• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011057 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011057 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAAFAN (FORGIVENESS) SEBAGAI PREDIKTOR

TERHADAP REGULASI EMOSI KOGNITIF PADA WANITA

YANG HAMIL DI LUAR PERNIKAHAN

OLEH

ROSELINA SEKAR MIRA 802011057

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Roselina Sekar Mira

Nim : 802011057

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karta ilmiah saya berjudul:

PEMAAFAN (FORGIVENESS) SEBAGAI PREDIKTOR

TERHADAP REGULASI EMOSI KOGNITIF PADA WANITA

YANG HAMIL DI LUAR PERNIKAHAN

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkal data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selamatetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Salatiga

Pada tanggal : 29 November 2016 Yang menyatakan,

Roselina Sekar Mira Mengetahui,

Pembimbing,

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Roselina Sekar Mira

Nim : 802011057

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PEMAAFAN (FORGIVENESS) SEBAGAI PREDIKTOR

TERHADAP REGULASI EMOSI KOGNITIF PADA WANITA

YANG HAMIL DI LUAR PERNIKAHAN

Yang dibimbing:

Drs. Aloysius Soesilo., MA

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau menirudalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 29 November 2016 Yang memberi pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMAAFAN (FORGIVENESS) SEBAGAI PREDIKTOR

TERHADAP REGULASI EMOSI KOGNITIF PADA WANITA

YANG HAMIL DI LUAR PERNIKAHAN

Oleh

Roselina Sekar Mira 802011057

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal: Oleh

Pembimbing

Drs. Aloysius Soesilo., MA

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Drs. Chr. Hari s., MS Prof. Dr. Sutarto Wijono., MA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

PEMAAFAN (FORGIVENESS) SEBAGAI PREDIKTOR

TERHADAP REGULASI EMOSI KOGNITIF PADA WANITA

YANG HAMIL DI LUAR PERNIKAHAN

Roselina Sekar Mira Aloysius L. S. Soesilo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemaafan (forgiveness) sebagai prediktor regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan. Sampel (N=30) diambil dengan menggunakan metode snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua skala, yaitu skala pemaafan (forgiveness) dan skala CERQ. Hasil penelitian menggunakan teknik analisis regresi sederhana diperoleh r = 0,716 dengan sig. 2-tailed = 0,001(p < 0,05) yang menunjukan bahwa pemaafan (forgiveness) dapat menjadi prediktor regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan.

(9)

ii

Abstract

The aim of this research is to find out the possibility of forgiveness for cognitive

emotion regulation of woman who pregnant out of marriage. 30 women were

recruited to participate in this research using snowball sampling. Two types of

questionnaires were distributed: forgiveness scale and CERQ scale. All gathered

and analyzed using a linear regression r = 0,716 with sig. 2-tailed = 0,001 (p<

0,05) and this research proved that forgiveness could be a cognitive emotion

regulation predictor for woman who pregnant out of marriage.

Keywords: forgiveness, cognitive emotion regulation, woman who

(10)

1

PENDAHULUAN

Kehamilan adalah anugerah bagi para pasangan yang sudah resmi menikah secara agama maupun negara, namun untuk wanita yang tidak menikah dan sudah mengandung adalah hal yang cukup berat untuk diterima apalagi kehamilan itu tidak diinginkan atau diakui oleh pihak lelaki. Hal itu terjadi kebanyakan terjadi pada wanita dengan usia yang masih cukup muda. Dari data yang diperoleh BKKBN menyatakan bahwa angka kehamilan dan kelahiran pada kalangan remaja putri masih tinggi yakni sekitar 48 per 1.000 perempuan usia 15-19 tahun (www.solopos.com).

Penolakan yang dilakukan oleh pihak pria mengenai kehamilan yang dialami menimbulkan rasa sakit hati, keinginan untuk membalas dendam, menciptakan kebencian yang ditujukan pada pihak yang menyakiti, serta merasakan dirugikan atau ketidakadilan. Korban dari perbuatan yang tidak adil dapat memberi respon berupa kemarahan, ketakutan, dan kebencian, serta dapat menyimpan dendam terhadap pelaku kesalahan (Worthington, 2005).

