BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Dengan ditetapkan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak daeah dapat merupakan
pemasukan modal terbesar bagi penyelenggara pemerintahan daerah.Kewenangan
pemerintah daerah cukup pada pelayanan masyarakat dan pelaksanaan kebijaksanaan
yang hanya dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah.1Wewenang yang diberikan pemerintah pusat kapada daerah terkait dengan
fungsi pertanahan mencakup pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penataan Ruang.2Dengan memperhatikan Pasal 108 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 yaitu perubahan Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 Tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan berlaku satu tahun sejak Undang-Undang ini maka
dengan demikian tahun 2010 merupakan tahun terakhir bagi pemerintah pusat
menegelola BPHTB.
Sebagaimana Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan. Menurut
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang
1Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan(Jakarta, Raja Grafindo ,2008),hlm., 59
Undang Nomor 21 Tahun 1997 yang dimaksud dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan adalah “pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah atau
bangunan. “3. Subjek pajak yang memperoleh Objek pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan sebagaimana yang tertulis dalam tertulis dalam Pasal 2
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21
Tahun 1997 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang dapat mengakibatkan
diperolehnya Bea Perlehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pemindahan hak dan
pemberian hak baru sehingga dapat dimintakan BPHTB. Perolehan Objek pajak Bea
Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan karena pemindahan hak adalah “perbuatan
atau peristiwa tertentu haknya berpindah kepada subjek hukum A ke subjek hukum
B.”4. Pemindahan hak yang dapat mengakibat di perolehnya objek pajak bumi dan
bangunan terjadi karena sebagai berikut:
1. jual beli 2. tukar menukar, 3. menghibahkan 4. hibah wasiat 5. waris
6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya 7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
8. penunjukan pembeli dalam lelang
9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap 10. penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah.5
320 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan
4http://pajaktaxes.blogspot.co.id/2012/01/subjek-dan-objek-bphtb.html diakses pada tanggal 31
Januari 2013, pada jam 08.00
5
Besarnya tarif yang ditentukan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 tahun
2000 Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea
Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan 5 % dikalikan Nilai Jual
Objek Pajak Bumi dan Bangunan setelah dikurangkan Nilai Jual Objek Tidak Kena
Pajak . Dan apabila Nilai Perolehan Objek Pajak lebih besar dari pada harga Nilai Jual
Objek Pajak maka yang digunakan Nilai Perolehan Objek Pajak .
Dalam proses pembayaran, Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
?yang ditentukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun2000 Tentang Perubahan atas
Undang-UndangNomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Objek Pajak Bumi
dan Bangunan yang diperintahkan untuk melakukan pembayaran adalah wajib pajak
yang memperoleh Bea Perolehan Objek Pajak itu sendiri sebagaimana yang ditentukan
dalam Pasal Pasal 10 ayat (1) sebagai berikut: “Wajib Pajak membayar pajak yang
terutang dengan tidak mendasarkan surat ketetapan pajak. “6Sebagaimana dalam
Penjelasan Pasal 10 ayat (1) sebagai berikut: Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan adalah self assessment dimana wajib pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan
menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Objek Pajak Bumi danBangunan dan
melaporkannya tanpa mendasasarkan diterbitkannya surat ketetapan pajak .
