BAB 6.
SUMBER-SUMBER MINERAL.
Pandangan umum mengenai pentingnja penilaian sumber-sumber mineral dalam hubungannja dengan Rentjana Ekonomi.
Peranan sumber-sumber dalam rentjana umum : Pembangunan ekonomi sangat erat hubungannja dengan struktur pemerintahan, perdagangan, suasana politik, keadaan keuangan dan dengan
Penjelidikan-penjelidikan ini dibuat dalam beberapa fase, jang dimulai dengan sebuah laporan umum mengenai daerah seluruhnja jang sedang
1. Sumber-sumber jang tidak dapat diganti (non-renewable).
Pentingnja sumber-sumber ini untuk industrialisasi diakui sepenuhnja. Tetapi sebenarnja tidak djelas sampai berapa djauh tersedianja sumber-sumber demikian itu mendjadi keharusan untuk berhasilnja sesuatu program industrialisasi. Biarpun menurut definisi Industrialisasi jang lebih rentjana penje-lidikan-penjelidikan berdasarkan tehnik-tehnik baru setjara sistematis.
2. Persoalan-persoalan chusus mengenai bahan-bahan mineral.
a. Bahan-bahan mineral tertentu tempatnja dan terbatas banjaknja.
b. Berhubung dengan sifat jang tersembunji dari kebanjakan
bahan-bahan mineral, penemuannja sering merupakan hal jang
kebetulan.
Hal ini mengakibatkan sifatnja jang spekulatip, disertai risiko besar dalam mengusahakan bahan-bahan mineral jang disebut lekas habis, seperti minjak tanah.
c. Persediaan bahan mineral terus-menerus mendjadi kurang dan ongkos produksinja menimbulkan persoalan bagi perusahaan-perusahaan pertambangan (bidji besi versus besi tua).
3. Pentingnja industri-industri mineral pada umumnja.
Pentingnja bahan mineral terutama
bahan-bahan bakar
dan logam bagi pembangunan njata sekali terutama menambah efisiensi akan produksi. Efisiensi jang bertambah menaikkan kekuatan membeli dan memperbesar pasaran.
4. Tjara penjelidikan bahan-bahan mineral.
Tehnik eksplorasi pada saat ini sangat menitik beratkan pada pentingnja penjelidikan setjara geophisic dan geo kimia, pada photogrammetri, photo-geologi, dan pada pemakaian luas magne-tometer-magnetometer dari udara.
5. Daerah jang akan diselidiki.
Perlu direntjanakan terlebih dahulu, tjara-tjara eksplorasi jang termurah dengan menentukan dan agak tebal jang terdiri dari berupa-rupa matjam batu lapuk.
B. P e r s e d i a a n M i n e r a l P o k o k .
1. Susunan orogenese kepulauan Indonesia dan hubungannja. dengan daerah-daerah jang mengandung berbagai bidjih logam.
Orogen -Malaya jang menghubungkan Birma Timur dengan KalimantanBarat melalui Semenandjung Malaya,, adalah terutama daerah timah putih dan aluminium.
Orogen Sumatera jang membudjur dari Sumatera intan dan mas di Kalimantan Tenggara.
Orogen Maluku melalui barisan sebelah luar
pulau-pulau Sunda
dan lingkungan sebelah Timur Sulawesi sangat penting karena mengandung nikkel silicat dan bidjih-bidjih besi.
Di pulau-pulau Sunda Besar dibahagian Barat dari Kepulauan Indonesia terdapat beberapa daerah terpentjil fang mengandung bidjih-bidjih mas-perak dan bidjih antimonite-mercury.
2. Klasifikasi persediaan mineral di Indonesia. a. Mineral jang telah merupakan pertambangan
sedjak beberapa tahun jang lalu dan jang merupakan bagian dari perekonomian Indonesia adalah: minjak tanah, batu bara, timah putih dan bauksit.
b. Bahan mineral jang telah, atau sedang dikerdjakan setjara ketjil-ketjilan, dan jang mungkin akan
dapat diperluas adalah :
mas, perak, mangan, nikkel, belerang, fosfat,
aspal, jodium
dan beberapa bahan mineral jang kurang penting. c. Bidji logam jang potensiil ialah bidjih besi lateritis
di Sumatera Selatan, Kalimantan dan Sulawesi,
bidjih-bidjih nikel di
Sula-wesi, lapisan-lapisan logam pokok di Sumatera. Tengah dan Djawa Tengah tembaga, timah hitam dan bidjih seng.
3. Bahan mineral jang sedang dalam pengusahaan.
a. M i n j a k t a n a h d a n g a s a l a m . Minjak tanah:
Disebelah Timur, minjak tanah didapat di Irian Barat dan Seram.
Perusahaan-perusahaan jang bekerdja di Indonesia. Ada tiga perusahaan partikelir, satu perusahaan
tjampuran dan perusahaan-perusahaan jang dikuasai Negara.