(11)

2

yang sulit. Ketiga, kebrutalan, perbuatan brutal seperti penganiayaan, pemerkosaan dengan kekerasan, penghinaan yang kejam, menghadang seseorang pada tahap krisis pemberian maaf yang paling menyakitkan hati. Memaafkan orang yang melakukan perbuatan brutal mungkin membuat para pelaku itu menjadi manusiawi, tetapi ini hanyalah sebagian dari solusinya. Dalam kehidupan sosial orang-orang yang melakukan tindak kekerasan seperti menyiksa atau membunuh orang lain membutuhkan lebih daripada sekedar maaf agar mereka tidak lagi melakukan tindak kejahatan serupa.

Saat seorang wanita berpikir dan memiliki motivasi untuk memaafkan pria yang telah menghamilinya dan tidak bertanggung jawab maka wanita itu akan mampu pelepaskan kebencian dan keinginan untuk membalas dendam, menerima kehamilannya dan merawat, tidak menyalahkan diri sendiri ataupun orang lain. Namun, saat wanita tersebut tidak memiliki sedikitpun keinginan dan motivasi untuk memaafkan pria yang telah menghamilinya maka kebencian dan keinginan membalas dendam sangat kuat dalam dirinya dapat pula dia menyalahkan dirinya sendiri mengenai kejadian yang terjadi, tidak dapat menerima kehamilannya. Saat wanita tersebut mampu untuk memaafkan pria yang telah menghamilinya maka akan terjadi perubahan sikap pada wanita tersebut contohnya dengan tidak menghindari untuk suatu saat bertemu dengan pria yang telah menghamilinya.

(12)

3

emosi kognitif positif maupun negatif. Sehingga penelitian ini akan meneliti apakah pemaafan dapat dijadikan sebagai prediktor terhadap regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan.

Pemaafan (Forgiveness): Definisi, Aspek, dan Faktor yang Mempengaruhi Definisi Pemaafan (forgiveness)

Menurut Enright dan Coyle (1998) pemaafan sebagai kesediaan untuk melepaskan hak sendiri untuk menunjukkan kebencian, penghakiman negatif, dan perilaku tidak peduli terhadap seseorang yang tidak seharusnya merugikan kita, dan bersamaan dengan ini mengembangkan kualitas belarasa, kedermawanan, dan bahkan kasih terhadap pelaku kendati dia sebenarnya tidak berhak menerima kualitas. Sedangkan menurut Philpot (dalam Anderson, 2006) pemaafan dapat diartikan sebagai suatu prosess (hasil dari proses) bahwa ada keterlibatan perubahan emosi dan sikap pada pelaku.

Hargrave dan Sells (1997, dalam Snyder dan Lopez, 2003) mengatakan bahwa pemaafan atau pemaafan sebagai upaya memulihkan cinta dan kepercayaan hubungan sehingga korban dan pelaku dapat mengakhiri hak destruktif.

McCullough, Finicham, Tsang (dalam Lopez dan Snyder, 2003) mengemukakan bahwa pemaafan mencerminkan perubahan prososial dalam motivasi interpersonal yang seseorang alami: a) penurunan motivasi untuk menghindari kontak pribadi dan psikologis dengan pelaku, b) penurunan motivasi membalas dendam atau melihat-lihat bahaya datang pada pelanggar, c) peningkatan motivasi terhadap kebajikan.

(13)

4

bersalah sehingga akan ada perubahan emosi dan sikap yang positif terhadap pelaku.

Aspek-aspek Pemaafan (Forgiveness)

Menurut McCullough (dalam Lopez dan Snyder, 2003), pemaafan dibagi menjadi 3 aspek, yaitu motivasi menghindar (avoidance motivations), motivasi pembalasan (revenge motivations), motivasi berbuat baik (benevolence motivations). Aspek-aspek tersebut akan dijelaskan secara singkat.

Motivasi menghindar (avoidance motivations) diartikan sebagai penurunan motivasi untuk menghindari kontak pribadi dan psikologis dengan pelaku. Korban akan membuang keinginannya untuk menjaga jarak dengan pelaku.

Motivasi pembalasan (revenge motivations) diartikan sebagai penurunan motivasi untuk balas dendam. Hal ini berarti, korban akan membuang keinginan untuk membalas perlakuan yang telah diperbuat oleh pelaku. Korban akan memperkecil rasa marah untuk membalas dendam pada pelaku yang telah menyakitinya.

