ISSN 2407 - 9049
KERAGAMAN JENIS BAMBU
(Bambusa
sp
.)
DI KAWASAN
TAHURA NIPA-NIPA KELURAHAN MANGGA DUA
Nurhayati Hadjar
*, Niken Pujirahayu, Eko Fitriono
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo *Email : nurexdelaforest@gmail.com
ABSTRAK
Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-nipa memiliki kekayaan jenis yang perlu di eksplore, penelitian ini mencoba mengidentifikasi keragaman jenis-jenis bambu yang terdapat pada Kawasan Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Mangga Dua. Sampel ditentukan dengan menggunakan metodepurposive samplingyaitu ditunjuk secara langsung spot-spot keberadaan bambu. Luas kawasan Tahura kelurahan mangga dua sebesar 40 Ha, jumlah sampel yang diambil sebanyak 50 plot yang berukuran 20 m x 20 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Kawasan Tahura Nipa-nipa kelurahan mangga Dua terdapat 3 marga bambu yaituGigantochloa, Bambusa dan Dendrocalamus yang terdiri dari jenis-jenis bambu Ater (Gigantochloa atter), bambu Apus (Gigantochloa apus), bambu Cina (Bambusa multiplexLour.), bambu Betung (Dendrocalamus asper), dan bambu Kuning (Bambusa vulgaris). Jenis bambu yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi adalah bambu Ater (Gigantochloa atter) dengan jumlah INP sebesar 162.99%. Sedangkan yang terendah adalah bambu Betung (Dendrocalamus asper) 19.69%. Keanekaragaman jenis bambu di kawasan Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Mangga Dua masih tergolong rendah yaitu 0.548.
Kata kunci: Jenis Bambu, Indeks Nilai Penting (INP) Bambu, Keanekaragaman Bambu, Tahura Nipa-Nipa.
PENDAHULUAN
Taman Hutan Raya Nipa-Nipa merupakan salah satu dari sekian banyak Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) di Indonesia. Menurut Indriyanto (2010) tahura merupakan salah satu kawasan pelestarian untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Kawasan Tahura Nipa-Nipa yang secara administrasi terletak di Kota Kendari dan di Kabupaten Konawe yang memiliki banyak potensi vegetasi di dalamnya. Salah satunya tumbuhan bambu, bambu merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang banyak tumbuh di hutan terbuka dan daerah yang bebas dari genangan air. Dengan sistem perakaran yang banyak ,kuat dan luas bambu mempunyai fungsi dalam mencegah erosi, tanah longsor dan banjir selain itu jenis tumbuhan ini memiliki pola hidup yang cepat tumbuh, berdaur pendek, dan harganya relatif lebih murah dibandingkan kayu.
Indonesia diperkirakan memiliki 157 jenis bambu yang merupakan lebih dari 10% jenis bambu di dunia. Diantara jenis-jenis bambu tersebut, 50% di antaranya merupakan
jenis bambu endemik dan lebih dari 50 % merupakan jenis bamboo yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat berpotensi untuk dikembangkan (Widjaja dan Karsono, 2004).
Berdasarkan data di atas dapat dipastikan bahwa bambu merupakan sumber daya yang sangat melimpah dan memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.Namun, kenyataan yang terjadi adalah tidak semua jenis bambu dikenal oleh masyarakat dengan baik (Widjaja, 2001).
Jenis-jenis bambu yang terdapat pada kawasan Mangga Dua Tahura Nipa-Nipa belum banyak diketahui oleh masyarakat umum maupun masyarakat sekitar kawasan. Hal ini karena minimnya informasi maupun referensi bagi masyarakat maupun pihak terkait. Maka perlu dilakukannya penelitian identifikasi ini untuk mengetahui keragaman jenis tumbuhan bambu. Sehingga diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan data dan informasi tentang bambu di Tahura Nipa-nipa.
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan yaitu : Tali raffia, Buku panduan Identifikasi bambu, tally sheet dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: Parang, meteran roll, kamera digital, alat tulis menulis, dan mistar ukur.
Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan observasi lapangan. Selanjutnya melakukan penjelajahan di daerah sasaran penelitian.
