• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANGGOTA ORGANISASI MASYRAKAT. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOMUNIKASI ANGGOTA ORGANISASI MASYRAKAT. pdf"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANGGOTA ORGANISASI MASYRAKAT

(ORMAS) ISLAM DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI

(Studi Deskriptif Jamaah Tariqah Naqsyabandi Sumenep)

JURNAL

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Prgram Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat

Utama Komunikasi Massa Oleh :

Achmad Maulana Ainul Yaqin NIM. 0710023027

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Atas pertolongan Allah, penelitian akhir berjudul Komunikasi Anggota Organisasi Masyrakat (Ormas) Islam Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Deskriptif Jamaah Tariqah Naqsyabandi Sumenep) dapat terselesaikan. Shalawat dan salam tidak pernah lupa saya haturkan pada Muhammad SAW.

Saya telah berusaha semaksimal munhgkin dan sadar sepenuhnya akan keterbatasan ilmu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ada peneliti lain yang terispirasi dan mengembangkan penelitian ini. Saya berharap skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

BAB I PENDAHULUAN ... ... .1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... .5

2.1 Konsep Diri ... 5

2.1.1 Komunikasi Interpersonal Konsep Diri . ...7

2.1.2 Komunikasi Intrapersonal Konsep Diri ... 8

2.2 Interaksionisme Simbolik ... 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 11

3.1 Jenis Penelitian ... 11

3.2 Fokus Penelitian ... 11

3.3 Unit Analisis Data ... ...13

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...13

3.5 Sumber Data ... ...14

3.5.1 Data Primer ... ...14

3.5.2 Data Sekunder ... ...15

3.6 Informan Penelitian ... ...15

3.7 Instrumen Penelitian ... ...15

3.8 Keabsahan Data ... ...16

3.9 Teknik Analisis Data ... ...16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.2.1 Pembahasan Other’s image of you dan Pembentukan Konsep Diri Anggota Naqsyabandi . ... 18

4.2.2 Pembahasan Social Comparison dan Pembentukan Konsep Diri Anggota Naqsyabandi ... 20

4.2.3 Pembahasan Cultural Teachings dan Pembentukan Konsep Diri Anggota Naqsyabandi ... 21

4.2.4 Pembahasan Interpretation and Evaluations dan Pembentukan Konsep Diri Anggota Naqsyabandi ... 22

(4)

BAB V KESIMPULAN ... 26

5.1 Simpulan ... 26

5.2 Saran ... 29

(5)

Achmad Maulana A.Y (2013). Komunikasi anggota Organisasi Masyarakat (ormas) Islam dalam membentuk Konsep Diri (Studi Deskriptif Jamaah Tariqah Naqsyabandi Sumenep)

ABSTRAK

Pada beberapa organisasi masyarakat islam makna tariqah mempunyai identitas yang kental dalam konteks ritual dzikir. Adanya ritual dzikir dalam organisasi Naqsyabandi tidak lepas dari pengaruh Agama, budaya, dan pola hidup masyarakat. Peran Naqsyabandi dalam pembentukan konsep diri anggotanya adalah dengan adanya aturan atau azas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggotanya dalam kehidupan sehari-hari, untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan azas tersebut didukung oleh kebesaran Nama Tariqot dan komunikasi yang baik antar kelompok tariqot untuk memberikan dorongan dan kekuatan moril dalam menjalankan ajaran tariqot, sehingga memunculkan kepercayaan dalam menjalankan ajaran tariqot Naqsyabandi. Kondisi ini akan mempengaruhi seseorang dalam pembentukan konsep diri.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teori konsep diri meliputi komunikasi interpersonal, intrapersonal dan teori interaksionisme simbolik. Penelitian ini melihat organisasi memiliki peran penting dalam pembentukan konsep diri anggota organisasi melalui guru sebagai significant others, masyarakat sebagai social comparison, budaya sebagai cultural teachings, dan bagaimana cara anggota dalam mengevaluasi diri. Pembentukan konsep diri dari guru dengan murid dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dari ajaran Islam melalui dzikir, dan konsultasi untuk meningkatkan pemahaman hukum-hukum sesuai ajaran Islam. Dalam aspek bermasyarakat anggota ditekankan pada konsep tawadhu' atau rendah hati dengan tidak memandang rendah strata sosial yang ada. Melalui budaya, dapat terbentuk konsep diri anggota organisasi dengan melibatkan peran teman sebanya, dan lembaga keagamaan. Penekanan evaluasi diri pada anggota bertujuan dapat mengenali pribadinya dan untuk membentuk moril yang kuat.