Motivasi berbuat baik (benevolence motivations) diartikan sebagai peningkatan motivasi untuk berbuat baik kepada pelaku. Meskipun subjek sudah merasa menjadi korban, akan tetapi subjek tetap ingin berbuat baik kepada pelaku. Subjek dalam hal ini akan tetap menjaga hubungan baik dengan pelaku.

Faktor yang mempengaruhipemaafan (forgiveness)

(14)

5

Empati adalah kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Kemampuan untuk empati ini erat kaitannya dengan pengambilalihan peran. Melalui empati terhadap pihak yang menyakiti, seseorang dapat memahami perasaan pihak yang menyakiti merasa bersalah dan tertekan akibat perilaku yang menyakitkan. Dengan alasan itulah beberapa penelitian menunjukkan bahwa empati berpengaruh terhadap proses pemaafan (McCullough, Worthington & Rachal 1997; McCullough dkk ,1998; McCullough, Bellah, Kilpatrick & Johnson, 2003; Zechmeister & Romero, 2002; Macaskill, Maltby, Liza, 2002; Takaku, 2001). Empati juga menjelaskan variabel sosial psikologis yang mempengaruhi pemberian maaf yaitu permintaan maaf (apologies) dari pihak yang menyakiti. Ketika pelaku meminta maaf kepada pihak yang disakiti maka hal itu bisa membuat korban lebih berempati dan kemudian termotivasi untuk memaafkannya.

(15)

6

emosi positif yang kemudian akan memunculkan pemberian maaf terhadap pelaku (Takaku, 2001).

Tingkat kelukaan, ada kalanya beberapa orang menyangkal sakit hati yang mereka rasakan untuk mengakui rasa sakit hatinya sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan. Kadang-kadang rasa sakit membuat mereka takut seperti orang yang dikhianati dan diperlakukan secara kejam. Mereka merasa takut mengakui sakit hatinya karena dapat mengakibatkan mereka membenci orang yang sangat dicintainya, meskipun melukai. Mereka pun menggunakan berbagai cara untuk menyangkal rasa sakit hati mereka. Pada sisi lain, banyak orang yang merasa sakit hati ketika mendapatkan bukti bahwa hubungan interpersonal yang mereka kira akan bertahan lama ternyata hanya bersifat sementara. Hal ini sering kali menimbulkan kesedihan yang mendalam. Ketika hal ini terjadi, maka pemaafan tidak bisa atau sulit terwujudkan (Smedes,1984).

Karakteristik kepribadian, ciri kepribadian seperti ekstravert menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan ekspresi, dan asertif. Karakter yang hangat, kooperatif, tidak mementingkan diri, menyenangkan, jujur, dermawan, sopan dan fleksibel juga cenderung menjadi empatik dan bersahabat. Karakter lain yang diduga berperan adalah cerdas, analitis, imajinatif, kreatif, bersahaja, dan sopan (McCullough dkk., 2001). Namun, dari rangkaian faktor-faktor pemaafan karakteristik kepribadian merupakan faktor yang paling jauh dalam rentang rangkaian tersebut (McCullough, 2000).

(16)

7

dkk (1998). Ada empat alasan mengapa kualitas hubungan berpengaruh terhadap perilaku memaafkan dalam hubungan interpersonal. Pertama, pasangan yang mau memaafkan pada dasarnya mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjaga hubungan. Kedua, dalam hubungan yang erat ada orientasi jangka panjang dalam menilai hubungan di antara mereka. Ketiga , dalam kualitas hubungan yang tinggi kepentingan satu orang dan kepentingan pasangannya menyatu. Keempat, kualitas hubungan mempunyai orientasi kolektivitas yang menginginkan pihak-pihak yang terlibat untuk berperilaku yang memberikan keuntungan di antara mereka.