Pengambilan titik sampling dilakukan secara purposive sampling yaitu lokasi sampel ditentukan secara sengaja dimana area yang akan dijadikan unit sampel adalah batas sungai (baseline). Selanjutnya, dalam penentuan desain sampelnya yaitu menggunakan metode garis berpetak yang diletakkan secara acak pada areal penelitian, dengan luas Kelurahan Mangga Dua 40 Ha. Dengan arah sepanjang sungai menuju puncak bukit. Menurut Boon dan Tideman (1950yang dikutip olehSoerianegara dan Indrawan, 1978) untuk kelompok hutan yang luasnya 1.000 ha atau lebih intensitas sampling yang digunakan sebaiknya 2 %, sementara itu jika kurang dari 1.000 ha maka
intensitas sampling sebaiknya digunakan 5 % – 10 %. Berdasarkan ketentuan di atas maka digunakan intensitas sampling 5% dikarenakan luas dari Kelurahan Mangga Dua kurang lebih 40 Ha.
a. Intensitas Sampling (IS) yang digunakan : 5%
b. Sampel Luas areal Penelitian : 40 Ha x 5% = 2 Ha ( 20.000 m2)
Selanjutnya pada tempat dimana ditemukan bambu dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Pengamatan terhadap morfologi dan habitat dari jenis-jenis bambu yang ditemukan, kemudian dicatat dalam tally sheet yang telah disediakan untuk semua parameter seperti nama jenis, nama lokal, morfologi, kelimpahan dan lain-lain. b. Setelah itu jenis bambu yang ditemukan di
dalam petak kemudian didokumentasikan dengan kamera dalam bentuk rumpun bambu dan disketsa berdasarkan bagian-bagiannya.
c. Kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan spesimen herbarium untuk setiap jenis bambu yang ditemukan di lokasi penelitian. Dimana setiap spesimen bambu yang dibuat dapat mewakili seluruh bagian tumbuhan tersebut seperti rebung, pelepah, bentuk percabangan, daun, dan bunga (bila ditemukan).
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis dan tingkat keanekaragaman.
Variabel jenis dilakukan dengan mengamati indicator morfologis bamboo meliputi : Batang, daun, pelepah, percabangan, bunga dan rebung/tunas.
Keanekaragaman jenis Bambu menunjukan seberapa banyak individu bambu yang tersebar dikawasan Mangga Dua Tahura Nipa-Nipa. Keanekaragman jenis ditentukan oleh beberapa komponenMeliputi:
a. Jumlah individu, yaitu jumlah individu yang diketemukan pada suatu jenis yang ditemukan dalam petak contoh yang digunakan dalam pengamatan
b. jumlah jenis, jumlah diketemukan suatu jenis dalam petak contoh yang digunakan dalam pengamatan
c. Luas petak, yaitu luas petak contoh yang digunakan dalam pengamatan.
Sehingga indeks nilai penting dapat dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan (Cutris dan Mcintoch dalam
Soeryanegara dan Indrawan, 1998). sebagai berikut :
INP = Kerapatan Relatif (KR) + Frekuensi Relatif (FR) + Dominansi Relatif (DR)
Keanekaragaman jenis bambu dihitung berdasarkan Indeks Shanon sebagai berikut : Shanon-Wiener dalam indriyanto (2006).
H’ = -Σ[(ni/N) Ln (ni/N)]
Keterangan :
H’ = Indeks Shanon-Wiener ni = Nilai penting dari tiap spesies N = Total nilai penting
Tabel 1. Kriteria penilaian berdasarkan keanekaragaman jenis:
Nilai H Kriteria
H’< 1 Keanekaragaman suatu spesies rendah
1<H’<3 Keanekaragaman suatu spesies sedang
H’>3 Keanekaragaman suatu spesies tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kawasan Mangga Dua merupakan bagian dari Kawasan Tahura Nipa-Nipa yang termasuk dalam blok perlindungan dan blok lainnya. Yang secara geografis terletak di antara 03001’56”- 03001’58” LS dan 1220 00’09”-122001’01” BT. Dan secara administratif terletak pada wilayah Kota Kendari yang merupakan bagian Selatan Kawasan Tahura Nipa-Nipa. Secara kewilayahan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Jati, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mata, dan sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman masyarakat Kecamatan Mangga Dua. Luas kawasan Mangga
Dua mencapai 317,274 Ha. Memiliki Ketinggian mencapai 93-172 m dpl dengan kondisi topografi landai dan sangat curam. Suhunya berkisar antara 200- 300C, dengan kondisi vegetasi yang cukup rapat, pada saat musim hujan kelembabannya mencapai 89%. (BPS, Kota Kendaridalam angka2015).