(6)

Achmad Maulana A.Y (2013). Organizational Member communications of Society Islam in forming Self Concept (Descriptive Study member of Tariqah Naqsyabandi Sumenep).

ABSTRACT

At some society organization of islam mean tariqah have identity which jell in context of ritual dzikir. Existence of dzikir ritual in organization of Naqsyabandi not get out influence of Religion, cultural, and pattern live society. Role of Naqsyabandi in forming of its member self concept with existence of principality or order which must be executed by each every member in everyday of life, to reach the target of which expected. Execution of the principality supported by highness Name of Tariqot and good communications between group of tariqot to give motivation and strength of morale in running teaching of tariqot, so that peep out trust in running teaching of tariqot Naqsyabandi. This Condition will influence someone in forming of self concept.

Research method the used is descriptive qualitative with theory conception x'self cover communications of interpersonal, theory and intrapersonal of symbolic interactionism. This research see organization have important role in forming of organizational member x'self concept [pass/through] teacher as others significant, society as comparison social, cultural as teachings cultural, and member how to in evaluating x'self. Forming self concept of teacher with pupil conducted by inculcating values which either from Islam teaching through dzikir, and consultancy to increase the understanding of laws according to Islam teaching. In societal aspect member emphasized at concept of tawadhu' or lower liver without placing in the background existing social strata. Through culture, can be formed by organizational member self concept entangling role of its friend, and religious institute. Emphasis of x'self evaluation member aim to earn to recognize its person and to form strong morale.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(Hovland dalam Arni, 1981: 2) menyebutkan komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Seiler (1988) mengatakan, komunikasi adalah proses dengan mana symbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.

Pentingnya komunikasi sebagai aktivitas dasar bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu

organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi akan berakibat buruk dan berantakan pada organisasi itu.

Pada beberapa organisasi masyarakat (ormas) islam ritual tariqah (tarekat) mempunyai identitas yang kental khususnya dalam konteks ritual dzikir. Tujuan dari ritual dzikir tersebut tidak lain adalah untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan, disamping itu sebagai sarana

untuk mempererat hubungan antar anggota organisasi. Dengan hadirnya ritual dzikir tersebut berdampak pada berdirinya beberapa organisasi islam salah satunya yaitu Naqsyabandi.

(8)

Terkait dengan organisasi masyarakat (ormas), maka tidak lepas kaitannya dengan pembentukan konsep diri pada setiap anggota ormas tersebut. Deddy Mulyana menjelaskan, konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita (feedback). Namun tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita, ada yang paling berpengaruh yaitu orang yang paling dekat dengan diri kita. Mereka itulah yang disebut significant others (orang lain yang sangat penting).

Dari konsep diri yang dibangun oleh anggota Naqsyabandi, penulis ingin

mengetahui anggota

Naqsyabandi dalam membentuk konsep diri. Berhubungan dengan latar belakang tersebut, penulis membuat penelitian dengan judul, “Komunikasi

anggota Organisasi

Masyarakat (ormas) Islam dalam membentuk Konsep Diri (Studi Deskriptif Jamaah Tariqah Naqsyabandi Sumenep)”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana anggota organisasi Naqsyabandi Sumenep dalam membentuk konsep diri?

1.3 Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan anggota organisasi Naqsyabandi Sumenep dalam membentuk konsep diri

1.4 Manfaat Penelitian 1. Akademis

Mempelajari fenomena komunikasi khususnya komunikasi interpersonal dalam organisasi masyarakat (ormas). Melalui penelitian ini penulis ingin mendeskripsikan secara ilmiah komunikasi organisasi berperan dalam membentuk konsep diri jamaah tariqah Naqsyabandi.

2. Praktis

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan bisa diperoleh melalui informasi yang diberikan orang lain kepada kita (Mulyana, 2005: 7). Jalaluddin Rakhmat (1996: 99) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran dan penilaian diri kita, pandangan dan perasaan kita tentang diri kita semdiri. Konsep diri yang paling dini umumnya dipengarui oleh keluarga, dan orang – orang dekat lainnya disekitar kita.