Regulasi Emosi Kognitif: Definisi, Aspek, dan Prosesnya Definisi Regulasi Emosi Kognitif

(17)

8

Gross dan John (2003) mengungkapkan bahwa regulasi emosi adalah suatu proses pengenalan, pemeliharaan dan pengaturan emosi positif maupun negatif, baik secara otomatis atau dikontrol, yang tampak maupun yang tersembunyi, yang disadari maupun tidak disadari. Definisi lain disampaikan Garnefski (2003) mendefinisikan regulasi emosi adalah kemampuan untuk mengolah emosi serta mengekspresikannya. regulasi emosi sendiri terdiri dari emosi yang bersifat adaptif dan maladaptif. aspek dalam regulasi emosi ada 4 yang bersifat maladaptif dan ada 5 yang bersifat adaptif.

Regulasi emosi kognitif mengacu pada, cara kesadaran kognitif

penanganan asupan informasi membangkitkan emosi (Garnefski, Kraaij, &

Spinhoven, 2001; Thompson, 1991) dan dapat dianggap sebagai bagian dari

konsep yang lebih luas dari regulasi emosi didefinisikan sebagai "semua ekstrinsik

yang dan proses intrinsik bertanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan

memodifikasi reaksi emosional, terutama fitur yang intensif dan temporal

mereka " (Gross, 1999; Thompson, 1994).

Penelitian yang telah dilakukan selama bertahun-tahun menunjukkan

bahwa regulasi emosi kognitif berkaitan dengan kehidupan manusia serta dapat

membantu seseorang untuk menjaga kontrol atas emosi mereka selama atau

setelah mengalami peristiwa yang mengancam atau stress (misalnya, Garnefski,

Kraaij, & Spinhoven, 2001;. Garnefski , van den Kommer et al., 2002). Sebagai

contoh, ketika mengalami peristiwa kehidupan yang negatif, kita mungkin

cenderung untuk memiliki pikiran menyalahkan diri kita sendiri atau kita dapat,

sebaliknya, menyalahkan orang lain. Kita mungkin memikirkan perasaan kita

(18)

9

menaksir situasi. Meskipun kemampuan berpikir maju dan emosi mengatur

melalui kognisi bersifat universal, perbedaan individu besar ada di jumlah

aktivitas kognitif dan isi pikiran dimana orang mengatur emosi mereka dalam

menanggapi pengalaman hidup, peristiwa, dan stres. Teori regulasi emosi kognitif

didasarkan pada asumsi bahwa berpikir dan bertindak mengacu berbeda proses

dan, karena itu, menganggap strategi kognitif dengan cara konseptual murni,

terpisah dari strategi perilaku (Garnefski, Kraaij, & Spinhoven, 2001;.. Garnefski,

van den Kommer et al, 2002).

Maka, dapat disimpulkan regulasi emosi kognitif adalah kemampuan untuk mengolah atau mengatur emosi serta mengekspresikan emosi tersebut yang didalamnya mencakup proses merespon berbagai macam reaksi yang disadari maupun tidak dengan kondisi yang tepat sehingga dapat menyelesaikan masalah secara lebih cepat.

Aspek-Aspek Regulasi Emosi Kognitif

Menurut Garnefski (2003) aspek-aspek regulasi emosi kognitif yaitu menyalahkan diri sendiri (self blame), menyalahkan orang lain (blaming others), memikirkan situasi yang terjadi (rumination or focus thought), Keburukan (catastropizing), penerimaan (acceptance), pemusatan perhatian kembali pada rencana (refocus on planning), pemusatan pikiran pada hal-hal positif (positive refocusing), melihat dalam sudut pandang (putting into perspective), menilai kembali dari sisi positif (positive reappraisal).

(19)

10

Menyalahkan orang lain (blaming others), mengacu pada pola pemikiran yang menyalahkan orang lain atas apa yang menimpa dirinya

Memikirkan situasi yang terjadi (rumination or focus thought), kecenderungan individu untuk selalu memikirkan yang berhubungan dengan situasi yang sedang terjadi. Nolen dkk (dalam Garnefski, 2003) menyatakan bahwa rumination cenderung berasosiasi dengan tingkat depresi yang paling tinggi.

Keburukan (catastropizing), kecenderungan individu untuk percaya ataupun menganggap bahwa yang telah terjadi atau yang akan menimpa dirinya begitu buruk sehingga dia merasa bahwa tidak ada yang dapat menahannya. Penerimaan (acceptance), menerima dan pasrah atas apa yang telah menimpa dirinya.

