BAB III
METODE PENELITIAN
A. Penggunaan Metode Kualitatif
Objek yang diteliti oleh peneliti adalah berasal dari kehidupan yang tidak
dirasakan secara fisik oleh peneliti. Objek penelitian yang akan diteliti oleh
peneliti adalah mewakili kehidupan masa lampau, sedangkan peneliti hidup pada
masa saat ini (sekarang).
Dalam penelitian ini peneliti memposisikan diri pada ketepatan analisis
yang sesuai dengan target yang ingin dicapai. Peneliti dalam mengupas objek
penelitian menggunakan perspektif konstruktif, bahwa;
Perspektif konstruktif dilandasi konsep bahwa knowledge and truth are
created, not discovered (Schwandt, dalam Basrowi & Suwandi: 2008: 62).
Peneliti dalam mengupas objek penelitian tidak berorientasi untuk
memecahkan permasalahan melainkan pencarian jawaban, apa yang ingin
dipahami oleh peneliti. Jawaban yang diperoleh oleh peneliti akan berpengaruh
pada penentuan konsep teoretik dan strategi untuk mencapai target yang
diinginkan peneliti.
Hasil penelitian mengacu pada Verstehen sebagai bentuk pemahaman atas
“makna” suatu realitas yang mengatasi kenyataan konkret realitas itu sendiri
dan erlebnis (Hamilton, dalam Basrowi & Suwandi: 2008: 63), dan Elebnis,
sebagai istilah tentang perolehan mesti memiliki pertalian dengan lived
experience, baik pengalaman sebagai peneliti dengan konsepsi orang lain
juga berimplikasi dalam konsepsi berkenaan dengan kehidupan kemanusiaan pada umumnya (Dilthey dalam Basrowi & Suwandi: 2008: 63).
Dalam memahami “makna”, lived experience Dilthey (dalam Basrowi &
Suwandi: 2008: 63) bahwa pengalaman sebagai peneliti digunakan oleh peneliti
untuk memahami “makna” dengan merujuk pada konsepsi orang lain, jika
memamang dinilai oleh peneliti sesuai dengan makna yang melekat pada objek
penelitian.
Selanjutnya kombinasi multidisiplin ilmu lainnya, diharapkan memunculkan
bahwa dalam teknik pengumpulan data dan data yang dihasilkan adalah bersifat
kualitatif. Peneliti melakukan kerja cermat dalam mengkombinasikan
multidisiplin ilmu yang peneliti pilih untuk menelanjangi objek penelitian.
Peneliti mencampurkan aspek-aspek paradigma kualitatif di tahap metodologis
dalam penelitian.
Kombinasi berbagai metode dan prinsip tertentu selain menuntut kekayaan pengalaman dan pengetahuan juga menuntut adanya kepekaan dan kreativitas. Kreativitas tersebut selain merujuk pada kreativitas dalam menyusun strategi secara interdisipliner dan transdisipliner juga merujuk pada kemampuan menyusun being yang dijadikan sasaran penelitian menjadi story, menjadi kabar yang menggambarkan personel, relasi, peristiwa, rangkaian isi, dan tema-tema tertentu (Basrowi & Suwandi: 2008: 63).
Kombinasi dari beberapa ilmu dan metode dimaknai oleh peneliti sebagai
kerja kreatif yang memerlukan pengalaman (pengalaman “membaca”).
Pengalaman tersebut bermanfaat untuk peneliti agar dapat meramu begitu banyak
pemikiran-pemikiran besar dan memasukkannya dengan porsi yang sesuai untuk
penelitian ini. Bagaiman peneliti mampu untuk memaknai objek penelitian, dan
bagaimana caranya peneliti mampu untuk menyusun strategi dengan
tak bermakna menjadi memiliki makna dan menjadi cerita ketika dibaca serta
menjadi kabar berita.
Pendekatan kualitatif ditekankan pada konstruksi makna dan pemahaman
dari dalam, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu).
Peneliti lebih banyak menitik beratkan pada hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari sebagai jalan awal untuk mendekati objek penelitian.
Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, lebih mementingkan proses dibandingkan
dengan hasil akhir.
