%)
1 15 30 45 A 100 100 100 100 B 100 100 100 100 C 100 100 100 100 D 100 100 100 100 Keterangan:
A. Perlakuan A = Kontrol (tanpa pemakaian filter) B. Perlakuan B = Pemakaian filter : 160 buah bioball C. Perlakuan C = Pemakaian filter : 1,8 kg zeolit
D. Perlakuan D = Pemakaian filter : 80 buah bioball dan 0,9 kg zeolit Dari tabel 1 dapat dilihat tingkat
persentase kelangsungan hidup benih ikan Nila, kelangsungan hidup benih ikan Nila semua perlakuan adalah (100%).
Tingkat kelangsungan hidup pada setiap perlakuan sama yaitu 100%, tinggi nya tingkat kelangsungan dikarenakan
nilai konsentrasi amoniak pada setiap perlakuan rendah sehingga nafsu makan ikan meningkat.
Ikan akan dapat bertahan hidup apabila kualitas air pemeliharaan berada pada kondisi yang optimal dan apabila
mengakibatkan kematian karena dapat menggangu metabolisme, pernapasan dan pencernaan (Yudha, 2009).
Selama penelitian nilai kualitas air masih dalam nilai standar baku mutu untuk
budidaya perikanan, kadar ammonia
berkisar antara 0.30-0.68 mg/L, nitrat berkisar antara 0.28-1.17 mg/L dan nitrit berkisar 0.06-0.204 mg/L. Rendahnya nilai
ammonia yang didapatkan selama
penelitian disebabkan oleh pemakaian bioball dan zeolit.
O-fish (2012) menyatakan bahwa
bioball berfungsi sebagai tempat
tumbuhnya bakteri-bakteri yang berperan dalam proses nitrifikasi. Bakteri yang
tumbuh pada bioball yaitu bakteri
nitrifikasi (bakteri Nitromonas sp dan
Nitrobacter sp), Nitromonas berperan
mengoksidasi ammonia menjadi nitrit,
sebangkan nitrobacter berperan
mengoksidasi nitrit menjadi nitrat , nitrat inilah yang akan menjadi plankton untuk pakan alami ikan.
Zeolit dapat melakukan fungsinya dengan tiga cara yaitu serapan (absorbsi), jerapan (adsorpsi) dan pertukaran ion. Absorbsi merupakan suatu proses dimana suatu pertikel terperangkap ke dalam struktur suatu media karena pori-pori yang
dimilikinya. Adsorpsi adalah proses
dimana suatu partikel menempel pada suatu permukaan akibat dari adanya perbedaan muatan lemah diantara kedua benda (gaya Van der Waals). Sedangkan pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terjerap pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air
(Anonim, 2002).
Pertambahan Berat Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak adalah
berat akhir dikurangi berat awal.
Berdasarkan hasil pengukuran selama penelitian didapat bahwa menggunakan
bahan filter yang berbeda pada
pemeliharaan benih ikan Nila memberikan petumbuhan berat mutlak seperti tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata pertambahan berat mutlak (gr) benih Ikan Nila pada setiap perlakuan
Perlakuan
Rata-rata berat awal (gr)
Rata-rata berat akhir (gr)
Rata-rata berat mutlak (gr)
A 2.89 10.57 7.68a
B 2.56 11.63 9.07a
C 2.51 11.94 9.43a
D 2.40 10.39 7.99a
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang sama dibelakang rata-rata pertumbuhan berat mutlak menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05)
Dari tabel 2 terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan berat mutlak benih ikan Nila selama penelitian yang tertinggi adalah perlakuan C (9.43 gr), perlakuan B (9.07 gr), perlakuan D (7.99 gr) dan yang terendah adalah perlakuan A (7.68 gr).