Produksi 1954 Persediaa Daerah Perusahaa DJenis dalam dalam Djuta Eksplolta
ton
B.P.M. Belanda 3.954.7 24,9 400 2.073.58 9
alam jang sekarang dipakai dalam djumlah terbatas,
dan
kebanjak-an hilkebanjak-ang tidak dipergunakkebanjak-an.
Sekarang ini ditaksir 1.200.000 ton hilang selama
proses
pro-duksi minjak mentah, sedang kira-kira 900.000 ton
hilang selama
proses pembersihan. Hanja 40.000 ton metric jang dipakai sebagai penggerak tenaga dilapangan minjak.
Persediaan Gas Alam ternjata besar sekali dan
dapat didjadikan
untuk industri-industri tehnik penting, misalnja untuk rabuk synthetis.
Selandjutnja dapat dipergunakan sebagai bahan untuk pembangkit tenaga listrik.
partikelir lainnja di Kalimantan Timur sebanjak 174.100 ton metric.
Persediaan batu bara bituminous fang bermutu dipergunakan sebagai dasar untuk industri besi.
Tambang Bata Bara Umbilin (milik Negara). Dewasa ini menghasilkan hampir 80.000 ton batu bara bitumi-nous-noncoking tiap tahun dengan penambangan dibawah tanah.
Tambang ini bekerdja dengan rugi disebabkan
produksi jang
ketjil. Persediaan-persediaan batu bara berdjumlah sebanjak 200.000.000 ton metric, ini lebih besar dari di Bukit Asam. Tetapi untuk mengeluarkan persediaan ini harus dilakukan penambangan jang dalam dan jang mahal. Kemungkinan untuk merehabilitasi tambang ini setjara luas masih dalam penjelidikan.
c. T i m a h p u t i h .
Dari sudut produksi, timah putih merupakan basil pertambangan kedua sesudah minjak tanah. Sebahagian besar produksi timah putih Indonesia berasal dari Bangka, lainnja berasal dari Belitung dan Singkep. Tambang Bangka sekarang seluruhnja dimiliki Negara.
Keadaan dipasar dunia dewasa ini memberikan sedikit dorongan kearah perluasan pertambangan timah.
.Di Eropah terdapat golongan-golongan jang menaruh perhatian atas pengolahan dan pembelian timah putih murni langsung dari Indonesia, sehingga pendirian tinsmelter di Indonesia perlu di-pertimbangkan.
Setahu Djawatan Pertambangan, belum pernah diadakan penjelidikan jang mendalam mengenai konsentrat-konsentrat jang lebih kasar dan jang bersifat menengah. Konsentrat-konsentrat jang lebih kasar biasanja mengandung bidjih-bidjih timah jang kurang dari 10% menurut beratnja.
memisahkan bahan-bahan tambahan itu setjara komersill.
Sangat diandjurkan supaja seorang ahli geologi ekonomi jang berpandangan luas ditempatkan di Djawatan Geologi dengan tugas mempeladjari kemungkinan-kemungkinan demikian untuk kerdja sama dengan insinjur pengolah bidjih timah, dan lain bahan-bahan jang terdapat dalam konsentrat timah.
Sekarang sedang diichtiarkan penjelidikan jang lebih mendalam mengenai bahan-bahan lain jang terdapat dalam konsentrat timah.
Produksi timah di Indonesia (dalam ton)
Tabu
n Bangka Biliton Singkep Bangkinang Djumlah 1940 24.180 17.294 2.402 10 43.886 1941 31.460 19.500 10 54.170 1950 19.429 10.001 2.672 — 32.102 1951 19.461 2.789 — 30.986 1952 21.931 10.654 2.418 — 35.003
1953 21.398 9.714 2.708 — 33.820
1954 24.694 9.019 2.146 — 35.867
Sumber-sumber : Djawatan Pertambangan. d. B a u k s i t e ,
Bauksite didapat di pulau-pulau Bintan, Kojan dan
pada
bebe-rapa pulau-pulau jang berdekatan disebelah tenggaranja, semua ini termasuk bagian utara kepulauan Riau. Lapisan-lapisan bauksit mungkin terbentang lebih djauh sampai ke Kalimantan Banat Daja.
Lapisan-lapisan bauksite ini di-eksplotir oleh Nederlands Indonesische Bauxite Exploitatie Maatschappij (N.LB.E.M.). Dalam perusahaan pertambangan ini Pemerintah Indonesia ikut serta dengan kira-kira 20%. Susunan bauksite terdiri dari rata-rata 53% alumina dan 4%% silica, dan persediaan apabila telah dibersihkan tersedia sebanjak 13.000.000 ton, Persediaan jang belum dibuktikan ditaksir 14.000.000 ton djadi semuanja berdjumlah 27.000.000 ton.
4. Mineral dalam eksplotasi setjara ketjil-ketjilan, a. M a s d a n P e r a k .
produksi Hindia Belanda seluruhnja 123.282 kg. mas dan 1.219.261 kg perak antara mama 101.063 kg mas dan 1.189.851 kg. perak berasal dari Sumatera.
