• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Kapur (CaO) dan Abu Vulkanik Sebagai Bahan Stabilisasi Pada Tanah Lempung Ditinjau dari Nilai CBR dan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Kapur (CaO) dan Abu Vulkanik Sebagai Bahan Stabilisasi Pada Tanah Lempung Ditinjau dari Nilai CBR dan Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) Chapter III V"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 PROGRAM PENELITIAN

Metodologi penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini

menggunakan metode Eksperimen di Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan yaitu pada sampel

tanah yang tidak diberikan bahan stabilisasi (tanah asli) dan pada tanah yang

diberikan bahan stabilisasi kimiawi berupa penambahan Kapur (K) dan Abu

Gunung Vulkanik (AGV) dengan berbagai variasi campuran.

3.2 PEKERJAAN PERSIAPAN

Adapun pekerjaan persiapan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian

ini yakni :

• Mencari bahan literatur yang berkaitan dengan tanah lempung yang

distabilisasi dengan gipsum dan abu gunung vulkanik, serta literatur mengenai

pengujian pengujian CBR Laboratorium dan Kuat Tekan Bebas (Unconfined

Compression Test).

• Penyediaan alat dan bahan penelitian - Persiapan Alat

Peneliti menentukan dan menyusun alat-alat yang akan digunakan selama

penelitian, mulai dari penelitian tahap awal hingga penelitian tahap akhir.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk Uji Kadar

(2)

Kuat Tekan Bebas, Uji CBR Laboratrium dan peralatan lainnya yang ada di

Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

Material (ASTM).

- Persiapan Bahan

a. Tanah

Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari PTPN II,

Kebun Patumbak, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pada penelitian ini

digunakan sampel disturbed. Untuk pengambilan tanah dengan cara

penggalian menggunakan cangkul kemudian dimasukan ke dalam

karung. Tanah yang diambil kemudian dikeringkan hingga kering udara

dan ditumbuk dengan alat pemecah mekanis.

b. Kapur

Kapur yang digunakan adalah kapur tohor yang dibeli dari toko.

Selanjutnya kapur disaring menggunakan saringan no.200

c. Abu vulkanik

Abu vulkanik yang dipakai adalah abu dari Gunung Sinabung yang

diambil dari Desa Tiganderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

3.3 PEMBUATAN BENDA UJI

Pembuatan benda uji dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan

pengujian masing-masing dengan kadar kapur dan abu vulkanik yang tetap untuk

(3)

3.3.1 Benda Uji untuk Pengujian Water Content

Pada pengujian Kadar Air dibuat sampel sebanyak 2 buah. Dimana tanah

yang dipakai untuk pegujian adalah tanah yang langsung dari lapangan tanpa

adanya penjemuran terlebih dahulu.

3.3.2 Benda Uji untuk Pengujian Berat Spesifik dan Analisa Saringan

Pada pengujian Berat Spesifik tanah, sampel yang dibuat sebanyak 3 buah

dan untuk pengujian Analisa Saringan dibuat sampel sebanyak 3 buah.

3.3.3 Benda Uji untuk Pengujian Batas-batas Atterberg

Tanah yang dipakai adalah tanah yang telah disaring dengan saringan No.

40. Kemudian tanah tersebut ditimbang sebesar 500 gr untuk satu benda uji dan

dimasukan ke dalam plastik. Setelah itu, tanah tersebut dicampur dengan gipsum

dan abu vulkanik. Benda uji yang dibuat untuk pengujian Batas-batas Atterberg

adalah sebanyak 51 buah.

3.3.4 Benda Uji untuk Pengujian Compaction

Untuk pengujian ini tanah disaring dengan saringan no. 4 ditimbang sebesar

2 kg untuk satu benda uji. Kemudian sama halnya dengan pengujian Atterberg

tanah dimasukan ke dalam plastik dan dicampur dengan kapur, abu vulkanik dan

air. Lalu dilakukan pemeraman selama 7 hari. Untuk setiap variasi campuran

dibutuhkan 5 benda uji dikarenakan penambahan air yang berbeda-beda yang

telah ditentukan diawal sebesar 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% . Sehingga total benda

(4)

3.3.5 Benda Uji untuk Pengujian Unconfined Compression Test

Tanah disaring dengan saringan no. 4 ditimbang sebesar 2 kg untuk satu

benda uji. Kemudian tanah dimasukan ke dalam plastik dan dicampur dengan

kapur, abu vulkanik dan air. Dilakukan pemeraman selama 7 hari sebelum

dilakukan pengujian. Pada pengujian ini benda uji yang dibuat sebanyak 49 buah.

