• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PSN 1302649 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PSN 1302649 Chapter3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Dea Asri Pujiasti, 2015

BAB III

Perjalanan Kreativitas Gondo Dalam Dunia Seni Tari

Gondo yang memiliki nama asli Agus Gandamanah ini lahir di Bandung pada tanggal 14 Juli 1969. Gondo mulai mencintai dunia seni tari sejak beliau duduk di kelas 5 sekolah dasar, dimulai dari seringnya mengisi acara untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia di lingkungannya, mengikuti lomba-lomba tari di tingkat RT, dan tidak jarang pula beliau juara. Jiwa seni sangat mengalir deras dalam diri Gondo, ia terlahir dari keluarga yang mencintai seni, tak heran kini ia berbakat dalam bidang itu. Kemudian pamannya sadar bahwa keponakannya ini memiliki bakat di bidang seni tari, oleh pamannya beliau diajak mengikuti sanggar untuk mengasah lagi kemampuan yang dimilikinya. Sekitar tahun 80-an beliau bergabung di sanggar Gema Manunggal dan dilatih oleh bapak Asep Syafaat, yang merupakan anak dari pemilik sanggar Gema Manunggal. Melihat potensi yang dimiliki Gondo, bapak Asep Syafaat langsung menjadikannya asisten di sanggarnya.

(2)

Di mata Gondo, tari Jaipongan merupakan tarian yang atraktif, dinamis, memicu semangat serta memiliki daya tarik yang begitu kuat, sehingga ia ingin terus menggeluti dan memperdalam tari Jaipong. Beliau sempat menggeluti tarian klasik yaitu tari Baksa dan Lenyepan, tetapi saat menarikannya, tidak “seenak” menarikan tari Jaipong, karena ia berfikir bahwa saat ia menari Jaipong, disitu ia dapat melakukan kebebasan dan tidak terpatok pada apapun, sehingga ada tantangan tersendiri untuk menarikan tari Jaipong.

Pada tahun 1986, masyarakat sedang dihebohkan dengan tarian

Breakdance yang terkenal saat itu, Breakdance adalah tarian budaya barat yang mengusung gerak patah-patah. Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh masyarakat menyukai tarian yang sedang marak di Indonesia saat itu, termasuk Gondo yang pada saat itu tengah duduk di bangku SMA. Bagaimanapun itu, kita sebagai penikmat senipun tidak dapat menolak pengaruh budaya yang datang dari luar, tetapi karena begitu cintanya dengan tari Jaipong dan tidak ingin tari Jaipong tergeser oleh budaya barat yang masuk, Gondo berinisiatif untuk menggabungkan tari Jaipong dan tarian Breakdance. Beliau menamakannya tari breakpong yaitu

Breakdance Jaipong. Itulah kali pertama ia menciptakan karya, yang ternyata diterima dengan baik oleh lingkungannya, sehingga ia sering mengikuti lomba maupun menampilkan breakpong dalam acara-acara tertentu.

Foto 3.1

(3)

Dari keseluruhan karya yang telah Gondo ciptakan, dapat dikategorikan ke dalam dua kategori besar, yaitu kategori tari Jaipong tradisi dan kategori tari Jaipong kontemporer. Kategori tari Jaipong tradisi berisi karya tari Jaipong dengan gerak-gerak yang masih sangat sederhana dan masih berkiblat penuh pada

ketuk tilu dan pencak silat gaya Gugum Gumbira serta mengandung pakem tradisi, baik dari gerak, atau tema tariannya contohnya tari Jaipong Senggot, Sekar Panggung, tari Jaipong Wayang Subali Sugriwa, tari Jaipong Wayang Srikandi Mustakaweni, tari Jaipong Wayang Wangsit Siliwangi dan masih banyak lagi. Adapun untuk kategori tari Jaipong kontemporer adalah karya tari yang sudah penuh dengan inovasi modern, baik dari ragam gerak, tema tarian, maupun musik iringannya, contohnya tari Jaipong bertemakan komedi yaitu NIKU dan Topeng Rehe, tari Jaipong Alewoh, tari Jaipong Etnik Kreatif, tari Jaipong Acapella Dance, tari Jaipong Techno Sancang Gugat, tari Jaipong Ronggeng Nyentrik dan masih banyak lagi. Karya tari dalam kategori ini cenderung berbeda dengan tari Jaipong pada umumnya, selain ragam gerak yang unik, tema tarian serta iringan musiknya pun sarat dengan sentuhan kreativitas, salah satunya dengan penggabungan sound effect pada musik tarinya.

