• Tidak ada hasil yang ditemukan

t psn 1007334 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t psn 1007334 chapter3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Penggunaan Metode Kualitatif

Objek yang diteliti oleh peneliti adalah berasal dari kehidupan yang tidak

dirasakan secara fisik oleh peneliti. Objek penelitian yang akan diteliti oleh

peneliti adalah mewakili kehidupan masa lampau, sedangkan peneliti hidup pada

masa saat ini (sekarang).

Dalam penelitian ini peneliti memposisikan diri pada ketepatan analisis

yang sesuai dengan target yang ingin dicapai. Peneliti dalam mengupas objek

penelitian menggunakan perspektif konstruktif, bahwa;

Perspektif konstruktif dilandasi konsep bahwa knowledge and truth are

created, not discovered (Schwandt, dalam Basrowi & Suwandi: 2008: 62).

Peneliti dalam mengupas objek penelitian tidak berorientasi untuk

memecahkan permasalahan melainkan pencarian jawaban, apa yang ingin

dipahami oleh peneliti. Jawaban yang diperoleh oleh peneliti akan berpengaruh

pada penentuan konsep teoretik dan strategi untuk mencapai target yang

diinginkan peneliti.

Hasil penelitian mengacu pada Verstehen sebagai bentuk pemahaman atas

“makna” suatu realitas yang mengatasi kenyataan konkret realitas itu sendiri

dan erlebnis (Hamilton, dalam Basrowi & Suwandi: 2008: 63), dan Elebnis,

sebagai istilah tentang perolehan mesti memiliki pertalian dengan lived

experience, baik pengalaman sebagai peneliti dengan konsepsi orang lain

juga berimplikasi dalam konsepsi berkenaan dengan kehidupan kemanusiaan pada umumnya (Dilthey dalam Basrowi & Suwandi: 2008: 63).

(2)

Dalam memahami “makna”, lived experience Dilthey (dalam Basrowi &

Suwandi: 2008: 63) bahwa pengalaman sebagai peneliti digunakan oleh peneliti

untuk memahami “makna” dengan merujuk pada konsepsi orang lain, jika

memamang dinilai oleh peneliti sesuai dengan makna yang melekat pada objek

penelitian.

Selanjutnya kombinasi multidisiplin ilmu lainnya, diharapkan memunculkan

bahwa dalam teknik pengumpulan data dan data yang dihasilkan adalah bersifat

kualitatif. Peneliti melakukan kerja cermat dalam mengkombinasikan

multidisiplin ilmu yang peneliti pilih untuk menelanjangi objek penelitian.

Peneliti mencampurkan aspek-aspek paradigma kualitatif di tahap metodologis

dalam penelitian.

Kombinasi berbagai metode dan prinsip tertentu selain menuntut kekayaan pengalaman dan pengetahuan juga menuntut adanya kepekaan dan kreativitas. Kreativitas tersebut selain merujuk pada kreativitas dalam menyusun strategi secara interdisipliner dan transdisipliner juga merujuk pada kemampuan menyusun being yang dijadikan sasaran penelitian menjadi story, menjadi kabar yang menggambarkan personel, relasi, peristiwa, rangkaian isi, dan tema-tema tertentu (Basrowi & Suwandi: 2008: 63).

Kombinasi dari beberapa ilmu dan metode dimaknai oleh peneliti sebagai

kerja kreatif yang memerlukan pengalaman (pengalaman “membaca”).

Pengalaman tersebut bermanfaat untuk peneliti agar dapat meramu begitu banyak

pemikiran-pemikiran besar dan memasukkannya dengan porsi yang sesuai untuk

penelitian ini. Bagaiman peneliti mampu untuk memaknai objek penelitian, dan

bagaimana caranya peneliti mampu untuk menyusun strategi dengan

(3)

tak bermakna menjadi memiliki makna dan menjadi cerita ketika dibaca serta

menjadi kabar berita.

Pendekatan kualitatif ditekankan pada konstruksi makna dan pemahaman

dari dalam, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu).

Peneliti lebih banyak menitik beratkan pada hal-hal yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari sebagai jalan awal untuk mendekati objek penelitian.

Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, lebih mementingkan proses dibandingkan

dengan hasil akhir.

Atas sebab tersebut, maka urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah

tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan

penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis. Pendekatan

kualitatif berfokus pada verifikasi dalam pembentukan sebuah teori berdasarkan

pada data seutuhnya di lapangan “grounded theory” (Alwasilah, 2009:44).