Menurut Joseph Devito (2007: 28) konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu:

1. Other's image of you yaitu orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita.

2. Social comparison yaitu perbandingan diri dengan orang lain sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tetntang siapa kita dan seberapa efektif atau kompeten pada diri kita. 3. Cultural teachings yaitu

meliputi orang tua, guru, media, dan budaya dalam menanamkan berbagai keyakinan, nilai-nilai, dan

sikap tentang pembentukan konsep diri

4. Interpretation and Evaluations yaitu melalui pengamatan, menafsirkan, dan mengevaluasi perilaku kita menggunakan keyakinan pada setiap individu.

Terdapat dua aspek diri (self):

1. Kesadaran diri

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita (Jalaluddin, 2007: 107). Terdapat empat kuadran pokok dalam Jendela Johari (Johari Window).

(10)

diri kepada orang lain dan kepada diri kita sendri.

Daerah Buta (Blind Self) berisi informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Daerah buta tidak bisa dihilangkan, hanya bisa dikurangi.

Daerah Tertutup (Hidden Self) yaitu semua hal yang kita ketahui tentang diri sendiri dan orang lain, namun kita simpan hanya untuk kita sendiri.

Daerah Gelap

(Unknown Self) merupakan bagian dari diri kita yang tidak diketahui oleh diri kita sendiri maupun orang lain berupa informasi tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang lupa dari perhatian. Untuk mengetahui daerah ini diperlukan eksplorasi melalui interaksi yang terbuka, jujur, dan empati dengan menumbuhkan rasa saling percaya.

2. Pengungkapan diri (Self Disclosure)

Merupakan jenis komunikasi dimana kita mengungkapkan informasi tentang diri sendiri yang biasanya kita sembunyikan. Pengungkapan diri bisa berupa pernyataan – pernyataan tidak sengaja tentang diri kita seperti

gerakan nonverbal yang tidak disadari, dan pengakuan secara sadar kepada orang lain. Dengan membuka diri, konsep diri lebih dekat pada kenyataan (Jalaluddin, 2007: 107).

Dalam teori konsep diri terdapat dua ranah bidang komunikasi yang berperan besar dalam proses pembentukan konsep diri yaitu:

2.1.1 Komunikasi Interpersonal Komunikasi

interpersonal adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal ataupun nonverbal (Mulyana, 2005: 73). Arni Muhammad (2008: 159) memberikan definisi komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat diketahui langsung balikannya. Dalam

proses komunikasi

(11)

Decoding, Respon, Noise, Konteks komunikasi

2.1.2 Komunikasi Intrapersonal Komunikasi

intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak (Muyana, 2005: 72). Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) dan komunikasi dalam konteks - konteks lainnya. Keberhasilan komunikasi komunikator dengan komunikan tergantung pada keefektifan komunikasi dengan diri sendiri.

Dalam komunikasi intrapersonal terdapat empat proses pengolahan informasi (Jalaluddin, 2007: 49):

1. Sensasi

Sensasi adalah fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting.

2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 3. Memori

Memori adalah sistem yang sangat berstruktur

yang menyebabkan

organisme sanggup

merekam fakta tentang dunia dan mrnggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. 4. Berpikir

Berpikir adalah proses penarikan keimpulan. Terdapat tiga macam dalam cara berpikir yaitu, berpikir deduktif, induktif, dan evaluativ.

2.2. Interaksionisme Simbolik Pada model interaksi simbolik orang – orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan (Muyana, 2005: 159). Paham ini menolak gagasan bahwa individu itu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh struktur atau kekuatan yang ada diluar dirinya. Menurut mead, orang tidak hanya menyadari orang lain tetapi juga menyadari dirinya sendiri. Interaksi simbolik dilakkukan dengan menggunakan bahasa sebagai simbol penting melalui interaksi yang bersifat kontinu.

(12)

Kedua, makna itu berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Ketiga, makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam

berhubungan dengan

lingkungan sosialnya. Para peserta komunikasi menurut model ini adalah orang – orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui apa yang disebut pengambilan peran orang lain (role taking). Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang lain dimulai

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata – kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori, 2011: 25).

