• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SISTEM AKUAPONIK DENGAN JENIS TANAMAN SAWI (Brassica juncea) PADA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH SISTEM AKUAPONIK DENGAN JENIS TANAMAN SAWI (Brassica juncea) PADA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

18 PENGARUH SISTEM AKUAPONIK DENGAN JENIS TANAMAN SAWI (Brassica juncea)

PADA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

Lusianti Pamimi1, Irman Halid2, Ummi Maksum Marwan2

1. Mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma 2. Dosen Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma

Abstract. Aquaponic system of fish cultivation is a cultivation system that can save land use and increase the efficiency of nutrient utilization from leftover feed and fish metabolism. The aim of this research was to measure the growth and viability of nile tilapia (Oreochromis niloticus) seeds in the aquaponics system using different types of mustard greens with different stocking densities. The design used in this study was a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 replications, namely stocking density A 5, B 10, and C 15 fish / m². The data were analyzed by using ANOVA, if there was a difference between treatments then continued with the LSD test. The results showed that the stocking density had a very significant effect (F-count>F-table (0.01)) on the specific growth rate (SGR) and had a significant effect (F-count >F-table (0.05)) on survival.

The results of research carried out for 35 days showed that the highest increase in value was found in treatment A with a stocking density of 5 fish / m² which gave the best results of all variables with a specific growth rate (SGR) (1.05%) and a fish survival rate of (SR) (73.33%). While the lowest value was found in treatment C.

Water quality in all treatments generally described a range that was still within tolerance limits and was not harmful to the growth of agile tilapia.

Key words: nile tilapia, aquaponics, growth, survival

Abstrak. Budidaya ikan sistem akuaponik merupakan sistem budidaya yang dapat menghemat penggunaan lahan dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan hara dari sisa pakan serta metabolisme ikan. Tujuan penelitian adalah mengukur pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila gesit (Oreochromis niloticus) pada penggunaan sistem akuaponik dengan jenis tanaman sawi dengan padat tebar yang berbeda. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu padat tebar A 5 ekor/m², B 10 ekor/m², dan C 15 ekor/m². Data dianalisis dengan ragam ANOVA, bila terjadi perbedan diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh sangat nyata (F-hitung﹥F-tabel (0,01)) terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) dan berpengaruh nyata (F-hitung﹥F-tabel (0,05)) terhadap kelulushidupan. Hasil penelitian yang dilakukan selama 35 hari menunjukkan bahwa peningkatan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan padat penebaran 5 ekor/m² memberikan hasil terbaik dari semua variabel dengan nilai laju pertumbuhan spesifik (SGR) (1,05%) dan tingkat kelangsungan hidup ikan sebesar (SR) (73,33%). Sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan C. Kualitas air pada semua perlakuan secara umum menggambarkan kisaran yang masih berada dalam batas toleransi dan tidak membahayakan bagi pertumbuhan ikan nila gesit.

Kata kunci: ikan nila gesit, akuaponik, pertumbuhan, kelangsungan hidup

PENDAHULUAN

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar yang paling banyak diminati oleh berbagai kalangan baik masyarakat lokal maupun mancanegara (Yanti et al., 2013; Fadri et al., 2016). Menurut KKP (2013), produksi ikan nila mengalami fluktuasi produksi setiap tahunnya. Konsistensi peningkatan hasil produksi ikan nila dapat dilakukan melalui budidaya secara intensif dengan memperhatikan berbagai aspek pendukung keberlangsungan hidup ikan tersebut seperti ketersediaan air, area budidaya, serta kualitas lingkungan yang baik (Putra et al., 2011).

M. Ghufran H. Kordik (2010) menerangkan bahwa habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (eury haline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0–35 ppt, namun

(2)

19 salinitas yang memungkinkan nila tumbuh optimal adalah 0–30 ppt. Ikan nila masih dapat hidup pada salinitas 31–35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat.

