BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian
Penelitian ini adalah analitik observasional dengan metode pengumpulan data secara case control.
3.2. Pemilihan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan poli mata divisi Pediatrik Oftalmologi di RSUP H. Adam Malik Medan dalam kurun waktu 1 Juli 2016 sampai dengan 21 Desember 2016.
3.3. Populasi Penelitian
3.4. Besar Sampel
Sampel penelitian ditentukan sesuai rumus untuk penelitian ini
(
)
Z = deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
)
P − = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,30
Maka sampel minimal untuk masing-masing kelompok perlakuan sebanyak 40 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
Kriteria Eksklusi :
• Anak penderita miopia dengan riwayat glaukoma. • Anak penderita miopia dengan kekeruhan lensa.
• Anak penderita miopia dengan kelainan segmen posterior. • Anak penderita miopia dengan kelainan segmen anterior mata.
• Anak penderita miopia dan emetropia dengan riwayat hipertensi okuli.
• Anak penderita miopia dan emetropia yang tidak kooperatif saat dilakukan pemeriksaan.
• Anak penderita miopia dan emetropia dengan sudut bilik mata depan sempit yang di evaluasi sudut bilik mata dengan dengan tehnik pemeriksaan van herick.
3.6. Identifikasi Variabel
o Variabel terikat adalah miopia dan emetropia
o Variabel bebas adalah
• Tajam Penglihatan (visus) • Tekanan intraokular
• Axial length
3.7. Alat dan Bahan
o Pulpen o Kertas folio o Senter o Slit lamp o Snellen chart
o Direct ophthalmoscopy /Funduscopy o Tropicamide 1% tetes mata
o Tonometer non kontak
o Biometri ( A Scan Ultrasound)
o Pantocain 0.5% (tetracain) tetes mata o Floxa (ofloxacin) tetes mata
3.8 Cara Kerja
o Dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan pada anak (subjek
penelitian) kemudian dilakukan pengelompokan , yaitu kelompok anak miopia dan kelompok anak emetropia (kelompok kontrol).
o Pemeriksaan segmen anterior dan sudut bilik mata depan ( metode
Van Herick) menggunakan slitlamp pada anak miopia dan anak emetropia.
o Pengukuran tekanan intraokular menggunakan tonometer non kontak
pada anak miopia dan anak emetropia sebelum pemberian sikloplegik.
o Pengukuran axial length dan anterior chamber depth dengan
menggunakan biometri (sebelumnya diberi pantocain 0,5%) pada anak miopia dan anak emetropia sebelum pemberian sikloplegik. Setelah pengukuran diberi antibiotik tetes mata (ofloxacin)
o Pemberian sikloplegik (Tropikamid 1%) pada anak miopia dan anak
emetropia.
o Pengukuran tekanan intraokular menggunakan tonometer non kontak
45 menit setelah pemberian sikloplegik.
o Pengukuran axial length dan anterior chamber depth menggunakan
menggunakan biometri (sebelumnya diberi pantocain 0,5%) setelah 45 menit pemberian sikloplegik. Setelah pengukuran diberi antibiotik tetes mata (ofloxacin).
3.9. Analisa Data
3.10. Pertimbangan Etika
Usulan penelitian ini terlebih terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian Ilmu Kesehatan Mata FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan kemudian akan diajukan ke Komite Etika Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran USU.
3.11. Personal Penelitian
Peneliti : dr. Deza Yumardika
3.12. Biaya Penelitian
Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti.