Penelitian ini besifat deskriptif. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan sesuatu yang berisi kutipan dari data dan fakta yang diungkap dilapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah anggota organisasi Naqsyabandi dalam membentuk konsep diri. Penulis melakukan penelitian selama kurun waktu dua bulan dengan lima kali pertemuan dan setiap pertemuan membahas tema yang telah ditentukan penulis. Adapun penentuan tema dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Proses Pembentukan diri pada anggota Naqsyabandi menggunakan empat sumber pokok pembentukan konsep diri (Devito, 2007: 28) yaitu: Pertama, Other's image of you (orang lain yang sangat penting), signifcant other disini lebih mengutamakan guru tariqah Naqsyabandi. Bagaimana guru berperan dalam pembentukan konsep diri sesama anggota lainnya. Bagaimana guru dapat mempengaruhi anggota organisasi dalam proses pembentukan diri. Bagaimana guru memberikan gambaran tentang sifat dan karakter pada anggota organisasi, bagaimana anggota Naqsyabandi memberi feedback antar sesama anggota. Kedua, Social Comparison (membandingkan diri dengan orang lain). Hal ini bisa digali melalui pertanyaan – pertanyaan tentang bagaimana anggota Naqsyabandi memandang orang lain disekitar, bagaimana efektifitas atau seberapa kompeten anggota tersebut dalam pembentukan diri.

(14)

dan sikap tentang keberhasilan. Pada tema ini informan diberikan pertanyaan tentang Bagaimana ajaran dzikir terkait dengan organisasi tersebut, sejauh mana informan dalam mendefinisikan dan mencapai keyakinan (agama) yang dianut, nilai-nilai dalam organisasi, serta sikap untuk mendukung pembentukan konsep diri. Keempat, Interpretations and Evaluations (menafsirkan dan mengevaluasi). Tema ini bertujuan menemukan data sejauh mana informan menafsirkan dan mengevaluasi dirinya sendiri baik itu positif ataupun negatif. pada pertemuan ini peneliti menggali informasi tentang bagaimana informan menafsirkan dan mengevaluasi diri selama mengikuti organisasi Naqsyabandi.

2. Peran organisasi dalam pembentukan konsep diri anggota Naqsyabandi. Hal ini bisa digali melalui pertanyaan – pertanyaan tentang peraturan yang terdapat dalam organisasi dan ajaran yang terkait dengan organisasi Naqsyabandi.

3.3 Unit Analisis Data

Pada penelitian ini unit analisis data meliputi anggota Naqsyabandi Sumenep melalui pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan organisasi

dalam membentuk konsep diri anggota.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Penulis menggunakan teknik wawancara mendalam dan dokumentasi sebagai metode pengumpulan data. Peneliti memiih wawancara karena metode ini merupakan alat yang sesuai untuk mengungkapkan kenyataan hidup, baik itu apa yang dipikirkan atau yang dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan.

Selain itu peneliti pernah terjun secara langsung dalam keikutsertaan anggota Naqsyabandi selama kurang lebih dua tahun. Adapun pengalaman yang peneliti peroleh dari keikutsertaan organisasi ini adalah sangat beragam aspek ilmu pengetahuan yang didapat. Baik itu berupa pengetahuan tentang agama, sosial, kultur, keluarga, dan organisasi.

Adapun jenis

(15)

terstandar ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan orang lain.

Dokumentasi adalah pengumpulan dokumen dan data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian (Djam’an, 2011: 149). Dengan teknik ini, penulis dapat memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis atau dokumen yang dimiliki informan seperti karya tulis, buku harian, foto dan dokumentasi lainnya yang mendukung data penelitian.

3.5 Sumber Data 3.5.1 Data Primer

Data Primer diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan. Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik pemilihan informan secara sengaja (purposif sampling) berdasarkan kriteria tertentu yaitu pemimpin organisasi (guru) beserta murid atau anggota tariqah Naqsyabandi

Sumenep. Peneliti

menggunakan enam informan sebagai sumber data primer dalam penelitian ini.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur, buku, dan dokumen – dokumen milik informan yang mendukung penelitian ini.