Laju perkembangan pembangunan mengalami peningkatan yang pesat setiap tahunnya, hal ini menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan di area budidaya salah satunya adalah berkurangnya air yang menjadi media tumbuh ikan budidaya (Siregar et al., 2013). Efek lain yang ditimbulkan akibat pembangunan yaitu berkurangnya luas area budidaya ikan maka dilakukan budidaya intensif dengan peningkatan padat penebaran benih yang tinggi namun hal ini dapat menurunkan kualitas air (Putra et al., 2013).

Aplikasi akuaponik merupakan salah satu teknik budidaya alternatif yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Secara teknis, teknik ini mampu meningkatkan hasil produksi pembudidaya ikan dengan mengoptimalkan fungsi air dan ruang yang terbatas sebagai media pemeliharaan. Konsep dasar akuaponik adalah gabungan teknologi akuakultur dengan teknologi hydroponik dalam suatu sistem. Sisa pakan dan kotoran hasil metabolisme ikan dalam air yang berpotensi menurunkan kualitas air akan dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman air secara resirkulasi. Menurut Nugroho et al. (2012), air kolam disalurkan ke media tumbuh tanaman sebagai filter vegetasi yang dapat membersihkan zat racun dalam air sehingga air yang kembali ke kolam telah bersih dan layak untuk digunakan kembali sebagai media budidaya ikan nila.

Tanaman hortikultura berfungsi sebagai filter dengan metode resirkulasi sehingga air media sebagai limbah budidaya dapat digunakan kembali untuk proses pemeliharaan ikan. Keuntungan lain yang diperoleh dari sistem akuaponik adalah efisiensi penggunaan lahan dan air dan bisa menghasilkan keuntungan tambahan dari hasil tanaman (Marlina dan Rakhmawati, 2016; Anjani et al., 2019; Sukoco et al., 2019). Kegiatan ini menerapkan sistem akuaponik dengan menggunakan sayuran sawi dan ikan nila. Sayuran sawi merupakan tanaman yang bisa digunakan untuk sistem akuaponik. Nutrisi tanaman sawi diperoleh dari penyerapan oleh akar-akar tanaman sawi terhadap nutrisi yang ada di media pemeliharaan ikan (Perdana et al., 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budidaya akuaponik menggunakan tanaman sawi dengan penerapan padat penebaran ikan berbeda terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis niloticus).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratarium Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma Palopo, Jln.

Haji Hasan. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Agustus-September 2020. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di area penelitian, berupa data kualitas air (Suhu dan pH) dan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila yang masih benih dengan bobot 5-7 gram (dengan umur relatif sama) yang dikirim langsung dari Instalasi Pengembagan Ikan Air Tawar (IPIAT) Lajoa, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng sebanyak 100 ekor. Sebelum ikan dimasukan ke dalam wadah uji, ikan terlebih dahulu diaklimatisasi selama satu minggu. Selama aklimatisasi ikan uji diberi perlakukan sama seperti pemberian pakan pelet.

Wadah yang digunakan yaitu styrofoam yang bervolume air 50 liter. Setiap wadah penelitian diisi air sebanyak 25 liter/wadah, lalu ditebari ikan dengan kepadatan 5,10 dan 15 ekor/wadah yang terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi sebelum ditebar ke wadah penelitian. Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pellet yang diberikan kepada benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Pemberian pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan pellet tipe FF-999. Pemberian pakan dilakuakan 2 kali sehari pagi pada pukul 07:00 WITA dan sore pada pukul 17:00 WITA. Pengamatan dilakukan setiap 1 kali dalam 7 hari (1 minggu) selama penelitian. Sebelum ikan ditebar ke dalam media pemeliharaan terlebih dahulu dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat awal ikan uji. Penimbangan selanjutnya dilakukan setiap minggu (7 hari) selama penelitian.