Perusahaan tambang mas Tjikotok-Tjirotan akan
Sebahagian besar lapisan-lapisan ini termasuk pada N.V. Algemene Industriele Mijnbouw en Exploitatie My (A,LM.E.).
Usaha untuk menaksir besarnja persediaan mangan didaerah Djokjakarta oleh Biro Perantjang Negara telah dilakukan bersama Pemerintah Daerah. Petundjuk-petundjuk menjatakan bahwa persediaan tersebut tidak begitu besar dan tersebar pada kumpulankurnpulan fang ketjil dengan tidak terdapatnja kontinuitet antara
satu dan lain tempat persediaan.
Djuga terdapat lapisan-lapisan potensiil bidjih mangan jang bermutu sedang di Doi, Halmahera
Selatan jang sekarang
diexploi-tir oleh Pemerintah daerah dibantu oleh Bank Industri Negara dibawah pengawasan Perusahaan Pembangunan Pertambangan N.V.
c . F o s f a t .
Lapisan-lapisan kalsiurn fosfat terdapat dalam
batu kapur
dibanjak tempat di Djawa. Van Bemmelen (Geology of Indonesia) menjatakan adanja 53 tempat. Lapisan
tersebut terdapat didalam
gua-gua batu kapur oleh sesuatu reaksi batu kapur dengan asam fosfat yang terdjadi dad kotoran-kotoran kelelawar. Dalam ke-adaan sekarang, adalah njata bahwa rentjana industrialisasi dalam projek Asahan, termasuk djuga mendirikan pabrik pupuk dubbel super fosfat, tidak dapat disandarkan pada persediaan karang fosfat alam dalam negeri sebagai bahan mentah.
Ketjuali bila lapisan-lapisan baru dapat diketemukan dan dibuka untuk dikerdjakan, maka fosfat alam masih hams diimpor, seperti kenjataannja pada waktu ini.
Belerang diketemukan dalam kawah-kawah gunung berapi diberbagai-bagai bahagian dari Kepulauan Indonesia. Ini terdapat dalam bentuk kawah-kawah lumpur atau bertjampur dengan debu gunung berapi dalam kawah-kawah yang mati.
Djumlah persediaan belereng jang diketahui adalah antara setengah dan satu djuta ton. Pada waktu ini tidak ada produksi jang berarti. Produksi sebelum perang, sebahagian besar didapat-kan dari Djawa Barat, kira-kira sebanjak 15000 ton setiap tahun.
e . A s p a l .
Sebagian besar produksi aspal didapatkan dari kilang minjak di Djawa Timur.
Tambang Aspal di lapisan jang terdapat dipulau Buton menjediakan pekerdjaan dan penghasilan bagi rakjat setempat dan penambahan bagi produksi nasional.
Tambang ini sekarang diserahkan oleh Pemerintah
dan pada
waktu ini dipimpin langsung pleb Direktorat Djalan-djalan dan Djembataii.
f . J o d i u m .
Jodium didapatkan dari air garam jang
mengandung jodium
jang keluar dari sumber-sumber anti klinal. Ini didapatkan dengan tjara memompa dan pada waktu ini dikerdjakan oleh perusahaan partikelir jang bernama Semarangsche Administratie Maatschappy.
Produksi ternjata turun dari 62. 000 kg pada tahun
1938 men-sebahagian besar dari kaolin jang dipergunakan dalam industri keramik. Konsesi dikerdjakan oleh N.I. Chamotte en Klei Industri.
h . I n t a n .
Intan didapatkan di Kalimantan sedjak lebih dari satu abad sebelum diketemukannja di Afrika
Selatan. Djumlah produksi
adalah 2 djuta
karat lebih. Djumlah produksi intan dunia pada waktu ini adalah sekitar 15 djuta karat setiap tahun
dari antaranja kurang lebih
10% adalah batu permata (gems) jang masih kasar. Kemungkinan ialah bahwa produksi small scale mengenai
intan Kalimantan dengan tjara-tjara jang sederhana dapat dilandjutkan untuk waktu jang lama
sedangkan produksi jang lebih
besar bukan tidak mungkin.
5. Potensi bahan mineral a. Bidjih besi
Di Indonesia terdapat dua matjam bidjih besi. 1. Bidjih hematit magnetit berasal dari kontak metamorfis. tenggara dari pulau ini dan di sekitar Padang tidak djauh dari pantai, lainnja terlalu djauh kedalam
Persediaan-persediaan jang berarti terdapat dalam daerah-daerah seperti tersebut dibawah ini:
Kalimantan Tenggara.
Daerah Duwa Selatan, Gunung 170.000.000
Pulau Sebuku 300.000.000
Pulau Danawan 7.500.000
ton 477.500.000 Sulawesi Tengah dan Tenggara.