3.6 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah guru dan anggota (murid) tariqah organisasi Naqsyabandi dengan kriteria meliputi enam orang informan yang mewakili semua anggota. Penulis memberi batasan tersebut karena berdasarkan pada penguasaan ilmu thariqah dan pengalaman berorganisasi selama kurang lebih sepuluh tahun yang dimiliki oleh informan terkait dengan organisasi tariqah Naqsyabandi.

3.7 Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian (Djam’an, 2011: 62). Instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir persetujuan menjadi informan yang didalamnya terdapat biodata yang harus disertakan sekaligus deskripsi umum tentang organisasi,

pedoman wawancara,

(16)

3.8 Keabsahan Data

Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki standar keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability),

kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Satori, 2011: 100).

3.10 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Seiddel dengan melalui tiga alur (Seiddel dalam Moleong, 1992: 248) :

1. Pemrosesan Satuan

Yaitu mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Pada setiap penelitian kemungkinan akan ada kosakata khusus yang digunakan para subjek untuk membedakan setiap jenis

kegiatan, membedakan para peserta, gaya peran peserta yang berbeda dan lain-lain.

2. Kategorisasi

Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu. Adapun tugas pokok yang dijalankan Yaitu mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.

3. Penafsiran Data

(17)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Pembahasan Other’s image of you dan Pembentukan berperan dalam pembentukan konsep diri bagi anggota (murid) Naqsyabandi adalah guru, sedangkan proses pembentukan konsep diri bagi anggota (guru) adalah dengan mentauladani Nabi, orang tua dan sahabat. Dalam hal ini guru berfungsi mentransformasi spiritual melalui konsultasi, dzikir, dan ceramah-ceramah yang dilakukan secara rutin dengan berpegang teguh pada norma Nabi.

Pembentukan konsep diri dari guru kepada murid dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dari ajaran Islam untuk meningkatkan pemahaman hukum-hukum sesuai ajaran Islam. Sedangkan proses pembentukan konsep diri pada guru dilakukan dengan mencontoh dan mentauladani ilmu, sifat dan perilaku dari Nabi, orang tua dan sahabat yang baik serta dakwah bil-haq dengan mempraktekkan langsung kepada para

anggotanya. Selain itu, guru memberikan contoh akhlak, dan sifat yang baik sesuai ajaran Islam, baik dalam gerak dan diamnya, sehingga murid menyakini bahwa guru dengan ketinggian ilmu yang dimiliki akan semakin memiliki kelembutana sifat, dan aklhaq yang mulia namun semua itu bergantung pada hidayah Allha dan tingkat kemauan dari individu angota masing-masing. Kondisi ini akan menjadi panutan dan tauladan bagi murid, sehingga dapat membentuk konsep diri yang kuat. Adapun pembentukan konsep diri selain dipengaruhi dari peran guru juga karena anggota menyakini bahwa ajaran Naqsyabandi memiliki manfaat dalam pembentukan perilaku sesuai ajaran agama Islam.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa konsep diri dapat dipengaruhi oleh orang-orang terdekat yang paling berpengaruh (significant others). Selain guru yang

mendominasi dalam

(18)

orang tua, dan teman. Namun guru memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan konsep diri, karena guru memberikan contoh akhlak, karakter, sifat kepada murid seorang muslim, dengan bersumber dari apa yang telah diajarkan oleh Nabi tentunya, dan orang tua serta teman juga sebagai pendukung moril. Guru juga melakukan tranformasi spiritual dalam bentuk dzikir dan ceramah. Peran guru sebagai pembentuk konsep diri bagi anggota Naqsyabandi sesuai dengan pendapat Rakhmat (1996:99) yang menyatakan bahwa guru dapat menanamkan peran-peran yang digunakan sebagai panduan bagi anggotanya untuk berperilaku.