Penambahan air dilakukan 2 kali dalam seminggu. Pengamatan parameter kualitas air yaitu suhu dan pH dilakukan setiap minggu. Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu variabel pendukung dan variabel utama. Variabel utama berupa laju pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup dan variabel pendukung dalam kegiatan penelitian yaitu kualitas air.

Penghitungan tingkat laju pertumbuhan spesifik (SGR) menurut Zenneveld et al, (1991) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑺𝑮𝑹 =(𝑳𝒏 𝑾𝒕 − 𝑳𝒏 𝑾𝒐)

𝒕 × 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan :

SGR : Laju pertumbuhan spesifik Wo : Berat rata-rata benih pada awal penelitian (g) Wt : Berat rata-rata benih pada hari ke-t (g)

T : Lama pemeliharaan (hari).

(3)

20 Penghitungan tingkat kelangsungan hidup ikan menurut Muchlisin (2016) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑺𝑹 =(𝑵𝒐 − 𝑵𝒕)

𝑵𝑶 × 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan:

SR = Survival Rate (%)

Nt = Jumlah ikan yang mati selama penelitian (ekor) No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian (ekor)

Parameter awal yang diukur yaitu: berat biomassa ikan, suhu dan pH. Pengukuran biomassa ikan nila (Oreochromis niloticus) dilakukan tiga kali dalam satu periode budidaya. Adapun desain pengukuran yaitu: 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pengukuran parameter variabel pendukung berupa suhu dan pH dilakukan lansung di lokasi penelitian. Laju pertumbuhan spesifik ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat diperoleh dari bobot hewan uji dengan mengunakan rumus pertumbuhan spesifik.

Perlakuan A: Padat penebaran 5 ekor/wadah Perlakuan B: Padat penebaran 10 ekor/wadah Perlakuan C: Padat penebaran 15 ekor/wadah

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, dengan analisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui pertumbuhan bobot dan kelangsungan hidup ikan nila gesit. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran selama penelitian diperoleh laju pertumbuhan spesifik ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dibuat dalam bentuk grafik seperti yang disajikan pada gambar 1. Nilai laju pertumbuhan spesifik ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara selama 35 hari dengan sistem akuaponik dengan jenis tanaman sawi menunjukkan bahwa nilai rata-rata laju pertumbuhan spesifik ikan nila pada perlakuan A sebesar 1,05%, kemudian perlakuan B sebesar 0,87%, dan disusul oleh perlakuan C yakni 0,82%. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perlakuan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan C.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan spesifik ikan nila (Oreochromis niloticus)

Hasil analisis ragam (ANOVA) perbedaan kepadatan yang berbeda pada sistem akuaponik ini memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) benih ikan nila gesit dimana F-hitung>F-tabel pada taraf 0,01% (1641,202>10,92), maka dilanjutkan dengan uji BNT. Berdasarkan hasil analisi uji beda nyata terkecil (BNT=0,0918) diketahui bahwa perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, sedangkan perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan C.

Sistem akuaponik dengan tanaman sawi pada padat tebar yang berbeda menghasilkan nilai laju pertumbuhan yang sangat nyata. Hasil pertumbuhan spesifik menunjukkan bahwa padat penebaran yang rendah memiliki kemampuan memanfaatkan ruang gerak dan makanan secara efisien yang berdampak terhadap

(4)

21 pertumbuhan ikan. Dengan perlakuan padat tebar yang tinggi menyebabkan kondisi ikan menjadi kurang sehat sehingga pemanfaatan pakan tidak optimal sehingga mengakibatkan pertumbuhan ikan terganggu dan pertumbuhan akhirnya menjadi lambat.

Hidayat et al., (2013) mengatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Handajani (2002) dalam kadarini et al., (2010), mengatakan bahwa padat penebaran selain dapat menyebabkan kompetisi ruang gerak dan perebutan oksigen terlarut pada ikan, juga dapat menyebabkan ikan mengalami stres, sehingga menghambat metabolisme dan mengakibatkan nafsu makan ikan menurun.