3.3.6 Benda Uji Untuk Pengujian CBR Laboratorium

Pada pengujian CBR ini merupakan pengujian CBR tidak terendam

(unsoaked). Tahap pengujian CBR, antara lain :

• Sebelum melakukan pengujian ini, terlebih dahulu dilakukan persiapan benda uji. Pada penelitian ini benda uji dipersiapkan menurut cara

pemeriksaan pemadatan standard.

• Siapkan contoh tanah kira-kira seberat 5 kg dan bahan campuran yang masing-masing lolos saringan no. 4. Untuk persentase campuran 2% K +

(5)

8% K + 4% AGV ; 8% K + 6% AGV; 8% K + 8% AGV; 8% K + 10%

• Tanah diperam selama 7 hari

• Pasang cetakan pada keping alas dan timbang. Masukan piringan pemisah di atas keping alas dan pasang kertas saring di atasnya.

• Padatkan masing-masing bahan tersebut di dalam cetakan dengan jumlah tumbukan 10, 30 dan 65 tumbukan.

• Buka leher sambungan dan ratakan dengan alat perata. Keluarkan piring pemisah, balikan dan pasang kembali cetakan berisi benda uji pada

keping alas, kemudian timbang.

• Letakkan keping pemberat untuk mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada bagian lubang keping pemberat. Pemberatan selanjutnya

dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan benda uji.

• Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji beban menunjukan beban permulaan sebesar 4,5 kg atau 10 lb.

Pembebanan permulaan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh

yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian

arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di-nol-kan.

(6)

pembebanan pada penetrasi 0,312 mm atau 0,0125”; 0,62 mm atau

0,025”; 1,25 mm atau 0,05”; 0,187 mm atau 0,075”; 2,5 mm atau 0,10”;

3,75 mm atau 0,15”; 5 mm atau 0,20”; 7,5 mm atau 0,30”; 10 mm atau

0,40”; dan 12,5 mm atau 0,50”.

• Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm atau 0,50”

• Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas

benda uji minimal 24,50 mm.

3.4 PELAKSANAAN PENGUJIAN

Pengujian yang dilakukan dibagi menjadi 4 bagian yaitu pengujian untuk

tanah asli, pengujian untuk kapur, pengujian untuk abu vulkanik, dan pengujian

untuk tanah yang telah dicampur bahan stabilisasi, adapun pengujian-pengujian

tersebut adalah sebagai berikut :

3.4.1 Tanah

3.4.1.1 Tanah Asli

Adapun pengujian untuk tanah asli meliputi :

(7)

- Uji CBR Laboratorium

3.4.1.2 Tanah yang Telah Distabilisasi

Adapun pengujian untuk tanah yang telah dicampur dengan kapur dan abu

vulkanik meliputi :

- Uji Batas-batas Atterberg

- Uji Pemadatan (Compaction)

- Uji Kuat Tekan Bebas

- Uji CBR Laboratorium

3.4.2 Kapur

Untuk pengujian kapur yaitu terdiri dari :

- Uji Berat Spesifik

- Uji Analisa Saringan

- Uji Batas-batas Atterberg

3.4.3 Abu Gunung Vulkanik

Untuk pengujian abu vulkanik yaitu terdiri dari :

- Uji Berat Spesifik

- Uji Analisa Saringan

(8)

3.5 ANALISIS DATA LABORATORIUM

Setelah seluruh data-data diperoleh baik dari pengujian sifat fisik dan sifat

mekanis, kemudian dilakukan pengumpulan data. Setelah data dikumpulkan, lalu

dilakukan analisa data. Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan

(9)

Flowchart Penelitian :

Pengujian Sifat Fisis Tanah dan Kapur (Index Properties)

1. Uji Kadar Air (2 Sampel) 2. Uji Berat Spesifik (6 Sampel) 3. Uji Atterberg (3 Sampel) 4. Uji Analisa Saringan (3 Sampel)

Pembuatan Benda Uji 1. Tanah asli (tanpa campuran kapur dan abu gunung vulkanik) 2. Kapur Tohor (tanpa campuran tanah asli dan abu gunung vulkanik) 3. Kombinasi Campuran

Uji Compaction (245 Sampel), CBR (147 Sampel), Uji Atterberg (48 Sampel) dan UCT (49 Sampel)

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran Pengolahan Data

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengujian dan pembahasan

penelitian uji cbr tanah lempung dan uji kuat tekan dengan campuran kapur

sebesar 2%, 4%, 6%, 8% dan variasi penambahan abu Gunung Vulkanik sebesar

2% sampai 24% dengan lama waktu pemeraman (curing time) 7 hari. Penelitian

dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan sampel tanah yang diperoleh dari

PTPN II Patumbak, Deli Serdang, Sumatera Utara. Material kapur diperoleh dari

Toko dan abu gunung vulkanik yang diperoleh dari Gunung Sinabung.