Pemusatan perhatian kembali pada rencana (refocus on planning), pemusatan perhatian kembali pada perencanaan mengenai sesuatu hal. Dimensi ini hanya pada kognitif saja. Tidak sampai pada tahap pelaksanaan.

Pemusatan pikiran pada hal-hal positif (positive refocusing), kecenderungan individu untuk lebih memikirkan hal-hal yang lebih menyenangkan dan menggembirakan daripada memikirkan situasi yang sedang terjadi. Berfokus pada hal-hal yang dianggap dapat membantu dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang dapat bersifat maladaptif.

(20)

11

Proses Regulasi Emosi

Gross (dalam Strongman, 2003) membuat daftar 5 rangkaian proses regulasi emosi. Pertama, pemilihan situasi yaitu ketika kita dapat mendekati atau menghindari orang, tempat atau objek. Tipe regulasi emosi ini melibatkan mengambil tindakan yang memperbesar atau memperkecil kemungkinan bahwa kita akan sampai pada sebuah situasi yang kita perkirakan akan muncul emosi yang diharapkan maupun tidak.

Kedua, perubahan situasi, hal ini sama dengan problem-focused coping, yaitu ketika kita dihadapkan pada situasi yang berpotensi membangkitkan emosi dalam diri kita. Upaya untuk memodifikasi situasi secara langsung untuk mengubah dampak emosionalnya merupakan salah satu bentuk regulasi emosi yang kuat.

Ketiga, penyebaran perhatian yaitu salah satu proses regulasi emosi yang pertama muncul di dalam perkembangan dan tampaknya digunaka sejak masa bayi sampai masa dewasa. Hal ini terjadi terutama ketika kita tidak dapat mengubah atau memodifikasi situasi. Penyebaran perhatian dianggap sebagai versi internal dari seleksi situasi.

(21)

12

signifikansi emosionalnya, dengan mengubah bagaimana kita memikirkan tentang situasinya atau tentang kapasitas kita untuk menangani tuntutan-tuntutannya.

Kelima, Perubahan Respon hal ini terjadi pada bagian akhir dalam serangkaian proses regulasi emosi yang termasuk didalamnya penggunaan obat, alkohol, latihan, terapi, makan atau penekanan (Strongman, 2003). Modulasi respon mengacu pada mempengaruhi respon fisiologis, pengalaman, atau perilaku selangsung mungkin. Upaya untuk meregulasi aspek-aspek fisiologis dan pengalaman emosi adalah hal yang lazim dilakukan.

Maka dari itu sebelum pengumpulan data untuk penelitian, menentukan variabel menjadi hal yang harus dilakukan. Variabel penelitian akan membantu dalam hal pengumpulan data dan teknik analisa data yang tepat dan relevan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang muncul yaitu:

Variabel bebas (x) : Pemaafan (forgiveness)

Variabel terikat (y): Regulasi emosi kognitif

(22)

13

METODE

Partisipan

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah snowball sampling. Subjek penelitian adalah 30 wanita dengan kriteria sebagai berikut:

 Partisipan sudah mengalami hamil di luar pernikahan

 Partisipan memiliki anak usia 0-2 tahun

 Usia 20-25 tahun

 Kehamilan tidak diterima oleh pihak laki-laki

 Bersedia menjadi partisipan

 Berdomisili di daerah Salatiga, Ambarawa, dan Bandungan

Alat Pengumpulan Data

Angket dalam penelitian ini terdiri dari 2 angket yaitu angket pemaafan (forgiveness) dan regulasi emosi kognitif. Skala pemaafan ini yang dimodifikasi dari skala milik Ghuzairoh (2015) yang berdasarkan pada aspek dari teori McCullough (dalam Lopez dan Snyder, 2003) yaitu avoidance motivations, revenge motivations, benevolence motivations. Skala tersebut terdiri dari 18 item

dengan koefisien alpha sebesar 0.714. Skala pemaafan disusun menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

(23)

14

acceptance, refocus on planning, positive refocusing, putting into perspective,

positive reappraisal. Skala milik Garnefski dan Kraaij (2007) terdiri dari 36 item

dengan koefisien alpha sebesar 0.75 dan daya beda item valid berkisar dari 0.48 hingga 0.65 disusun menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.