Jenis dan Karakteristik Bambu di Kawasan Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Mangga Dua
Berdasarkan hasil identifikasi serta pencatatan jenis bambu yang ada di lokasi penelitian, maka dapat dilihat adanya 5 jenis bambu serta karakteristik morfologi dari masing-masing jenis bambu yang ditemukan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Berdasarkan hasil penelitian dan pencatatan jenis bambu yang terdapat pada Kawasan Tahura Nipa-Nipa kelurahan Mangga Dua, ditemukan bahwa jumlah jenis bambu yang terdapat di dalam kawasan tersebut sebanyak 5jenis yang tergolong dalam 3 marga, yaitu margaGigantochloayang terdiri dari dua jenis, marga Bambusa dua jenis, dan marga
Dendrocalamus satu jenis. Dari Kelima jenis bambu tersebut diantaranya yaitu Bambu Ater
(Gigantochloa atter ). dengan 24 jumlah rumpun, Bambu Apus (Gigantohloa apus Kurz) dengan 15 jumlah rumpun, Bambu Cina (Bambusa multiplex Lour.) dengan 4 rumpun, Bambu Betung (Dendrocalamus asper ) dengan 3 jumlah rumpun dan Bambu Kuning (Bambusa Vulgaris) dengan 4 jumlah rumpun. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis Bambu Ater
(Gigantochloa atter ). Lebih banyak tumbuh didalam kawasan Tahura Nipa-Nipa kelurahan Mangga Dua dibandingkan dengan jenis bambu lainnya.
Tabel 2.
Jenis dan Karakteristik bambu di Kawasan Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Mangga Dua.
NO. Spesies Marga Nama
Daerah
Morfologi Sifat
Tumbuh
Batang Daun Pelepah Rebung 1. Bambu Ater
Bambusa O’wulo Batang warna
hijau pucat
Tabel 2. Menunjukkan jenis-jenis bambu yang terdapat di Kawasan Tahura Nipa-nipa Kelurahan Mangga Dua ada 5 jenis bambu yaitu Bambu Ater (Gigantochloa atter ), Apus (Gigantochloa apus Kurz), Cina (Bambusa multiplex Lour.), Bambu Betung (Dendrocalamus asper ) dan Bambu (Bambusa vulgaris)yang berasal dari margaGigantochloa, Dendrocalamus danBambusa.
Bambu Ater(Gigantochloa atterKurz)
Bambu Apus (Gigantochloa apusKurz)
Bambu Cina (Bambusa multiplexLour.
Bambu Betung (Dendrocalamus asper )
.
permukaan batang kasar
5. Bambu Kuning (Bambusa
Vulgaris)
Bambusa Hawonggandi Warna batang kuning dengan sedikit bergaris hijau. Diameter batang 3,1-7 mm. dengan panjang ruas 18-25 cm. dengan permukaan batang agak halus
Helaian daun berwarna hijau dengan bentuk meruncing
Pelepah mudah luruh, berwarna terang dengan ukuran 34-37cm
Bambu Kuning(Bambusa Vulgaris)
Indeks Nilai Penting (INP) dan Keanekaragaman (H’) Jenis-Jenis Bambu yang terdapat di Kawasan Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Mangga Dua
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan maka diperoleh informasi mengenai Indeks Nilai Penting (INP) dan Keanekaragaman Jenis Bambu di Kawasan Tahura Nipa-nipa Kelurahan Mangga dua yang di sajikan pada Tabel 3. Tabel tersebut menyatakan seberapa besar pengaruh jenis bambu dengan diperolehnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis bambu, serta tingkat keanekaragaman dari masing jenis bambu di Kawasan Tahura Nipa-nipa Kelurahan Mangga Dua.
Tabel 3. Data Analisis Berdasarkan Indeks Nilai Penting dan Keanekaragaman Jenis Bambu Tingkat Dewasa di Kelurahan Mangga Dua Kawasan Tahura Nipa-nipa.