Pendapat ini sesuai dengan Suyanto (2002), menyatakan bahwa jika ikan dipelihara dalam padat penebaran rendah maka pertumbuhannya lebih baik bila dibandingkan pada padat penebaran tinggi. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Stickney (1979), mengatakan bahwa semakin meningkatnya padat penebaran ikan maka persaingan antar individu juga akan semakin meningkat, khususnya dalam merebutkan ruang gerak dengan wadah yang sama. Djajasewaka (1985), juga mengatakan bahwa untuk mempertahankan laju pertumbuhan ikan, maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan.

Hasil data kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus)

Tingkat kelulushidupan ikan selama penelitian pada grafik 2 menunjukkan bahwa kelulushidupan benih ikan dengan padat penebaran berbeda didapatkan nilai rata-rata pada perlakuan A sebesar 73,33%, perlakuan B sebesar 36,67% dan diikuti perlakuan C sebesar 33,33%. Nilai persentase kelulushidupan tertinggi diperoleh pada perlakuan A sebesar 73,33% dan kelulushidupan yang terendah terdapat pada perlakuan C sebesar 33,33%.

Hasil analisis ragam (ANOVA) perbedaan kepadatan yang berbeda pada sistem akuaponik ini memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelulushidupan (SR) benih ikan nila gesit dimana F-hitung>F-tabel pada taraf 0,05% (10,784>5,14), maka dilanjutkan dengan uji BNT. Berdasarkan hasil analisi uji beda nyata terkecil (BNT=23,321) diketahui bahwa perlakuan A sangat berbeda nyata terhadap perlakuan perlakuan B, sedangkan perlakuan B tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C. Hal ini disebabkan pada media pemeliharaan sudah memenuhi untuk kebutuhan hidup ikan dengan baik. Adapun kisaran padat penebaran secara umum yang optimal untuk pembenihan ikan nila adalah 50-100 ekor/m2 (Jangkaru et al., 1991). Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kualitas air, pakan, umur ikan, lingkungan dan kondisi kesehatan ikan (Adewolu et al., 2008)

Kematian yang terjadi selama penelitian dikarenakan ikan mengalami stres sehingga ikan tidak dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk kehidupannya. Pada padat penebaran yang tinggi, ikan akan bersaing untuk mendapatkan ruang gerak, pakan, kebutuhan oksigen dan pergesekan pada benih yang menyebabkan ikan stress dan mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Satyani (2001), bahwa respon terhadap stres pada ikan umumnya kurang baik atau kurang cocok dengan reaksi stressor lingkungan yang kronis atau berkesinambungan, lingkungan yang tidak sesuai atau semakin buruk tersebut menyebabkan fungsi normal ikan akan terganggu sehingga pertumbuhan ikan akan lambat dan dalam keadaan yang lebih fatal

(5)

22 menyebabkan ikan banyak yang mati. Menurut Effendi et al., (2006) bahwa kematian yang terjadi pada pemeliharaan dengan padat penebaran yang tinggi terjadi karena ruang gerak yang semakin sempit sehingga memberikan tekanan terhadap ikan, sehingga ikan menjadi stres dan dapat mempengaruhi daya tahan ikan bahkan dapat menimbulkan kematian. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Arini et al., (2013) apabila ruang gerak ikan menjadi terbatas maka akan menghambat mendapatkan makanan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ikan.

Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama melakukan penelitian meliputi suhu dan pH. Hasil pengukuran suhu dan pH dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengukuran Kualitas Air Parameter

Kualitas Air

Perlakuan

Referensi Pembanding

A B C

Suhu oC 27-28 OC 27-28OC 27-28OC 25-32 OC. Effendi et al. (2015)

pH 6-7 6-7 6-7 6,5-8,5. Dinas Kelautan dan

Perikanan Daerah Sulawesi Tengah (2011) dalam Humairani dan Erlita (2012)

Suhu merupakan salah satu parameter yang sangat penting bagi kelangsungan hidup organisme akuakultur (Mulyanto,1992 dalam Aquarista et aI., 2012). Kisaran suhu dari awal hingga akhir penelitian masih dalam kisaran yang normal untuk pertumbuhan ikan nila gesit. Hasil pengukuran suhu pada media pemeliharaan ikan nila untuk semua perlakuan selama penelitian berkisaran antara 27-28 OC masih dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan ikan nila. Hal ini sesuai dengan penelitian Effendi et al. (2015) yang menyatakan suhu optimum untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25-32 OC. Pratama (2009) juga menyatakan bahwa, fluktuasi suhu yang terlalu besar menyebabkan ikan akan mengalami stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan.

Hasil pengukuran pH selama penelitian berkisar antara 6-7 yang artinya sudah ideal untuk kelangsungan hidup ikan nila gesit. Power hydrogen (pH) yang sering juga disebut derajat keasaman sangat berpengaruh dalam kehidupan ikan di perairan. Pada umumnya organisme perairan khususnya ikan dapat tumbuh baik dengan nilai pH yang netral. Nilai pH yang terlalu rendah atau tinggi dapat mematikan ikan, pH yang ideal dalam budidaya perikanan adalah 5-9 (Syafriadiman et al. 2005). Menurut Ghuffron (2013) juga menyatakan bahwa, ikan nila dapat hidup di perairan dengan kisaran pH yang luas, 5-11. Namun pH air yang optimal untuk ikan nila adalah 6-8,5. Untuk pembesaran nila pertumbuhan optimal terjadi pada pH 7-8.

Keuntungan dari sistem akuaponik merupakan afesiensi dalam pemanfaatan air dan lebih ramah lingkungan, karena kondisi air yang digunakan dapat terkontrol dengan baik (Lasordo, 1994). Selain itu, salah satu keuntungan lain yang didapat dari sistem akuaponik yaitu dapat menghemat penggunaan pupuk. Karena pupuk yang harusnya diberikan kepada tanaman, dapat diperoleh dari sisa kotoran ikan yang terdapat dalam air.

Rakocy et al. (1993) dalam departemen kelautan dan perikanan (2008), tanaman akuatik secara efektif mampu memanfaatkan unsur hara sehingga memiliki beberapa keuntungan dari sefesiensi penggunaan air dan pengurangan pencemaran limbah hasil buangan ke perairan umum. Ditambah pula oleh Saptarini (2010) dengan adanya akuaponik dalam sistem resirkulasi membuat kualitas air dapat dipertahankan dan memberi peluang untuk bakteri dapat tumbuh dan berkembang mengurai bahan-bahan organik dan anorganik yang berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan. Dengan kata lain, menjaga kualitas media dengan sistem akuaponik dalam proses perbaikan kualitas air dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila gesit.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar yang berbeda pada pemeliharaan benih ikan nila gesit (Oreochromis niloticus) dengan sistem akuaponik dengan jenis tanaman sawi berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan dengan nilai tertinggi pada perlakuan A yaitu 1,05% dan berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan benih ikan nila gesit dengan nilai tertinggi pada perlakuan A yaitu 73,33%.

(6)

23 DAFTAR PUSTAKA

Adewolu M.A, C.A Adenji, A.B Adejobi. 2008. Feed utilization, growth and survival of Clarias gariepinus

(Burchell 1882) fingerlings cultured under different

photoperiods. Aquaculture. 283 : 64–67.