HASIL Reliabilitas dan Seleksi Item

Pada skala pemaafan hasil uji reliabilitas dan daya diskriminasi item pada tahap pertama diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.904 dan didapati bahwa ada 1 item yang gugur dari 16 item dari skala pemaafan yang ada. Setelah dilakukan seleksi item dan membuang item yang gugur, pada tahap penghitungan kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0.908 dengan korelasi item total bergerak antara 0.341 sampai 0.749.

Kemudian pada skala regulasi emosi kognitif hasil uji reliabilitas dan daya diskriminasi item pada tahap pertama diperoleh koefisien reliabilitas sebesar .747 dan didapati bahwa dari 36 item pada skala regulasi emosi kognitif terdapat 8 item yang gugur. Setelah dilakukan seleksi item dan membuang item yang gugur, pada tahap penghitungan kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0.818 dengan korelasi item total bergerak antara 0.232 sampai 0.699.

Analisis Deskriptif

(24)

15

Rendah. Untuk lebih jelasnya, kriteria skor dari setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 1. Kriteria skor untuk pemaafan (forgiveness)

No. Interval Kategori F Persentase Mean

1 65,37 < x Sangat tinggi - 0%

2 46,7 ≤ x < 65,37 Tinggi 22 73,33% 46,7

3 28,67 ≤ x < 46,7 Rendah 6 20%

4 x < 28,67 Sangat rendah 2 6,67%

Total 30 100%

Min : 25 Max :59 Std :24,04 Mean : 46,7

Tabel 2. Kriteria skor untuk regulasi emosi kognitif

No. Interval Kategori F Persentase Mean

1 94.01 < x Sangat tinggi - 0%

2 79,7 ≤ x < 94,01 Tinggi 16 53,33% 79,7

3 65,39 ≤ x < 79,7 Rendah 14 46,67%

4 x < 65,39 Sangat rendah - 0%

Total 30 100%

(25)

16

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini memakai Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S) Tabel 3. One-Sample Kolmogrov-Smirnov (K-S) test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Forgiveness Regulasi

N 30 30

Normal Parametersa Mean 46.7000 79.7000

Std. Deviation 8.61094 7.50701

Most Extreme Differences Absolute .305 .130

Positive .134 .074

Negative -.305 -.130

Kolmogorov-Smirnov Z 1.672 .709

Asymp. Sig. (2-tailed) .007 .696

a. Test distribution is Normal.

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 3 diketahui bahwa nilai probabilitas pemaafan sebesar 0,007 (0,007<0,005), dan regulasi emosi positif memiliki probabilitas 0,696 (0,696>0,005). Maka, dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

(26)

17

3. Uji Linearitas

Hasil uji linieritas pada pemaafan diketahui nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,046 dengan F(1, 14) = 4,60. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemaafan dan regulasi emosi kognitif.

Tabel 4. Tabel Korelasi Pearson Correlations

Pemaafan

(forgiveness)

Regulasi Emosi

Kognitif

Pemaafan (forgiveness) Pearson Correlation 1 .716**

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

Regulasi Emosi Kognitif Pearson Correlation .716** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(27)

18

Tabel 5. Hasil Uji regresi sederhana ANOVAb

b. Dependent Variable: Regulasi Emosi Kognitif

Model Summaryb

b. Dependent Variable: Regulasi Emosi Kognitif

Dari perhitungan pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa adanya kontribusi yang kuat pada koefisien korelasi (Ryx) = 0,716. Sedangkan kontribusi secara simultan variabel pemaafan terhadap regulasi emosi kognitif (R2) = 0,512. Hal ini dapat diartikan bahwa regulasi emosi kognitif yang diperoleh dari pemaafan mendapat sumbangan sebesar 51,2%.

(28)

19

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji variabel pemaafan dengan regulasi emosi kognitif menunjukan pemaafan sebagai prediktor terhadap regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan.

PEMBAHASAN

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara pemaafan (x) dengan regulasi emosi kognitif (y) pada wanita yang hamil di luar pernikahan. Hasil tersebut ditunjukan dengan angka koefisien korelasi rxy = 0,716, dengan besaran p = 0,001 (p< 0,05). Hal ini menjelaskan bahwa pemaafan yang tinggi cenderung diikuti dengan tingginya perubahan regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan.