Atas sebab tersebut, maka urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah
tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan
penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis. Pendekatan
kualitatif berfokus pada verifikasi dalam pembentukan sebuah teori berdasarkan
pada data seutuhnya di lapangan “grounded theory” (Alwasilah, 2009:44).
Sejalan dengan pendekatan di atas, maka peneliti melakukan pendekatan
terhadap kostum tari Lilin Siwa. Kostum adalah gambaran satu kesatuan makna
yang berhubungan erat dengan kegiatan ritual atau kepercayaan. Kostum adalah
gambaran satu kesatuan makna sebagai cerminan lingkungan mereka dalam
kehidupan sosial budaya. Serta menemukan nilai-nilai dalam kostum tersebut atau
berupaya membaca pola pikir lama yang tereksplisitkan dalam gambar-gambar
dalam desain kostum tari Lilin Siwa, berupa simbol-simbol tradisi sebagai
identitas masyarakatnya.
Selanjutnya, dalam pengumpulan data peneliti tidak terpaku dengan keadaan
tahapan pra penelitian dan tahapan penelitian. Dalam tahapan pra penelitian
peneliti mendapatkan data terbaru sebagai bahan untuk menyusun proposal
penelitian. Sedangkan pada tahapan yang kedua melaksanakan penelitian serta
bagaimana mengembangkan data penelitian menyesuaikan perkembangan
temuan-temuan data yang diperoleh.
Selanjutnya temuan-temuan data dikategorikan berdasarkan teori yang telah
ada, atau dibangun secara induktif dari data lapangan (grounded), (Alwasilah,
2009: 161). Maka yang peneliti lakukan untuk menemukan data adalah dengan
cara menelusuri keberadaan data dari berbagai pihak. Untuk mendapatkan data di
lapangan, peneliti menjalin komunikasi yang interaktif tokoh yang memahami
keberadaan tari Lilin Siwa yang dikhususkan pada pemahaman kostumnya. Selain
itu data juga diperoleh dari Dinas Pariwisata Kota Palembang, buku-buku dan
mengunjungi Musium Purbakala Palembang. Peneliti berusaha untuk menanyakan
kebenaran keberadaan kostum secara pasti atau memastikan (cross cek), sehingga
data yang telah terkumpul dapat dipertanggung jawabkan nilai keabsahannya.
Selanjutnya temuan-temuan penelitian akan dipilih berdasarkan kategori
visual maknanya, guna memudahkan proses interpretasi data temuan. Hal ini
sejalan dengan display atau pajangan visual (Alwasilah, 2009: 164), bahwa
display termasuk suatu cara untuk memperjelas data penelitian, ini adalah sebuah
strategi analitis dalam mengolah dan meninterpretasi data kualitatif. Pajangan
visual ini adalah sebuah konsep berpikir, membentuk representasi, mendirikan
gagasan, dan menginterpretasi data. Dalam analisis data, display mempunyai tiga
Menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data. (3) Menyajikan data sehingga
data tampil secara menyeluruh. (Alwasilah, 2009: 165). Selanjutnya display yang
mempunyai tiga fungsi tersebut, dijadikan jalan peneliti dalam menginterpretasi
data yang telah terkumpul dari berbagai pihak.
Akhirnya harapan penelitian ini, data dapat dikerucutkan ke dalam
keterkaitan makna antara kostum tari Lilin Siwa dengan tari Lilin Siwa. Hasil
penelitian ini akan menjadi laporan tertulis berbentuk tesis yang merupakan tugas
akhir untuk menyelesaikan pendidikan pada program master di Universitas
Pendidikan Indonesia.
B. Teknik Penentuan Informan
Informan adalah seseorang yang dinilai mampu memberikan informasi
dalam penelitian ini. Penetapan informan berdasarkan kriteria yang disesuaikan
dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini. Adapun kriteria penentuan
penentuan informan adalah sebagai berikut:
1). Bahwa informan secara luas dikenal, baik dalam lingkungan masyarakat dan
sebagai tokoh yang paling berpengaruh di masyarakatnya.
2). Dapat berkomunikasi dengan baik.
3). Memiliki pemahaman dan mengetahui banyak hal tentang objek yang akan
diteliti.
