• Tidak ada hasil yang ditemukan

t pmp 090842 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t pmp 090842 chapter3"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

44

Roberto Leonardo, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Studi Tentang Akuntabilitas LPMP Dalam Penjaminan Mutu Pendidikan ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif analisis menggunakan metode kualitatif. Sehingga melalui pendekatan diharapkan didapat gambaran yang komprehensif terkait hubungan antara pemahaman stakeholder atas pelaksanan akuntabilitas LPMP dalam Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) di wilayah kerjanya melalui proses penyimpulan induktif dan dipaparkan secara sistemik berdasarkan data dan fakta yang diperoleh tanpa mengubah latar alamiahnya. Dalam usaha memperoleh pemahaman, maka peneliti tidak mereduksi narasi dan data lain menjadi lambang angka dan berusaha menganalisis data yang ada dengan segala kekayaan maknanya sedekat mungkin dengan kenyataan.

(2)

dan berusaha menganalisis data yang ada dengan segala kekayaan maknanya sedekat mungkin dengan kenyataan.

Menurut Frankel (1998:379-402), Bogdan and Biklen (1982:27-29), dalam Satori (2009: 27-32) penelitian kualititafi memiliki karakteristik, yang secara ringkas antara lain :

1. Penelitian kualitatif memiliki latar (setting) alamiah (natural) dengan sumber data yang langsung dan instrumen kuncinya adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu pada penelitian ini penggalian data dilaksanakan pada suasana yang alami, berjalan apa adanya sehingga bisa ditangkap konteks dan bahkan gestures secara langsung dari para sumber informasi. Dan dengan demikian pula maka peneliti bertindak sebagai alat atau isntrument dalam hal memaknai segala sesuatu yang ditampilkan dan diucapkan oleh informan.

2. Penelitian bersifat deskriptif yang berarti narasi yang dihasilkan menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. 3. Penelitian ini menjadikan fokus penelitian sebagai batas dari pembahasan.

Fokus penelitian kemudian dipecah lagi menjadi unit analisis, kategori, dan sub kategori yang dapat dijadikan patokan peneliti dalam mencari, menggali dan menganalisis data.

4. Desain awal penelitian ini bersifat tentatif dan verifikatif artinya desain bisa berubah sesuai dengan temuan data di lapangan.

(3)

Karena sangat menekankan pada aspek kealamiahan itu, makanya dalam penelitian kualititatif pengamatan, wawancara dan partisipasi langsung dan penelaahan dokumen, merupakan beberapa metode pengumpulan data yang sering dilakukan. Karena melalui pendekatan ini, peneliti dapat menangkap secara utuh kealamiah dari informan yang terlibat dalam penelitiannya, seperti perasaan, persepsi dan perilaku hingga dapat ditemukan suatu pemahaman mendalam tentang suatu fenomena sesuai dengan fokus penelitian. Melalui cara ini, Jane Richie salah seorang peneliti kualitatif dalam (Moleong, 2010:6) menjelaskan peneliti dapat menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari sisi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang informan penelitian.

(4)

B. Pemilihan Informan dan Unit Analisis

Pada penelitian yang dilakukan ini, pemilihan informan dilakukan melalui pemilihan bertujuan (purposive sample). Menurut Maleong pemilihan bertujuan ini paling relevan digunakan pada pendekatan penelitian kualitatif, karena sangat berkaitan dengan faktor kontekstual. Bukan pada variasi pebedaan yang muncul yaang nantinya dikembangkan menjadi generalisasi. ”Pada penelitian kualitatif

tidak ada sample acak tapi sample bertujuan”, Maleong (2010:224).