Sejalan dengan pendekatan di atas, maka peneliti melakukan pendekatan

terhadap kostum tari Lilin Siwa. Kostum adalah gambaran satu kesatuan makna

yang berhubungan erat dengan kegiatan ritual atau kepercayaan. Kostum adalah

gambaran satu kesatuan makna sebagai cerminan lingkungan mereka dalam

kehidupan sosial budaya. Serta menemukan nilai-nilai dalam kostum tersebut atau

berupaya membaca pola pikir lama yang tereksplisitkan dalam gambar-gambar

dalam desain kostum tari Lilin Siwa, berupa simbol-simbol tradisi sebagai

identitas masyarakatnya.

Selanjutnya, dalam pengumpulan data peneliti tidak terpaku dengan keadaan

(4)

tahapan pra penelitian dan tahapan penelitian. Dalam tahapan pra penelitian

peneliti mendapatkan data terbaru sebagai bahan untuk menyusun proposal

penelitian. Sedangkan pada tahapan yang kedua melaksanakan penelitian serta

bagaimana mengembangkan data penelitian menyesuaikan perkembangan

temuan-temuan data yang diperoleh.

Selanjutnya temuan-temuan data dikategorikan berdasarkan teori yang telah

ada, atau dibangun secara induktif dari data lapangan (grounded), (Alwasilah,

2009: 161). Maka yang peneliti lakukan untuk menemukan data adalah dengan

cara menelusuri keberadaan data dari berbagai pihak. Untuk mendapatkan data di

lapangan, peneliti menjalin komunikasi yang interaktif tokoh yang memahami

keberadaan tari Lilin Siwa yang dikhususkan pada pemahaman kostumnya. Selain

itu data juga diperoleh dari Dinas Pariwisata Kota Palembang, buku-buku dan

mengunjungi Musium Purbakala Palembang. Peneliti berusaha untuk menanyakan

kebenaran keberadaan kostum secara pasti atau memastikan (cross cek), sehingga

data yang telah terkumpul dapat dipertanggung jawabkan nilai keabsahannya.

Selanjutnya temuan-temuan penelitian akan dipilih berdasarkan kategori

visual maknanya, guna memudahkan proses interpretasi data temuan. Hal ini

sejalan dengan display atau pajangan visual (Alwasilah, 2009: 164), bahwa

display termasuk suatu cara untuk memperjelas data penelitian, ini adalah sebuah

strategi analitis dalam mengolah dan meninterpretasi data kualitatif. Pajangan

visual ini adalah sebuah konsep berpikir, membentuk representasi, mendirikan

gagasan, dan menginterpretasi data. Dalam analisis data, display mempunyai tiga

(5)

Menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data. (3) Menyajikan data sehingga

data tampil secara menyeluruh. (Alwasilah, 2009: 165). Selanjutnya display yang

mempunyai tiga fungsi tersebut, dijadikan jalan peneliti dalam menginterpretasi

data yang telah terkumpul dari berbagai pihak.

Akhirnya harapan penelitian ini, data dapat dikerucutkan ke dalam

keterkaitan makna antara kostum tari Lilin Siwa dengan tari Lilin Siwa. Hasil

penelitian ini akan menjadi laporan tertulis berbentuk tesis yang merupakan tugas

akhir untuk menyelesaikan pendidikan pada program master di Universitas

Pendidikan Indonesia.

B. Teknik Penentuan Informan

Informan adalah seseorang yang dinilai mampu memberikan informasi

dalam penelitian ini. Penetapan informan berdasarkan kriteria yang disesuaikan

dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini. Adapun kriteria penentuan

penentuan informan adalah sebagai berikut:

1). Bahwa informan secara luas dikenal, baik dalam lingkungan masyarakat dan

sebagai tokoh yang paling berpengaruh di masyarakatnya.

2). Dapat berkomunikasi dengan baik.

3). Memiliki pemahaman dan mengetahui banyak hal tentang objek yang akan

diteliti.

4) Mengetahui dengan baik, keterkaitan objek yang akan diteliti dengan objek

(6)

Dengan alasan tersebut di atas, maka peneliti mempunyai keyakinan bahwa

sang informan akan banyak memberikan informasi terkait dengan keterkaitan

penelitian ini. Informan juga akan membukakan jalan untuk mengenalkan peneliti

pada tokoh-tokoh lain yang terkait dengan penelitian ini, seperti:

1). Pemerhati tari Lilin Siwa seperti: pejabat pemerintahan yang terkait dengan

penelitian ini.