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan berat mutlak tertinggi 9.43 gr terdapat pada perlakuan C (pemakaian zeolit 1.8 kg) dikarenakan kadar ammonia pada perlakuan C lebih rendah dari pada perlakuan A,B dan D dimana kadar ammonia pada perlakuan C antara 0.3-0.4 mg/L, rendahnya kadar ammonia pada perlakuan C dipengaruhi
oleh zeolit yang berfungsi sebagai
menyerap amoniak dan zat yang tak diinginkan, hal ini juga didukung oleh
Fanta (2012) yang menyatakan bahwa
zeolit memiliki kemampuan
menghilangkan ammonia dari air karena pada struktur pori zeolit terdapat ion nutrium sebagai pengganti ion ammonia yang diserap. Semakin banyak zeolit yang digunakan, kualitas air pemeliharaan juga cenderung lebih baik.
Diikuti oleh perlakuan B (pemakaian
bioball 160 buah) memberikan
pertumbuhan berat mutlak sebesar 9.07 gr,
rendahnya pertumbuhan berat ikan
dikarenakan meningkatnya kadar amoniak pada hari pertama pengamatan sampai hari ke 22 pengamatan sebesar 0.30 mg/L menjadi 0.62 mg/L dan pada hari ke 23-45
hari pengamatan kadar ammonia kembali menurun. Semua itu dipengaruhi oleh bakteri yang tumbuh dan berkembang dibioball membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu berkisar antara 7-30 hari
(Sugimin, 2011). Lamanya waktu yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk berkembang dan tumbuh di bioball membuat jumlah bakteri nitrifikasi yang ada tidak cukup untuk proses nitrifikasi.
Selanjutnya perlakuan D (pemakaian bioball 80 buah dan zeolit 0.9 kg) memberikan pertumbuhan berat mutlak sebesar 7.99 gr, rendahnya pertumbuhan berat ikan dikarenakan jumlah zeolit yang tidak mencukupi untuk mengadsorpsi ammonia yang ada dan jumlah bakteri yang kurang untuk proses nitrifikasi , sehingga meningkatnya kadar ammonia dan nitrat pada hari pengamatan 1-45, dimana kadar amonia dari 0.30mg/L menjadi 0.47 mg/L dan nitrat dari 0.28 mg/L menjadi 0.93 mg/L, meningkatnya kadar ammonia dan nitrat karena bakteri yang tumbuh dan berkembang di bioball membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu berkisar antara 7-30 hari (Sugimin,
2011). Lamanya waktu yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk berkembang dan tumbuh di bioball membuat jumlah bakteri nitrifikasi yang ada tidak cukup untuk proses nitrifikasi, serta dipengaruhi juga oleh jumlah zeolit yang sedikit.
Sedangkan perlakuan A (tanpa
pemakaian filter) memberikan
pertumbuhan berat mutlak terendah
sebesar 7.68 gr, ini dipengaruhi oleh kadar ammonia yang cukup tinggi berkisar antara 0.3-0.68 mg/L, tingginya kadar ammonia pada perlakuan A disebabkan oleh tidak adanya proses nitrifikasi ataupun penyerapan ammonia, karena pada perlakuan A tidak ada filter untuk
menyerap amonia, sehingga kadar
ammonia pada perlakuan A setiap hari meninggkat oleh sisa pakan dan hasil metabolisme, sehingga mengakibatkan membuat nafsu makan ikan berkurang.
Pertumbuhan merupakan parameter penting, dimana laju pertumbuhan di pengaruhi oleh factor internal dan ekstenal
(Effendi, 1978). Faktor internal meliputi
keturunan, umur dan ketahanan terhadap penyakit. Sedangkan factor eksternal antara lain adalah suhu perairan, oksigen terlarut, kimia air, ukuran ikan pada awal penelitian dan mutu pakan yang diberikan
(Asmawi, 1983).
Hasil analisis varians menunjukan bahwa pengaruh menggunakan bahan filter yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak benih ikan Nila (P>0.05).
Pertambahan Panjang Mutlak
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai penggunaan bahan filter yang berbeda pada pemeliharaan benih ikan
Nila terhadap pertumbuhan panjang
mutlak dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3. Rata-rata pertambahan panjang mutlak (mm) benih ikan Nila pada setiap perlakuan Perlakuan Rata-rata panjang awal (mm) Rata-rata panjang akhir (mm) Rata-rata panjang mutlak (mm) A 54.66 80.86 26.20a B 53.10 81.30 28.20a C 52.00 82.60 30.60a D 51.50 79.90 28.40a
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang sama dibelakang rata-rata pertumbuhan panjang mutlak menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05)
Dari tabel 3 dapat dilihat rata-rata pertumbuhan panjang mutlak benih ikan Nila selama penelitian yang tertinggi adalah pada perlakuan C (30.60 mm), perlakuan D (28.40 mm), perlakuan B (28.20 mm), dan yang terendah adalah perlakuan A (26.20 mm).