Anjani, P.T., Kusdarwati, R. and Sudarno, S., 2019. Pengaruh Teknologi Akuaponik dengan Media Tanam Selada (Lactuca sative) yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquacultur and Fish Health, 6 (2), pp.67-73

Aquarista F., Skandar., Subhan U. 2012. Pemberian Probiotik Dengan Carrier Zeolid Pada Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 3 (4): 133-140

Arini, E. alfia, A. R. dan Elfitasari, T. 2013. Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Filter Bioball.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Distribusi hara dalam kolam ikan yang dirancang untuk akuaponik skala komersial. Laporan Hasil Riset

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Tahun Anggaran

2008. Departemen Kelautan dan Perikanan.hlm 175-184.

Dinas DKP Sulawesi Tengah. 2012. Petunjuk Teknis Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila. Dinas Kelautan Dan Perikanan Sulteng : 2-29

Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan. Yasaguna. Jakarta

Effendi, I. N.J. Bugri, dan Widanarni. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Ukuran5 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2): 127-135.

Effendi, H., B.A Utomo, G.M Darmawangsa, R.E Karo-Karo. 2015. Fitoremediasi limbah budidaya ikan lele (Clarias sp.) dengan kangkung (Ipomea aquatic) dan pakcoy (Brassica rapa chinensis) dalam sistem resirkulasi. Ecolab, 9(2): 47-104.

Fadri, S,.Z.A. Muchlisin, Sugito. 2016. Pertumbuhan, Kelangsungan hidup dan daya cerna pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mengandung tepung daun jaloh (Salixtetrasperma roxb) dengan penambahan probiotik em-4. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyah. 1(2): 2010- 221.

Ghufran M., H. dan Kordi K. 2010. Budidaya Ikan Nila di kolam Terpal (Lebih Mudah, Lebih Murah, Lebih Untung). Lily Publisher. Yogyakarta.

Ghufran, M. 2013. Budidaya Nila Unggul. PT Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan.

Haryanto, Eko. 2003. Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hidayat D, Ade. D. S, Yulisma. 2013. Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efesiensi pakan ikan gabus (Channa striata) yang diberikan pakan baku tepung keong mas (Pamacea sp.) Jurnal akuakultur rawa indonesia. 1 (2) : 161-172

Kadarini. T, Sholichah. L dan Gladiyakti. M. 2010. Pengaruh padat tebar terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan silver dolar. [Jurnal]. Universitas Diponegoro, Semarang.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Analisis dan data pokok kelautan dan perikanan menurut provinsi tahun 2012. Pusat data, statistik dan informasi sekretariat jendral kementrian kelautan dan perikanan, Jakarta.

Losordo, T., Westers, H., 1994. Carrying Capacity and Flow Estimation. In:Timmons, M.B. ,Losordo, T. M.

(Eds.), Aquaculture Water Reuse

Systems: Engineering Design and Management. Elsevier,

Amesterdam, The Netherland, pp. 9–60.

Marlina, E. dan Rakmawati, R., 2016. Kajian Kandungan Amonia pada Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) menggunakan teknologi akuaponik tanaman tomat (salanum lycopersicum). Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan.

Muchlisin, Z.A., F. Afrido, T. Murda, N. Fadli, A.A. Muhammadar, Z. Jalil, C. Yulvizar. 2016. The effectiveness of experimental diet with varying levels of papain on the growth performance, survival

rate and feed utilization of

keureling fish (Tor tambra). Biosaintifika, 8: 172-177. Nazaruddin, 2003. Budidaya dan Pengantar Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.142 hal.

Nugroho, R. A., Pambudi, L. T., dan Haditomo, A. H. C. 2012. Aplikasi teknologi akuaponik pada budidaya ikan air tawar untuk optimalisasi kapasitas produksi. Jurnal saintek perikanan. 8 (1) : 46-51.

(7)

24 Perdana, T.R., Raza’i, T.S dan Zulfikar, A., 2015. Tingkat Penyerapan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) dengan Luasan Wadah Tanam Sistem Akuaponik yang Berbeda terhadap Kandungan Amonia (NH3) pada Limbah Budidaya Lele. Riau, Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH.