3.13. Ethical Clearance dan Informed Consent
Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai 1 Juli 2016 sampai dengan 21 Desember 2016 di SMF Mata sub divisi Pediatrik Oftalmologi RSUP Haji Adam Malik Medan. Didapatkan 83 orang subjek, 43 orang adalah anak penderita miopia dan 40 anak emetropia yang telah memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Dari data-data subjek penelitian didapatkan gambaran karakteristik subjek penelitian sebagai berikut:
4.1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 4.1. Distribusi karakteristik subjek penelitian Karakteristik N %
Jenis kelamin
Laki-laki 36 43,4
Perempuan 47 56,6
Status Refraksi
Miopia 43 51,8
Emmetropia 40 48,2
Kelompok umur
12–13 tahun 6 7,2 14-15 tahun 76 91,6 16-17 tahun 1 1,2
18 tahun - -
Jumlah 83 100
4.2. Derajat Miopia Mata Kanan dan Mata Kiri
Tabel 4.2. Derajat miopia mata kanan dan mata kiri
Pada tabel 4.2. derajat miopia yang terbanyak adalah miopia ringan pada mata kanan dan kiri yaitu masing-masing sebanyak 93,02%.
Derajat Miopia
Ocular Dextra (OD) OS (Ocular Sinistra)
N % N %
Miopia ringan 40 93,02 40 93,02
Miopia sedang 3 6,98 3 6,98
Miopia tinggi - - - -
4.3. Distribusi Spherical Equivalent Miopia Subjek Penelitian
Tabe l 4.3. Distribusi spherical equivalent miopia subjek penelitian
Spherical equivalent
OD OS
N % N %
-0,25 s/d -1,00 19 44,19 21 48,84
-1,25 s/d -2,00 18 41,87 16 37,22
-2,25 s/d -3,00 3 6,97 3 6,97
-3,25 s/d-4,00 3 6,97 3 6,97
Total 43 100 43 100
4.4. Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kanan Miopia dan Emetropia Sebelum Sikloplegik
Tabel 4.4. Karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan miopia dan emetropia sebelum pemberian sikloplegik.
Status refraksi
Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent
4.5. Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kiri Miopia dan Emetropia Sebelum Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.5. Karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kiri miopia dan emetropia sebelum pemberian sikloplegik
Miopia Emetropia
N x± SD N x± SD p.
Tajam
penglihatan a 43 0,47 ± 0,25 40 0,00 ± 0,00 0,0001* Spherical
equivalent a 43 -1,37 ± 0,85 40 0,00 ± 0,00 0,0001*
Tekanan
intraokularb 43 16,37 ± 1,80 40 14,88 ± 2,21 0,0009*
Axial lengthb 43 23,13 ± 0,61 40 22,64 ± 0,45 0,0001*
Anterior
chamber depthb
43 3,07 ± 0,26 40 3,07 ± 0,28 0,904
Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent
4.6. Perbedaan Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kanan dan Mata Kiri Pada Miopia dan Emetropia Sebelum Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.6.1. Perbedaan tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan dan mata kiri pada miopia sebelum pemberian sikloplegik
Miopia
Anterior chamber depth b
43 -1,41 ± 0,82
Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent
Tabel 4.6.2. Perbedaan tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan dan mata kiri pada emetropia sebelum pemberian sikloplegik
Emetropia
OD Os
.
p
N x± SD x± SD
Tajam Penglihatan a 40 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 1,000 Spherical equivalent a 40 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 1,000 Tekanan intraokularb 40 15,30 ± 2,15 14,88 ± 2,21 0,395
Axial lengthb 40 22,62 ± 0,46 22,64 ± 0,45 0,864 Anterior chamber depthb 40 3,07 ± 0,28 3,07 ± 0,28 0,920
Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent
4.7. Perubahan Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kanan Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.7.1. Perubahan karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan miopia setelah pemberian sikloplegik
Miopia
Keterangan: *= signifikan bermakna, c = uji Wilcoxon, d = Uji T berpasangan
Tabel 4.7.2. Perubahan karakteristik tajam penglihatan dan nilai Biometrik mata kanan emetropia setelah pemberian sikloplegik
Emetropia
Keterangan: *= signifikan bermakna, c = uji Wilcoxon, d = Uji T berpasangan
4.8. Perubahan Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kiri Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.8.1. Perubahan karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kiri miopia setelah pemberian sikloplegik
Miopia
Keterangan: *= signifikan bermakna, c = uji Wilcoxon, d = Uji T berpasangan
Tabel 4.8.2. Perubahan karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kiri emetropia setelah pemberian sikloplegik
Emetropia
Sebelum Sesudah
.