Angka-angka jang dapat dipertjajai mengenai persediaan-persediaan bidjih besi tidak terdapat. Suatu penjelidikan jang mendalam didaerah ini sedang didjalankan oleh team Wedexro dari Djerman
Barat atas pengawasan B.P.N. Hasil dad
penjelidikan ini
diharap-kan pada pertengahan tahun 1957. Penjelididiharap-kan ini merupakan sebagian dari persiapan Projek Besi dan Badja.
b . B i d j i h n i k e l .
Nike) terdapat bertjampur dengan lapisan besi lateritis jang luas di Sulawesi Tengah sekeliling danau Towuti, di Semenandjung Tenggara Sulawesi, dibeberapa pulau ketjil didekatnja dan djuga di Kalimantan Tenggara. Pasar jang paling dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan dimasa depan untuk nikel Indonesia adalah Djepang dan Eropah. Dengan memperhatikan persediaan bidjih dan investasi jang dibutuhkan guna instansi dan tambang (lapisan) sudah diusahakan setjara ketjil-ketjilan, Perlu sekali diselenggarakan penjelidikan dan pengeboran setjara luas untuk menentukan kemungkinan pertambangan setjara komersil.
Terutama perhatian hares ditundjukan pada bidjih seng mengingat besarnja impor dan kebutuhan logam ini.
d . B i d j i h b e s i
t i t a n i f e r o u s . Bidjih ini berasal sedimenter.
Terdapatnja dipantai-pantai dimana tanahnja
naik,
daerah-daerah ini terdapat dipinggir Samudra Hindia, misalnja Djampang Kulon (Djawa Barat) dan Tjilatjap (Djawa Tengah).
jang rupanja terkumptd oleh karena gerakan ber-gelombang.
Penjelidikan geologis menaksir djumlah persediaan kurang-lebih 8.750.000 metric ton, rata-rata berisi kira-kira 44% Fe dan
12,8% TiO2.
Pemegang hak eksplorasi pada waktu ini menaksir djumlah persediaan 17 djuta ton dan kemungkinan ada lagi 10 djuta ton, djadi semua berdjumlah 27
Dilihat dad sudut ekonomis, minjak dan hasil-hasil tambahan dari minjak menempati tempat pertama, timah putih nomor dua. Kedua bahan ini meliputi lebih dari 95% djumlah nilai ekspor mineral, dalam tahun 1939 dan 1953. Bauksit menempati tempat selama perang dan naik lagi pada tahun 1948 dari 537.000 ton sampai kira-kira 1 djuta ton pada tahun 1952, 1953 dan 1954.
Djumlah investasi partikelir dalam lapangan pertambangan kelihatan pentingnja dalam ekonomi
Indonesia. Investasi
Be-landa dalam pertambangan timah putih ditaksir meliputi 10 djuta gulden; investasi mereka dalam perusahaan minjak 500 djuta gulden.
Nilai investasi Amerika jang tertjatat ialah $ 100.000.000 setengahnja ada dalam perusahaan minjak. Invesstasi Inggeris kurang lebih ditaksir pada angka £ 100,000,000,
Ekspor mineral, dan hasil-hasil lainnja. (dalam metric ton)
Tahun 1938 1951 1952 1953 1954
Minjak tanahdan
hash-hasil minjak tanah. 6.426.000 5.274.691 5.272.915 7.052.125 7.626.085
Timah clan konsentrat. 20.906 31.242 35.171 33.483 35.491
Bauksit. 273.811 601.838 219.15 minjak tanah Indonesia tetap bertambah, tambahan ini masih tetap tertinggal djauh dibandingkan dengan ekspansi produksi dunia. Hasil batu bara pada tahun 1952 adalah 11% lebih tinggi dari tahun 1951. Pada tahun 1953 ini turun dengan
kira-kira 7,5% dan mungkin
akan turun dengan sedikitnja 5% pada tahun 1955. Produksi bauk-sit turun 44% selama waktu jang produksi bauksit dengan kemungkinan-kemungkinan bara, madju dengan tjepat (naik dengan 113% untuk enam bulan pertama dari tahun 1955).
Sebagai keseluruhan, produksi mineral
keadaannja lebih baik
dari perkebunan, apabila angka-angka sebelum
perang dan jang
Statistik produksi mineral mengenai bahan-bahan pokok jang sama adalah sebagai berikut.
Hasil produksi mineral dan hasil jang lainnja.
(dalam metric ton)
Tahun 1938 1951 1952 1953 1954
Minjak tanah dan
basil-Timah dan konsentrat. 30.204 31.482 35.563 34.362 35.861
Bauksit. 145.354 642.310 343.754 149.552
1 173.239
Batu-bars. 1.456.6
47 867.716 968.939 897.3311 899:816
Sumber-sumber: Djawatan Pertambangan.
