• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Asupan Zat Gizi, Produktivitas Kerja dan Status Gizi Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Asupan Zat Gizi, Produktivitas Kerja dan Status Gizi Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari

keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya (Cakrawati & Mustika, 2012). Menurut Almatsier (2003) status gizi merupakan

suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi

menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal dan gizi lebih.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Disebabkan antara status gizi kurang, baik, dan lebih.

Gizi tidak berhubungan dengan kesehatan saja tetapi berhubungan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Di Indonesia

dihubungkan dengan upaya untuk memacu pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM). Status gizi pada orang dewasa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaanya dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari.

Kebiasaan makan tidak dipengaruhi oleh zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Namun banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya kebiasaan

makan, salah satunya adalah lingkungan.

Orang dewasa cenderung kurang memperhatikan asupan makanan. Umumnya orang dewasa lebih suka mengkonsumsi makanan berlemak, berenergi

(2)

dkk, 2010). Padahal pada usia ini dianjurkan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat namun rendah lemak, ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan tidak

lagi terjadi dan hendaknya pemenuhan zat gizi dipusatkan untuk pemeliharaan kesehatan agar terbentuk status gizi yang baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah produk pangan, pembagian makanan atau pangan, akseptabilitas (daya terima), prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, pantangan pada makanan tertentu, kesukaan

terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan ekonomi, kebiasaan makan, selera makan, dan sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) (Supariasa,

2002).

2.2 Gizi Pekerja

Gizi kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi

kebutuhan fisiologis tubuh sesuai dengan jenis pekerjaan. Gizi kerja ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja.

Disamping memberi nilai-nilai kesejahteraan dan kesehatan, peranan gizi kerja langsung memberi dampak ekonomi yang positif (Riyadi, 2006).

Gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja atau nutrisi yang

diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh tenaga

kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Sebagai suatu aspek dari ilmu gizi pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan kepada kesehatan

(3)

mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat gizi seseorang (Anies, 2011). Gizi kerja adalah suatu proses organisme dalam menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga agar dapat melakukan suatu aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk melangsungkan hidup agar lebih baik (Irianto,

2007).

Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam

dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja

pada pengusaha dangan menerima upah (Anonim, 2010).

Status gizi pekerja merupakan gambaran keadaan fisik pekerja yang

disebabkan dari keseimbangan antara asupan zat gizi pekerja yang diperoleh dari makanan sehari-hari dengan zat gizi yang dikeluarkan untuk menunjang aktivitas pekerjaan mencapai target produktivitas.

2.2.1 Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja

Kebutuhan gizi tenaga kerja bergantung pada jenis perkerjaan yang

(4)

Tabel. 2.1 Pengelompokan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kebutuhan Energi

Dari tabel pengelompokan jenis pekerjaan berdasarkan kebutuhan energi mengelompokkan bahwa jenis pekerjaan buruh industri termaksud dalam kategori

berat. Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi

energinya diperlukan pemasukkan zat-zat makanan yang cukup ke dalam tubuh. Manusia yang kurang makan akan lemah baik kekuatannya, fisiknya, maupun daya ingatannya serta daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang

diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi (Kartasapoetra, 2011).

Kebutuhan akan gizi bagi tenaga kerja lebih besar dari kebutuhan atau

pemenuhan gizi seseorang sebagai kelompok masyarakat. Jumlah zat-zat gizi yang dibutuhkan tenaga kerja sangat tergantung dari jumlah tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan. Jumlah tenaga yang diperlukan untuk

melakukan suatu pekerjaan tergantung dari jumlah otot tersebut harus bekerja. Seseorang makan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala

(5)

2.3 Angka Kecukupan Gizi

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya

masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencengah defesiensi zat gizi. Angka kecukupan gizi

(AKG) dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, gentika dan keadaan fisiologi.

Nilai AKG untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu tinggi

dari pada kecukupan rata-rata sehingga dapat dijamin, bahwa kecukupan hampir seluruh terpenuhi. Oleh karena itu asupan dibawah nilai AKG tidak selalu berarti

tidak cukup, tetapi makin jauh dibawah nilai tersebut risiko untuk memperoleh asupan tidak cukup meningkat. Khusus untuk energi, nilai kecukupannya ditaksir setara dengan nilai pakainya sebab asupan energi yang kurang maupun lebih dari

nilai pakainya akan memberikan dampak pada terganggunya kesehatan.