4.2

Pengujian Sifat Fisik Tanah

4.2.1 Pengujian Sifat Fisik Tanah Asli

Adapun hasil uji sifat fisik tanah asli ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut.

Hasil-hasil pengujian sifat fisik tanah ini meliputi :

• Kadar Air • Berat Jenis

(11)

Tabel 4.1 Data Uji Sifat Fisik Tanah

No. Pengujian Hasil

1. Kadar Air (Water Content) 34,43 %

2. Berat Spesifik (Specific Gravity) 2,6537

3. Batas Cair (Liquid Limit) 47,33 %

4. Batas Plastis (Plastic Limit) 17,45 %

5. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) 29,88 %

6. Persen Lolos Saringan no. 200 48,81 %

Dari data di atas, berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO dimana diperoleh

data berupa persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 48,81% dan nilai batas

cair (liquid limit) sebesar 47,33% maka sampel tanah memenuhi persyaratan

minimal lolos ayakan no. 200 sebesar 36%, memiliki batas cair (liquid limit) ≥ 41

dan indeks plastisitas (plasticity index) > 11, sehingga tanah sampel dapat

diklasifikasikan dalam jenis tanah A-7-6.

Menurut sistem klasifikasi USCS, dimana diperoleh data berupa nilai indeks

plastisitas sebesar 29,88% dan nilai batas cair (liquid limit) sebesar 47,33%

sehingga dilakukan plot pada grafik penentuan klasifikasi tanah yaitu yang

ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari hasil plot diperoleh tanah termasuk dalam

(12)

Gambar 4.1 Plot Grafik Klasifikasi USCS

Nilai liquidity index dari tanah asli adalah :

LI = ��−�� �� =

, %− , %

, % = , % (0 ≤ LI ≤ 1) menunjukan bahwa tanah asli

(13)

Gambar 4.2 Grafik Analisa Saringan Tanah Asli

D10 = 0,0025 mm D30 = 0,015 mm D60 = 0,175 mm

Cu = D6 D =

,

, = ,

Cc = DD

6 x D = ,

, x , = ,

Gambar 4.3 Grafik Batas Cair (Liquid Limit), Atterberg Limit

Batas Cair: 47,33%

(14)

Sedangkan kriteria tanah Berdasarkan tingkat ekspansive nmenurut para

ahli disimpulkan :

1. Menurut Prof. Seed (1962)

Gambar 4.4 Klasifikasi Tanah berdasarkan tingkat ekspansif menurut Prof. Seed

Persen lolos saringan no. 200 = 48,81 %

Activity (A) = �� � =

, %

, % = 0,61

Maka disimpulkan tanah asli mempunyai derajat pengembangan yang

(15)

2. Menurut William (1958)

Gambar 4.5 Klasifikasi Tanah berdasarkan tingkat ekspansif menurut Prof.

william

Indeks Plastisitas = 29,88 %

Persen lolos saringan no. 200 = 48,81 %

Maka disimpulkan tanah asli mempunyai derajat pengembangan yang

(16)

3. Menurut Raman (1967)

Tabel 4.2 Klasifikasi tanah Ekspansif Berdasarkan Indeks Plastisitas dan Batas Susut

Indeks plastisitas = 29,88 %

Maka disimpulkan tanah asli mempunyai derajat pengembangan yang

tergolong tinggi.

4. Menurut Chen (1988)

Tabel 4.3 Klasifikasi berdasarkan Indeks Plastisitas

Potensi Pengembangan PI

Low 0 – 15

Medium 10 – 35

High 20 - 55

Very High > 35

Indeks plastisitas = 29,88 %

Maka disimpulkan tanah asli mempunyai derajat pengembangan yang

(17)

5. Menurut Chen (1965)

Tabel 4.4 Klasifikasi Tanah Ekspansif Berdasarkan Persentasi Lolos Ayakan No. 200, Batas Cair, dan SPT.

Presentasi

Persen lolos saringan no.200 = 48,81%

LL = 47,33 %

Kemungkinan ekspansif = 5 %

Maka disimpulkan tanah asli mempunyai derajat pengembangan yang

tergolong sedang.

6. Menurut Snethen (1977)

Tabel 4.5 Klasifikasi Potensial Pengembangan Menurut Snethen.

LL (%) PI (%) Potensi

Indeks plastisitas = 29,88 %

(18)

Maka disimpulkan tanah asli mempunyai derajat pengembangan yang

tergolong sedang.