Dalam proses pengalihan hak pihak yang ikut serta dalam proses pengalihan
hak tersebut melibatkan Notaris /PPAT, Badan Pertanahan Negara, dan pihak yang
6Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang –
mengalihkan serta merima pengalihan hak. Sebagaimana Notaris dalam melaksanakan
kewajibannya sehari-hari ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Notaris adalah “pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.”7Fungsi akta
PPAT yang dibuat adalah sebagai bukti bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum
yang bersangkutan, sekaligus membuktikan berpindahnya hak tersebut terbatas pada
para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan. Pasal 37 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang pemindahan hak hanya dapat
didaftarkan jika di buktikan dengan akta PPAT.8
Sesuai dengan perintah Undang-Undang dalam proses alih hak ke Badan
Pertanahan Negara , maka bukti pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan perlu dilampirkan. Dalam praktek biasanya notaris sering membantu
kliennya dalam membayarkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan dan
administrasi lainnya. Berikut ini wawanara yang dilakukan terhadap Notaris terkait
dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tersebut:
Wawancara dengan Notaris Aida Saftriani :
- Dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
klien ada juga yang menitipkan pembayaran Bea Prolehan Hak atas Tanah
7Pasal 1 Undang-Undang Nomor2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris
8 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
dan Bangunan dan ada juga yang melakukan pembayaran Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan.9
- Dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
kebanyakan dari klien sering menitipkan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan bangunannya kepada Notaris untuk mempercepat proses kelancara
pembuatan akta.10
Hal inilah yang melatar belakangi penelitian ini untuk menelaah lebih lanjut
masalah Tanggung Jawab dan Kewenangan Notaris /PPAT Dalam Membantu Pihak
Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan melalui putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid /2013
Ringkasan kasus dari perkara tersebut diatas adalah sebagai berikut:
Terlihat bahwa Terdakwa Johannes limiardi Soenarjo sebagai PPAT;pada
tanggal 13 February 2007 sebagai orang melakukan peristiwa pidana melakukan suatu
perbuatan yaitu membuat surat palsu atau memalsukan surat yang menerbitkan suatu
pembebasan utang atau yang boleh dipergunakannya sebagai keterangan bagi suatu
keterangan bagi suatu perbuatan dengan maksud dengan menyuruh orang lain
menngunakan surat-surat itu seolah surat itu asli, maka kalau mempergunakan dapat
mendatangkan suatu kerugian. Hal ini bermula dari terdakwa untuk mengurus surrat
keterangan Nilai Jual Objek Pajak dan Cendekia Candra Negara menstranfer
RP180.000.000 atas nama Johannes Limiardi Soenarjo bahwa selanjutnya menyruh
9Wawancara dengan Notaris Aida Saftriani pada Tanggal 2September 2016 jam 12.00 WIB 10
orang lain (Irfan Sari) untuk mengurusnya, dan setelah itu terdakwa tidak melakukan
penegecekan kepada penerbit surat pajak tersebut.(Irfan Sari). Setelah Cendekia
Candra Negara melakukan pengecekan ke Kantor Pajak Bumi dan Bangunan Sidoarjo
ternyata surat keterangan Nilai Jual Objek Pajak dan Bangunan adalah tidak benar dan
bukan produk kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan. Akibat perbuatan terdakwa,
Cendekia Candra Negara menderita kerugian. Membebaskan bahwa Johannes limiardi
soenarjo oleh karena itu dari seluruh didakwa penuntut umum.
Bertolak uraian diatas penulis ingin melakukan kajian lebih mendalam atas
masalah tersebut dalam penelitian tesis ini yang berjudul Pemalsuan Surat
Keterangan Nilai Jual Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan Dalam Pelayanan Notaris PPAT dalam membantu pihak terkait atas
Kelengkapan Administrasi dan Pelayanan Bea perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (Studi Kasus: Putusan MA Nomor :46PK/Pid/2013)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
a. Apakah sebenarnya Notaris/PPAT dapat membantu kliennya dalam
membayarkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terkait dengan
adanya putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid/2013 ?
b. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Gugatan
c. Bagaimana akibat hukum hakim terkait dengan membantu klien dari putusan
Mahkamah Agung Nomor 46 PK.Pid/2013
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang tersebut diatas maka tujuan dicapai dalam
penelitian adalah
1. Untuk mengetahui apakah notaris/PPAT dapat membantu membayar BPHTB
klien
2. Untuk mencari dasar pertimbangan-pertimbangan hakim dan menganalisis
dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara
3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan bagi para pihak yang bersengketa
dari putusan hakim
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis aupun
praktis sebagai berikut;
1. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam penelitian ini
b. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum dan
menambah pengetauan penelitian yang berkaitan dengan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunaan
a. Diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang
sedang diteliti
b. Diharapkan dapat meambah referensi/literature sebagai bahan acuan bagi
penelitian yang akan datang apabia melakukan penelitian dibidang yang
sama akan diteliti
E. Keaslian Penelitian
Analisa kasus yuridis dalam pertanggungjawaban PPAT dalam menitipkan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (studi kasus nomor: 46PK//Pid/2013)
belum ada yang membuat sebelumnya, sehingga keaslian penitpan dan kebenarannya
apat dipertahankan.