Dapat dilihat bahwa rata-rata
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan Nila pada perlakuan C meningkat setiap kali
pengamatan dari awal sampai akhir
penelitian sebesar 30.60 mm, perlakuan C (pemakaian zeolit 1.8 kg) memberikan hasil yang terbaik dikarenakan kualitas air pada perlakuan C adalah yang terbaik selama penelitian dan tidak melewati standar baku mutu. Kadar amonia pada perlakuan C berkisar antara 0.30-0.40 mg/L, nitrat berkisar antara 0.28-1.06 mg/L dan nitrit berkisar 0.052-0.149 mg/L. Rendahnya nilai ammonia yang didapatkan selama penelitian disebabkan oleh pemakaian zeolit.
Zeolit dapat melakukan fungsinya dengan tiga cara yaitu serapan (absorbsi), jerapan (adsorpsi) dan pertukaran ion. Absorbsi merupakan suatu proses dimana suatu pertikel terperangkap ke dalam struktur suatu media karena pori-pori yang dimilikinya. Adsorpsi adalah proses dimana
suatu partikel menempel pada suatu
permukaan akibat dari adanya perbedaan
muatan lemah diantara kedua benda (gaya Van der Waals). Sedangkan pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terjerap pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air (Anonim, 2002). Semakin banyak zeolit yang digunakan, kualitas air pemeliharaan juga cenderung lebih baik.
Diikuti perlakuan D (pemakaian bioball 80 buah dan zeolit 0.9 kg) memberikan pertumbuhan panjang mutlak sebesar 7.99 gr, rendahnya pertumbuhan berat ikan dikarenakan meningkatnya kadar ammonia dan nitrat pada hari pengamatan 1-45, dimana kadar amonia dari 0.30mg/L menjadi 0.47 mg/L dan nitrat dari 0.28 mg/L menjadi 0.93 mg/L, meningkatnya kadar ammonia dan nitrat karena bakteri yang tumbuh dan berkembang di bioball membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu berkisar antara 7-30 hari (Sugimin, 2011).
Selanjutnya perlakuan B (pemakaian bioball 160 buah) memberikan pertumbuhan
panjang mutlak sebesar 28.20 mm,
rendahnya pertumbuhan berat ikan
dikarenakan meningkatnya kadar ammonia dan nitrat pada hari pengamatan 1-45, dimana kadar amonia dari 0.30mg/L menjadi 0.47 mg/L dan nitrat dari 0.28 mg/L menjadi 0.93 mg/L, meningkatnya kadar ammonia dan nitrat karena bakteri
yang tumbuh dan berkembang di bioball membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu berkisar antara 7-30 hari (Sugimin, 2011). Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk berkembang dan tumbuh di bioball membuat jumlah bakteri nitrifikasi yang ada tidak cukup untuk proses nitrifikasi, serta dipengaruhi juga oleh jumlah zeolit yang sedikit.
Pertumbuhan panjang mutlak terendah terdapat pada perlakuan A (tanpa pemakaian
filter) memberikan pertumbuhan berat
mutlak terendah dibandingkan tiga
perlakuan lainnya, semua itu dipengaruhi oleh kadar ammonia tinggi berkisar antara 0.3-0.68 mg/L, tingginya kadar ammonia pada perlakuan A disebabkan oleh tidak adanya proses nitrifikasi ataupun penyerapan ammonia, karena pada perlakuan A tidak ada filter untuk menyerap amonia, sehingga kadar ammonia pada perlakuan A setiap hari meninggkat oleh sisa pakan dan hasil
metabolisme, sehingga mengakibatkan
membuat nafsu makan ikan berkurang. Hasil analisis varians menunjukan bahwa pengaruh menggunakan bahan filter yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak benih Sepat Mutiara (P>0.05).