4.2.2 Pengujian Sifat Fisik Kapur dan Abu Gunung Vulkanik

Adapun hasil uji sifat fisik kapur ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut.

Hasil-hasil pengujian sifat fisik tanah ini meliputi :

• Berat Jenis

• Batas-batas Atterberg • Uji Analisa Butiran

Tabel 4.6 Data Uji Sifat Fisik Kapur

No. Pengujian Hasil

1. Berat Spesifik (Specific Gravity) 2,59

2. Batas Cair (Liquid Limit) Non Plastis

3. Batas Plastis (Plastic Limit) Non Plastis

4. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) Non Plastis

5. Persen Lolos Saringan no. 200 30,05 %

Dari data di atas, berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO dimana diperoleh

data berupa persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 30,05% sedangkan nilai

batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan indeks plastisitas

(19)

Gambar 4.6 Grafik Analisa Saringan Kapur

D10 = 0,0042 mm D30 = 0,079 mm D60 = 0,31 mm

Cu = D6 D =

,

, = 3,80

Cc = DD

6 x D = ,

, x , = ,

Tabel 4.7 Data Uji Sifat Fisik Abu Gunung Vulkanik

No. Pengujian Hasil

1. Berat Spesifik (Specific Gravity) 2,62

2. Batas Cair (Liquid Limit) Non Plastis

3. Batas Plastis (Plastic Limit) Non Plastis

4. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) Non Plastis

5. Persen Lolos Saringan no. 200 13,80 %

D60 D30

(20)

Dari data di atas, berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO dimana diperoleh

data berupa persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 13,80% sedangkan nilai

batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan indeks plastisitas

(plasticity index) merupakan non plastis.

Gambar 4.7 Grafik Analisa Saringan Abu Gunung Vulkanik

D10 = 0,019 mm D30 = 0,11 mm D60 = 0,17 mm

Cu = DD = ,, = ,

Cc = DD

6 x D = ,

, x , = ,

4.2.3 Pengujian Sifat Fisik Tanah dengan Bahan Stabilisator

Hasil pengujian sifat fisik tanah yang telah dicampur dengan bahan kapur

dan abu gunung vulkanik ditunjukkan pada Tabel 4.8. Grafik hubungan antara

nilai batas cair (LL) dengan variasi campuran ditunjukkan pada Gambar 4.8 dan D60

(21)

Gambar 4.9, hubungan antara nilai batas plastis (PL) dan hubungan antara nilai

indeks plastisitas (IP) dengan variasi campuran ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Tabel 4.8 Data Hasil Uji Atterberg Limit

Sampel Batas - Batas Atterberg

(22)

Sampel

Batas - Batas Atterberg

(23)

Tabel 4.8 Lanjutan

4.2.3.1 Batas Cair (Liquid Limit)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan antara Nilai Batas Cair (LL) dengan Variasi Campuran Kapur dan Abu Gunung Vulkanik

Sampel Batas - Batas Atterberg

LL LL LL

8% K + 8% AGV 40,11 19,25 20,86

8% K + 10% AGV 38,45 19,60 18,85

8% K + 12% AGV 37,34 19,81 17,53

8% K + 14% AGV 36,22 20,09 16,13

8% K + 16% AGV 34,29 20,47 13,82

8% K + 18% AGV 33,14 20,72 12,42

8% K + 20% AGV 31,96 20,98 10,98

8% K + 22% AGV 30,26 21,40 8,86

(24)

Pada Gambar 4.8 tersebut, ditunjukkan bahwa batas cair akibat

penambahan bahan stabilisasi kapur dan abu gunung vulkanik mengalami

penurunan. Semakin besar persentase abu gunung vulkanik, maka semakin kecil

batas cairnya. Pada tanah asli batas cair mencapai 47,33% sedangkan nilai batas

cair terendah berada pada variasi campuran 8% K + 24% AGV dengan lama

pemeraman 7 hari yaitu sebesar 29,15%. Hal tersebut disebabkan akibat tanah

mengalami proses sementasi oleh kapur dan abu gunung vulkanik sehingga tanah

menjadi butiran yang lebih besar yang menjadikan gaya tarik menarik antar

partikel dalam tanah menurun.

4.2.3.2 Batas Plastis (Plastic Limit)

Gambar 4.9 Grafik Hubungan antara Nilai Batas Plastis (PL) dengan Variasi Campuran Kapur dan Abu Gunung Vulkanik

Gambar 4.9 menunjukkan terjadinya peningkatan nilai batas plastis akibat

(25)

sebesar 17,45% dan terus meningkat sampai nilai batas plastis tertinggi berada

pada variasi 8% K + 24% AGV sebesar 21,69%.