Berdasarkan penelusuran keprutusan sementara di lingkngan Universitas
Sumatera Utaa khususnya dilingkum=ngan Pascasarrjana Universitas sumatera Utara
menunjukkan bahwa belum ada yang membahas terkait dengan masalah Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
1. Karmila
Dengan judu tesis
Peran PPAT dalam Pembuatan akta operasi menurut KepMen No.
98/KEP/M.KIKM/IX/2004
a. Bagaimana eksistensi Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Menemgah Rpublik Indoesia No. 98.KEP/M.KUKM/IX/200 dala membua
b. Bagaimana sistem pertanggungjawaban pengurus koperasi dalam sistem
badan usaha Indoensia?
c. Apakah keputusan Menteri Agraria dan usaha dan menengah No.
98/KEP/M.KUM/IX/2004 tidak bertentanagn dengan tugas-tugas notaries
dalam membuat akta berdasarkan undnag-undang jabatan PPAT?
2. Nama : Sardi Burian
Dengan judul tesis
Peran PPAT di masa mendatang sebagai pejabat lelang Negara dalam kaitannya
dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara
a. Bagaimanakah peran notaries dimasa mendatang sebagai pejabat lelang
dalam kaitannya dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara?
b. Hambatan apa sajakah yang ditemui terhadap pelaksanaan pengangkatan
notaris sebagai pejabat lelang dalam kaitannya dengan sistem pengurusan
piutang dan lelang Negara
c. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengenai hambatan terhadap
pelaksanaan pengangkatan notaris sebagai pejabat lelang dalam kaitannya
dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara
3. Belinda
Dengan judul tesis
a. Bagaimana ketentuan hukum pelaksanaan kepailitan kreditur terhadap
b. Bagaimana kedudukan kreditur pemegang hak tanggungan dalam
kepailitan?
c. Bagaimana akibat hukum kepaiilitan debitur terhadap kreditur pemegang
hak tanggungan dalam eksekusi hak tanggungan
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Menurut Hans Wehr kata hukum berasal dari bahasa Arab asal katanyaHumati
kata jamaknya Ahkam menurut Vinogradoff hukum adalah seterangkat aturan yang
diadakan dan dilakasanakan oleh suatu masyarakat untuk menghormati kebujakan dan
kekuasaan.11Teori diartikan sebagai keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan
maka teori hukum dapat ditentukan lebih jauh sebagai suatu keseluruhan pernyataan
yang salaing berkaitan dengan hukum.Hukum sendiri merupakan sistem konseptual
kaidah kaidah hukum dan keputusan keputusan hukum Jadi definisi teori hukum adalah
keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dengan konseptual kaidahhukum dan
keputusanhukum12 Teori yang digunakan dalam tesis ini adalah teori kepastian
Hukum.Penganut Teori kepastian Hukum yang terpenting adalah John Austin. Initi
ajaran John Austin adalah
a. Hukum adalah perintah baik yang berdaulat atau dalam bahasa latinnya law…
was the commad of sovereign: Bagi Austin No Law No soverreign, and no
sovereign no law
11Abdul Manan, Aspek- Aspek Pengubah Gukum,(Jakarta: Kecana, 2015),hlm 25
12Anom Surya Putra, Teori Hukum Struktur dan Riset Teks, ( Jakarta, Citra Adi8tya Bakti,
b. Ilmu hukum selalu berakaitan dengan hukum positif atau denganketentuan lain
yang secara tergas dapat disebut demikian yaitu dengan diterima tanpa
memperhatikan kabaikan ataukeburukannya
c. Konsep tentang kedaulatannegagara mewarnai hampir keseluruhan dari ajaran
Austin hal mana yang diitisarkan adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan yangdigunakan dalam ilmu hukum menunjuk pada suatu atribut
negara yang bersifat internal atau eksternal
2. Sifat eksternal dari kedaulatan negara tercermin pada hukum sedangkan
sifat internal kedudukan Negara tercermin pada hukum positif
3. Pelaksanaan kedaulatan membutuhkan ketatatan. Ketaatan terhadap
kedauatan Negara ituberbeda-beda sesuai sdengan subyeknya
Ada perbedaan antara ketaatan terhadap kedauatan Negara dengan ancaman
penodong.13
Negara sebagai yang mempunyai kekuasaan dalam membuat sebuah undang
berarti suatu Negara mempunyai kekuasaan atau kedaulatan. .Austindengan