Pendekatan penelitian ini meski sample telah ditetapkan pada awal penilitian, namun itu tidak berarti bahwa sample tersebut sudah dipastikan akan menjadi sample yang relevan. Hal itu dilakukan karena persyaratan administrasi yang diminta oleh Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, untuk memberikan daftar siapa saja yang akan menjadi informan dalam penelitian ini. Namun dalam perkembangannya, lima dari enam nama yang diharapkan sebagai informan tersebut memang mendukung fokus penelitian yang dilakukan. Melalui teknik triangulasi yang dilakukan untuk mendapatkan validasi informasi, pada sample ke empat dan kelima telah terjadi kejenuhan data. Sehingga pengembangan jumlah informan untuk penelitian yang berfokus pada pemahaman stakeholder terhadap akuntabilitas LPMP pada PMP ini dianggap sudah terpenuhi. Pendekatan serupa juga dilakukan dalam pemilihan sample untuk kalangan internal LPMP. Berdasarkan fokus penelitian, melalui teknik triangulasi yang dilakukan telah didapat kejenuhan data melalui empat sample yang didapat.

(5)

orang-orang yang berada di sekitar pelaksanaan akuntabilitas LPMP pada PMP sesuai fokus penelitian. Tabel dibawah adalah sample yang terpilih dalam penelitian ini.

Tabel 3:1 Gambaran Informan

No Kode Informan Latar Belakang

1 G001 Guru (senior)

2 G002 Guru (senior)

3 G003 Guru

4 P001 Pengawas

5 P002 Pengawas (Senior)

6 DN001 Kabid/Mewakili Kadis

7 Kepala LPMP Riau Pejabat LPMP

8 SUII Staf (PJU) LPMP

9 SUYR Staf (PJU) LPMP

10 MSRM Staf (PJU) LPMP

11 MSAE Staf LPMP

12 PSNB Staf LPMP

C. Sumber Data

Data hasil dari wawancara tersebut masih berupa data mentah. Namun untuk dapat dianalisis data tersebut dipindahkan ke media tulisan.”Raw data (the scibbled field note,the dictate tape, the direct tape recording) must be processed

(6)

Pada penelitian kualitatif data utamanya berupa kata-kata dan tindakan, sementara data lainnya seperti penelusuran dokumen tertulis, ataupun statistik dan lainnya hanya berperan sebagai data pendukung, (Lofland dan Lofland (Moleong,2010:157)). Karena itu, catatan penelitian tentang wawancara, pengamatan serta teknik penelitiannya yang berfokus untuk mendapatkan kata-kata dan tindakan menjadi alat pengumpulan data utama dalam penelitian kualitatif. Bahkan dalam perkembangan teknologi saat ini, alat perekam digital seperti kamera digital, camcorder atau media lainnya dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk merekam kata-kata dan tindakan yang diamati. Pencatatan tetap mendapatkan tempat utama dalam penelitian kualitatif, karena hasil rekaman tersebut sesuai dengan metodologi ini tetap harus dianalisis, karena itu Satori dan Komariah (2010) menegaskan catatan lapangan menjadi hati dari penelitian kualitatif.

Namun kata-kata dan tindakan seperti apa yang mesti dikumpulkan peneliti? dalam konteks inilah peneliti perlu untuk mengembangkan sebuah fokus penelitian. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan tersebut adalah data-data yang memiliki korelasi dengan pemahaman stakeholder atas pelaksanaan akuntabilitas LPMP pada PMP.

(7)

dilapangan mendapat point yang cukup tinggi, karena dengan interaksi tersebut dapat diperoleh perspektif emik yang sesungguhnya.

1. Wawancara

Ada berbagai kategori wawancara yang disampaikan para ahli, kalau Patton (Moleong, 2010:187) membaginya berdasarkan tingkat formalitasnya, penggunaan petunjuk wawancara serta berdasarkan kebakuannya, sementara Guba dan Lincoln (Moleong,2010:188) membaginya berdasarkan jumlah peserta wawancara dalam suatu waktu, teknik wawancara yang digunakan, wawancara riwayat dan sifatnya terbuka atau tertutup serta keterstrukturannya.