4.2.3.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

Gambar 4.10 Grafik Hubungan antara Nilai Indeks Plastisitas (IP) dengan Variasi Campuran Kapur Abu Gunung Vulkanik

Gambar 4.10 menunjukkan terjadinya penurunan nilai indeks plastisitas

akibat penambahan kapur dan abu gunung vulkanik bahwa dengan penambahan

bahan stabilisasi maka nilai indeks plastisitas akan menurun. Penurunan nilai

indeks plastisitas tersebut dapat mengurangi potensi pengembangan dan

penyusutan dari tanah. Hal ini disebabkan oleh adanya proses hidrasi kapur yang

ditambahkan ke tanah. Proses ini memperkuat ikatan antara partikel-partikel

tanah, sehingga terbentuk butiran yang lebih keras dan stabil. Terisinya pori-pori

tanah memperkecil terjadinya rembesan pada campuran tanah-kapur tersebut yang

(26)

Ditambah dengan bahan stabilisasi berupa abu gunung vulkanik. Silika dan

alumina dari abu gunung vulkanik bercampur dengan air membentuk pasta yang

mengikat partikel lempung dan menutupi pori-pori tanah. Rongga-rongga pori

yang dikelilingi bahan sementasi yang lebih sulit ditembus air akan membuat

campuran tanah-abu gunung vulkanik lebih tahan terhadap penyerapan air

sehingga menurunkan sifat plastisitasnya. Dapat dilihat penurunan indeks

plastisitas dari tanah asli yang awalnya sebesar 29,88% mengalami penurunan

seiring bertambahnya pencampuran abu gunung vulkanik hingga nilai indeks

plastisitas terendah pada variasi campuran 8% K + 24% AGV pada pemeraman 7

hari yaitu sebesar 7,46%.

4.3 Pengujian Sifat Mekanis Tanah

4.3.1 Pengujian Pemadatan Tanah Asli (Compaction)

Dalam pengujian ini diperoleh hubungan antara kadar air optimum dan berat

isi kering maksimum. Peneliti menggunakan metode pengujian dengan uji

pemadatan Proctor Standart. Dimana alat dan bahan yang digunakan di

antaranya:

Mould cetakan Ø 10,2 cm, diameter dalam Ø 10,16 cm. • Berat penumbuk 2,5 kg dengan tinggi jatuh 30 cm. • Sampel tanah lolos saringan no 4.

Hasil uji pemadatan Proctor Standart ditampilkan pada Tabel 4.9 dan

(27)

Tabel 4.9 Data Uji Pemadatan Tanah Asli

Gambar 4.11 Kurva Kepadatan Tanah Asli

4.3.2 Pengujian Pemadatan Tanah (Compaction) dengan Bahan Stabilisator

Hasil pengujian sifat mekanis tanah yang telah dicampur dengan bahan

stabilisator berupa kapur dan abu gunung vulkanik ditunjukkan pada Tabel 4.10

dan hubungan antara nilai berat isi kering dengan variasi campuran ditunjukkan

pada Gambar 4.12 dan hubungan kadar air optimum dengan variasi campuran

ditunjukan pada gambar Gambar 4.13.

No Hasil pengujian Nilai

1 Kadar air optimum 21,12%

(28)
(29)
(30)

Sampel γd maks

4.3.2.1Berat Isi Kering Maksimum (γd maks)

Dari pengujian pemadatan tanah yang telah dilakukan pada tanah asli

diperoleh nilai berat isi kering tanah asli sebesar 1,34 gr/cm³. Pada Gambar 4.12

dapat dilihat bahwa nilai berat isi kering semakin meningkat jika ditambahkan

kapur dan abu gunung vulkanik pada 2% kapur + 10% AGV memiliki berat isi

terbesar yakni 1,56 gr/cm3, 4% K + 8% AGV memiliki berat isi kering terbesar

yaitu 1,52 gr/cm3,6% K + 6% AGV memiliki berat isi kering terbesar yaitu 1,49

gr/cm3, dan 8% K + 4% AGV memiliki berat isi kering terbesar yaitu 1,43 gr/cm3.

Dan mengalami penurunan ketika penambahan kadar abu gunung vulkanik

selanjutnya.

Peningkatan berat isi kering ini terjadi karena bahan stabilisator mengisi

(31)

oleh air dan udara. Akibat adanya bahan stabilisator dalam rongga tanah ini,

persentase air yang dikandung tanah menjadi berkurang. Peningkatan jumlah

partikel padat pada tanah berdampak pada peningkatan berat isi keringnya

dibandingkan dengan kondisi tanah asli.