memperjelas konsep baik tentang kedaulatan14
Wajib Pajak sesuai dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000
Tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan menyatakan “Wajib Pajak wajib membayar pajak yang
13Teguh Prasetyo, Abdul Halim BarkatulahIlmu Hukum &FilsafatHukum Studi Pemikiran Ahli
Huum sepanjang Zanan,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007), hlm.,90
14 W. Friedmann, Teori Filsafat Hukum Hukum &Maslaah masalah Kontemporee, Jakarta,
terutang dengan tidak mendasarkan adanya surt ketetapan pajak maka pemungutan
pajak di Indonesia agar tidak menimbulkan perlawanan harus memenui sebagai berikut
:
1. Pemungutan pajak harus adil
Sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan, undag-undang dan
pelaksanaan undang-undang pemungutan pajak harus adil.Adil dalam
perundang-undangan adalah diantaranya mengenakan pajak secara umum dan
merata. Sedangkan adil menurut pelaksanaanya dengan memberikan hak bagi
wajib untuk mengajukan keberatan
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang
Di Indonesia pajak diatur dalam Pasal 23 ayat 2Undang-Undang Dasar 1945
3. Tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan tidak boleh mengganggi kegiatan produksi maupun perdagangan
sehingga tidak menimbulkan kelesuan perkenomian masyarakat
4. Pemungutan pajak harus efisin
Sesuai dengan Budgeter, bahwa pemunguan pajak biaya pemungutan pajak
dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya
5. Sistem Pemungutan Pajak harus sederhana
Sistem pemungutan sedehana akan memudahkan dan mendorong masyarakat
dalam memenuhi kewajibannya
Kepastian hukum hanya diberikan oleh suatu peraturan yang mengatur
seharusnya dilakukan,dalam arti memerintahkan perilaku itu, maka perilaku aktualnya
boleh jadi sesuai atau tidak sesuai dengan norma teseebut. 15Peraturan yang kita
temukan tersebut merupakan hukum yang dapat kita temukan dalam undang-undang .
“Norma yang merupakan ilmu hukum mesti menjawab pertanyaan sesuai –tindaknya
sutau perilaku konret dengan hukum jawabannya sesuai tidaknya suatu perilaku
konkret hukum dengan hukum, jawabannya hanya bisa berupa bahwa penegasan
perilaku ini, yang dalam tatanan hukum dijelaskan oleh ilmu hukum, diperintahdkan
atau dilarang, diweanangkan atau tidak diwenangkan, diizinkan atau tidak diizinkan
terlepas dari apakah perilaku ini dinilai oleh orang yang membuat penegasan itu
sebagai perilaku buruk atau tidak.”16
“Hukum yang bisa menentukan baik atau tidak suatu perbuatan adalah teori
hukum positif (hukum yang sedang berlaku. Teori Hukum positif adalah hukum adalah
apa yang diperintahkan oleh Negara dan karena memang Negara mempunyai
kekuasaan untuk itu,.”17Negara yang bisa menetapkan hukum yang berlaku bagi warga
Negara nya. Oleh karena itu banyak Negara penganut negara hukum. “Rule of law
bahwa kekuasaan dapat dibatasi secara efektif oleh peraturan perundang-undangan
entah peraturan itu bertindak sebagai batasan-batasan terhadap administrasi atau
sebagai hakikat pilihan dalam adjudikasi.:18
15Hans Kelsen,Teori Hukum Murni Dasar dasar ilmu hukum Normarif, Bandung:NusaMedia,
2008, hlm.,20
16Ibid., hlm.,91
17Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum Daalam Persepektif Ilmu Hukum
Positif,(Jakarta:Dkjambatan, 2001), hlm 80
18Roberto M. Urger,Teori Hukum Murni Kritis PosisiHukum dalam Masyarakat MODERN,
“Notaris merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus yang
menuntut pengetahuan luas serta tanggungjawab yang berat untuk melayani
kepentingan umum dan inti tugas notaris dalah mengatur secara tertulis, dan autentik
hubungan hukum antara pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris.”19Dalam
pembuatan akta tersebut seringkali melibatkan Notaris.Oleh karena tersebut perlu
adanya pertanggungjawaban PPAT berupa setoran yang diberikan oleh para pihak
penjual dan pembeli. Oleh karena tersebut perlu adanya pengendalian diri dari PPAT.
