1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kawasan yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan dapat berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat satwa liar, modulator arus hidrologika, pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting (Kuswanda dan Antoko, 2008). Sumberdaya hutan pada kenyataannya rentan mengalami perubahan baik secara alamiah maupun sebagai akibat dari aktivitas manusia (antropogenik), sehingga peran hutan dalam berbagai aspek tersebut dapat menjadi tidak maksimal atau bahkan sebaliknya (Idris et al., 2013).
Dewasa ini hutan di Indonesia dieksploitasi secara besar-besaran, hal tersebut disebabkan ada jenis pohon tertentu yang ditebang mempunyai nilai ekonomi tinggi, untuk keperluan dalam negeri maupun untuk ekspor (Manan, 1997). Salah satu pemanfaatan sumberdaya hutan yang penting adalah penggunaan pohon penghasil kayu sebagai bahan utama pembangunan rumah tinggal (Hidayat, 2015). Hal ini sangat riskan, sebab eksploitasi hutan dan konversi hutan untuk keperluan lain serta berbagai gangguan hutan diyakini telah mengancam keanekaragaman spesies terutama flora (Samsoedin, 2009).
Kegiatan inventarisasi keragaman flora di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970-an, namun sampai kini belum selesai dilaksanakan. Untuk merealisasikan dan memperlancar inventarisasi flora maka perlu dilakukan penelitian yang bersifat lokal sehingga selain diketahui keanekaragaman flora, diketahui tingkat keterancaman, kekayaan jenis, dan kegunaan jenis tumbuhan pada suatu daerah (Djufri, 2003). Menurut Kartawinata et al., (2008), pengetahuan yang baik terhadap informasi ekologi termasuk struktur dan komposisi tegakan hutan diperlukan dalam pengembangan suatu kawasan hutan secara berkelanjutan. Dalam hal ini, informasi tentang karakteristik hutan khususnya keadaan vegetasi penting untuk menunjang perencanaan dan evaluasi penerapan suatu model pengelolaan hutan (Idris et al., 2013).
2
Keberhasilan pengelolaan hutan salah satunya dapat dilihat dari aspek karbon tersimpan atau cadangan karbon. Hutan memiliki peran penting sebagai penyimpan karbon. Hutan alami dengan keanekaragaman spesies yang tinggi dan seresah yang melimpah merupakan penyimpan karbon yang baik (Hairiah dan Rahayu, 2007). Disamping itu tegakan hutan memegang peranan penting dalam menyerap dan menyimpan karbon sebagai biomassa. Menurut Sutaryo (2009), pohon melalui proses fotosintesis menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbon organik (karbohidrat) dan menyimpannya dalam biomassa tubuhnya seperti dalam batang, daun, akar, umbi buah dan lain-lain.Vegetasi hutan menyerap karbon dioksida melalui aktivitas fotosintesis dan mampu menyimpan sekitar 76–78% karbon organik dari total karbon organik daratan dalam bentuk biomassa (Kun and Dongsheng, 2008).
Salah satu kawasan hutan yang dapat digunakan untuk mempelajari struktur dan komposisi tegakan hutan pegunungan serta karbon tersimpannya di Provinsi Sumatera Utara adalah Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan. Taman Hutan Raya ini adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak zaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung (Departemen Kehutanan, 2002). Deleng Macik merupakan bukit yang berada di dalam zona hutan lindung Sibayak. Pada saat ini daerah di sekitar tepi hutan deleng tersebut sudah sejak lama dibangun koridor jalan akses masuk ke lokasi pengeboran energi panas bumi termasuk juga aktivitas manusia meliputi pariwisata dan perkebunan warga lokal sehingga dikhawatirkan akan memiliki dampak negatif terhadap kelestarian Hutan Deleng Macik.
1.2. Permasalahan
Hutan Deleng Macik merupakan hutan pegunungan yang masuk ke dalam zona kawasan hutan lindung Sibayak, TAHURA Bukit Barisan. Tingginya intensitas aktivitas manusia di sekitar pinggiran hutan Deleng Macik dikhawatirkan akan mengancam keberadaan vegetasi alami hutan tersebut, dan
3
diikuti dengan minimnya data inventarisai sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi struktur dan komposisi vegetasi pohon yang terdapat di Deleng Macik sebagai penyangga air hujan dan penyerap karbon di kawasan hutan tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi pohon serta karbon tersimpan di hutan Deleng Macik, Kawasan TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai struktur dan komposisi jenis pohon di hutan Deleng Macik, Kawasan TAHURA Bukit Barisan serta potensi karbon tersimpannya. Hasil ini juga dapat dijadikan acuan dan informasi bagi instansi terkait serta sebagai referensi bagi riser-riset penelitian hutan selanjutnya dalam mendukung ilmu pengetahuan lebih lanjut.