p
N x± SD x± SD
Tajam penglihatanc 40 1,00 ± 0,00 0,92 ± 0,09 0,0001* Tajam penglihatanc 40 0,00 ± 0,00 0,05 ± 0,05 0,0001*
Spherical equivalent d 40 0,00 ± 0,00 0,11 ± 0,13 0,0001* Tekanan intraokulard 40 14,88 ± 2,21 16,32 ± 2,52 0,0001*
Axial lengthd 40 22,64 ± 0,45 22,69 ± 0,40 0,070 Anterior chamber
depthd
40 3,07 ± 0,28 3,25 ± 0,29 0,0001*
Keterangan: *= signifikan bermakna, c = uji Wilcoxon, d = Uji T berpasangan
4.9. Perbedaan Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kanan Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.9. Karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan miopia dan emetropia (kelompok kontrol) setelah sikloplegik
Status refraksi
Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent
4.10. Karakteristik Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kiri Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.10. Karakteristik tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kiri miopia dan emetropia setelah sikloplegik
Spherical equivalent a Tekanan intraokularb
Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent
4.11. Perbedaan Tajam Penglihatan dan Nilai Biometrik Mata Kanan dan Mata Kiri Pada Miopia dan Emetropia Setelah Pemberian Sikloplegik
Tabel 4.11.1. Perbedaan tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan dan mata kiri pada miopia setelah sikloplegik
Miopia OD Os
Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent
Tabel 4.11.2. Perbedaan tajam penglihatan dan nilai biometrik mata kanan dan mata kiri pada emetropia (kelompok kontrol) setelah sikloplegik
Emetropia OD Os
.
p
N x± SD x± SD
Tajam penglihatana 40 0,05 ± 0,05 0,04 ± 0,05 1,000 Spherical equivalenta 40 0,11 ± 0,13 0,11 ± 0,13 1,000
Tekanan intraokular b 40 16,51 ± 2,31 16,32 ± 2,52 0,716
Axial lengthb 40 22,65 ± 0,46 22,69 ± 0,39 0,684 Anterior chamberdepthb 40 3,26 ± 0,29 3,25 ± 0,29 0,923
Keterangan : * Signifikan bermakna, a = uji mann whitney, b = uji t independent
4.12. Hubungan Perubahan Tekanan Intraokular, Axial Length dan Anterior Chamber Depth Pada Kelompok Miopia
Tabel 4.12. Hubungan perubahan tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth pada kelompok miopia
Hubungan variabel biometrik Kelompok miopia
N r p.
TIO-ALe 86 0,121 0,268
TIO-ACDe 86 -0,099 0,363
AL-ACDe 86 0,201 0,063
Keterangan : * Signifikan bermakna, e = uji spearman, TIO= Tekanan intraokular, Al= Axial Length, ACD= Anterior chamber depth
4.13. Hubungan Perubahan Tekanan Intraokuli, Axial length dan Anterior Chamber Depth Pada Kelompok Emetropia
Tabel 4.13. Hubungan perubahan Tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth pada kelompok emetropia
Hubungan variabel biometrik
Kelompok emetropia N r p.
TIO-ALe 80 -0,148 0,192
TIO-ACDe 80 0,015 0,308
AL-ACDf 80 0,207 0,066
Keterangan : * Signifikan bermakna, e = uji spearman, f= uji pearson, TIO= Tekanan intraokular, Al= Axial Length, ACD= Anterior chamber depth
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini memiliki subjek sebanyak 83 orang yang terdiri dari penderita miopia dan emetropia sebagai kelompok kontrol, dimana subjek terbanyak adalah penderita miopia sebanyak 43 orang ( 51,8%). Subjek jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 47 orang ( 56,6%). Dan kelompok umur terbanyak adalah 13-14 tahun yaitu sebanyak 76 orang (91,6%).