4) Mengetahui dengan baik, keterkaitan objek yang akan diteliti dengan objek
Dengan alasan tersebut di atas, maka peneliti mempunyai keyakinan bahwa
sang informan akan banyak memberikan informasi terkait dengan keterkaitan
penelitian ini. Informan juga akan membukakan jalan untuk mengenalkan peneliti
pada tokoh-tokoh lain yang terkait dengan penelitian ini, seperti:
1). Pemerhati tari Lilin Siwa seperti: pejabat pemerintahan yang terkait dengan
penelitian ini.
2). Pelaku atau penari sebagai orang yang memahami gerak tari Lilin Siwa dan
sejarah perkembangannya.
3). Dukun atau mualim.
4). Generasi muda penerus tari Lilin Siwa.
C. Subjek Penelitian
Tari Lilin Siwa tumbuh dan berkembang di kota Palembang, dalam
penelitian ini peneliti membatasi wilayah penelitian. Pemilihan lokasi penelitian
diarahkan oleh narasumber utama ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
dikarenakan atas alasan kelengkapan kostum tari Lilin Siwa yang masih tersimpan
secara lengkap di dinas tersebut. Pemilihan lokasi ini dikarenakan beberapa faktor
alasan sebagai berikut.
Pertama, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II menjadi tujuan peneliti
untuk menanyakan keberadan kostum tari Lilin Siwa. Museum sebagai lahan
Sumatera Selatan terkumpul di tempat ini. Fasilitas kelengkapan kostum secara
menyeluruh pada penari tari Lilin Siwa tersedia dan masih terpelihara dalam
perawatan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Kedua, terjadi penambahan kostum dan asesoris perlengkapan pada penari
tari Lilin Siwa di kota Palembang. Penambahan kostum dan asesoris akan
mengurangi nilai ritual dalam tari Lilin Siwa, semakin lama maka yang terjadi
adalah masyarakat akan meninggalkan apa yang sebenarnya telah menjadi
kebiasaan cara hidup sebelumnya. Nilai keaslian dalam kostum tari Lilin Siwa
adalah identitas budaya masyarakat Palembang.
Ketiga, terjadinya kesimpangsiuran informasi dari tokoh tari Lilin Siwa
yakni tentang kejelasan kostum, properti dan asesoris yang diggunakan oleh
penari tari Lilin Siwa. Hal tersebut terlihat pada saat penampilan masing-masing
kelompok tersebut di atas panggung pertunjukan, yang menunjukkan nilai-nilai
perbedaan.
Akhirnya, dengan memperhatikan latar belakang di atas, tampaknya pantas
jika Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dijadikan lokasi penelitian dalam
konteks keilmuan. Lebih lanjut bagaimana kostum dijelaskan secara mendetil
tentang nama-nama kostum, nama asesoris dan nama properti yang diggunakan
oleh penari tari Lilin Siwa. Untuk akurasi data, selain pemilihan lokasi penelitian
di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, penelitian ini, juga mendatangi
Museum Purbakala, Museum Balaputra Dewa, Zainal Songket dan
sanggar-sanggar yang ada di kota Palembang untuk melengkapi data yang didapatkan dari
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif kedudukan data menempati tingkat yang paling
tinggi. Langkah awal yang harus diambil adalah merumuskan masalah,
menentukan jenis data yang akan digunakan, mencari sumber data dan mengkritisi
sumber data yang diperoleh. Pengolahan jenis data primer dan sekunder sebagai
berikut:
1. Data primer adalah gambar foto dan dokumentasi yang didapatkan dari
penari tari Lilin Siwa, pemerhati kesenian tari Lilin Siwa, budayawan, dan
narasumber lain, baik praktisi maupun akademis. Sumber data utama
(primer), data ini di dapat oleh peneliti dari proses observasi dan interviu
secara mendalam dan mendapatkan data yang terpilih, dicatat baik melalui
tulisan maupun rekaman (suara maupun gambar). Observasi digunakan
untuk melihat langsung sejelas-jelasanya kenyataan di lapangan. Kemudian
data tersebut diolah agar memperoleh data sejelas-jelasnya. Dalam
penelitian ini yang diobservasi adalah desain kostum tari Lilin Siwa.
2. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan studi dokumen, seperti
buku-buku terkait, beberapa lembar foto kostum tari Lilin Siwa yang
diperoleh peneliti. Data dokumentasi berupa foto-foto pertunjukan tari Lilin
Siwa serta kostumnya sebagai pelengkap data wawancara serta digunakan
sebagai pelengkap kekurangan-kekurangan pada tahap observasi, sehingga
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang peneliti gunakan untuk
mempermudah peneliti dalam pengumpulan data. Adapun instrumen penelitian
sebagai berikut.
Tabel. 3.1. Instrumen Penelitian (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
No.
Jenis
Instrumen Sumber Data Data
1. Pedoman
E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu: observasi,
interviu, dan analisis dokumen.Langkahpeneliti untuk mencapai tujuan penelitian
responden, (2) penentuan sampel, (3) pengumpulan data, (4) analisis data
(Alwasilah, 2009: 144).
1. Observasi.
Teknik Observasi dilakukan secara sistemmatis dan terencana dengan cara
pengamatan secara langsung pada obyek penelitian serta pencatatan dari berbagai
obyek yang diteliti (Alwasilah, 2002: 211). Observasi penelitian adalah
pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang
dikontrol validitas dan reliabilitas. Observasi ini dilakukan secara langsung
dilakukan pada saat ada pertunjukan tari Lilin Siwa dan ketika peneliti berada di
lapangan. Teknik ini dilakukan dengan cara mencari informasi baik yang bersifat
lisan dan tertulis tantang tari Lilin Siwa dari awal mula tari Lilin Siwa khususnya
mengenai kostumnya. Hal ini dilaklukan untuk mendapatkan data-data baik
berupa gambar-gambar atau foto-foto mengenai tari Lilin Siwa serta informasi
2. - Observasi ini
Peneliti mengadakan wawancara secara langsung untuk memperoleh data
berupa jawaban penelitian baik lisan maupun non lisan. Pusat data berasal dari
sumber-sumber yang berlaku di masyarakat sebagai tokoh seniman, budayawan,
apresiator, arkeolog, ahli sejarah, penari Lilin Siwa dan orang-orang yang
dianggap berkompeten tentang aspek-aspek yang terkandung dalam tari Lilin
Siwa. Peneliti dalam proses interviu menggunakan teknik interviu yang tidak
berstruktur, hal tersebut dilakukan peneliti sebagai upaya mengurangi rasa kaku
dalam berdialog dengan para narasumber data. Terjalin suasana akrab sebagai
jalan untuk membuka data yang terpendam, pertanyaan-pertanyaan disesuaikan
Tabel 3.3. Kisi-kisi Wawancara dengan Para Nara Sumber (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
No. Butir Pertanyaan
1. Sejarah tari Lilin Siwa.
2. Kostum apa saja yang dipakai oleh penari Lilin Siwa.
3. Haruskah kostum dan properti serta asesoris dipakai oleh penari Lilin Siwa. Adakah pantangan siapa yang boleh atau tidak mengenakan kostum dan properti tersebut.
4. Siapa yang mengenakan kostum tersebut, terkait dengan umur dan adakah ketentuan secara adat.
5. Fungsi tari Lilin Siwa zaman dahulu dan saat ini.
6. Fungsi kostum tari Lilin Siwa zaman dahulu dan saat ini.
7. Faktor perubahan kostum tari Lilin Siwa.
8. Adakah hubungan antara tari Lilin Siwa dengan Dewa Syiwa.
9. Faktor perubahan pada kostum tari Lilin Syiwa.
10. Pandangan masyarakat Palembang mengenai keberadaan dan perubahan yang terjadi pada kostum tari Lilin Siwa.
11. Pandangan seniman, budayawan, terhadap pergeseran atau adanya perubahan dalam kostum tari Lilin Siwa.
12. Desain dan nama-nama asesoris dan properti pelengkap kostum tari Lilin Siwa.
13. Sejarah songket dan macam-macam motif songket Palembang.
14. Keberadaan agama Hindhu di Palembang.
15 Hubungan pola gerak, pola lantai dengan pola kostum tari Lilin Siwa.
3. Analisis Dokumen
Dokumentasi yang digunakan yaitu kamera video mini dv, kamera foto
digital. Kedua instrumen ini dipakai dalam waktu bersamaan. Untuk itu setiap
terhadap narasumber yang sudah menguasai dan berkompeten di dalamnya.