(8)

a. Rapport

Bagaimana gambaran yang didapatkan tersebut sesuai dengan kondisi alamiahnya, dalam konteks ini peneliti memang berupaya untuk membangun rapport terutama dengan informan yang berasal dari kalangan luar LPMP. Karena kepercayaan mereka terhadap peneliti menjadi faktor penting dalam memaknai pemahaman mereka terhadap pelaksanaan akuntabilitas LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan. Sesuai dengan paradigma yang dianut dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah salah satu instrumen.

(9)

b. Catatan Lapangan

Moleong (2010:210) mengungkapkan catatan lapangan terdiri atas informasi yang dijaring, waktu kegiatan dilaksanakan, tempat pengambilan data serta nama atau identitas dari informan. Kalau informan berkeberatan namanya ditulis secara terang, dapat saja nama tersebut disamarkan.

Isi catatan lapangan secara umum terdiri atas dua bagian, yakni bagian deskriptif dan bagian reflektif. Model catatan lapangan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan model matrik. Dimana bagian deskriptif menggambarkan topik yang dibicarakan, sementara bagian reflektif menggambarkan pemaknaan yang dipahami peneliti serta eksplorasikan yang harus dilakukan. Secara umum, pada bagian reflektif ini termuat hal-hal terkait dengan sesuatu yang dipelajari, tema yang mulai muncul, pola umum dan gagasan atau pemahaman baru terkait penelitian yang dilakukan.

2. Telaah Dokumen

Telaah dokumen yang dimaksud adalah penggunaan data berupa tulisan dan catatan resmi, arsip-arsip, statistik, dan tabel yang telah ada dan dikumpulkan oleh pihak lain pada saat penelitan berlangsung. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah aturan perundang-undangan yang terkait dengan pendidikan, SK dan SK Kepala LPMP Riau serta Database peserta kegiatan fasilitasi LPMP.

D. Analisis Data

(10)

data yang sesunguhnya dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Patton (Moleong,2010:280) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam sebuah pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sementara menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 280) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan hipotesis kerja. Namun dalam hal penafsiran data, dua pakar ini agak berbeda. Kalau Patton melihat secara berbeda antara analisis dengan penafsiran data, sementara Bogdan dan Taylor melihatnya dua hal tersebut tidak terpisahkan.

Alasan Patton membedakan tahapan analisis dengan penafsiran karena dia berpandangan perlunya data diorganisasikan sebelum ditafsirankan untuk diketahui maksud dan tujuan dari data tersebut, sehingga melalui penafsiran data dapat diberikan arti atas hasil analisis yang dilakukan dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Sementara Bogdan dan Taylor lebih fokus pada pemaknaan dari data, sehingga dia tak membagi secara tahapan pengorganisasian dengan penafsiran. Namun menurut Moleong (2010,280) pendekatan tersebut sama, karena itu dia menawarkan sebuah definisi yang mensintesiskan dua pendekatan, yakni analisis data disebut sebagai upaya untuk mengorganisasikan data guna menemukan hipotesis kerja ataupun tema. Karena menurut dia, analisis data dibimbing oleh upaya untuk menemukan tema dan hipotesis kerja (Moleong, 2010:153).

Secara umum tahapan analisis data tersebut terdiri atas 1. Reduksi data

(11)

3. Penarikan kesimpulan atau penafsiran data

Reduksi data merupakan upaya membuat sebuah abstraksi dari data-data hasil penelitian yang telah dilakukan. Didalam abstraksi ini termuat rangkuman inti, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga karena sangat berguna untuk mendukung fokus penelitian. Karena itu, kecermatan terhadap penelaan hasil catatan lapangan menjadi faktor penting dalam proses ini.

Setelah data diabstraksi tahapan selanjutnya adalah melakukan

kategorisasi atas data. Kategorisasi ini terdiri atas satuan-satuan informasi yang dapat berdiri sendiri. Tahapan ini biasanya berlangsung secara paralel dengan proses pengkodean. Pada dasarnya satuan adalah sebuah upaya untuk menghaluskan pencatatan data. Menurut Patton (Moleong,2010:249) ada dua tipe satuan, yakni tipe asli dan tipe hasil konstruksi analisis. Tipe asli menggunakan perspektif emik. Tahap akhir dalam proses analisis adalah mengadakan pemeriksaan atas keabsahan data sebelum tahap berikutnya adalah penafsiran atas data. Meski ahli lainnya menyebutkan antara analisis data dan penafsiran atas data adalah satu hal yang sama.