A. Karya Tari Jaipong Tradisi

Setelah Gondo menciptakan karya Breakpong pada tahun 80-an yang mendapat respon baik di masyarakat, Gondo mencoba menciptakan karya lagi berdasarkan pengalaman empirik, imajinasi, rangsang audio dan pengaruh lingkungan sekitar serta pengalaman ia belajar pada gurunya. Dalam karyanya, Gondo tetap mengakar pada kekhasan gerak gurunya, ia tetap memadukan gerak Pencak Silat

(4)

Gondo mulai mengenal sosok Gugum Gumbira pada tahun 1990, melalui keterlibatannya sebagi peserta dalam acara Kirab Remaja Nasional, saat itu Gugum Gumbira memberikan instruksi dan kepercayaan pada Gondo, hal itu sontak membuat ia senang dan terharu. Hal tersebut berpengaruh besar terhadap karya yang diciptakannya pada saat itu seperti tari Kembang Tanjung, Senggot, Pamayang, Kawitan, Mojang Tandang dan Makalangan. Pada karya Senggot khususnya, dalam tarian tersebut gerak yang ia ciptakan tidak lepas dari gaya Gugum Gumbira yang mengusung 3G (Geol, Gitek dan Goyang) dan Pencak Silat. Rangkaian geraknya didominasi oleh ragam gerak Jaipong pada umumnya yaitu adeg-adeg, ukel, capangan, nyikung, mincid, keupat, balik ban dan lain sebagainya. Contoh gerak Pencak Silat dalam tarian ini adalah sabet, sodok, jambret, nahan, yang membuat penari terlihat sedikit gagah, karena dalam gerak

Pencak Silat ini penari memakai tenaga yang kuat serta ruang yang agak luas, hal ini terlihat pada style pose saat gerak sabet, sodok, jambret dan nahan, penari membuka kakinya lebar dan rengkuh, sehingga terlihat kuat pertahanannya, ditambah dengan gerak tangan yang terlihat menangkis dan menahan serangan lawan, ibaratnya.

Foto 3.2 Tari Jaipong Senggot (Dokumentasi Gondo, 2001)

(5)

sanggar tari ini, tarian yang diberikan untuk kelas dasar adalah tari Senggot, karena tarian ini dianggap paling mudah dan ragam geraknyapun tidak banyak, hanya diulang-ulang, karena murid sanggar didominasi oleh anak kecil, maka dipilihlah tarian ini untuk pemula dengan tujuan membentuk tubuh ke style

Jaipong dan membiasakan serta memperkenalkan gerak tari terlebih dahulu.

Kepercayaan dari Gugum Gumbira itu ia dapatkan kembali ketika dipercaya sebagai penata tari dalam acara yang sama, tepatnya pada acara Pencak Kirab Remaja Nasional bersama grup Jugala Bandung pada tahun 1995. Kepercayaan itu adalah tantangan yang dianggap cukup besar, dimana acara tersebut mengharuskan Gondo melibatkan 2,500 orang penari yang direkrut dari berbagai sanggar tari dan perguruan tinggi se-Indonesia. Dalam event itu, koreo tari yang ia ciptakan untuk acara tersebut masih berkiblat pada gaya Gugum Gumbira yaitu 3G dan Pencak Silat, namun yang membedakan disini yaitu Gondo bermain pada keragaman ruang dan pola. Ia melibatkan ribuan orang dalam event ini, otomatis Gondo sangat memikirkan cara agar tarian tersebut dapat terlihat menarik, selaras dan tetap mengandung daya pikat estetika yang tinggi. Dengan menerapkan gerak