No. Nama Jenis Σ
indv K
indv/Ha KR(%) F FR(%) D DR(%) INP(%) H'
1 Bambu Ater 229 114.5 43 0.48 48 0.854 71.89 162.99 0.143
2 Bambu Apus 126 63 23.7 0.3 30 0.128 10.73 64.43 0.143
3 Bambu Cina 94 47 17.7 0.08 8 0.013 1.05 26.75 0.093
4 Bambu Kuning 64 32 12 0.08 8 0.074 6.25 26.25 0.092
5 Bambu Betung 19 9.5 3.6 0.06 6 0.120 10.09 19.69 0.077
Total 532 266.00 100 1.00 100 1.188 100 300 0.548
Rata-rata 0.1096
Ket: K= Kerapatan indv/Ha, KR(%)= Kerapatan Relatif, F=Frekuensi, FR(%)= Frekuensi Relatif, D= Dominansi, DR(%)= Dominansi Relatif, INP= Nilai Indeks Penting, H’= Indeks Keanekaragaman
Tabel 4. Data Analisis Berdasarkan Indeks Nilai Penting dan Keanekaragaman Jenis Bambu Tingkat Anakan di Kelurahan Mangga Dua Kawasan Tahura Nipa-nipa
No. Nama Jenis Σ indv K
indv/Ha KR(%) F FR(%) INP(%) H'
1 Bambu Apus 40 20 33.6 0.08 21.1 54.70 0.153
2 Bambu Cina 32 16 26.9 0.06 15.8 42.70 0.143
3 Bambu Ater 25 12.5 21 0.04 10.5 31.50 0.126
4 Bambu Kuning 13 6.5 10.9 0.12 31.6 42.50 0.142
5 Bambu Betung 9 4.5 7.6 0.08 21.1 28.70 0.120
Total 119 59.5 100 0.38 100 200 0.684
Rata-rata 0.137
cukup banyak dibandigkan dengan ke empat jenis bambu lainnya. Hal tesebut disebabkan karena jenis jenis bambu bambu Ater (Gigantochloa atter Kurz) merupakan jenis bambu yang dapat tumbuh di daerah dataran rendah dan juga dapat ditemui dataran tinggi, hal ini sangat cocok dengan kondisi lingkungan dan iklim di kawasan Tahura Nipa-nipa kelurahan Mangga Dua, selain itu jenis bambu ini mudah beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya. Sebenarnya kelima jenis bambu yang terdapat di kawasan Tahura Nipa-nipa kelurahan Mangga Dua merupakan jenis bambu yang dapat tumbuh pada daerah tanah yang subur maupun kurang subur tetapi ada beberapa jenis bambu yang dapat di jumpai pada ketinggian tertentu, sehingga keberadaannya masih tergolong rendah.
Berdasarkan pada Tabel 4. Diperoleh data pada tingkat jenis bambu Ater (Gigantochloa atter Kurz), bambu ini merupakan jenis bambu yang tumbuh di dataran rendah, sampai daerah berbukit. Dengan jumlah kerapatan 114.5 menurut nilai baku mutu lingkungan (Kepmen, KLH No. 02/1988) bahwa Kerapatan 101- 200 tergolong Tinggi. Sedangan kerapatan relatif (KR%) diperoleh 43,9 %, frekuensi bambu Ater tergolong kategori kelas A yaitu sangat rendah yaitu mencapai 0,48 %, dengan frekuensi relatif (FR%) 48%, dominansi bambu Ater yaitu 0.854 dengan dominansi relatif (DR%) 71,89 % sehingga diperoleh jumlah INP sebesar 169,99%.
Bambu Apus (Gigantochloa apus Kurz). Jenis bambu ini tumbuh di daerah dataran rendah dan juga dapat ditemui dataran tinggi. Memiliki Kerapatan individu/ha 63 tergolong kategori sedang, dengan kerapatan relatif (KR%) 23,7 %. Frekuensi bambu Apus 0,30 tergolong kelas A yaitu sangat rendah, dengan frekuensi relatif (FR%) 30%. Dominansi 0,128 dengan dominansi relatif (DR%) 10,73 %, sehingga diperoleh jumlah INP 64,43%.
Bambu Cina (Bambusa multiplex Lour) Jenis bambu ini tumbuh di daerah kering dan lembab, memiliki kerapatan individu/ha 47% tergolong kategori rendah, dengan kerapatan relatif (KR%) 17,7 %. Frekuensi bambu cina 0,08 tergolong kelas A yaitu sangat rendah, dengan frekuensi relatif (FR%) 8 %. Dominansi
0,013 dengan dominansi relatif (DR%) 1,05 %, sehingga jumlah INP 26,75%.
Bambu Betung (Dendrocalamus asper )
Jenis bambu ini tumbuh di daerah kering dan lembab, di pinggiran sungai memiliki kerapatan individu/Ha 9.5 tergolong kategori sangat rendah, dengan kerapatan relatif (KR%) 3,6%. Frekuensi bambu Betung 0,06 tergolong kelas A yaitu sangat rendah, dengan frekuensi relatif (FR%) 6,0 % Dominasi 0,120 dengan dominasi relatif (DR%) 10,09%, Sehingga jumlah INP 19,69 %.
Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) Jenis ini tumbuh pada dataran tinggi berbukit namun dapat juga tumbuh pada dataran rendah. Memiliki nilai kerapatan individu/ha 32 tergolong kategori rendah, dengan kerapatan relatif (KR%) 12,0 %. Nilai frekuensi bambu kapal 0.08 tergolong kelas A yaitu sangat rendah , dengan frekuensi relatif (FR%) 8 %. Dominansi 0.74, dengan dominansi relatif (DR%) 6,25% sehingga diperoleh jumlah INP 26,25 %.