4.1.2 Pembahasan Social

Comparison dan

Pembentukan Konsep Diri Anggota Naqsyabandi

Aspek Social

Comparison dalam

pembentukan konsep diri pada anggota Naqsyabandi dimulai dengan konsep tawadhu' atau rendah hati, tidak meremehkan mahluk dan agama apapun serta saling menghormati dan mengahargai antar sesama. Konsep ini dan ajaran yang ada mampu mengubah perilaku anggotanya menjadi lebih baik sesuai ajaran agama Islam

membentuk insan kamil. Jika insan kamil sudah disandang maka akan mudah untuk memetik pelajaran dari aspek manapun terkait dalam pemebentukan konsep diri. Adapun nilai sosial yang dibentuk adalah saling menghormati baik antara yang lebih tua kepada yang muda begitupun sebaliknya. Melalui ajaran dzikir akan terbentuk kesadaran untuk saling memiliki, saling menghormati dan saling menghargai. Aspek sosial dalam tariqot Naqsyabandi terwujud dari adanya hubungan antara anggota, antar cabang Naqsyabandi dari berbagai kota, dan juga masyarakat sekitarnya. Uraian tersebut juga menunjukkan bahwa aspek sosial dapat memengaruhi

pembentukan dan

pengembangan konsep diri seseorang. Melalui hubungan sosial, seseorang dapat melakukan komunikasi diri atas kejadian atau peristiwa yang terjadi untuk dijadikan pembelajaran atau proses pengalaman dalam diri sehingga mampu berkreativitas secara benar (Herawan, 2007:38).

4.1.3 Pembahasan Cultural

Teachings dan

(19)

Aspek Cultural Teachings menunjukkan bahwa pembentukan konsep diri dalam

menjalankan ajaran

Naqsyabandi bukan dipengaruhi oleh orang tua, dan tidak sepenuhnya dipengaruhi budaya daerah, tetapi lebih kepada anugrah Allah yang diperoleh melalui perantara guru sehingga diaplikasikan pada organisasi Naqsyabandi. Adapun ajaran dzikir yang ditekankan oleh tariqot Naqsyabandi telah diyakini dapat membentuk perilaku seseorang dengan meningkatkan keyakinan agama Islam anggotanya menjadi lebih baik dengan bersandar pada ketaatan dalam menjalankan perintah Tuhan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh budaya tidak hanya ditularkan dari satu generasi ke generasi lain melalui enkulturasi, seperti orang tua, tetapi juga didapat dari kelompok, teman sebanya, sekolah dan lembaga keagamaan. Penyebaran budaya pada saat ini dapat dilakukan melalui internet (Devito, 2007:33). Budaya memberikan nilai-nilai, berbagai keyakinan, dan menentukan sikap dalam diri dan kehidupan pribadi seseorang. Kontribusi yang diberikan dapat bersifat positif maupun negatif (Devito, 2007:56-57). Pendapat tersebut

menunjukkan bahwa pengaruh budaya tidak dapat diartikan secara kecil, yang ditunjukkan adanya sifat turun temurun dari orang tua, melainkan budaya dapat tercipta melalui pengalaman teman sebaya, pendidikan, maupun lembaga keagamaam.

4.1.4 Pembahasan Interpretation and Evaluations dan Pembentukan Konsep Diri Anggota Naqsyabandi

Aspek Interpretations and evaluations menunjukkan bahwa pembentukan konsep diri dalam tariqot Naqsyabandi juga dipengaruhi oleh Interpretations and evaluations, yang ditunjukkan dengan proses muhasabah. Muhasabah itu sendiri adalah ajaran agama Islam untuk selalu melakukan instropeksi diri atas tindakan-tindakan yang telah kita lakukan. Evaluasi ditujukan untuk memperbaiki setiap tindakan dan perilaku seseorang agar menjadi lebih baik sesuai aturan agama.

(20)

pembentukan perilaku dan konsep diri (Devito, 2007:57). Uraian tersebut menunjukkan bahwa pentingnya melakukan interpretasi dan evaluasi, untuk memperbaiki perilaku dan konsep diri, terutama yang bersifat negatif. Perbaikan diri diawali dengan melakukan komunikasi intrapersonal. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak (Muyana, 2005: 72). Dengan melalui empat tahap proses pengolahan informasi berupa sensasi, persepsi, memori dan berfikir maka seseorang

akan mudah untuk

menginterpretasikan dan pada akhirnya mampu untuk mengevaluasi dirinya sendiri.