Kisaran distribusi energi gizi makro dari pola konsumsi penduduk

Indonesia berdasarkan analisis data Riskes das 2010 adalah 9- 14% energi protein, 24-36% energi lemak, dan 54- 63% energi karbohidrat. Anjuran kisaran sebaran energi gizi makro (AMDR) bagi penduduk Indonesia dalam estimasi kecukupan

gizi ini adalah 5-15% energi protein, 25-35% energi lemak, dan 40-60% energi karbohidrat, yang penerapannya tergantung umur atau tahap pertumbuhan dan

(6)

Tabel. 2.2 Distribusi persentase energi dari protein, lemak dan karbohidrat dalam pola konsumsi pangan penduduk Indonesia

Kelompok Umur Energi Protein Lemak

(Kkal) (g) (g)

Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi

seseorang. Untuk menilai status gizi dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi makanan. Penilaian konsumsi makanan dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan dan menghitung jumlah makanan yang dimakan baik dalam jangka

panjang maupun jangka pendek. Untuk mendapatkan informasi tentang kebiasaan makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi, dapat dilakukan pengukuran

melalui beberapa metode:

2.4.1Metode Ingatan 24 Jam (24-hours food recall)

Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi

selama 24 jam yang lalu atau sehari sebelumnya. Dengan metode ini akan diketahui besarnya porsi makanan berdasarkan ukuran rumah tangga (URT) yang

kemudian dikonversi ke ukuran metrik (gram) (Khomsan, 2010). Metode ingatan 24 jam, jika dilakukan satu hari tidak dapat menggambarkan informasi rata-rata

konsumsi. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan minimal 2x24 dengan selang waktu 2 hari selama sepuluh hari.

Kelebihan metode food recall 24 jam antara lain:

(7)

3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. 4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Kekurangan metode food recall 24 jam antara lain:

1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, apabila hanya dilakukan recall satu hari.

2. Ketepatannya sangat bergantung pada daya ingat responden (Lee-Han et al, 2009: 269).

2.5 Asupan Gizi

Asupan gizi yang baik sangat penting bagi pekerja. Asupan zat gizi merupakan jumlah zat gizi yang masuk melalui konsumsi makanan sehari-hari

untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Suharjo, 2011). Kekurangan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja akan

membawa akibat buruk pada tubuh pekerja seperti : pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan

lain-lain (Wisnoe, 2010).

Asupan zat gizi pekerja diperoleh dari makanan yang dikonsumsi pekerja

setiap hari. Makanan yang dikonsumsi pekerja akan mengalami proses pencernaan. Makanan tersebut akan diuraikan menjadi zat gizi lalu diserap

(8)

1. Energi

Energi merupakan salah satu hasil dari metabolisme karbohidrat, protein,

dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu, dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan sebagai cadangan

energi jangka pendek dalam bentuk glikogen (Hardinsyah & Tambunan 2004). Kekurangan energi akan mengakibatkan rendahnya kemampuan dalam mengerjakan pekerjaan fisik dan menurunkan produktivitas kerja (Marsetyo &

Kartasapoetra 2003). Energi diperlukan manusia untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik dan juga menggerakkan proses-proses dalam tubuh seperti

sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan dan proses fisiologis lainnya (Suhardjo & Kusharto 2011).

2. Protein

Protein merupakan zat gizi penting bagi tubuh, karena disamping sebagai sumber energi, protein juga berperan sebagai zat pengatur dan pembangun.

Protein merupakan bahan pembentuk jaringan baru dan mengganti jaringan tubuh yang rusak. Protein dapat menjadi sumber energi jika kebutuhan energi tidak terpenuhi dari karbohidrat dan lemak. Protein ikut mengatur berbagai proses di

dalam tubuh diantaranya mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah dan mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh. Protein

berperan juga sebagai enzim dan bertindak sebagai plasma atau albumin membentuk antibodi dan sebagai protein otot (Winarno 1992).

(9)

Defisiensi protein terutama ditemui pada masyarakat golongan ekonomi rendah (Almatsier 2002). Angka kecukupan protein yang dianjurkan berdasarkan AKG

2004 untuk semua kategori usia wanita dewasa 19-64 tahun sebesar 50 gram per hari (Hardinsyah & Tambunan 2004).

3. Lemak

Lemak merupakan bahan atau sumber pembentuk energi di dalam tubuh, yang dalam hal ini bobot energi yang dihasilkan dari tiap gramnya lebih besar dari

yang dihasilkan tiap gram karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak akan menghasilkan 9 kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat dan protein akan

menghasilkan 4 kalori (Kartasapoetra, 2011). Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh dan pengatur suhu tubuh. Sebagai penghasil asam lemak esensial, dan sebagai

pelarut vitamin A, D, E, dan K. Tempat penyimpanan utama jaringan lemak berada di bawah kulit serta di sekitar organ-organ dalam rongga abdomen.