Instrumen yang digunakan yaitu kamera foto digital untuk merekam wawancara.
Teknik yang ketiga yaitu studi dokumentasi, dilaksanakan setelah observasi dan
interviu. Analisis terhadap hasil dokumentasi ini memerlukan kecermatan tinggi
supaya hasil pengamatan mencapai target maksimal.
Analisis dokumen maupun bukti-bukti catatan dirinci sebagai bukti
pendukung penelitian. Wilayah dokumen melingkupi barang-barang yang tertulis
(buku-buku) dan terfilmkan, sedangkan bukti-bukti catatan melingkupi icon-icon,
artefak-artefak ataupun arca sebagai bukti peninggalan sejarah. Hal ini adalah
bukti-bukti catatan dan bahan yang akan dianalisis secara kritis sebagai jalan
memfokuskan penelitian, dengan catatan: (1) dokumen adalah sumber informasi
abadi, walaupun dokumen tersebut tidak lagi berlaku sebagai rujukan utama, (2)
dokumen tersebut secara prinsipil merupakan bukti yang mampu mendasari
kekeliruan interpretasi, (3) dokumen tersebut adalah sumber data yang alami,
sebagai bukti keberadaan dirinya sendiri (kontekstual), (4) dokumen tersebut
adalah sumber yang melengkapi dan memperkaya temuan.
Tabel 3.4. Pedoman Analisis Dokumen Terhadap Kostum Tari Lilin Siwa (Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Studi Dokumentasi terhadap kostum tari Lilin Siwa di kota Palembang
Data yang diperlukan:
a. Profil kostum (songket dan asesoris) yang digunakan penari Lilin Siwa
b. Data riwayat kostum penari Lilin Siwa
c. Foto kostum (songket dan asesoris) penari Lilin Siwa
Langkah peneliti untuk menemukan temuan adalah membangun keakraban
dengan responden. Penelitian lebih menitik beratkan pada bagaimana
mendapatkan beberapa jawaban yang akrab dari narasumber utama sebagai
perwujudan negoisasi yang baik. Hal tersebut menjadi penting untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kesesuaian, kesepakatan, persetujuan,
atau kedekatan antara peneliti dengan yang diteliti: bahwa peneliti adalah
instrumen penelitian dan tanpa hubungan ini penelitian tidak akan terlaksana
(Alwasilah, 2009: 144).
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif lebih memilih purposeful
sampling (Patton, 1990: dalam Alwasilah, 2009: 146) atau criterion-base
selection (Le Compte & Preissle: dalam Alwasilah, 2009: 146), bahwa peneliti
harus mampu mengidentifikasi nilai unik atau khusus ketika menginterviu pakar
ataupun pelaku sejarah untuk menemukan data dengan mengutamakan
comparability atau dapat diperbandingkan objek dan translatability atau dapat
menterjemakan data temuan nantinya.
Pengumpulan data pada observasi, peneliti memungkinkan untuk
menggunakan teknik inferensi (penarikan kesimpulan) makna dari sisi responden,
kejadian, peristiwa atau proses yang diamati. Melalui observasi peneliti akan
melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan atau tacit understanding
(Alwasilah, 2009: 154-155). Sumber data penelitian ini terbagi menjadi dua, yang
pertama adalah sumber data utama (primer) yang didapatkan peneliti dari proses
interviu menghasilkan informasi yang terpilih berupa catatan maupun rekaman,
(KUPTD. Museum SMB II). Beliau berdua sangat memahami seluk beluk tari
Lilin Siwa dan kostum yang dikenakan penari Lilin Siwa.