Nilai kerapatan itu sendiri menunjukan bahwa banyaknya jumlah individu penyusun spesies tumbuhan tersebut per satuan ruang, sehingga banyak atau sedikit jumlah batang bambu dalam setiap jenis. Sedangkan kerapatan relatif itu sendiri merupakan jumlah kerapatan suatu jenis tertentu terhadap kerapatan total dari seluruh jenis dalam persen. Sedangkan frekuensi relatif merupakan proporsi frekuensi suatu jenis tertentu terhadap frekuensi total semua jenis dalam persen. Sedangkan yang dimaksud dengan dominansi relatif merupkan proporsi dominansi suatu jenis tertentu terhadap dominansi total semua jenis dalam persen. Dari kelima Jenis bambu tersebut, yang memiliki nilai penting tertinggi merupakan spesies yang memiliki tingkat pertumbuhan dan penguasaan yang tinggi, sebaliknya spesies yang memiliki nilai penting rendah, merupakan spesies yang memiliki tingkat pertumbuhan dan penguasaan yang rendah karena tingkat potensi tumbuhannya rendah .
Keanekaragaman (H’) Jenis-Jenis Bambu di Kawasan Tahura Nipa-Nipa
keanekaragaman. Suatu tempat dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi bila memiliki jenis yang merata. Namun dalam hal ini, lokasi penelitian di Kawasan Tahura Nipa-nipa kel. Mangga Dua masih tergolong dalam kategori spesies rendah karena jenis bambu yang terdapat di dalam kawasan Tahura Nipa-nipa tersebut tidak merata, dimana jenis bambu Ater memiliki Nilai Keanekaragaman (H’) 0,143, bambu Apus (H’) 0,143, bambu Cina (H’) 0,093 bambu Betung (H’) 0,077, dan bambu Kuning (H’) 0,092, sehingga total nilai keanekaragaman (H’) dari seluruh jenis bambu hanya mencapai 0,548 atau ≤ 1 dikategorikan masih tergolong rendah.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang kami lakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kawasan Tahura Nipa-nipa Kelurahan Mangga Dua memiliki lima jenis bambu di dalamnya yang tergolong dari genus
Gigantochloa, Dendrocalamus danBambusa. Diantarannya adalah Bambu Ater
(Gigantochloa atter ), Apus (Gigantochloa apusKurz), Cina (Bambusa multiplexLour.), Bambu Betung (Dendrocalamus asper ) dan Bambu (Bambusa vulgaris).
2. Jenis bambu yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi adalah bambu Ater
(Gigantochloa atter ) dengan jumlah INP sebesar 162.99%. Sedangkan yang terendah adalah bambu Bambu Betung (Dendrocalamus asper ) 19.69%. Dan Keanekaragaman jenis bambu di kawasan Tahura Nipa-nipa Kelurahan Mangga Dua masih tergolong rendah yaitu 0,548.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Indriyanto, 2010. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Irawan B, Rahayuningsih S R, Kusmoro J. 2006.
Keanekaragaman Jenis Bambu Di Kabupaten Sumedang Jawa Barat Diversity Of Bamboos In Sumedang
Krisdianto, G. sumandi dan A. Ismanto. 2000.
Sari hasil penelitian bambu. Pusat penelitian hasil hutan. Bogor.
Lopo Y. 2012. Identifikasi Jenis-Jenis Bambu (Bambusa sp.) Di Desa Tunfeu Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang. Program Studi Biologi, Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam. Universitas PGRI NTT. Kupang.Dalam http://hanc hlopo.blogspot.com/2012/03/identifika
si-jenis-jenis-bambu-bambusa.html.Diakses pada tanggal 10 Agustus 2015
Purnobasuki, H. 1995. Perkembangan Batang bambu Ampel (Bambusa vulagris
Schard). Tesis Magister Sains (biologi). ITB. Bandung.
Ruyatun, H. 2010.Kerapatan Populasi Bambu Di Kawasan Cagar Alam Rawa Danau – Tukung Gede Banten. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Setiadi Adi. 2009. Sifat Kimia Beberapa Jenis Bambu Pada Empat Tipe Ikatan Pembuluh. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Setiono.1996. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.Bogor.
Soerianegara, I dan Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor.
Soerianegara I dan Indrawan A. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor.
Widjaja, E. A. 2001.Identikit Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Bogor: Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani, Puslitbang Biologi-LIPI