(6)

membuka kedua tangan dengan lebar serta langkah kaki yang besar pula (Wawancara Gondo, 2015). Pengalaman dalam event ini menambah pembendaharaan kreativitas Gondo dalam membuat formasi dalam suatu bentuk tari dan pola serta pengolahan ruang yang lebih variatif. Kreativitas tersebut tercermin dalam karya tari Sekar Panggung, yang pola serta pengolahan ruangnya lebih variatif dibanding karya sebelumnya. Penggunaan level juga mulai diolah sebagai penunjang keselarasan pada geraknya. Dalam tari Sekar Panggung, Gondo mulai menciptakan gerak yang memiliki ruang yang luas dan level yang berubah-ubah, contohnya pada beberapa ragam geraknya penari melakukan gerakan dengan level sangat rendah yaitu duduk pada lantai bahkan sampai berguling. Selain itu ragam gerak yang memakai ruang yang luaspun banyak ditonjolkan seperti banyak gerak yang membuka kedua tangan, memutar penuh kedua tangan sambil berputar, dan masih banyak lagi.

Foto 3.3

Tari Jaipong Sekar Panggung (Dokumentasi Gondo, 2004)

(7)

yaitu paping, stakato, robotik dan gerak efek. Dalam penyajian tariannya, ada satu rangkaian gerak yang menceritakan sesuatu atau menyampaikan pesan pada penonton. Sesuai dengan cerita wayangnya. Disinilah letak perbedaannya dengan karya sebelumnya, Gondo menampilkan pesan dan cerita Wayang tersebut pada rangkaian gerak tarinya. Sebagai contohnya pada karya tari Jaipong Srikandi Mustakaweni, pada salah satu rangkaian geraknya, Gondo memperlihatkan gerakan yang memiliki kesan penari satu dengan penari lainnya sedang perang, baik pesan itu disampaikan melalui tatapan mata yang tajam, gerakan yang saling mengisi dan merespon, serta gerak yang memperlihatkan kekuatan. Contoh lainnya misalnya pada gerak yang menceritakan kesedihan, Gondo sampaikan melalui gerak penari satu yang membungkuk dengan ekspresi sedih kemudian dihampiri oleh penari lainnya dan menggunakan sampur sebagai penunjang tariannya yang didekatkan pada pipi penari satu, dalam hal ini menyampaikan bahwa si penari lain mengusap air mata penari satu dengan selendang.

Foto 3.4 Tari Jaipong Wayang (Dokumentasi Gondo, 2014)

B. Karya Tari Jaipong Modern

(8)

Kesenian ke Negara Malaysia, juga sebagai penata Rumpun Tari Jawa Barat ke Singapura pada tahun 2001. Pribadinya yang humoris dan supel menarik simpati seorang dalang kondang yaitu Asep Sunandar Sunarya. Bersama putranya Dadan Sunandar Sunarya, Gondo dilibatkan pada sebuah acara yang berjudul Sasagon yang pada waktu itu tayang di TVRI. Selain tampil di Tv daerah, Gondo juga aktif pada beberapa program Tv Swasta seperti acara Ngedate Sareng Si Cepot yang sebagai peserta pada program acara API (Akademi Pelawak Indonesia) di TPI pada tahun 2005. Pada tahun 2006, Gondo bekerja sama dengan Ozenx Percussion, melibatkan dirinya pada acara Jaka Baret di salah satu program stasiun Tv Swasta Nasional. Pengalamannya mengikuti event tersebut membawanya pada pemikiran untuk membuat pembaruan pada karyanya, saat itu Gondo terinspirasi untuk menciptakan karya yang bersifat guyon, maka terciptalah karya tari Jaipong Topeng Rehe dan NIKU (Nini Kuat) pada tahun 2009. Dalam kedua karya Jaipong Komedi ini, memang gerak tari Jaipongnya tidak banyak dan rumit seperti karya tari Jaipong sebelumnya. Tari Jaipong komedi ini cenderung lebih banyak menampilkan sisi lucu pada gerakannya, tetap mengusung 3G yaitu

Gitek, Geol dan Goyang, tetapi gerakan tersebut dilakukan dengan guyonan. Tarian yang berdurasi sekitar 4 menit ini didominasi oleh “hehereuyan” dan beberapa kali terdapat komunikasi antara penari dan pangrawit yang berada di belakang atau samping panggung. Salah satu dialog antara penari dan pangrawit

(9)

yaitu “Rehe” memiliki arti sepi. Hal itu sengaja dilakukan Gondo agar terkesan terbolak-balik dan lucu, sehingga mengundang tawa yang melihatnya.