Hal tersebut dapat dijelaskan oleh McCullough, Finicham, Tsang (dalam Lopez dan Snyder, 2003) yang mengemukakan bahwa pemaafan mencerminkan perubahan prososial dalam motivasi interpersonal yang seseorang alami seperti penurunan motivasi untuk menghindari kontak pribadi dan psikologis dengan laki-laki yang tidak mengakui kehamilannya, penurunan motivasi membalas dendam atau melihat-lihat bahaya datang pada laki-laki tersebut, dan peningkatan motivasi terhadap kebajikan.

(29)

20

membuat emosi dalam dirinya menjadi lebih positif saat bertemu pria tersebut dan keinginan berbuat baik menjadi lebih tinggi.

Saat seorang wanita mampu untuk memaafkan pria yang pernah menghamilinya maka akan terjadi transformasi kognitif untuk mengubah pengaruh emosi pada situasi yang telah terjadi menjadi lebih baik dan tidak ada rasa ingin balas dendam . sehingga perubahan respon yang terjadi pada wanita tersebut akan terlihat saat dia dapat meregulasikan dirinya secara lebih positif.

(30)

21

emosional mungkin diperlukan untuk memungkinkan individu untuk mempertimbangkan cara yang paling tepat untuk individu meregulasi emosi.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian maka didapatkan hasil bahwa pemaafan menjadi prediktor regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan. Dengan korban memaafkan dan meminta maaf dari korban kepada pelaku sehingga akan ada perubahan emosi dan sikap yang positif terhadap pelaku.

SARAN

(31)

22

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mabuk, R. H., Dedrick, C. V. L., & Vanderah, K. M. (1998). Attributing retraining in forgiveness theraphy. Journal of Family Psychoterapy, 9, 11-30.

Ancok, D. J. (1987). Teknik pengukuran skala ukuran, (Edisi Pertama). Yogyakarta: Pusat Kependidikan Universitas Gajah Mada.

Anderson, N. (2006). Forgiveness: A sampling of research result. Washington DC: APA.

Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2008). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Enright, R.D. & Coyle, C.T. (1998). Researching the process model of forgiveness within psychological interventions. Dalam Worthington (Ed.), Dimensions of forgiveness (hal. 139-161). Radnor, PA: Templeton Foundation Press.

Cole, P.M., Martin, S.E., & Dennis, T.A. (2004). Emotion regulation as a scientific construct methodological challenges and directions for child development research. Child development. 75, 317-333.

Garnefski, N., Kraaij, V., & Spinhoven, P. (2001). Negative life events, cognitive emotion regulation and depression. Personalityand Individual Differences, 30, 1311–1327.

Garnefski, N., van den Kommer, T., Kraaij, V., Teerds, J., Legerstee, J., & Onstein, E. (2002). The relationship between cognitive emotion regulation strategies and emotional problems. European Journal of Personality, 16,

403–420.

Garnefski, N., Boon, S., & Kraaij, V. (2003). Relationships between cognitive strategies of adolescents and depressive symptomatology across different types of life events. Journal ofYouth and Adolescence, 32, 401–408.

Garnefski, N. & Kraaij, V. (2006). The Cognitive emotion regulation questionnaire: Psychometry features & prospective relationship with deperssion and anxiety in adult. European journal of psychological assesment, 23, 141-149.

(32)

23

Gross, J. J. & John, O.P. (2003). Individual differences in two emotion regulation processes implications for affect, relationships and well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 85, 348-362.

Gross, J. J. (2006). Handbook of emotion regulation. New York: Guildford Press. Gross, J. J. & Thompson, R. A. (2007). Emotion regulation: Conceptual

foundations. Dalam Handbook of regulation emotion (pp. 3-24). New York: Guildford Press.

Lopez, S.J. & Snyder, C.R. (2003). Positive psychological assessment: A handbook of model and measures. California: Sage Publications, Inc.

Macaskill,A, Maltby,J, and Liza D. (2002). Forgiveness of self and others and emotional empathy, The Journal of social psychology, 142, 663-665.

Matsumoto, D. (1990). Cultural similarities and differences in display rules. Motivation & Emotion, 14, 195–214

McCullough, M. E., Worthington, E. L., & Rachal, K. C. (1997). Interpersonal forgiving in close relationships. Journal of personality and social psychology, 73, 321-32.