Pratama, 2009. Morfologi ikan nila. Airlangga. Jakarta. PT Agromedia Pustaka.Jakarta Selatan.

Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2011. Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jakarta.

Putra, I., Setiyanto, D. D, Wahyuningrum, D. 2011. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam sistem resirkulasi. Jurnal perikanan dan kelautan. 16 (1) : 56-63 Putra I., Mulyadi, Pamukas NA., Rusliadi. 2013. Peningkatan kapasitas produk akuakultur pada pemeliharaan

ikan selais (ompok sp.) sistem akuaponik. Jurnal perikanan dan kelautan, 18(1) : 1-10

Saptarini, P., 2010. Efektivitas Teknologi Aquaponik dengan Kangkung Darat (Ipomoea reptans) Terhadap Penurunan Amonia pada Pembesaran Ikan Mas. [Skripsi]. Departemen MSP FPIK IPB. Bogor. 69 hlm.

Satyani, D. 2001. Kualitas air untuk ikn air tawar. Penebaran Swadaya. Jakarta. hlm 45-50

Setiawan, 2012. Potensi Penggunaan Acepromazine Sebagai Alternatif Anestesi Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Bogor.

Institut Perairan Bogor.

Siregar, H. R., Sumono, Daulay, S. B., dan Edi, S. 2013. Efesiensi saluran pembawa air dan kualitas penyaringan air dengan tanaman mentimun dan kangkung pada budidaya ikan gurami berbasis teknologi akuaponik. J. Rekayasa pangan dan pertanian. 3(3) : 60-66.

Stickney. R. R. 1979. Principles of Warm water Aquacultur. John Willey and Sons. New York. 375p.

Sukoco, F. A., Raharja, B. S. dan Manan, A., 2019. Pengaruh pemberian probiotik berbeda dalam sistem akuaponik terhadap FCR (Feed convertion ratio) Dan Biomassa Ikan Lele (Clarias sp.) Journal of Aquaculture and Fish Health, 6 (1), pp.24-31.

Suyanto, S.R., 2002. Budidaya Nila. penebarSwadaya. Jakarta. 105 halaman.

Syafriadiman, N. A. Pamukas., S. Hasibuan., 2005. Prinsip Dasar Pengelolaan Kualitas Air. Mina Mandiri Press. Pekanbaru. 131 hlm.

Yanti, Z., Z. Muchlisin dan Sugito. 2013. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis niloticus) pada beberapa konsentrasi tepung daun jaloh (salix tetrasperma)dalam pakan. Depik, 2(1): 16-19.

Zenneveld, N., E. A. Huisman dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penuntut umum juga tidak melihat fakta- fakta diluar persidangan yang terjadi, sehingga dakwaan Penuntut Umum hanya menjerat terdakwa dengan Pasal 351 ayat (1)

penyalahgunaan Airsoft Gun di wilayah hukum Polrestabes Makassar, namun hampir semuanya tidak diproses hukum karena setelah dilakukan gelar perkara baik secara

Kesimpulan yang peneliti lakukan berdasarkan dari data-data yang di peroleh, dan mengecek kembali hasil dari data yang diperoleh dengan melihat informasi yang telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) calon guru kimia menggunakan Content Representation (CoRe) Framework dan Pedagogical

Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara mencari sensasi dengan school bullying (p>0,05) serta ada hubungan negatif yang signifikan antara empati

QHJDWLI WHUKDGDS OLQJNXQJDQ 2OHK NDUHQD LWX SHUOX DOWHUQDWLI SHQJDZHW RUJDQLN \DQJ OHELK UDPDK OLQJNXQJDQ $SOLNDVL EDKDQ SHQJDZHW SDGD ND\X NDUHW DODP GDSDW PHQJJXQDNDQ

Mengkaji penggunaan kurikulum, sistem peperiksaan, kemudahan pengajaran, pengajaran, dan pembelajaran program akademik diploma kejuruteraan elektrik politeknik yang ditawarkan