Memperhatikan kenjataan-kenjataan tersebut diatas. tambahan produksi jang agak besar tidak dapat diselenggarakan dalam waktu jang pendek. Djelaslah bahwa satu-satunja djalan untuk mentjapai ini ialah melandjutkan dengan sistematis
penjelidikan tentang m i n e
-ral-mineral baru, jang hingga saat ini belum diketahu.atau b e l u m diusahakan. Inilah sebabnja mengapa Biro Perantjang Negara menekankan pentingnja eksplorasi-eksplorasi untuk mendapatkan mineral-mineral barn. Dapat diharapkan untuk tahun 1956 dan selandjutnja dan dengan bantuan tenaga ahli baru dart luar, ren-tjana penjelidikan ini akan dapat diluaskan dengan usaha bersama dengan Djawatan Pertambangan dan Djawatan Geologi serta Fakultas Tehnik dan
Serikat pada tahun 1975 dan menjatakan bahwa. Akan terdapat
kekurangan beberapa logam-logam pokok tertentu jang tak dapat dielakkan, seperti timah hitam dan tembaga.
Konsumsi tembaga per capita tiap tahun di Amerika Serikat mungkin akan naik dengan 2,9 lbs, dan akan mendekati 26 lbs. pada tahun 1975. Konsumsi timah hitam pada waktu ini sudah 4 kali lebih besar dari pada konsumsi bahan ini
dinegara-negara jang
dikata-kan sudah madju, dan diduga adikata-kan naik 2 kali lipat pada tahun 1975. Ini berarti bahwa Amerika
Serikat harus menutupi
keku-rangan ini dari sumber-sumber luar negeri. Adalah menjolok sekali bahwa konsumsi tembaga per capita setahun dinegara jang belum berindustri hanja 1j3 lbs. dan tidak diharapkan akan melebihi 1 lbs pada tahun 1975, biarpun perkembangan ekonomi dari logam pokok jang lain akan merupakan tambahan penghasilan bagi negeri kita,
D. R e n t j a n a E x p l o r a s i s y s t e m a t i s .
Dibawah ini diterangkan setjara singkat mengenai berbagai pekerdjaan fang telah diselenggarakan pada tahun 1954, 1955 dan 1956 sebagai persiapan untuk rentjana lima tahun pertama dan selandjutnja.
1. Pekerdjaan jang dikerdjakan pada 1954, 1955 dan 1956 sebagai persiapan untuk Rentjana Lima Tahun Pertama.
(1.) Penjelidikan setempat mengenai pekerdjaan bauxits Riau dan kundjungan ke-tambang N.I.B,E.M. di Kidjang telah didjalankan dua kali. Ini menghasilkan satu taksiran terachir mengenai kemungkinan dimasa depan dari
tambang
Bauk-sit Riau, dan pengaruhnja terhadap industri aluminium jang akan ditempatkan di Sumatera
Utara dalam kompleks
Asahan dan pengaruhnja terhadap ekspor.
itu djuga diambil suatu tjontoh dari tambang batu bara di Logas, di Sumatera Tengah, jang
menurut penjelidikan
-pada zamaii Djepang mengandung kokas. Setelah diperiksa dengan teliti di Amerika pada Batelle Memorial Institute dengan karbonisasi temperatur tinggi arang tersebut dinjata-kan sebagai djelas tidak mengandung kokas (non coking).
(3).Suatu.ekspidisi telah melaksanakan tugasnja
dipulau
sum-bawa, jang dilaporkan mempunjai
kemungkinan adanja sumber-sumber kawah lapisan belerang, jang banjak. Hasil dari pada dokumentasi jang tersedia berdasarkan perpetaan terachirjang didjalankan oleh. Dr. Osberger, ternjata sebaiknja diadakan pengeboran lebih landjut dengan diamand drill. (5) Seorangahli Geologi dibawah Rentjana Colombo
telah ditempatkan didaerah Djokjakarta dengan tugas chusus untuk membuat taksiran mengenai persediaan mangan daerah tersebut. Ternjata tidak didapatkannja suatu djumlah jang berarti dari bidjih tersebut walaupun explotasi setjara ketjilketjilan masih dapat dipertanggung djawabkan.
(6) Penjelidikan pertama didaerah Tirtomojo-Kasihan Djawa-Tengah menguatkan pentingnja daerah ini sebagai daerah jang mempunjai kemungkinan adanja sumber-sumber logam pokok, seperti tembaga, timah hitam dan aeng, jang bertjam-pur dengan pyrit dalam persentase jang berlainan.
(9) Jang terachir adalah usaha untuk mengadakan penjelidikan tentang bidjih besi lateritis di Lampung, Sumatera Selatan, ini didjalankan oleh satu team jang lebih besar, terdiri dari ahli-ahli geologi dan insinjur-insinjur tambang dengan bantuan djuru-djuru ukur. Sedjumlah pertjobaan-pertjobaan telah
djalankan dan diambil tjorltoh-tjontohnja,ini
(10) Expedisi lengkap telah dikirim ke Kalimantan Tenggara untuk menjelidiki keadaan bidji besi dan batu bara didaerah tersebut.