4.4 Kualitas Air
Selama penelitian dilakukan pengujian kualitas air pada media pemeliharaan, adapun parameter kualitas air yang diukur yakni suhu, pH, DO, nitrat, nitrit, amoniak dan CO2 yang diukur pada awal, tengah dan akhir penelitian. Berikut dapat dilihat data pengamatan kualitas air pada tabel 4 dibawah ini.
Nilai pH selama masa penelitian adalah 6, tidak ada perubahan nilai pH dari awal sampai akhir penelitian. (Wardoyo, 1981) menyatakan derajat keasaman (pH) yang mendukung untuk kehidupan ikan secara normal diperairan berkisar antara 6-9.
Tabel 4. Parameter kualitas air media selama penelitian pada setiap perlakuan
Keterangan : Baku mutu air kelas II (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001) Perlakuan A = Kontrol (tanpa pemekaian filter)
Perlakuan B = Pemakaian filter : 160 buah bioball Perlakuan C = Pemakaian filter : 1,8 kg zeolit
Perlakuan D = Pemakaian filter : 80 buah bioball dan 0,9 kg zeolit
No Parameter Satuan Parameter Baku mutu air kelas II A B C D
Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir
1 pH - 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6-9 2 Suhu oC 28,6 28 28 28 27.8 27,9 28 28 27,7 28 29,1 28,6 28-32 3 DO ppm 5,94 5,18 6,8 5,94 5,04 6,3 5,94 5,71 6,9 5,94 5,52 6,7 4 4 NO3 mg/L 0,28 0,83 1.74 0,28 1,15 1,06 0,28 0,36 1,35 0,28 0,59 0,93 10 5 NO2 mg/L 0,052 0,185 0,092 0,052 0,203 0,125 0,052 0,062 0,149 0,052 0,094 0,11 0.06 6 NH3 mg/L 0,30 0,54 0,68 0,30 0,62 0,51 0,30 0,40 0,40 0,30 0,47 0,53 ≤ 1 7 CO2 mg/L 12,36 37,30 43,11 12,36 41,26 32,91 12,36 25,08 18,69 12,36 30,11 21,85 40
Nilai suhu tertinggi terdapat pada perlakuan D pada hari ke 22 dengan nilai
29.1 0C. kisaran nilai suhu selama
pengamatan adalah antara 27.7 – 29.1 0C. Suhu yang yang layak untuk budidaya ikan didaerah tropis adalah 25-300 C (Soeseno,
1971).
Menurut Forteath et. al., (1993), suhu air memiliki efek yang sangat penting dalam respirasi, tingka nafsu makan ikan, pencemaran, pertumbuhan serta sistem metabolisme tubuh. Suhu yang rendah dari kisaran suhu optimal akan mengakibatkan
respon imunitas menjadi lambat,
mengurangi nafsu makan, aktifitas dan pertumbuhan (Wedemeyer, 1996).
Oksigen merupakan faktor yang
sangat penting untuk pernafasan
organisme dan merupakan salah satu komponen utama bagi metabolisme ikan dan organisme perairan lain (Wardojo,
1975).
Dari grafik terlihat pengaruh DO terhadap kualitas air hanya 6 %, nilai DO tertinggi terdapat pada perlakuan C dengan nilai 6,9 ppm pada hari pengamatan ke 45. Kisaran nilai DO selama pengamatan antara 5.04-6.9 ppm, meningkat nya nilai DO setiap hari pengamatan dikarenakan turunya air dari filter yang dihasilkan oleh sedotan mesin pompa yang dipasang pada setiap akuarium. Menurut NTAC (1968) dan Pescod (1973), kandungan oksigen terlarut minimal 2 mg/l sudah cukup untuk
mendukung kehidupan ikan, sepanjang tidak terdapat senyawa lain yang bersifat racun, agar ikan dapat hidup layak sebaiknya kandungan oksigen terlarut harus tidak kurang dari 4mg/l.
Menurut Forteath et. al., (1993), nitrat berasal dari oksidasi ammonium secara sempurna yang dilakukan oleh bekteri nitrifikasi yang bersifat autotrofik, nitrat memiliki konsentarsi yang tinggi di dalam system sirkulasi dan nitrat tidak bersifat racun bagi ikan.