2). Pelaku atau penari sebagai orang yang memahami gerak tari Lilin Siwa dan

sejarah perkembangannya.

3). Dukun atau mualim.

4). Generasi muda penerus tari Lilin Siwa.

C. Subjek Penelitian

Tari Lilin Siwa tumbuh dan berkembang di kota Palembang, dalam

penelitian ini peneliti membatasi wilayah penelitian. Pemilihan lokasi penelitian

diarahkan oleh narasumber utama ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

dikarenakan atas alasan kelengkapan kostum tari Lilin Siwa yang masih tersimpan

secara lengkap di dinas tersebut. Pemilihan lokasi ini dikarenakan beberapa faktor

alasan sebagai berikut.

Pertama, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II menjadi tujuan peneliti

untuk menanyakan keberadan kostum tari Lilin Siwa. Museum sebagai lahan

(7)

Sumatera Selatan terkumpul di tempat ini. Fasilitas kelengkapan kostum secara

menyeluruh pada penari tari Lilin Siwa tersedia dan masih terpelihara dalam

perawatan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

Kedua, terjadi penambahan kostum dan asesoris perlengkapan pada penari

tari Lilin Siwa di kota Palembang. Penambahan kostum dan asesoris akan

mengurangi nilai ritual dalam tari Lilin Siwa, semakin lama maka yang terjadi

adalah masyarakat akan meninggalkan apa yang sebenarnya telah menjadi

kebiasaan cara hidup sebelumnya. Nilai keaslian dalam kostum tari Lilin Siwa

adalah identitas budaya masyarakat Palembang.

Ketiga, terjadinya kesimpangsiuran informasi dari tokoh tari Lilin Siwa

yakni tentang kejelasan kostum, properti dan asesoris yang diggunakan oleh

penari tari Lilin Siwa. Hal tersebut terlihat pada saat penampilan masing-masing

kelompok tersebut di atas panggung pertunjukan, yang menunjukkan nilai-nilai

perbedaan.

Akhirnya, dengan memperhatikan latar belakang di atas, tampaknya pantas

jika Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dijadikan lokasi penelitian dalam

konteks keilmuan. Lebih lanjut bagaimana kostum dijelaskan secara mendetil

tentang nama-nama kostum, nama asesoris dan nama properti yang diggunakan

oleh penari tari Lilin Siwa. Untuk akurasi data, selain pemilihan lokasi penelitian

di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, penelitian ini, juga mendatangi

Museum Purbakala, Museum Balaputra Dewa, Zainal Songket dan

sanggar-sanggar yang ada di kota Palembang untuk melengkapi data yang didapatkan dari

(8)

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif kedudukan data menempati tingkat yang paling

tinggi. Langkah awal yang harus diambil adalah merumuskan masalah,

menentukan jenis data yang akan digunakan, mencari sumber data dan mengkritisi

sumber data yang diperoleh. Pengolahan jenis data primer dan sekunder sebagai

berikut:

1. Data primer adalah gambar foto dan dokumentasi yang didapatkan dari

penari tari Lilin Siwa, pemerhati kesenian tari Lilin Siwa, budayawan, dan

narasumber lain, baik praktisi maupun akademis. Sumber data utama

(primer), data ini di dapat oleh peneliti dari proses observasi dan interviu

secara mendalam dan mendapatkan data yang terpilih, dicatat baik melalui

tulisan maupun rekaman (suara maupun gambar). Observasi digunakan

untuk melihat langsung sejelas-jelasanya kenyataan di lapangan. Kemudian

data tersebut diolah agar memperoleh data sejelas-jelasnya. Dalam

penelitian ini yang diobservasi adalah desain kostum tari Lilin Siwa.

2. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan studi dokumen, seperti

buku-buku terkait, beberapa lembar foto kostum tari Lilin Siwa yang

diperoleh peneliti. Data dokumentasi berupa foto-foto pertunjukan tari Lilin

Siwa serta kostumnya sebagai pelengkap data wawancara serta digunakan

sebagai pelengkap kekurangan-kekurangan pada tahap observasi, sehingga

(9)

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang peneliti gunakan untuk

mempermudah peneliti dalam pengumpulan data. Adapun instrumen penelitian

sebagai berikut.

Tabel. 3.1. Instrumen Penelitian (Sumber: Dokumentasi Peneliti)

No.