Pekerdjaan ini merupakan bagian jang sangat penting dari persiapan projek besi dan badja. Tjara pembikinan kokas dan pembersihan bidji besi dari daerah ini sedang dilakukan di Djerman Barat.
(11) Harapan akan adanja mineral-mineral industri seperti misalnja gypsum pada waktu ini sudah mendesak sekali berhubung dengan selesainja pabrik semen Gresik. Bahan ini pula sangat panting dalam industri pupuk, untuk pembikinan asam belerang dan untuk industri pembangunan rumah-rumah. Pada waktu ini gypsum itu masih d impor. Telah dimulai penjelidikan pada tanah-tanah fang diketahui mengandung mineral tersebut di Djawa Timur dan Madura.
(12) Selandjutnja sedang dipersiapkan projek untuk mempergunakan air Kawah Idjen dengan saluran pipa kepantai Banjuwangi untuk pembikinan gypsum.
Pekerdjaan-pekerdjaan chusus Djumlah Rp.
Djadi. djumlah biaja fang disediakan untuk
program Rentjana
Lima Tahun Pertama bagi Sumber-sumber Mineral adalah sebanjak Rp. 757 djuta dan diantara djumlah biaja tersebut, devisen jang disediakan sebanjak Rp. 442,2 djuta.
Seperti diterangkan &lam bab Perindustrian untuk mendjaga kemungkinan perobahan harga dan projek fang ta' dapat dihindar-kan, untuk Perindustrian dan Sumber-sumber Mineral; disediakan biaja tjadangan sebesar Rp. 88,5 djuta, dengan djumlah devisen jang disediakan sebanjak Rp. 67,3 djuta.
Dalam pekerdjaan chusus termasuk penjelidikan setempat dan kontrak-kontrak istimewa. Seperti misalnja penjelidikan setempat akan kemungkinan didirikannja industri besi dan badja jang dilak-sanakan dibawah kontrak langsung dengan Biro Konsulasi Internasional (i.e. Wedexro) fang mempunjai keachlian chusus.
Rentjana djangka pandjang mengenai eksplorasi mineral jang dilaksanakan oleh Pemerintah harus djuga dibiajai dari dana-dana tersebut diatas.
Oleh karena Indonesia untuk sebahagian besar tergantung pada bantuan luar negeri dalam hal tenaga-tenaga ahli, jang sukar didapat menjebabkan kesulitan untuk menjusun sesuatu rentjana djangka pandjang. Karena itu urutan projek-projek dibawah ini untuk sementara dan menggambarkan urutan prioritet pelaksanaan, jang dirasakan perlu sebagai kelihatan pada waktu ini.
(1) Penjelidikan akan kemungkinan mendirikan industri besi dan badja, fang sudah dimulai pada tahun 1956, akan diteruskan untuk beberapa Diharapkan bahwa penjelenggaraan industri besi selandjutnja dapat diselenggarakan pada permulaan Rentjana Lima Tahun Kedua.
(2) Penjelidikan terhadap logam pokok di Sumatera Tengah harus diteruskan selama daerah itu
ke-mungkinan-kemungkinan untuk masa depan (timah hitam, tembaga dan sang).
(3) Tambang nikel lateritis didaerah Kolaka di Sulawesi
merupa-kan salah satu dari tambang-tambang jang memberikan
kemungkinan-kemungkinan dimasa depan.
Petundjuk-petun-djuk pada waktu ini menjatakan tersedianja sedikit-dikitnja
5.000.000 ton bidjih, rata-rata mengandung 2,5% nikel, dengan kemungkinan jang besar akan dapat diketemukan djumlah jang lebih besar bidjih bermutu lebih tinggi.
(4) Beberapa daerah tertentu dipegunungan Kalimantan memberikan kemungkinan-kemungkinan jang menarik untuk penjelidikan pertama. Beberapa laporan berasal dari berbagi-bagai sumber menjatakan bahwa beberapa chusus, sebelum ekspedisi-ekspedisi ditanah dapat dimulai. Perpetaan udara daerah-daerah
ini adalah
salah satu dart Iangkah4angkah jang penting jang harus dilaksanakan.
(5) Kekurangan akan gypsum dan fosfat menjebabkan kita harus mengimpor kedua bahan mentah tersebut. Diharapkan dapat dilaksanakannja penjelidikan sistematis untuk mendapatkan kedua mineral industri ini, didalam batas-batas tersedianja
tenaga tehnis. Walaupun pengharapan untuk mendapatkan persediaan fosfat jang komersiil di Djawa dan di pulau-pulau lainnja tidak begitu. dilaksanakan selekasnja setelah tersedianja staf tehnis serta peralatannja
E. K e b i d j a k s a n a a n N e g a r a m e n g e n a i sum-b e r m i n e r a l .
1, Peraturan-peraturan pertambangan.