Pengaruh nitrat tertahadap kualitas air hanya 0.6 %, nilai nitrat tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan nilai 1,74 mg/L pada hari pengamatan ke 45.
Kisaran nilai nitrat selama
pengamatan antara 0,28-1.74 mg/L. Nilai nitrat untuk perairan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 adalah 10 mg/L. Menurut Boyd (1982), nitrit berasal dari proses
reduksi nitrat oleh bakteri dalam kondisi anaerob di dalam air. Sedangkan menurut
Wedemeyer (1996), sumber nitrit adalah
konversi ammonia oleh bakteri nitrifikasi yang berlebihan, ketika nitrit diserap oleh
ikan, nitrit akan bereaksi dengan
hemoglobin menjadi methemoglobin yang tidak dapat mengikat oksigen.
Pengaruh nitrit terhadap kualitas air hanya 1%, nilai nitrit tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan nilai 0.11 mg/L pada hari pengamatan ke 45. (Willis,
1993). Wedemeyer (1996), menyatakan
bahwa sumber nitrit adalah konversi amoniak oleh bakteri nitrifikasi yang berlebihan. Kisaran nilai nitrat selama pengamatan antara 0.06-0.204 mg/L, nilai nitrit untuk perairan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 adalah 0.06 mg/L.
Amoniak adalah hasil dari
metabolisme protein dan disisi lain amoniak merupakan racun bagi ikan sekalipun konsentrasinya sangat rendah
(Zonneveld, 1991). Amoniak dan nitrit
yang tinggi dalam perairan bersifat berbahaya bagi ikan, persentase amoniak bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan (Boyd, 1991). Menurut Djajaredja (1981), menyatakan bahwa konsentrasi amoniak yang baik bagi kehidupan ikan berkadar kurang dari 1,0 ppm.
Pengaruh amoniak terhadap kualitas hanya 1%, nilai amoniak tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan nilai 0,68 mg/L pada hari pengamatan ke 45, dikarenakan pada perlakuan A tidak terdapat bahan-bahan untuk menyerap amoniak ataupun menetralisasi amoniak, sehingga nilai amoniak setiap hari pada perlakuan A meningkat. Kisaran nilai amoniak selama
pengamatan antara 0.30-0.68 mg/L.
Yudha (2009), penggunaan zeolit
sebagai penyerap amoniak memang sangat
efektif, sebab zeolit dalam bekerja tidak bergantung pada suhu dan pH.
Pengaruh CO2 terhadap kualitas air
hanya 5%, nilai CO2 tertinggi terdapat
pada perlakuan A dengan nilai 53,11 mg/L pada hari pengamatan ke 45. Kisaran nilai
CO2 selama pengamatan antara
12,36-43,11 mg/L. Kadar CO2 bebas lebih dari
25 mg/l sudah membahayakan kehidupan ikan (NTAC, 1968). Swingle (1968),
menyatakan bahwa kandungan CO2 bebas
12 ppm menyebabkan ikan stes dan bila
kadar CO2 bebas mencapai 30 ppm,
beberapa jenis ikan akan mati.
KESIMPULAN
Kelangsungan hidup benih ikan Nila semua perlakuan adalah 100 %.
Pertumbuhan berat mutlak benih ikan Nila yang tertinggi pada perlakuan C (9.43 gr), perlakuan B (9.07 gr), perlakuan D (7.99 gr) dan yang terendah adalah perlakuan A (7.68 gr) Pertumbuhan panjang mutlak benih
ikan Nila yang tertinggi adalah pada perlakuan C (30.60 mm), perlakuan D ( 28.40 mm), perlakuan B (28.20 mm), dan yang terendah adalah perlakuan B (26.20 mm).