Sedangkan penurunan berat isi kering tanah ini terjadi karena tanah telah

melewati penambahan efektif bahan stabilisator. Jumlah bahan stabilisator yang

semakin bertambah terhadap berat tanah asli yang tetap akan membuat

kemampuan mengikatnya berkurang sehingga akan memperkecil lekatan antar

butiran pada tanah dan air sehingga tanah pun jadi mudah pecah.

.

(32)

4.3.2.2Kadar Air Optimum (wopt )

Hasil kadar air optimum dari percobaan yang dilakukan diketahui bahwa nilai

kadar air optimum tanah asli yaitu 21,12% dan selanjutnya mengalami penurunan.

Gambar 4.11 menunjukkan kadar air optimum pada saat mencapai berat isi kering

maksimum dan mengalami peningkatan ketika melewati berat isi kering

maksimum. Penurunan kadar air optimum ini disebabkan karena bahan

stabilisator mendesak air keluar dari pori tanah dan rongga pada tanah yang berisi

air akan digantikan oleh bahan stabilisasi sehingga air pun tidak bisa masuk

kembali kedalam mikropori tanah, akibatnya persentase air yang dikandung tanah

menjadi berkurang.

Kenaikan kadar air optimum ini disebabkan karena bahan stabilisator kapur

mengakibatkan tanah menjadi panas sehingga campuran membutuhkan kadar air

yang lebih banyak untuk saling berikatan. Serta disebabkan karena semakin

banyaknya persentase bahan stabilisator dan berat tanah aslinya tetap,

(33)

Gambar 4.13 Grafik Hubungan antara Kadar Air Optimum Tanah (Wopt ) dengan Variasi Campuran Kapur dan Abu Gunung Vulkanik

4.3.3 Pengujian CBR (California Bearing Ratio)

Pengaruh pencampuran kapur dan abu gunung vulkanik pada tanah lempung

terhadap kekuatan tanah lempung dapat dilihat dari hasil pengujian CBR dalam

kondisi tidak terendam (unsoaked), dengan tiap variasi tanah yang telah dicampur

dengan bahan stabilisasi kapur dan abu gunung vulkanik dengan waktu

pemeraman selama 7 hari.

Pengujian ini dilakukan dalam kondisi tidak terendam (unsoaked) karena

relatif lebih cepat. Pada umumnya nilai CBR tidak terendam (unsoaked) lebih

tinggi dari CBR terendam (soaked), namun soaked merupakan kondisi yang

sering dialami di lapangan sehingga di dalam perhitungan konstruksi bangunan,

harga CBR soaked yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan karena dalam

kenyataannya air selalu mempengaruhi konstruksi bangunan. CBR rendaman

(soaked) digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di lapangan pada

(34)

Ikatan antar butir merupakan kemampuan saling mengunci antar butiran,

dan adanya rekatan yang merekatkan permukaan butiran tersebut, semakin kuat

ikatan antar butir akan menghasilkan nilai CBR semakin tinggi dan begitu pula

sebaliknya. Uji CBR yang dilakukan pada penelitian ini dimaksudkan untuk

melihat apakah penambahan persentase additive akan memberikan pengaruh

terhadap nilai CBR.

Hasil pengujian CBR yang dilakukan pada setiap variasi campuran

ditunjukkan pada Tabel 4.11

(35)
(36)
(37)

Gambar 4.14 Grafik Hubungan Nilai CBR dengan Variasi Persentase Penambahan Campuran Kapur Abu Gunung Vulkanik

Pada Gambar 4.14 memperlihatkan pengaruh terhadap variasi penambahan

campuran kapur dan abu gunung vulkanik terhadap nilai CBR. Pada grafik yang

ditunjukkan oleh Gambar 4.14 diatas, didapat nilai CBR terbesar pada variasi 2%

K + 10% AGV sebesar 8,80%, 4% K + 8% AGV sebesar 9,01%, 6% K + 6%

AGV sebesar 9,59% dan 8% K + 4% AGV sebesar 10,12%. Akan tetapi pada

penambahan selanjutnya nilai CBR cenderung mengalami penurunan, hal ini

disebabkan berat volume tanah berkurang karena pori-pori tanah terisi oleh

campuran kapur dan abu gunung vulkanik menyebabkan hasil penetrasi pada

pengujian CBR menurun.

4.3.4 Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) Dalam pengujian ini akan diperoleh hubungan antara nilai kuat tekan bebas

tanah (qu) pada tanah asli dan tanah remoulded (buatan) serta nilai kuat tekan

(38)

stabilisasi kapur dan abu gunung vulkanik dengan waktu pemeraman selama 7

hari. Selanjutnya dari hasil nilai qu diperoleh nilai Kohesi (cu) yaitu sebesar ½ qu.