Foto 3.5 Foto 3.6

Tari Jaipong Topeng Rehe Gondo bersama penari Topeng Rehe (Dokumentasi Gondo, 2010) (Dokumentasi Gondo, 2010)

Begitupun dengan tarian NIKU (Nini Kuat), Tari Jaipong Niku diciptakan pada tahun 2009. Dalam tari Jaipong NIKU, penari diibaratkan sebagai seorang nenek-nenek tetapi dapat menari secara enerjik dan centil. Tarian ini hanya berdurasi 3-4 menit, dan didominasi oleh gerak yang mengandung candaan. Banyak rangkaian gerak yang menunjukan bahwa penari adalah nenek-nenek yang perkasa, hal itu diwujudkan dengan koreo yang enerjik sambil mengangkat tongkatnya, kemudian berlompat dan lain sebagainya. Ditambah dengan musik iringannya yang mendukung para penari untuk bergerak enerjik dan centil. Tetapi tetap saja, sisi nenek-neneknya ditonjolkan dengan membungkuk dan batuk-batuk, sesekali. Gondo menciptakan tari Jaipong Komedi atas dasar cerminan dari dirinya pribadi yang memang senang berguyon (bercanda).

Foto 3.7

(10)

Selain karya tari Jaipong yang bertemakan komedi, Gondo juga menciptakan karya tari Jaipong yang memadukan gerak tari Jaipong dengan ragam gerak modern dance. Pengalaman Gondo dalam membuat tari modern dance pernah dilakukan pada salah satu program TVRI Bandung yakni acara Kalangkang Bentang bersama Tati Saleh, Gondo dipercaya sebagai penari latar sekaligus koreografernya. Pada tahun 2000 pada acara ulang tahun PDI Perjuangan, Gondo oleh panitia PAC Banjaran dipercaya untuk membuat Oratorium Kolosal dengan judul karya Putri Sang Fajar, selanjutnya pada tahun 2006 dalam rangka hari jadi Kabupaten Bandung, Gondo terlibat sebagai konseptor, sutradara serta konsultan Tari Rakyat dan Pencak Silat, yang selanjutnya karya Gondo tersebut didokumentasikan dalam buku Karya Pembangunan Kabupaten Bandung oleh Disbudpar Kab Bandung. Dari pengalaman di atas, Gondo sadar bahwa seniman tari Jaipong saling berlomba menciptakan pembaruan yang lebih kreatif agar dapat bertahan di industri seni, maka dari itu Gondo terus menciptakan pembaruan dalam karyanya pada setiap perjalanan kreativitasnya. Sekitar tahun 2008, daya kreatif Gondo semakin berkembang, seiring dengan pengalaman dan faktor lingkungan dimana ia berada. Ia mulai terfikir untuk membuat karya tari Jaipong yang musik iringannya berbeda dari biasanya. Maka terciptalah karya tari Jaipong Techno Sangcang Gugat dan

(11)

semakin keras dan diberi efek yang dramatis. Contoh lainnya misalnya pada tari

Techno Sancang Gugat, Gondo memberikan gerak yang memperlihatkan penari seperti harimau, dengan memperlihatkan seluruh jari yang seperti hendak menerkam, disini didukung pula oleh sound effect berupa auman harimau. Hal tersebut didasari oleh pengalamannya pada saat membuat tari modern dance yang pernah ia lakukan pada salah satu program TVRI Bandung yakni acara Kalangkang Bentang bersama Tati Saleh.