(12)

E. Validitas Data

Validatas data terkait dengan sejauh mana data-data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pada metodologi penelitian kualitatif kriteria yang digunakan adalah

1. Derajat kepercayaan (credibility) 2. Keteralihan (Transferability) 3. Kebergantungan (Dependability)

Melalui uji derajat kepercayaan ini, peneliti harus mampu mendemonstrasikan bahwa metodologi penelitian dilaksanakan secara benar serta mendemonstrasikan bagaimana upaya yang telah dilakukannya sehingga hasil penelitian tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Pada uji ini diperlihatkan sejauh mana pengumpulan data dan analisis data hingga penafsiran data dilakukan berdasarkan kaidah penelitian kualitatif dilakukan, sehingga tidak ada lagi persoalan mengenai metodologi yang digunakan.

Teknik yang digunakan untuk menguji derajat kepercayaan ini melalui perpanjangan waktu penelitian, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan teman sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan adalah melalui trianggulasi serta melalui diskusi dengan pembimbing.

(13)

secara an sich diterapkan pada suatu populasi tertentu. Namun hal itu sangat terkait dengan kesamaan konteks antara dimana penelitian dilakukan dengan lokasi dimana penelitian akan diimplementasikan hasilnya.Karena itu, deskriptif menjadi kunci utama yang perlu dipertanggungjawabkan sehingga dapat diketahui dalam konteks seperti apa penelitian ini dilakukan.

Teknik pemeriksaan yang dilakukan dalam keteralihan ini adalah uraian rincian. Melalui pemeriksaan ini, peneliti harus dapat menyajikan data sedetil dan secermat mungkin yang dapat menggambarkan konteks dimana penelitian dilakukan. Temuan sendiri bukan menjadi fokus dalam keteralihan ini, namun bagaimana temuan tersebut dirinci sehingga tergambar konteks kejadian nyatanya itu yang sangat menentukan.

F. Profil LPMP Provinsi Riau

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Riau berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 07 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPMP merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat yang bernaung dibawah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

(14)

Gambar 3:1 Organisasi LPMP Berdasarkan Permendiknas

Nomor 07 Tahun 2007

Pada BAB I, Pasal 2 dan Pasal 3, Permendiknas yang ditandatangani pada tanggal 3 Februari 2007 tersebut disebutkan tugas pokok dan fungsi LPMP.

Pasal 2

LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah termasuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, LPMP menyelenggarakan fungsi:

Pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat;

Kepala Sub Bagian Umum Kepala LPMP

Kepala Program dan Pengembangan

sistem Informasi Kepala Seksi

Pemetaan Mutu dan Supervisi

Kepala Seksi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan

(15)

Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat;

Supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional;

Fasilitasi sumberdaya pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam penjaminan mutu pendidikan; dan pelaksanaan urusan administrasi LPMP.

Dalam pengimplementasian tugas pokok dan fungsi tersebut, LPMP sejak tahun 2008 lalu telah menetapkan visi dan misi dari organisasi ini, sebagai salah satu upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan tupoksi.

VISI

Menuju Pencapaian Standar Nasional Pendidikan di Propinsi Riau Melalui Penjaminan Mutu Pendidikan.