Hasil pengujian Kuat Tekan Bebas yang dilakukan pada setiap variasi

campuran ditunjukkan pada Tabel 4.12. Pada gambar 4.15 ditunjukkan

perbandingan nilai Kuat Tekan tanah (qu) antara tanah asli dengan tanah

remoulded dan pada Gambar 4.16 ditunjukkan nilai kuat tekan tanah (qu) yang

diperoleh di setiap variasi campuran.

Tabel 4.12 Data Hasil Uji Kuat Tekan Bebas dengan Berbagai Variasi Penambahan Kapur dan Abu Gunung Vulkanik

(39)
(40)

Sampel qu

(kg/cm²)

cu (kg/cm²)

6% K + 24% AGV 1,92 0.96

8% K + 2% AGV 2,86 1.43

8% K + 4% AGV 3,28 1.64

8% K + 6% AGV 3,17 1.58

8% K + 8% AGV 3,03 1.51

8% K + 10% AGV 2,99 1.50

8% K + 12% AGV 2,87 1.43

8% K + 14% AGV 2,70 1.35

8% K + 16% AGV 2,63 1.31

8% K + 18% AGV 2,41 1.20

8% K + 20% AGV 2,21 1.10

8% K + 22% AGV 2,10 1.05

8% K + 24% AGV 2,01 1.00

(41)

Tabel 4.13 Perbandingan Kuat Tekan Tanah Asli dan Tanah Remoulded

Strain (%) Tanah Asli

qu (kg/cm²)

Tanah Remoulded qu (kg/cm²)

0,5 0,30 0,16

1 0,46 0,23

2 0,69 0,41

3 1,18 0,54

4 1,42 0,61

5 1,16 0,71

6 1,08 0,57

7 0,83 0,39

(42)

Pada Gambar 4.15 dapat dilihat nilai kuat tekan tanah pada tanah asli adalah

sebesar 1,42 kg/cm², sedangkan pada tanah remoulded diperoleh sebesar 0,71

kg/cm². Terjadi penurunan yang cukup besar seperti terlihat pada Gambar 4.15.

Penurunan ini diakibatkan oleh perlakuan berupa kerusakan struktur tanah yang

diterima oleh tanah buatan (remoulded). Sifat berkurangnya kekuatan tanah akibat

adanya kerusakan struktural tanah tersebut disebut kesensitifan (sensitivity). Nilai

sensitifitas inilah yang akan menentukan klasifikasi tanah menurut sensitifitasnya.

� � � � � = qqu u � � = ,, = ,

Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki rasio

kesensitifian sebesar 2,00. Dimana tergolong ke dalam tanah sentifitas sedang.

Artinya, kerusakan struktural yang dialami tanah tidak berpengaruh besar

terhadap perubahan kuat tekan maupun kuat geser tanah.

Gambar 4.16 Grafik Kuat Tekan dengan Berbagai Variasi Penambahan Abu

(43)

Berdasarkan Gambar 4.16 tersebut didapat nilai Kuat Tekan tanah asli (qu)

sebesar 1,42 kg/cm². Kemudian dengan adanya penambahan kapur dan abu

gunung vulkanik nilai Kuat Tekan semakin meningkat tetapi hanya dengan variasi

campuran 8% K + 4% AGV, pada variasi campuran tersebutlah nilai Kuat Tekan

tanah yang paling maksimum yaitu sebesar 3,28 kg/cm².

Dengan demikian, semakin banyak penambahan kapur dan abu gunung

vulkanik akan mengakibatkan semakin kecil nilai Kuat Tekan tanah. Hal ini

dikarenakan penambahan kapur dan abu gunung vulkanik yang terlalu banyak

pada tanah akan memperkecil lekatan antara butiran tanah dan air, sehingga tanah

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bahan

stabilisator kapur dan abu gunung vulkanik terhadap tanah lempung dengan kadar

campuran yang telah ditetapkan dan masa pemeraman (curing time) selama 7 hari,

dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah asli tersebut termasuk dalam

jenis CL (Clay-Low Plasticity) yaitu lempung anorganik dengan plastisitas

rendah sampai sedang.

2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO, sampel tanah asli termasuk dalam jenis

A-7-6.

3. Dari hasil uji Water Content didapat bahwa nilai kadar air tanah asli

sebesar 34,33%.

4. Dari hasil uji Specific Gravity didapat bahwa nilai berat spesifik tanah asli

yaitu 2,65. Berat spesifik kapur sebesar 2,59 dan berat spesifik abu gunung

vulkanik sebesar sebesar 2,62.