Di Indonesia semua mineral dibawah tanah adalah kepunjaan Negara dengan tidak memandang siapa jang berhak atas tanahnja sedang untuk mineral itu diperlukan hak chusus. Hak ini diatur
oleh suatu peraturan pertambangan. Pemilik-pemilikjang sjah dari tanah-tanah tidak bisa mempergunakan atau mendjual kelain tangan mineral-mineral fang terdapat dibawah tanahnja. Pada waktu ini peraturan pertambangan Pemerintah Hindia Belanda masih berlaku.
Sudah terang bahwa peraturan jang lama tersebut
Pada waktu
ini praktis sudah tidak bisa berlaku (dipakai) lagi dan harus mendapatkan perubahan-perubahan jang mendalam dilihat dari sudut perubahan ekonomi jaitu dari sistim kolonial kearah sistim nasional.
Pasal-pasal tertentu seperti pengertian konsesi
jang berlaku
hingga 75 tahun dengan sewa tahunan 25 sen per hektare setahun, harus dihilangkan, konsesi-konsesi jang tidak didjalankan harus mendapat padjak lebih berat.
Hak dan kewadjiban dari pemilik-pemilik pertambangan harus ditentukan dengan djelas, seperti antara lain ketentuan-ketentuan mengenai kepada siapa dapat diberikan konsesi dan sebagainja.
Pada waktu ini sudah sangat dirasa keperluan akan adanja Undang-undang Pertambangan Indonesia, mengingat bahwa soal pertambangan di Indonesia meliputi hadjat hidup dari seluruh masjarakat Indonesia, sedangkan hal itu sampai kini masih diatur oleh Indische Mijnwet, jang tidak lagi
sesuai dengan keadaan
dewasa ini:
a. Pokok-pokok persoalan.
Sebagai pengganti dari Indische Mijnwet, maka
hal-hal jang
harus diatur dalam Undang-undang Pertambangan, tidak hanja selaras dengan tjita-tjita dasar dari
keadaan dan kedudukan
Negara Republik Indonesia semendjak penjerahan kedaulatan, akan tetapi djuga disesuaikan dengan perkembangan kepentingan nasional dalam pertambangan, jang setjara mendalam harus ditin-djau, baik dari sudut politis dan ekonomis, maupun dari sudut sosial dan strategis.
Pokok-pokok persoalan tersebut adalah mengenai : (1) hak-milik dart semua bahan galian jang
(2) pembagian bahan-bahan galian dalam beberapa golonganjang didasarkan atas sifat-sifatnja chusus dari bahan-bahan galian sendiri, dengan pernjataan, bahwa mengenai minjak-tanah, aspal, lilin-tanah dan semua bitumen sedjenis itu diatur dengan undang-undang tersendiri;
(3) sifat nasional (kebangsaan) dari perusahaan pertambangan serta pengutamaan kepada bangsa Indonesia;
(4) pemakaian tenaga buruh dalam perusahaan tambang itu jang sewadjarnja sudah didjalankan oleh bangsa Indonesia sendiri;
(5) adanja tjadangan nasional;
(6) basil Negara jang sebaik-baiknja sebagai pembagian penda-patan dari keuntungan perusahan pertambangan.
(7) Adanja djaminan tentang tertibnja didjalankan eksplotasi sehingga dibutuhkan adanja pengawasan diatasnja, serta menghindarkan spekulasi jang tidak-tidak;
(8) Adanja peraturan peralihan untuk mentjegahnja kekosongan (vacuum) dalam menghadapi pelaksanaannja dart Undangundang dalam Undang-undang Pertambangan, sehingga
dengan pernjataan ini Negara
dapat menguasai semua bahan-bahan galian dengan sepenuhpenuhnja djika dipandang perlu untuk kepentingan Negara serta kemakmuran rakjat, sesuai dengan jang tersebut dalam pasal 38 dari Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
Dengan pengertian baru jang disebut "continental shelf", maka daerah pertambangan diperluas,
hingga diluar batas-batas
per-airan territorial.
(2) Pembagian (gradasi) bahan-bahan galian dalam golongan sangat penting, penting dan kurang penting didasarkan atas sifatnja dari masing-masing bahan galian sendiri diperlengkapi menurut pendapat-pendapat baru mengenai hal ini, misalnja bahan-bahan galian fang radio-actief dan lain-lain bahan galian jang vitaal bagi pertahanan (strategis) dan pembangunan Negara.
dan semua djenis gas mudah terbakar, oleh karena sifatnja bahan galian ini sangat chusus dan memberikan hadjad kepada masjarakat ramai serta dalam tjara mengusahakan pertambangannja terdjalin pula aspek-aspek internasional,
Undang-undang Pertambangan dianggap sebagai
Undang-undang pokok. Dalam pembuatan Undang-Undang-undang Minjak dasardasar termaksud dalam Undang-undang Pertambangan diperhati.
kan dengan kemungkinan menambah atau
menjimpang, berhubang dengan hal-hal jang chusus mengenai minjak-tanah.