MISI

1. Menciptakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Secara Berkesinambungan

2. Mendorong Terciptanya Peraturan Daerah Mengenai Penjaminan Mutu Pendidikan Pada Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota

3. Mengembangkan Indikator-Indikator Capaian Dalam Memperkuat Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Termasuk MelaluiTim Pengujian LPMP (Examination Team)

4. Melaksanakan Pemetaan, Supervisi, Dan Fasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan Di Propinsi Riau

5. Membangun Partisipasi Masyarakat Serta Pemangku Kepentingan Dalam Pencapaian Mutu Pendidikan

Sumber Daya

(16)

mencapai 86 orang, yang terdiri atas 75 orang tenaga administrasi dan 11 orang widyaiswara, yang dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3:2 Sumber Daya Manusia LPMP Riau

Status

Pendidikan

Jumlah

SLTA D3 S1 Pasca

Sarjana

Tenaga

Administrasi 24 2 35 14 75

Widyaiswara - - 2 9 11

Berdasarkan sebaran per subbagian dan seksi yang ada yang di LPMP Provinsi riau, sebagian besar pegawai yang ada dikonsentrasikan pada sub bagian umum. Berdasarkan SK Kepala LPMP Riau no.024/F21/KP/2011, sebaran pegawai LPMP Riau seperti point dibawah :

Tabel 3: 3 Sebaran SDM per Seksi

No Subbagian/seksi Jumlah PJU Total Pegawai

1 Sub Bagian Umum 6 PJU 47

2. Seksi Data 2 PJU 9

3 Seksi PMS 2 PJU 9

4 Seksi FSDP 3 PJU 10

5 Widyaiswara 1 Koordinator 11

Total 86

(17)

dalam pelaksanaan tugas sehari-hari lembaga, di tiap subbagian dan seksi juga dibentuk struktur baru yang disebut Penanggungjawab Urusan yang tugas mereka adalah membantu kepala subbagian atau kepala seksi masing-masing dalam tatanan operasional. Lebih rinci dapat dilihat pada gambar dibawah :

Gambar 3: 2 Struktur Organisasi LPMP Riau

(18)

Tabel 3:4 Sarana dan Fasilitas LPMP Riau

No Sarana dan Prasarana Fungsi

1 Gedung utama Perkantoran/administrasi

2 Gedung Kantor II Perkantoran WI dan Klinik

3 Kantor III Perkantoran, ruang arsip

4 Ruang Belajar Sultan Syarif Kasim ruang kelas

5 Ruang Belajar Ali Haji ruang kelas

6 Ruang Belajar Hang Tuah ruang kelas

7 Ruang Belajar Hang Jebat ruang kelas

8 Ruang Belajar Tuanku Tambusai ruang kelas dan aula

9 Aula Ki Hajar Dewantara aula

10 Perpustakaan perpustakaan

11 Labor 8 kelas

12 Mess Tamu (2 gedung) Mess Tamu

13 Asrama 4 Unit Penginapan

14 Dapur Dapur

15 Sarana Lap Olahraga 5 jenis

17 Perumahan Pegawai 5 Unit

(19)

Gambar

Tabel  3:1 Gambaran Informan
Gambar  3:1 Organisasi LPMP Berdasarkan Permendiknas
Tabel  3: 3  Sebaran SDM per Seksi
Gambar  3: 2 Struktur Organisasi LPMP Riau
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

 Mendiskusikan bagaimana cara memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan gerak dasar dalam renang gaya bebas (latihan teknik

Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu pemeriksaan (editing), (coding), dan tabulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel frekuensi

Pada proses utama, komputasi menggunakan metode Template Matching dan Hamming Distance, pola wajah akan dilatih untuk mendapatkan sebuah matriks bobot, yang selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang proses pembelajaran melalui penerapan strategi TANDUR pada konsep sistem ekskresi manusia siswa Kelas IX- 2 SMP

(2) Dalam hal penyelenggaraan statistik sektoral tersebut dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintah yang bersangkutan berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Dalam penelitian ini penulis akan membuat perangkat lunak simulasi perhitungan kebutuhan penerangan ruangan dalam menentukan jumlah titik lampu dan luas penampang kabel untuk

Bentuk campur kode penyisipan unsur kata yakni: (1) penyisipan unsur kata bahasa Indonesia 98 tuturan, (2) penyisipan unsur kata bahasa Inggris 76 tuturan,

Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi formula pasta gigi ekstrak daun jambu biji dari Wijatno (2012), yang menggunakan Carbomer 940 sebagai gelling agent karena