Selanjutnya sumber data dalam penelitian ini terdiri atas dua kategori: yang
pertama sumber data utama (primer). Data ini di dapat oleh peneliti dari proses
observasi dan interviu secara mendalam dan mendapatkan data yang terpilih,
dicatat baik melalui tulisan maupun rekaman (suara maupun gambar). Interviu
peneliti dengan Eli Rudi (75 tahun), peneliti beranggapan bahwa beliaulah yang
dinilai peneliti mampu dan layak dijadikan narasumber utama, karena mengetahui
seluk beluk tari Lilin Siwa dan kostum yang dikenakan oleh penarinya. Atas
alasan lainnya bahwa dari tahun 1965 Eli Rudi telah mengenal tarian-tarian
se-Sumatera Selatan bahkan Eli Rudi telah berpengalaman menari diberbagai tempat
baik lokal maupun mancanegara. Sebelum menjadi tenaga pengajar Universitas
PGRI Palembang, Eli Rudi mengajar di sanggar Limar, Diknas pada tahun 1980,
BPKD, tenaga pengajar di SMKI dan tahun 1984 mendirikan sanggar Geger.
Tarian-tarian yang ada di Sumatera Selatan sebagian besar menjadi materi yang
diajarkan Eli Rudi, termasuk tari Lilin Siwa.
Selanjutnya peneliti bersama Eli Rudi, atas alasan kelengkapan data dan
informasi tentang kostum tari Lilin Siwa peneliti diarahkan untuk mengunjungi R.
M. Ali Hanafiah di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Peneliti langsung
menginterviu beliau tentang kostum tari Lilin Siwa secara mendalam dan
mendapatkan data yang akurat tentang kostum tari Lilin Siwa. Nara sumber utama
(Eli Rudi) bersama R.M. Ali Hanafiah menjelaskan atau mendeskripsikan tentang;
Siwa secara lengkap seperti Sundur, Cempako, Suri, Paksongkong, Gande, Cucuk
Gelung, Gelung Malang, Gelang Kano, Gelang Sempuru, Gelang Gepeng,
Sumping, Anting-Anting, Tebeng Wol, Kembang Ure, Teratai, Kacak Bahu,
Kalung Munggah, Selempang, Pending, Selendang, Dodot, dan Kain Songket
(interviu peneliti tanggal 16 September 2011).
Kedua, sumber data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan studi
dokumen, seperti buku-buku terkait, beberapa lembar foto kostum tari Lilin Siwa
yang diperoleh peneliti dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Tidak
adanya pembahasan ilmiah tentang tari Lilin Siwa serta pembahasan tentang
kostum tari Lilin Siwa di kota Palembang, menjadikan hal tersebut sebagai
penyemangat dalam proses penelitian ini. Serta kunjungan peneliti ke beberapa
museum seperti: Museum Balaputra Dewa Palembang, Museum Purbakala
Palembang, dan beberapa sanggar di kota Palembang, diharapkan peneliti
mendapatkan tambahan data yang dapat menunjang penelitian ini.
Dengan memanfaatkan strategi bahwa setiap tahapan pengumpulan data
terpadu oleh fokus yang jelas. Sehingga observasi dan interviu selanjutnya
semakin terfokus, menyempit dan menukik dalam (Alwasilah, 2009: 158).
Analisis data adalah kegiatan peneliti dalam mensistematikakan data observasi,
interviu, dan analisis dokumen, sebagai upaya peneliti dalam meningkatkan
pemahaman tentang masalah yang diteliti.
Analisis secara terus menerus dilakukan peneliti sampai menghasilkan
narasi deskriptif dan interpretatif, secara sistematis akan diarahkan pada pola
kesesuaian kategori interpretasi peneliti dalam mencari jalan kesimpulan
penelitian. Analisis pada setiap tahapan bakal menampilkan kategori sebagai
bahan mentah untuk pengembangan teori-teori adhok dan akan semakin mantap
pada tahapan selanjutnya (Alwasilah, 2009: 158).
Dalam kegiatan analisis data yang berkaitan erat dengan penelitian tesis ini
adalah pengumpulan berbagai data mengenai kostum tari Lilin Siwa dari segi
sosial budaya sebagai identitas. Data tersebut dicatat berdasarkan kategori secara
bertahap. Dalam pengkategorian data, peneliti cermat menanggapi segala
informasi yang masuk melalui proses interviu. Observasi adalah jalan menuju
proses kejernihan berpikir kritis yang nantinya peneliti harus mampu menteorikan
data temuan penelitian secara sistematis. Theoretical sensitivity (Glaser dalam
Alwasilah: 2009: 158), yakni kepekaan teoretis terhadap data yang dikumpulkan,
bahwa data adalah tumpukan angka atau kata-kata bisu, sampai anda membuatnya