Fot8 3.7 Foto3.9

Tari Jaipong Techno Sancang Gugat Tari Jaipong Techno Sancang Gugat (Dokumentasi Gondo, 2012) (Dokumentasi Gondo, 2012)

Foto 3.10

Tari Jaipong Ronggeng Nyentrik (Dokumentasi Gondo, 2008)

(12)

dan pencak silat yang teknik geraknya kompleks, di tahun 2010 khususnya pada karya tari Etnik Kreatif, ia memadukan ragam gerak tari Jaipong, pencak silat, dan modern dance dan robotic. Geraknya cenderung sulit untuk dilakukan, karena memiliki tingkat kerumitan yang tinggi, sebagai contohnya pada gerak yang Gondo beri nama gerak etnik kreatif yaitu posisi badan rengkuh, kaki dibuka

adeg-adeg, tangan kiri di atas dan ditekuk, tangan kanan menyentuh pundak dan pandangan lurus ke depan, lalu tangan kiri ditarik ke arah bawah dan disimpan di bahu kiri, kemudian tangan kanan turun ke bawah dan agak dibuka sejajar dengan pinggang, setelah itu tangan ditarik ke depan dengan lengan bawah saling menempel dan tangan kanan nangreu, tangan kiri rumbai, lalu tangan saling membuka dengan pergelangan tangan saling menempel, tangan kanan nangreu

dan tangan kiri rumbai, kemudian tangan membalik, tangan kiri di atas nangreu

(13)

Foto 3.11 Foto 3.12 Tari Jaipong Etnik Kreatif Tari Jaipong Etnik Kreatif (Dokumentasi Gondo, 2013) ( Dokumentasi Gondo, 2013)

(14)

diminta untuk ditampilkan di beberapa acara. Awalnya tari Jaipong Acapella meraih juara 1 dalam lomba RRI Tingkat Nasional yang kemudian perlahan masuk dunia broadcast. Tari Jaipong Acapella ini pernah ditampilkan di stasiun Tv diantaranya Net, TransTv, ANTV, SCTV, MNC, dan TVRI. Sejak saat itu Jaipong Acapella karya Gondo mulai dikenal masyarakat dan permintaan untuk tampil di event-event besarpun berdatangan, tari Jaipong Acapella ini dianggap berbeda dengan Jaipong pada umumnya, lain daripada yang lain serta unik. Baru kali ini tari Jaipong yang iringan musiknya memakai musik mulut yang menyepertikan suara gamelan, beatbox dan rapp. Itulah alasan mengapa tari Jaipong Acapella ini merupakan tari andalan Gondo dan menjadi tari paling monumental bagi Gondo.

Foto 3.13 Foto 3.14

Tari Jaipong Acapella Dance Tari Jaipong Acapella Dance (Dokumentasi Gondo, 2011) (Dokumentasi Gondo, 2011)

(15)

bagi Gondo, bagus itu relatif dan karya yang bagus itu sangat banyak. Ia lebih senang jika karyanya dinilai “berbeda”, karena yang berbeda akan selalu diingat.

Salah satu tantangan yang pernah dilalui yaitu pada saat diminta untuk menjadi koreografer Sandrina dalam acara Indonesia Mencari Bakat di Trans Tv pada tahun 2013-1014. Seperti yang kita tahu, itu merupakan acara televisi yang merupakan konsumsi publik, dan Gondo berfikir bahwa penonton tidak mau tahu karya yang disuguhkan harus bagus dan menggebrak. Adapun dalam acara itu ia kerap kali diminta untuk membuat karya tari dalam waktu yang singkat, bahkan hanya beberapa jam.

Foto 3.15 Foto 3.16

Sandrina pada acara IMB Gondo bersama Sandrina pada acara IMB (Dokumentasi Gondo, 2013) (Dokumentasi Gondo, 2013)

(16)