Dengan Norma terkait dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangungan yang
diatur dalam Pasal 10 Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Apakah norma ini masih dikatakan sebagai
norma yang efetif yang sekaligus melekatkan sanksi terhadap perilaku tertentu dan
menetapkan perilaku yang mengkondisikan sanksi sebagai illegal yakni, sebagai delik
danada yang harus dipahami (1) bahwa norma ini diterapkan oleh organ hukum yang
berarti bahwa sanksi diperintahkan dan dilaksanakan dalam kasus konkrit. 2. bahwa
norma ini dipatuhi oleh individu-individu yang taat kepada tatananan hukum yang
berarti bahwa mereka berperilaku dengan cara tertentu untuk menghondarisanksi . Jika
ketentuan sanksi dimaksudkan untuk mecegah dilaksanakan delik atau pelanggarannya
jika dihadapkan pada kasus mengenai keabsahan norma hukum jika norma ini tidak
pernah diterapkan, karena kesadaran di kalangan merreka yang patuh pada tatanan
19 Supriadi, Etika &Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Jakart,( Sinar Grafika,
hukum.20 Namun harus diakui bahwa suatu norma kehilangan keabsahannya yakni
bahwa apa yang norma itu kehilangan keabsahannya yakni apa yang norma itu
diperintahkan tidak lagi berkedudukan sebagai obligatori jika norma itu tidak diikuti
atau tidak dipenuhi itu adalah masalah sifat obligatori dari sebuah norma dan
efektifitasnya dalam kenyataan.21Dengan demikian jalan atau tidaknya sanksi yang
terdapat dalam pasal 10 Undang-undang No 20 Tahun 2000 tentang bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan ini dijalankan oleh Pengadilan .22”Karena itu keadilan harus
ditemukan dalam kasus yang berkaitan dengan hal yang terkait dalam pembahasan
tesis ini.Keadilan adalah kabajikan utama dalam institusi sosial, sebagaimana
kebenaran dalam system pemikiran suatu teori harus ditolak atau direvisi apabila tidak
benar.”23 Oleh karena itu Negara melalui pengadilan menciptakan keadilan. Keadilan
merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warganegaranya dan
sebagai dasar daripada keadilan . Apakah peraturan itu sebagai dasar keadilan bagi
warganegaranya,24
Pandangan lain tentang efektifitas hukum dikemukakan oleh J. Dias ,Horward
dan Murmers Clerence j Dias syarat bagi efektifnya suatu hukum meliputi:
1. Mudah atau tidaknya makna atau isi aturan-aturan hukum itu ditangkap
20 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar Dasar Ilmu Hukum Normatof( Bandung, Nusa
Media, 2008,hlm., 28
21Hans KelsenHukum dan Logikan,(Bandung:Alumni, 2006).hlm 5
22PhilipeNonet dan Philip Selznick,Hukum ResponsifBandung, Nusa Media, 2008),hlm., 89 23John Rawls, Teori Keadilan Dasar dasar politik untuk mewejudkankesejahteraan social
dalam Negara, (Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2006), hlm., 3
24Kusnardi dan Heramily Ibrahim,Pengantar Tata Hukum Indonesia, ( Jakarta:Sadtara Hudaya,
2. Luas atau tidaknya kalangan di masyarakat yang mengetahui isi aturan-aturan
hukum yang dicapai dengan bantuan
a. Aparat administrsi yang menyadari kewajiban untuk melibatkannya dirinya
dalam usaha mobilisasi yang demikian
b. Para warga masyarakat yang terlibat dan merasaharus berapartisipasi dalam
hukum.25
Pengerian pajak menurut P Siahaan mengatakan bahwa adalah
“Pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan Undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh wajib pajak membayar dengan tidak mendapat prestasi kembali secara lansung yang hasilnya igunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dan pembangunan.”