Simpanan ini sering disebut sebagai depot lemak. Mengkonsumsi lemak yang melampaui kebutuhan tubuh akan energi dapat menimbulkan penimbunan lemak dalam jaringan adiposa dan menyebabkan kegemukan (Beck, 2011).

4. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik komplek yang dibutuhkan dalam jumlah

sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didapatkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur

(10)

spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat dirusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2005).

5. Mineral

Mineral merupakan bagian tubuh dan memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fospor, dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dan hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormon

tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim. Sumber paling baik

mineral adalah makanan hewani kecuali magnesium yang terutama lebih banyak didalam makanan nabati (Budianto, 2010).

2.6Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang

bersifat objektif maupun subjektif, kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim “penilai”

(Arisman, 2010).

Penilaian status gizi dibagi menjadi dua, yaitu penilaian secara langsung

dan penilaian secara tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak

(11)

Metode penilaian status gizi terdiri dari dua metode yaitu, metode langsung dan metode tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung

meliputi metode biokimia, antropometri, klinik dan biofisik. Sedangkan metode tidak langsung adalah metode konsumsi makanan, statistik vital dan faktor-faktor

ekologi. Metode penilaian status gizi yang banyak digunakan yaitu antropometri (Supariasa et al, 2013).

2.6.1 Pemeriksaan Langsung

1. Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Pengukuran antropometri

adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan

tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Russeng, 2009). Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Melalui

kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penilaian berdasarkan IMT adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi

badan, dengan rumus sebagai berikut :

���= Berat Badan (Kg)

(12)

Dari perhitungan IMT, dilakukan penilaian status gizi dengan klasifikasi sebagai berikut :

Tabel 2.4 Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh

IMT Status Gizi Kategori

< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus

17.0 – 18.4 Gizi Kurang Kurus

18.5 – 24.9 Gizi Baik Normal

25.0 – 27.0 Gizi Lebih Gemuk

<27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

Sumber : Depkes Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja (2009).

2. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesismen yang

diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot. Cara penilaian status gizi langsung secara biokimia dapat didekati dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Hm), serum besi, serum ferritin (SF), transferin saturation (TS), free erythrocytes protophophyrin

(FEP), dan Unsaturated iron-binding capacity serum. Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakukan dengan pemeriksaan pemeriksaan spesismen jaringan tubuh

(darah, urine, tinja, hati dan otot) yang diuji secara laboratorium terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolestrol. Pemeriksaan

biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik. 3. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

(13)

umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih dari

zat gizi. Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel (superficial epitel tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis bertujuan

mengatahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus. 4. Biofisik

Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi serta

perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja.

2.6.2Pemeriksaan Tidak Langsung

1. Survei Konsumsi

Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara kebiasaan

makan dan perhitungan konsumsi makanan sehari-hari. Tujuan penilaian ini adalah mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi.

2. Statistik Vital

Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka kematian, kesakitan dan kematian akibat hal-hal yang berhubungan dengan gizi.

Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung status gizi masyarakat.

3. Faktor Ekologi

Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan yang

(14)

tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi masyarakat (Irianto, 2007).

2.7 Produktivitas Kerja

Produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber daya

digunakan dan dipergunakan dengan baik sehingga dapat mewujudkan hasil-hasil yang diinginkan. Produktivitas kerja adalah perbandingan antara jumlah pengeluaran dengan nilai tambah terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan

dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Produktivitas kerja dapat dinyatakan sebagai jumlah hasil kerja/pekerja/satuan waktu.

Produktivitas kerja merupakan ukuran keberhasilan pekerja menghasilkan suatu produk dalam satuan waktu tertentu. Seorang tenaga kerja dinilai produktif bila tenaga kerja tersebut mampu menghasilka keluaran yang lebih banyak

disbanding tenaga kerja lainnya dalam satuan waktu yang sama, atau apabila tenga kerja tersebut menghasilkan keluara yang sama sengan menggunakan

sumber daya yang sedikit. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam memajukan perusahaan karena dengan produktivitas yang tinggi maka perusahaan akan memperoleh hasil yang besar.

Menurut Manulang (2005), cara pengukuran produktivitas kerja secara individual adalah atas dasar isi, cara kerja, dan waktu yang digunakan untuk

menghasilkan per unit barang. Jumlah dan mutu out put sebagai standar. Cara ini didasarkan pada jumlah unit barang yang dihasilkan dalam suatu interval waktu

(15)

kecermatan kerja. Produksi rata-rata sebagai standar, cara ini digunakan bila tugas-tugas yang dilakukan pekerja sama atau hampir sama.