4.2.5 Pembahasan peran Organisasi Naqsyabandi dalam Pembentukan Konsep Diri Anggota Naqsyabandi

Dalam ajaran

Naqsyabandi, peran organisasi dalam pembentukan konsep diri anggotanya dimulai dengan pembentukan azas. Azaz Naqsyabandi terdiri dari Yad Kard, Baz Gasht, Nigah Dasyat, Yad Dasyat, Hosh Dar Dam, Nazar Bar Qadam, Safar Dar Watan, dan Khalwar Dat Anjuman. Jika dilaksanakan secara rutin oleh anggotanya,

akan memberikan panduan dalam merubah sifat seseorang menjadi lebih baik. Kondisi ini

akan memberikan

pengembangan dan

pembentukan konsep diri menurut ajaran yang diberikan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Organisasi dapat memiliki peran dalam pembentukan konsep diri anggotanya. Peran organisasi dalam pembentukan konsep diri anggotanya adalah dengan adanya aturan atau azas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggotanya dalam kehidupan sehari-hari, untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan azas tersebut sebagian besar didukung oleh kebesaran nama tariqot dan komunikasi yang baik antar anggota tariqot guna memberikan dorongan dan kekuatan moril dalam menjalankan ajaran tariqot, sehingga memunculkan kepercayaan dalam menjalankan ajaran tariqot Naqsyabandi. Kondisi ini akan mempengaruhi seseorang dalam pembentukan konsep diri.

(21)

organisasi dalam membentuk pribadi anggota dapat

diwujudkan dengan

mengenalkan azas-azas Naqsyabandi ke semua anggota, sehingga anggota dapat lebih memahami tujuan dari dzikir yang dilakukan, menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya akan

(22)

BAB V

KESIMPULAN

5.1.Simpulan

Berdasrkan hasil analisis yang telah diketahui sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa:

a. Peran organisasi Naqsyabandi dalam pembentukan konsep diri anggotanya adalah dengan adanya aturan atau azas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggotanya dalam kehidupan sehari-hari, untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan azas tersebut didukung oleh kebesaran Nama Tariqot dan komunikasi yang baik antar kelompok tariqot yang sama untuk memberikan dorongan dan kekuatan moril dalam menjalankan ajaran tariqot, sehingga memunculkan

kepercayaan dalam

menjalankan ajaran tariqot Naqsyabandi. Kondisi ini akan mempengaruhi seseorang dalam pembentukan konsep diri.

b. Pembentukan konsep diri anggota Naqsyabandi dipengaruhi oleh aspek Other’s image of you yang diperankan oleh guru. Guru berfungsi mengtransformasi spiritual melalui talkin, dzikir, dan

ceramah-ceramah yang dilakukan secara rutin. Pembentukan konsep diri dari guru dengan murid dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dari ajaran Islam melalui dzikir, dan konsultasi

untuk meningkatkan

pemahaman hukum-hukum sesuai ajaran Islam. Selain itu, guru memberikan contoh akhlak, karakter dan sifat yang baik sesuai ajaran Islam, baik dalam gerak dan diamnya, sehingga murid menyakini bahwa guru dengan ketinggian ilmu yang dimiliki akan semakin memiliki kelembutana sifat, dan aklhaq yang mulia. Kondisi ini akan menjadi panutan dan tauladan bagi murid, sehingga dapat membentuk konsep diri yang kuat.

(23)

Bar Qadam. Konsep tawadhu’ dan ajaran yang ada mampu mengubah perilaku anggota Naqsyabandi menjadi lebih baik sesuai ajaran agama Islam membentuk insan kamil. Nilai sosial lainnya yang dibentuk adalah saling menghormati baik yang senior ke junior dan sebaliknya. Melalui ajaran dzikir akan terbentuk kesadaran untuk saling memiliki, saling menghormati dan saling menghargai.

d. Pembentukan konsep diri anggota Naqsyabandi tidak terlalu dipengaruhi aspek Cultural Teachings, dalam arti turun temurun, tetapi dalam kontek kelompok teman sebanya, dan lembaga keagamaan. Pembentukan konsep diri lebih karena anugrah Allah yang diperoleh melalui perantara guru. Ajaran dzikir yang ditekankan oleh tariqot Naqsyabandi telah diyakini dapat meningkatkan keyakinan agama Islam anggotanya menjadi lebih baik. e. Aspek Interpretation and

Evaluations bagi pembentukan konsep diri anggota Naqsyabandi dilakukan dengan proses muhasabah. Dengan muhasabah, seseorang akan menyadari kesalahannya, dan berupaya memperbaiki agar menjadi lebih baik dan mencapai derajat ketaqwaan

yang lebih tinggi di hadapan Allah. Muhasabah perlu dilakukan karena manusia selalu melakukan hal-hal yang buruk tanpa disadari.