5. Dari uji Atterberg tanah asli diperoleh nilai Liquid Limit (LL) sebesar

47,33% dan indeks plastisitas sebesar 29,88%. Berdasarkan hasil

percobaan yang dilakukan diketahui bahwa:

(45)

• Penambahan 4% K + 24% AGV, memiliki indeks plastisitas (IP) yang paling rendah yaitu 11,33%. Dengan nilai liquid limit sebesar 31,55%.

• Penambahan 6% K + 24% AGV, memiliki indeks plastisitas (IP) yang paling rendah yaitu 9,38%. Dengan nilai liquid limit sebesar 30,46%.

• Penambahan 8% K + 24% AGV, memiliki indeks plastisitas (IP) yang paling rendah yaitu 7,46%. Dengan nilai liquid limit sebesar 29,15%.

6. Dari hasil uji Proctor Standart mengahasilkan nilai kadar optimum pada

tanah asli sebesar 21,12% dan Berat Isi Kering Maksimum sebesar 1,34

gr/cm³, sedangkan nilai berat isi yang maksimum dari semua campuran

yaitu :

• Pada variasi 2% K + 10% AGV dimana sebesar 1,56 gr/cm³ dan kadar air optimumnya yaitu 19,75%.

• Pada variasi 4% K + 8% AGV dimana sebesar 1,52 gr/cm³ dan kadar

nilai CBR yang paling besar yakni:

(46)

• Pada variasi campuran 8% K + 4% AGV dimana nilai CBR 10,12 %

8. Dari uji unconfined compression test yang dilakukan diperoleh nilai kuat

tekan tanah (qu) pada tanah asli sebesar 1,42 kg/cm2, sedangkan pada

tanah remoulded diperoleh nilai sebesar 0,71 kg/cm2. sedangkan nilai kuat

tekan tanah (qu) yang maksimum dari semua campuran yaitu :

• Pada variasi campuran 2% K + 10% AGV dimana nilai qu 2,79 kg/cm2

• Pada variasi campuran 4% K + 8% AGV dimana nilai qu 2,90 kg/cm2

• Pada variasi campuran 6% K + 6% AGV dimana nilai qu 3,13 kg/cm2

• Pada variasi campuran 8% K + 4% AGV dimana nilai qu 3,28 kg/cm2

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bahan

stabilisator kapur dan abu gunung vulkanik terhadap tanah lempung, penulis

memberikan saran bahwa:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi lama pemeraman yang

berbeda sehingga dapat dilakukan perbandingan nilai antar variasi untuk

setiap bahan pencampur.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai nilai ekonomis penggunaan

kapur dan abu gunung vulkanik sebagai bahan stabilisator (stabilizing

agents) pada tanah lempung jika dikombinasikan dengan bahan pencampur

(47)

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh penambahan kapur dan abu

gunung vulkanik pada jenis tanah yang lain.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan jenis kapur

Gambar

Gambar 4.1 Plot Grafik Klasifikasi USCS
Gambar 4.3 Grafik Batas Cair (Liquid Limit), Atterberg Limit
Gambar 4.4 Klasifikasi Tanah berdasarkan tingkat ekspansif menurut Prof. Seed
Gambar 4.5 Klasifikasi Tanah berdasarkan tingkat ekspansif menurut Prof.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa mikroba (seperti algae dan jamur) cukup besar untuk dapat dilihat dengan mata telanjang, namun kedua organisme masih dimasukkan dalam kajian mikrobiologi, hal ini

Iklan itu hanya "mengambilalih" sesuatu yang dianggap wajar dan seharusnya terjadi dalam kehidupan, yakni salah satu jenis pekerjaan yang melekat pada perempuan sebagai

Selanjutnya pada bagian jari tengah memegang pangkal atau tepian dari ujung tali bagian belakang lembing yaitu dengan cara melingkarkan, ditopang dengan ibu jari berada di tepi

Hasil analisis data sampai pada kesimpulan, bahwa penyingkapan diri lebih sering dilakukan ketika berkaitan dengan hal-hal yang memang lazim di dalam perbincangan

Leterature an Introduction to Reading and Writing.. New Jersey: Pretience

 Bentuk talus : koloni senobium bergerak.  Bentuk kloroplas

The point of this character make these choices are usually lead the story to the climactic moment, and the effect or implication of this choice usually represents the conclusion

Segala tindakan redaksi Okezone.com dalam menerjemahkan baik pada judul, lead, paragraf pertama, tubuh berita dan penutup dan akhirnya pada keseluruhan teks dalam upaya mencapai