Jenis

Instrumen Sumber Data Data

1. Pedoman

E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu: observasi,

interviu, dan analisis dokumen.Langkahpeneliti untuk mencapai tujuan penelitian

(10)

responden, (2) penentuan sampel, (3) pengumpulan data, (4) analisis data

(Alwasilah, 2009: 144).

1. Observasi.

Teknik Observasi dilakukan secara sistemmatis dan terencana dengan cara

pengamatan secara langsung pada obyek penelitian serta pencatatan dari berbagai

obyek yang diteliti (Alwasilah, 2002: 211). Observasi penelitian adalah

pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang

dikontrol validitas dan reliabilitas. Observasi ini dilakukan secara langsung

dilakukan pada saat ada pertunjukan tari Lilin Siwa dan ketika peneliti berada di

lapangan. Teknik ini dilakukan dengan cara mencari informasi baik yang bersifat

lisan dan tertulis tantang tari Lilin Siwa dari awal mula tari Lilin Siwa khususnya

mengenai kostumnya. Hal ini dilaklukan untuk mendapatkan data-data baik

berupa gambar-gambar atau foto-foto mengenai tari Lilin Siwa serta informasi

(11)

2. - Observasi ini

Peneliti mengadakan wawancara secara langsung untuk memperoleh data

berupa jawaban penelitian baik lisan maupun non lisan. Pusat data berasal dari

sumber-sumber yang berlaku di masyarakat sebagai tokoh seniman, budayawan,

apresiator, arkeolog, ahli sejarah, penari Lilin Siwa dan orang-orang yang

dianggap berkompeten tentang aspek-aspek yang terkandung dalam tari Lilin

Siwa. Peneliti dalam proses interviu menggunakan teknik interviu yang tidak

berstruktur, hal tersebut dilakukan peneliti sebagai upaya mengurangi rasa kaku

dalam berdialog dengan para narasumber data. Terjalin suasana akrab sebagai

jalan untuk membuka data yang terpendam, pertanyaan-pertanyaan disesuaikan

(12)

Tabel 3.3. Kisi-kisi Wawancara dengan Para Nara Sumber (Sumber: Dokumentasi Peneliti)

No. Butir Pertanyaan

1. Sejarah tari Lilin Siwa.

2. Kostum apa saja yang dipakai oleh penari Lilin Siwa.

3. Haruskah kostum dan properti serta asesoris dipakai oleh penari Lilin Siwa. Adakah pantangan siapa yang boleh atau tidak mengenakan kostum dan properti tersebut.

4. Siapa yang mengenakan kostum tersebut, terkait dengan umur dan adakah ketentuan secara adat.

5. Fungsi tari Lilin Siwa zaman dahulu dan saat ini.

6. Fungsi kostum tari Lilin Siwa zaman dahulu dan saat ini.

7. Faktor perubahan kostum tari Lilin Siwa.

8. Adakah hubungan antara tari Lilin Siwa dengan Dewa Syiwa.

9. Faktor perubahan pada kostum tari Lilin Syiwa.

10. Pandangan masyarakat Palembang mengenai keberadaan dan perubahan yang terjadi pada kostum tari Lilin Siwa.

11. Pandangan seniman, budayawan, terhadap pergeseran atau adanya perubahan dalam kostum tari Lilin Siwa.

12. Desain dan nama-nama asesoris dan properti pelengkap kostum tari Lilin Siwa.

13. Sejarah songket dan macam-macam motif songket Palembang.

14. Keberadaan agama Hindhu di Palembang.

15 Hubungan pola gerak, pola lantai dengan pola kostum tari Lilin Siwa.

3. Analisis Dokumen

Dokumentasi yang digunakan yaitu kamera video mini dv, kamera foto

digital. Kedua instrumen ini dipakai dalam waktu bersamaan. Untuk itu setiap

(13)

terhadap narasumber yang sudah menguasai dan berkompeten di dalamnya.

Instrumen yang digunakan yaitu kamera foto digital untuk merekam wawancara.

Teknik yang ketiga yaitu studi dokumentasi, dilaksanakan setelah observasi dan

interviu. Analisis terhadap hasil dokumentasi ini memerlukan kecermatan tinggi

supaya hasil pengamatan mencapai target maksimal.