2.7.1 Stasiun Pengolahan

Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit

dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah (mesocrap) dan inti sawit (kernel) dan biji (nut) dengan kapasitas olah 20 ton per jam. Yang dikerjakan selama 20 menit harus selesai yaitu ketetapan dari

perusahaan agar tercapainya produktivitas. Hal ini tergantung juga dengan banyaknya TBS yang diproduksi oleh kebun. Ada delapan stasiun utama dalam

proses pengolahan di PT. Socfindo, antara lain :

1. Stasiun penerimaan tandan buah segar (TBS), merupakan titik awal proses pengolahan

2. Stasiun sterilizer, merupakan proses perebusan buah di dalam steamer ketel

3. Stasiun penebahan, merupakan proses pemisahan brondolan sawit dari janjangnya

4. Stasiun kempa, merupakan proses memisahkan daging buah sawit dengan

bijinya

2.7.2 Lama Waktu Menyelesaiakan Pekerjaan

Jumlah jam kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan untuk bekerja, tidak termasuk kerja yang digunakan untuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja

(16)

tetap baik. Pekerjaan sewaktu-waktu yang terutama penting adalah pekerjaan fisik yang berat. Untuk pekerjaan demikian, otot-otot, susunan kardiovaskuler,

paru-paru dan lain-lain sangat berperan dalam pekerjaan fisik.

Lamanya seseorang bekerja sehari secara fisik pada umumnya 6 sampai 8

jam. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu biasanya disertai menurunnya efisiensi, timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Kecenderungan ini lebih terlihat pada pekerjaan yang dilakukan dengan tangan (Suma’mur 1989).

2.7.3 Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin digunakan untuk menentukan status gizi seseorang dan

juga digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan keadaan anemia zat besi. Rendahnya kadar hemoglobin karena rendahnya asupan zat gizi seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Anemia zat besi akan menyebabkan rendahnya

tingkat produktifitas kerja dan menurunnya kekebalan terhadap infeksi. Semakin tinggi kadar hemoglobin maka semakin baik pula produktivitas kerja seseorang.

Selama bekerja tubuh seseorang membutuhkan 20 kali jumlah oksigen normal dan sel-sel otot memakai oksigen dengan sangat cepat. Oksigen dalam pembuluh darah ini diangkut oleh hemoglobin. Kurangnya asupan zat besi dapat

menyebabkan produksi sel darah merah akan menurun jumlah dan besarnya, sehingga produksi hemoglobin juga ikut menurun. Nilai normal hemoglobin

laki-laki dewasa adalah 13,0- 16,5 g/dl (depkes 2012).

2.8 Kerangka Konsep

(17)

variabel independen yaitu asupan gizi (energi, protein, dan lemak) dan produktivitas kerja (lama waktu penyelesaikan pekerjaan dan kadar hemoglobin)

dan sebagai variabel dependennya adalah status gizi pada tenaga kerja pabrik kelapa sawit PT. Socfindo Sungai Liput AcehTamiang.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Asupan Gizi :

- Energi - Protein - Lemak

Produktivitas Kerja

Gambar

Tabel. 2.1 Pengelompokan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kebutuhan Energi
Tabel. 2.2 Distribusi persentase energi dari protein, lemak dan karbohidrat
Tabel 2.4  Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

1) Pemahaman siswa terhadap teknik dasar lompat jauh melalui media kardus membuat siswa bersemangat untuk melakukan pembelajaran dan semakin aktif untuk mencoba

Dari hasil tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu - ibu tentang penggunan pil KB setelah diperlihatkan media audio visual terjadi peningkatan dibandingkan

Dengan melakukan pengaturan bandwidth secara terjadwal serta blocking situs berbahaya, maka kecepatan akses internet bagi user dapat lebih maksimal karena sesuai dengan kondisi

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan cinta kasih penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PPKn Melalui

Dalam penelitian kali ini penerapan model atau metode menggunakan metode kooperatif dan inovatif yang akan membangkitkan minat belajar peserta didik dalam proses

Dalam bab ini penulis akan menganalisis dan membahas Analisis Klausula Baku Dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Rumah Di Perumahan Wijaya KusumMenurut

karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga.. 3)

Penalaran langsung adalah penalaran yang pernyataannya hanya untuk sebuah benar atau salahnya dan langsung disusul dengan bukti lainnya sebagai