Pada tabel 4.6.1. didapatkan hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent, tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki p.>0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan dan mata kiri penderita miopia sebelum diberi sikloplegik. Pada tabel 4.6.2 didapatkan hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent, tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki p.>0,05 juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan dan mata kiri pada kelompok emetropia sebelum diberi sikloplegik. Hal ini sesuai dengan penelitian A.J Lee dkk yang menyebutkan tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki hasil yang sama antara mata kanan dan mata kiri pada miopia. (Lee, A.J. et al. 2004)
pemberian sikloplegik pada miopia. Menurut ying yuan pada tahun 2015 terjadi penurunan spherical equivalent berkaitan dengan berkurangnya power lensa, kurvatura permukaan lensa, posisi lensa dan ketebalan lensa. (Tsai I.L., 2012; Yuan,2015)
Pada penelitian ini didapatkan peningkatan dari anterior chamber depth setelah pemberian sikloplegik sesuai dengan penelitian Ying Yuan dkk yang menyebutkan setelah pemberian sikloplegik terdapat peningkatan anterior chamber depth karena berkurangnya ketebalan lensa dan lensa tertarik ke belakang akibat dari lumpuhnya otot siliaris. Pada penelitian ini Axial length tidak mengalami perubahan setelah pemberian sikloplegik pada kelompok miopia maupun kelompok emetropia. Hal ini sejalan dengan penelitian Tsai dkk yang menyebutkan tidak adanya perubahan bermakna dari axial length setelah pemberian sikloplegik (tropikamid 1%) pada anak miopia dan anak emetropia.(Tsai I.L.,2012; Yuan Y.,2015)
tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan dan mata kiri penderita miopia setelah diberi sikloplegik. Pada tabel 4.11.2. pada kelompok emetropia juga mendapatkan hasil uji tajam penglihatan, spherical equivalent, tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth memiliki p.>0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara mata kanan dan mata kiri setelah diberi sikloplegik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna dari tekanan intraokular, axial length antara anak miopia dengan anak emetropia. Tidak ada perbedaan bermakna dari anterior chamber depth antara anak miopia dengan anak emetropia (kelompok kontrol).
2. Tidak ada perbedaan bermakna dari tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth antara mata kanan dan kiri anak miopia.
3. Tidak ada perbedaan bermakna dari tekanan intraokular, axial length dan anterior chamber depth antara mata kanan dan kiri anak emetropia (kelompok kontrol).
4. Terdapat Perubahan bermakna dari tekanan intraokular dan anterior chamber depth setelah pemberian sikloplegik pada anak miopia. Tidak ada perubahan bermakna dari axial length setelah pemberian siklpolegik pada anak miopia dan anak emetropia (kelompok kontrol).
5. Terdapat Perubahan bermakna dari tekanan intraokular dan anterior chamber depth setelah pemberian sikloplegik pada anak emetropia (kelompok Kontrol). 6. Perubahan tekanan intraokular setelah pemberian sikloplegik pada anak
miopia lebih tinggi dibandingkan anak emetropia.
8. Perubahan anterior chamber depth tidak berhubungan bermakna terhadap perubahan tekanan intraokular setelah pemberian sikloplegik pada anak miopia dan anak emetropia (kelompok kontrol).
9. Perubahan axial length tidak berhubungan bermakna terhadap perubahan anterior chamber depth setelah pemberian sikloplegik pada anak miopia dan anak emetropia (kelompok kontrol).
10. Adanya perubahan Spherical equivalent menjadi lebih rendah setelah pemberian sikloplegik pada anak miopia.
6.2 Saran
1. Rata-rata tekanan intraokular anak miopia yang lebih tinggi dari anak emetropia, sehingga sebaiknya dilakukan pengukuran tekanan intraokular secara berkala oleh karena miopia memiliki faktor resiko menjadi penderita glaukoma.
2. Perlu dilakukan kerja sama lintas departemen, khususnya Departemen ilmu Kesehatan anak untuk melakukan pemantauan tekanan bola mata pada anak-anak yang memiliki kelainan refraksi.