Parameter kualitas air selama penelitian masih standar baku mutu perairan, nilai pH 6 , suhu berkisar antara 27,7-29.1
0
C, DO berkisar antara 5.04-6.9 ppm, nitrat berkisar 0,28-1,74 mg/L , nitarit berkisar 0,052-0.11 mg/L, amoniak
berkisar 0,30-0.68 mg/L dan CO2
berkisar antara 12.36-43.11 mg/L Hasil analisis varians menunjukan
bahwa pengaruh menggunakan bahan
filter yang berbeda memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap kelangsungan hidup,
pertumbuhan berat mutlak dan
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan Nila (P>0.05). Ho diterima dan Hi ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Alfia, 2013. Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda Terhadap Kelulushidupan
DanPertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Pada
Sistem Resirkulasi dengan Filter
Bioball. Skripsi. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Diponegoro.
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan ikan keramba. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 82
Boyd CE. 1991. Water Quality
Management For Pond Fish
Culture. Elsevier Scientific
Publishing Cc. New York.
Boyd CE. 1991. Water Quality
Management and Aeration in Shirmp Farming. Fisheries and
Allied Aquaculture
Departeement, Series No. 2, Auburn University.
Djajadiredja, R. dan Jangkru, Z. 1981.
Mekanisasi Dalam Usaha
Peningkatan Daya Guna Air Tawar Untuk Budidaya Ikan
Secara Intensif. Lokakarya
Nasional Tepat Guna
Pengembangan Budidaya Air
Tawar.IPB. Bogor.
Djokosetiyanto, 2006. Perubahan
Ammonia (NH3-N), Nitrit (NO2-N) Dan Nitrat(NO3-(NO2-N) Pada Media Pemeliharaan Ikan Nila
Merah Di Dalam Sistem
Resirkulasi. Jurnal Ilmiah.
Fakultas Perikanan Ilmu
Kelautan. IPB.
Effendi, M.I. 1978. Metode Biologi perikanan. Fakultas perikanan. IPB. Bogor.
Firdaus M, 2014. Bahan Filter Yang Berbeda Pada Media Pemeliharaan Ikan Sepat Mutiara Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup. Fakultas perikanan Dan Ilmu Kelautan, Padang.
Forteath N, Leong W, dan Murray F. 1993. Water Quality. In: P. Hart and D. O’ Sullivan (eds.). Recirculation
Systems: Design, Construction and Management. University of
Tasmania at Launceston:
Australia
NTAC. 1968. Water Quality Criteria. FWPCA. Wshington DC.
O-Fish, 2012. Prinsip Kerja Filter Biologi.
Diakses dari
http://fish.com/Filter/filter_biolo
gi.php pada tanggal 25
november 2014.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pescod, M. B. 1973. Investigation Of Rational Effluent And Stream Standarts For Tropical Countries. AIT. Bangkok.
Soeseno. 1971. Dasar-dasar Perikanan Umum. Penerbit CV. Yasaguna, Jakarta.
Sugimin, 2011. Aqumedi Bio-bacta.
Diakses dari
http://www.aroclubindonesia.com /forum/showthread.php?19156AQ
UMed -BIO-BACTA pada
tanggal 10 Oktober 2014.
Suyanto, R. 2005. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta.
Spotte S. 1970. Fish and Invertebrate Culture : Water Management in Closed System, Wiley Intersci, Pub. New York.
Swingle. 1968. Standardization of
Chemical Analysis for Water and pond Muds. FAO Fish Rep. 44(4): 379-406.
Yudha. A. P, 2009. Efektifitas
Penambahan zeolit Terhadap
kinerja Filter AirDalam Sistem Resirkulasi Pada Pemeliharaan Ikan Arwana Di Akuarium. Jurnal Ilmiah. IPB.
Wardoyo, S. T. H. 1975. Pengelolaan
Kualitas Air (Water
Managemant). Proyek
Peningkatan Mutu Perguruan
Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Wardoyo. 1981. Kriteria Kualitas Air
Untuk Keperluan Pertanian Dan
Perikanan. Pusat Studi
Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan. IPB. Bogor.
Wedemeyar, G. A. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. Chapman and Hall. New York. 232 p.
Willis, S. 1993. Alternative Methods of Filtration. In P. and D. O.
Sullivan (eds): Recirculation
Systems: Design, Construction and Management. University of Tasmania. Launceston, Australia. P: 99-104.
Zonneveld N, Huisman EA., Bonn JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, hlm 318.