McCullough, M. E., Rachal, K. C., Sandage, S. J., Worthington, E. L., Wade Brown, S., & Hight, T.L. (1998). Interpersonal forgiving in close relationships: II. Theoretical elaboration and measurement. Journal of Personality and Social Psychology, 75, 1586-1603.

McCullough, M.E.(2000). Forgiveness as human strength : Theory, measurement, and links to wellbeing. Journal of Sosial and Clinical Psychology, 19,43-55.

McCullough, M.E., Bellah, C.G., Kilpatrick, S.D., & Johnson, J.L. (2001). Vengefulness: Relationship with forgiveness, rumination, well-being, and the big five. Personality and social psychology bulletin, 27, 601-610.

McCullough, M., Fincham, F. D., and Tsang, J., (2003). Forgiveness, forbearance, and time: The temporal unfolding of transgression-related interpersonal motivations. Journal of personality and social psychology, 84, 540-557. Pratisti, W.D. (2012). Peran kehidupan emosional ibu, budaya, dan karakteristik

remaja pada regulasi emosi remaja. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(33)

24

Soesilo, A. (2013). Forgiveness Dan kesehatan: Forgiveness sebagai strategi koping untuk promosi kesehatan dan reduksi resiko-resiko kesehatan. Salatiga: UKSW.

Strongman, K.T. (2003). The Psychology of emotion, from everyday life to theory. (5th edition). New York:McGraw-Hill.

Takaku, S. (2001). The affects of apology and perspective taking on interpersonal forgiveness: A dissonance-attribution model of interpersonal forgiveness. Journal of social psychology, 141, 494-508.

Thompson, G. (1994). Emotion regulation: A theme in search of definition. New York: ohn Willey sons, Inc.

Wardhati, T. L. & Faturochman. (2006). Psikologi pemaafan. Diakses tanggal 17 Februari 2016.

Worthington, EL. (2005). Handbook of forgiveness. New York: Brunner- Routledge.

Zechmeister, J. S., & Romero, C. (2002). Victim and offender accounts of interpersonal conflict: Autobiographical narratives of forgiveness and unforgiveness. Journal of personality and social psychology, 82, 675-686. Antara. (2015). Kehamilan remaja: 48 dari 1000 remaja Indonesia melahirkan.

Diakses tanggal 04 Januari 2016 dari

http://

www.solopos.com/2015/01/06/kehamilan-remaja-48-dari-1-000-remaja-indonesia-melahirkan-565537.

Dahlan, A.(2015). Definisi sampling dan teknik sampling. Diakses tanggal 26

Februari 2016 dari

Gambar

Tabel 2. Kriteria skor untuk regulasi emosi kognitif
Tabel 3. One-Sample Kolmogrov-Smirnov (K-S) test
Tabel 4.  Tabel Korelasi Pearson
Tabel 5. Hasil Uji regresi sederhana

Referensi

Dokumen terkait

Menurut sumarah, dkk, 2009 dalam bukunya mengenai persiapan dan perawatan pada ibu primipara dan multipara adalah pada tahap kehamilan bahwa semua wanita akan

Ada pengaruh circuit weight training terhadap peningkatan daya ledak lengan pada atlet cabang olahraga voli Universitas „Aisyiyah

Dhungkar gunung giri-giri sarta njugrugi ingkang geneng-geneng, punika ibaratipun para luhur (priyantun ageng) dipun risak darajatipun utawi panguwaosipun, sarta

(3) Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Pejabat Administrator yang menjadi Kepala Perangkat Daerah/Unit Kerja

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur yang berhubungan dengan perencanaan design dan simulasi hydraulic fracturing serta melakukan pengumpulan

Kendala yang dihadapi oleh siswa yaitu (1) syair lagu tari Likok Pulo menggunakan bahasa Aceh yang kurang mereka pahami, (2) sulitnya siswa menghafal gerak dan

model bangunan dengan variasi bentuk dan posisi dinding geser. Kontrol Kinerja Batas Layan dan Batas Ultimit Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur, dalam segala

rumahnya agak jauh dari sungai, pada saat terjadi banjir, mereka yang tidak. terkena banjir memberikan tumpangan rumahnya agar masyarakat