Berdasarkan definisi pajak yang dikemukakan para ahli diatas yang ditarik
kesimpulan dari pajak adalah
1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah
2. Pajak dipungut dengan kekuatan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkannya adanya jasa timbale
individual ke pemerintah
4. Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan, wajib pajak tidak memenuhi pajak dapat
dikenakan sanksi baik pidana maupun denda sesuai ketentuan berlaku
5. Digunakan untuk membiayai rumah tangganya
25Adami Chazawi, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Desirtasi
Berkaitan dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam tesis ini
yang dimaksud dengan Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2000 adalah pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan
sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2000 Tentanag Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah” Bea Perolehan hak atas tanah dan
bangunan adalah pajak atas perolehan objek pajak bumi dan bangunan.”
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 28 Tahun 2009
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menjadi pajak daerah dengan seketika
pajak BPHTB dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Sebelum dilakukan pemungutan
pajak BPHTB maka masing masing daerah mengeluarkan PERDA tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dengan tidak melanggar ketentuan dalam
undang-undang Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan
Ada perbedaan antara kewenangan dan wewenang .Kewenangan adalah
kekuasaan yang berasal dari kekuasaan undang undang sedangkan wewenang bagian
dari kewenangan.Undang-Undang memberikan kewenangan bagi suatu subjek untuk
dapat atau melakukan sesuatu undang-undang tidak ada memberikan kewenangan bagi
Notaris untuk membayar pajak BPHTB oleh karena itu bukan kekuasaannya.
2. Konsepsi
Konsepsi atau definisi operasional yang terkait dengan topk ini adalah sebagai
berikut:
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas hak atas tanah dan atau bangunan 26
Saat yang menetukan BPHTB terutang adalah saat terjadinya
b. Notaris adalah pejabat umun yang berwenag untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undnag ini notaris
merangkap menjadi PPAT
c. Administrasi
Kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan kebijasanaan
untuk menvapai tujuan cirinya
1. Adanya kelompok manusia yang terdiri atas orang atau lebih
2. Adanya kerjasama
3. Adanya proses/usaha
4. Adanya tujuan
d. Akta Autentik
Notaris sebagai pejabat Negara mempunyai wewenang tanggungjawab dalam
melaksanakan kewenangannya berdasarkan undang-undang Nomor 15
Undang-Undang No 2 Tahun 2014 Tetang Jabatan PPAT menyatakan selain itu peran
notaries dalam kehidupan berbangsa membuat akta autentik yang menjamin
kepastian mutlak bagi pihak yang memerlukannya. Selain itu PPAT tidak hanya
mengabdi kepada masyarakat tetapi pembangunan kepercayaan kepada
pemerintah
Akta autentik adalah dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang
diperkuat oleh atau dihadapa pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat
dimana akta itu diperbuat 27Yang dimaksud dengan akta autentik adalah akta
yang dibuat oleh door atau dihadapan (ten overstan)pejabat umum yang
berwenang28
e. Wajib Pajak
Orang pribadi atau badan yang menutu keterangannya peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan
termasuk pemungutan pajak atau emotongan pajak ertentu29
Setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya,nnmeliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak
untuk dicatat sebagai wajib pajak selanjutnya kantor pelayanan pajak
menerbitkan Surat keteramgam terdaftar30
f. Self Assesment
Suatu sistem pemungutan pajak yang bedasarkan undang-undnag memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak untuk melaksanakan hak dan kewajibannya di
bidang perpajakan.