Di samping teknik dan keterampilan gerak, suatu tari pertunjukan menuntut perkembangan bentuk, yang dalam segala kaitannya berarti penataan atau pengaturan. Elemen-elemen sederhana seringkali dapat ditampilkan dengan cukup berdaya pikat dengan penataan dan penggarapan bentuk yang memadai. Gerak adalah bahan baku tari, oleh sebab itu seseorang yang hendak menyusun atau menata sebuah tari harus benar-benar memahami hukum-hukum dan unsur-unsur pembangun gerak. Tiga unsur-unsur utama pembangun gerak adalah ruang, waktu dan tenaga. Bagaimana penataan ketiganya secara cermat, sehingga memberikan hasil yang maksimal merupakan salah satu aspek koreografi yang harus dipahami benar-benar oleh seorang pencipta tari. Pengetahuan mengenai unsur-unsur ruang, waktu dan tenaga harus juga disertai dengan kepekaan penghayatan atas ketiganya. (Murgianto. 2004:62)

Koreografi merupakan proses pemilihan dan pengaturan gerakan-gerakan menjadi sebuah tari. Untuk pekerjaan tersebut, dibutuhkan kreativitas yaitu kemampuan seseorang menghasilkan komposisi, produk atau ide-ide baru yang sebelumnya tak dikenal oleh penciptanya sendiri. Komposisi merupakan usaha seorang seniman untuk memberikan wujud estetik terhadap perasaan atau pengalaman batin yang hendak diungkapkannya. Seorang yang menekuni dunia komposisi selalu berhadapan dengan memilih, menyusun, dan sekaligus mempertunjukan hasil tataannya kepada penonton, (Sal Murgiyanto, 2004: 68-69). Hal itu sesungguhnya bukanlah sebuah ilmu yang cukup hanyak dikuasai dengan dihafal, tetapi harus dikuasai lewat serangkaian latihan, percobaan dan pengalaman di lapangan.

(17)

maka Gondo membuat suatu koreo yang menampilkan perpaduan dari semua aspek itu dan tentu saja tidak ketinggalan ia memasukan gaya robotic yang menjadi ciri khasnya. Terbukti, karya yang ia ciptakan untuk dibawakan oleh Sandrina membawanya menjadi juara pertama dalam acara tersebut, hal itupun membuat nama Gondo sebagai koreografer etnik kreatif semakin dikenal profesional. Terlihat pada karya Gondo selanjutnya yaitu tari Jaipong Alewoh. Tari Jaipong ini menarik, karena geraknya yang enerjik dan cenderung simetris dengan penggunaan tenaga yang kuat dan ditambah lagi dengan pola formasi yang rumit dan pengolahan level yang beragam, benar-benar mengundang decak kagum yang melihatnya. Pada karya Gondo sebelumnya, Gerak dengan penggunaan tenaga yang kuatpun tetap diberi kesan feminim misalnya dengan galieur

setelahnya, atau gerak lambat dan mengalun setelah gerak cepat dan bertenaga. Pada tari Jaipong yang berdurasi sekitar 7 menit ini, dari awal hingga akhir tariannya, gerak benar-benar didominasi oleh gerakan yang cepat, kompleks, rumit, bertenaga dan simetris, ruang gerakannya luas, level yang digunakan amat beragam, pola lantainyapun amat banyak. Penggunaan gerak paping dan robotic pun amat banyak ragamnya dalam tarian ini. Tari Jaipong Alewoh ini pernah meraih juara pertama dalam acara Lawung Motekar yang diselenggarakan di Taman Budaya Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Enron Coorporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi Coorporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut

Memberi salam, panggil klien dengan menggunakan nama dengan menggunakan nama yang disenangi & memperkenalkan nama perawat yang disenangi & memperkenalkan nama

Penelitian ini merupakan uji diagnos- tik untuk menentukan validitas foto polos sinus paranasal 3 posisi dan CT scan potongan koronal sebagai alat diagnosis pada pasien dengan

Perlakuan kombinasi antara variasi media dan jenis bakteri dengan nilai absorbansi tertinggi pada hari ketiga adalah kombinasi antara Bacillus subtilis dengan

Apakah selisih yang terjadi pada biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik antara biaya standar dan biaya sesungguhnya di UKM Abon Cap

ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterlot antara SRESID51

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan t-test diatas dapat disimpulkan bahwa kelas Eksperimen dengan penggunaan media audio visual dapat meningkatkan minat belajar

Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani – Kualitas SDM Umat Islam.. – Posisi