Analisis dokumen maupun bukti-bukti catatan dirinci sebagai bukti

pendukung penelitian. Wilayah dokumen melingkupi barang-barang yang tertulis

(buku-buku) dan terfilmkan, sedangkan bukti-bukti catatan melingkupi icon-icon,

artefak-artefak ataupun arca sebagai bukti peninggalan sejarah. Hal ini adalah

bukti-bukti catatan dan bahan yang akan dianalisis secara kritis sebagai jalan

memfokuskan penelitian, dengan catatan: (1) dokumen adalah sumber informasi

abadi, walaupun dokumen tersebut tidak lagi berlaku sebagai rujukan utama, (2)

dokumen tersebut secara prinsipil merupakan bukti yang mampu mendasari

kekeliruan interpretasi, (3) dokumen tersebut adalah sumber data yang alami,

sebagai bukti keberadaan dirinya sendiri (kontekstual), (4) dokumen tersebut

adalah sumber yang melengkapi dan memperkaya temuan.

Tabel 3.4. Pedoman Analisis Dokumen Terhadap Kostum Tari Lilin Siwa (Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Studi Dokumentasi terhadap kostum tari Lilin Siwa di kota Palembang

Data yang diperlukan:

a. Profil kostum (songket dan asesoris) yang digunakan penari Lilin Siwa

b. Data riwayat kostum penari Lilin Siwa

c. Foto kostum (songket dan asesoris) penari Lilin Siwa

(14)

Langkah peneliti untuk menemukan temuan adalah membangun keakraban

dengan responden. Penelitian lebih menitik beratkan pada bagaimana

mendapatkan beberapa jawaban yang akrab dari narasumber utama sebagai

perwujudan negoisasi yang baik. Hal tersebut menjadi penting untuk mendapatkan

data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kesesuaian, kesepakatan, persetujuan,

atau kedekatan antara peneliti dengan yang diteliti: bahwa peneliti adalah

instrumen penelitian dan tanpa hubungan ini penelitian tidak akan terlaksana

(Alwasilah, 2009: 144).

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif lebih memilih purposeful

sampling (Patton, 1990: dalam Alwasilah, 2009: 146) atau criterion-base

selection (Le Compte & Preissle: dalam Alwasilah, 2009: 146), bahwa peneliti

harus mampu mengidentifikasi nilai unik atau khusus ketika menginterviu pakar

ataupun pelaku sejarah untuk menemukan data dengan mengutamakan

comparability atau dapat diperbandingkan objek dan translatability atau dapat

menterjemakan data temuan nantinya.

Pengumpulan data pada observasi, peneliti memungkinkan untuk

menggunakan teknik inferensi (penarikan kesimpulan) makna dari sisi responden,

kejadian, peristiwa atau proses yang diamati. Melalui observasi peneliti akan

melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan atau tacit understanding

(Alwasilah, 2009: 154-155). Sumber data penelitian ini terbagi menjadi dua, yang

pertama adalah sumber data utama (primer) yang didapatkan peneliti dari proses

interviu menghasilkan informasi yang terpilih berupa catatan maupun rekaman,

(15)

(KUPTD. Museum SMB II). Beliau berdua sangat memahami seluk beluk tari

Lilin Siwa dan kostum yang dikenakan penari Lilin Siwa.

Selanjutnya sumber data dalam penelitian ini terdiri atas dua kategori: yang

pertama sumber data utama (primer). Data ini di dapat oleh peneliti dari proses

observasi dan interviu secara mendalam dan mendapatkan data yang terpilih,

dicatat baik melalui tulisan maupun rekaman (suara maupun gambar). Interviu

peneliti dengan Eli Rudi (75 tahun), peneliti beranggapan bahwa beliaulah yang

dinilai peneliti mampu dan layak dijadikan narasumber utama, karena mengetahui

seluk beluk tari Lilin Siwa dan kostum yang dikenakan oleh penarinya. Atas

alasan lainnya bahwa dari tahun 1965 Eli Rudi telah mengenal tarian-tarian

se-Sumatera Selatan bahkan Eli Rudi telah berpengalaman menari diberbagai tempat

baik lokal maupun mancanegara. Sebelum menjadi tenaga pengajar Universitas

PGRI Palembang, Eli Rudi mengajar di sanggar Limar, Diknas pada tahun 1980,

BPKD, tenaga pengajar di SMKI dan tahun 1984 mendirikan sanggar Geger.

Tarian-tarian yang ada di Sumatera Selatan sebagian besar menjadi materi yang

diajarkan Eli Rudi, termasuk tari Lilin Siwa.