g. Pajak Daerah
27M.U Sembiring, Teknik Pembuatan Akta(Medan: Usu,1997),hlm., 5
28Hasballah Thaib dan Syahril Sofyan,Teknik Pembuatan Akta Penyelesian Warisan Menurut
Hukum Waris Islam di Indoneisa(Bandung: Citapustaka medi,2014).,hlm.,67
29Wauyo dan Wirawan B.ILyas ,Perpajakan Indoenesia Pembahasan sesuai dengan ketentuan
pelasanaan Peraturan Perundang-undangan(Jakarta :Salemba Empat, 2002),hlm., 24
Pajak yang dipungut dan dilelola oleh pemerintah daerah
(provinsi/Kabupaten/kota) dan hasil penerimaanya sebagai sumber utama
APBD digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, baik biaya rutin,
maupun biaya pembangunan
h. Verifikasi
Pemeriksaan terhadap kebenaran laporan, pernyataan,perhitungan uang, dan
sebagainya
G. Metode Penelitian
Metode atau cara peneliiitian adalah merupakan serangkaian kegiatan ilmiah
dalam rangka pemecahan suatu permasalahan 31Metode penelitian adlaah ilmu untuk
mengungkapkan dan menerangkan gejala-gejala alam dan social dalam kehidupan
manusia dengan menggunakan prosedur kerja sistematis, teratur, tertib, dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah32.Pemelitian ini menggunakan metode yuridis
Normatif dengan menggunakaan penelitian pendekatan undang-undang dan pendektan
kasus. Metode yuridis Normatif dengan mengacu pada pendekatan undang-undang
Maksudnya adalah menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut
dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang
sedang ditangani.33Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap
kasus yang berkaitan dengan isu telah dihadapi yang elah menjadi putusan pengadilan
31Saifuddin Azwar.,Metode Penelitian,(Yogyakarta,Pustka Pelajar, 2013),hlm., 1 32
Hadari Nawiwi dan Mimi Martii, (Yogyakarta,Gadjah Mada University, 1994),hlm., 9
33
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.,34Dalam pendekatan kasus yang perlu
dipahami adalah alasan-alasan hukum yang dgunakan dalam proses pengambilan
keputusam terdahulu .Alasan hukum tersebut dapat ditemukan dengan memperhatikan
fakta materil baik berupa orang , tempat dan waktu35
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normative yang meneliti hukum dari perspektif internal dengan objek penelitian.Oleh
karena itu mengacu pada putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada serta
melihat sinkronisasi aturan satu dengan yang ainnya secara hirarki.36Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan analisisnya pada proses
penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis dinamika hubungan
antarfenomena yang diamati menggunakan ligika ilmiah.37
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.Dengan
teknik deskriptif dimaksudkan penelitian memaparkan adanya tentang suatu peristiwa
hukum atau kondisi hukum dalam kasus dihadapi. Memaparkan apa adanya
maksudnya dengan disertai tanggapan pribadi peneliti yang memfokuskan
pengumpulan semua peraturan perundang-undangan terkait dengan Bea Perolehan Hak
atas tanah dan Bangunan. Melakukan pengkajian terhadap buku, peraturan
perundang-34Ibid hlm., 134
35Abu Yasid,Apek-Aspek penelitian Hukum Islam-Hukum Barat (Yogyakarta, pustaka Pelajar
,2010),hlm., 76
undangan yang berhubungan dengan pengaturan hukum dan impiikasi pelaksanaanya
di Indonesia maupun hukum yang diputuskan melalaui proses pengadilan.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan primer yaitu bahan hukum yang mengikat dan
terdiri dari38 Bahan Hukum/sumber primer adalah bahan pustaka yang berisikan
penegtahuan ilmiah yang baru dan mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta
yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan39
a. Peraturan Perundang-undnagan
Undang-Undang Pokok Agraria No. 5Tahun 1960
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Pajak Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Undang-Undang No 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan PPAT
Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pelaksana
Perauran Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997
a. Bahan Hukum sekunder, yang memberikan gambaran penjelasan mengenai
bahan hukum sekunder seperti misalnya rancangan undang-undang, hasil
38Saifuddin Azwar, Opcit,hlm., 7
penelitian selain itu bahan hukum yang berkaitan dengan konsep hukum
yang digunakan dalam tesis ini misalnya journal, text book
b. Bahan Hukum tersier, bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan bahan hukum primer dan sekunder.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya
serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data penelitian diperoleh melalui
studi dokumen dilakukan dengan studi kepustakaan yang berhubungan dengan topik
yang akan diteliti. Dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
teknik wawancara dengan beberapa notaris senior, junior.
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola
thema dengan maksud untuk memahami maknanya, Analisis data adalah menggunakan
metode tafsiran yaitu memberikan makna kepada analisis, mencari hubungan antara
konsep. Tesis ini menggunakan data kualitatif.data kualitatif bersifat rinci sehingga
panjang lebar. Akibatnya data kualitatis bersifat spesifik terutama untuk meringkas