Manakala ada bahan-bahan galian jang dianggap perlu
diusaha-kan oleh Pemerintah sendiri, maka hat itu ditetapkan dengan Undang-undang. terikat oleh per-aturan-peraturan jang lazim dipakai untuk instansi-instansi Pemerintah;
b. diusahakan setjara bersama oleh Pemerintah dengan pihak partikelir:
untuk mendirikan perusahaan tjampuran Pemerintah mengadakan perdjandjian dengan pihak partikelir, baik asing maupun dasarnja kepada pengusaha nasional diberikan pengutamaan; perusahaan pertambangan partikelir pada
azasnja diinginkan pemakaian
segala lapangan pekerdjaan baik ditingkatan pimpinan maupun dilapisan bawah.
Mengingat kenjataan bahwa masih terdapatnja
kekurangan
te-naga warga-negara Indonesia jang berpengalaman dan ahli dalam pekerdjaan pertambangan, maka undang-undang ini memberikan kelonggaran untuk memperbolehkan tenaga bukan warga-negara Indonesia bekerdja dalam perusahaan
pertambangan dengan
sjarat-sjarat limitatief mengenai djumlahnja dan waktu bekerdjanja,
sedangkan pendidikan kearah keahlian dari tenaga buruh Indo-nesia mendjadi kewadjiban dari perusahaan-perusahaan itu.
(5) Untuk kepentingan tjadangan nasional Pemerintah dapat menutup beberapa daerah guna
usaha pertambangan pada
umum-nja atau chusus guna bahan galian tertentu.
Maksud daripada tindakan ini ialah supaja djangan sampai semua daerah dalam wilajah Indonesia habis diusahakan untuk pertambangan.
2. Kebidjaksanaan Pemerintah mengenai Perusahaan Minjak.
(1) Kemungkinan besar sekali, bahwa dalam beberapa waktu jang akan datang, Indonesia akan tetap merupakan suatu negara dimana ada lapangan kerdja untuk pangusaha-pengusaha partikulir (nasional maupun Asing). Memang dalam keadaan pembangunan dan dalam rangka menambah produksi untuk mempertinggi taraf penghidupan rakjat sebaiknja biaja jang terbatas fang dapat disediakan untuk investasi dipergunakan terutama untuk penjelenggaraan alat-alat produksi baru.
(2) Oleh karena itu rentjana Pemerintah dan kebidjaksanaannja harus didasarkan pada kemungkinan ini dan setjara konse-kwen, harus bertudjuan untuk mentjiptakan suasana jang baik terhadap perusahaan-perusahaan partikulir, dalam negeri maupun hear negeri, oleh karena biaja jang dapat disediakan oleh Pemerintah djauh dibawah jang sesungguhnja dibutuhkan untuk menambah pendapatan nasional. peralatan-perajatan pokok untuk menambah kelantjaran pembangunan industri seperti apa jang direntjanakan bagi. umum. Tentu sadja
untung rugi setiap
ketentuan-ketentuan dan, kebidjaksana-an sebagai ditetapkkebidjaksana-an dalam undkebidjaksana-ang-undkebidjaksana-ang Penanaman Modal Asing.
(4) Kebidjaksanaan umum mengenai investasi modal asing di Indonesia telah dimuat dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing,
(5) Pemerintah menjadari pentingnja peranan perusahaan-perusahaan minjak dalam lapangan ekonomi negara kita. Selain pentingnja pendapatan langsung untuk Pemerintah (devisen, padjak perusahaan bea dan tjukai), terdapat pula keuntungan jang tidak langsung. (6) Pemerintah memperhatikan dengan seksama
situasi sumbersumber minjak dan industri minjak dunia pada umumnja. Pada waktu ini kita belum mempunjai tjukup modal-modal maupun tenaga-tenaga ahli untuk melaksanakan operasi-ope-rasi serta perluasan-perluasan industri tersebut. Konsumsi minjak tanah dan hash-hash lain didalam negeri terus menerus meningkat dan ditaksir bertambah 10% tiap tahun. Penam-bahan produksi adalah merupakan satu-satunja djalan memenuhi kebutuhan itu. Hal ini tidak hanja akan menutupi kebutuhan permintaan pasar dalam negeri, tetapi djuga akan mengurangi impor minjak mentah dan minjak-minjak lainnja jang harus dibajar dengan devisen.
(7) Sebagai tindakan sementara Pemerintah sewadjarnja memberikan hak-hak eksplotasi tambahan dan eksplotasi kepada perusahaan posisi jang paling lemah, sebagai pula ternjata dari per, kiraan persediaan dan luasnja (lihat halaman 4) antara ketiga perusahaan asing jang pekerdja di Indonesia. Demikian halnja dengan perusahaan tjampuran N.I.A.M.
Indonesia dalam proses produksi dan pula pimpinan dan tanggung djawab dalam lapangan perusahaan minjak. Dalam hal ini harus ditindjau
lebih mendalam susunan perusahaan tjampuran N.I.A.M. jang bersifat 50 50% akan tetapi pimpinan seluruhnja dilakukan oleh B.P.M.