Selanjutnya peneliti bersama Eli Rudi, atas alasan kelengkapan data dan

informasi tentang kostum tari Lilin Siwa peneliti diarahkan untuk mengunjungi R.

M. Ali Hanafiah di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Peneliti langsung

menginterviu beliau tentang kostum tari Lilin Siwa secara mendalam dan

mendapatkan data yang akurat tentang kostum tari Lilin Siwa. Nara sumber utama

(Eli Rudi) bersama R.M. Ali Hanafiah menjelaskan atau mendeskripsikan tentang;

(16)

Siwa secara lengkap seperti Sundur, Cempako, Suri, Paksongkong, Gande, Cucuk

Gelung, Gelung Malang, Gelang Kano, Gelang Sempuru, Gelang Gepeng,

Sumping, Anting-Anting, Tebeng Wol, Kembang Ure, Teratai, Kacak Bahu,

Kalung Munggah, Selempang, Pending, Selendang, Dodot, dan Kain Songket

(interviu peneliti tanggal 16 September 2011).

Kedua, sumber data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan studi

dokumen, seperti buku-buku terkait, beberapa lembar foto kostum tari Lilin Siwa

yang diperoleh peneliti dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Tidak

adanya pembahasan ilmiah tentang tari Lilin Siwa serta pembahasan tentang

kostum tari Lilin Siwa di kota Palembang, menjadikan hal tersebut sebagai

penyemangat dalam proses penelitian ini. Serta kunjungan peneliti ke beberapa

museum seperti: Museum Balaputra Dewa Palembang, Museum Purbakala

Palembang, dan beberapa sanggar di kota Palembang, diharapkan peneliti

mendapatkan tambahan data yang dapat menunjang penelitian ini.

Dengan memanfaatkan strategi bahwa setiap tahapan pengumpulan data

terpadu oleh fokus yang jelas. Sehingga observasi dan interviu selanjutnya

semakin terfokus, menyempit dan menukik dalam (Alwasilah, 2009: 158).

Analisis data adalah kegiatan peneliti dalam mensistematikakan data observasi,

interviu, dan analisis dokumen, sebagai upaya peneliti dalam meningkatkan

pemahaman tentang masalah yang diteliti.

Analisis secara terus menerus dilakukan peneliti sampai menghasilkan

narasi deskriptif dan interpretatif, secara sistematis akan diarahkan pada pola

(17)

kesesuaian kategori interpretasi peneliti dalam mencari jalan kesimpulan

penelitian. Analisis pada setiap tahapan bakal menampilkan kategori sebagai

bahan mentah untuk pengembangan teori-teori adhok dan akan semakin mantap

pada tahapan selanjutnya (Alwasilah, 2009: 158).

Dalam kegiatan analisis data yang berkaitan erat dengan penelitian tesis ini

adalah pengumpulan berbagai data mengenai kostum tari Lilin Siwa dari segi

sosial budaya sebagai identitas. Data tersebut dicatat berdasarkan kategori secara

bertahap. Dalam pengkategorian data, peneliti cermat menanggapi segala

informasi yang masuk melalui proses interviu. Observasi adalah jalan menuju

proses kejernihan berpikir kritis yang nantinya peneliti harus mampu menteorikan

data temuan penelitian secara sistematis. Theoretical sensitivity (Glaser dalam

Alwasilah: 2009: 158), yakni kepekaan teoretis terhadap data yang dikumpulkan,

bahwa data adalah tumpukan angka atau kata-kata bisu, sampai anda membuatnya

Gambar

Tabel. 3.1. Instrumen Penelitian
Tabel 3. 2. Panduan Observasi
Tabel 3.3. Kisi-kisi Wawancara dengan Para Nara Sumber (Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Dari uraian di atas akan dibangun sebuah sistem aplikasi Sistem Pendukung Keputusan yang berbasis mobile android dengan menggunakan metode SAW dan WSM

Ekstrak Etanol Kulit Buah Semangka Merah Berbiji ( Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus

© www.arithmetic4kids.com Sign up at: www.kizmath.com.

menghasilkan penetrasi yang dalam dari lasan dikarenakan elektron bergerak dari elektroda dan menumbuk logam induk dengan kecepatan tinggi sehingga 2/3 panas yang

Murkoff, Eisenberg, dan Hathawa (2006) menemukan bahwa ibu hamil trimester III sering merasakan keluhan pada sistem muskuloskeletal seperti kejang pada tungkai kaki, sakit

[r]