2. Peran organisasi dalam membentuk pribadi anggota dipengaruhi oleh nama besar organisasi Naqsyabandi. Hal tersebut diwujudkan dengan mengenalkan azas-azas Naqsyabandi ke semua anggota, sehingga anggota dapat lebih memahami tujuan dari dzikir yang dilakukan, menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya

akan memengaruhi

pembentukan konsep diri anggota menjadi lebih baik, hingga terwujudnya insan kamil. Organisasi juga dapat memotivasi anggotanya untuk menjaga nama baik tarekat,

dengan mewujudkan

pembentukan konsep diri menjadi lebih baik melalui praktek dzikir.

5.2.Saran

(24)

Teachings dan Interpretation and Evaluations. Oleh karenanya anggota perlu memperhatikan pengaruh aspek tersebut dalam pembentukan konsep diri. 2. Ditijau dari pernyataan oleh

beberapa anggota

Naqsyabandi, sebaiknya anggota lebih condong pada objektivitas dalam memandang suatu pokok permasalahan. Sehingga bisa mengenali lebih dalam tentang kebaikan dan keburukan apa yang terkandung pada sistem organisasi Naqsyabandi.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bruinessen, Martin van. 1992. Tarekat Naqsyabandi di Indonesia. Bandung: MIZAN

DeVito, Joseph A. 2007. The Interpersonal Communication Book, Eleventh Edition. United States of America: Pearson Education, Inc

Masyhuri, Aziz. 2011. Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf. Surabaya: Imtiyaz

Moleong, Lexy J. M.A. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhammad, Arni. 2008. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Satori, Djam’an. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Selebaran Naqsyabandi tentang azaz dan pedoman tarekat

Website:

Bagus. 2010. Tarekat Naqsyabandiyah: Kenapa saya Keluar dari Sufi “Tarekat Naqsyhbandiyah/Naqsyabandiya?..Sejarah, Prinsip Dasar dan Ajaran Tarekat Sufy Naqsyabandiyah. www,kaahildpress.com

Herawan, Endang. 2007. Hand Out Materi Program Perkuliahan, Mata kuliah Teori Organisasi, Program Administrasi Pendidikan. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. www.google.co.id/organisasi. Diakses 25 Januari 2013

(26)

Nugroho, Agung. 2012. Komunikasi Interpersonal. www.kompasiana.com/buku/5 Mei 2012:15:28wib. Diakses 8 februari 2013

Saniafever. 2011. Menelusuri Tarikat Naqsyabandiyah. www.sania4ever.blogdetik.com/menelusuri tarekat naqsyabandiyah. April 2011

www.baitulamin, 2010. Tarekat Naqsyabandiyah ditopang Syariat dan Science Yasir. 2013. Teori Negosiasi Muka. Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui bagaimana keserasian belanja yang dilihat dari besaran nilai belanja operasi terhadap total belanja, belanja modal terhadap total belanja dan belanja langsung

Citra Surya Selaras dalam memberikan informasi dan promosi melalui media berbentuk desain booklet dengan menggunakan sebuah aplikasi Photoshop CS5 salah satunya adalah

Pembahasan pengertian, jenis, dan kriteria pemilihan sumber belajar serta latihan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran bahasa; berbagai cara pengaturan siswa,

Strategi dalam bidang penataan sumberdaya manusia (SDM) difokuskan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan SDM, rekrutmen pegawai sekolah

Guru SMB akan membantu anak didik untuk belajar agama Buddha, guru akan memberikan motivasi dan pembelajaran sesuai dengan metode yang digunakan agar dapat memudahkan

Berdasarkan hasil pengujian guna mengetahui performansi waktu pencarian, jarak dan simpul yang diperiksa dari titik awal menuju titik tujuan dengan Algoritma A*

Keadaan tersebut di atas , khususnya pada sapi kontrol dan sapi yang mendapat injeksi bST harian telah terjadi mobilisasi cadangan lemak tubuh untuk mensuplai sintesis susu,

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi 00. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang