• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM DI LEMBAGA M (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM DI LEMBAGA M (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar dan terpenting yang ada di Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan dengan tujuan “menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.1

Jauh sebelum Muhammadiyah resmi berdiri pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan telah merintis pendidikan modern yang memadukan antara pendidikan Barat yang hanya mengajarkan ilmu umum” dan pendidikan Islam yang hanya mengajarkan “ilmu-ilmu agama”. Gagasan pembaharuan Muhammadiyah di dalamnya sudah termasuk gagasan pembaharuan di bidang pendidikan. KH. Ahmad Dahlan melihat adanya problematika obyektif yang dihadapi oleh pribumi yaitu terjadinya keterbelakangan pendidikan yang takut karena adanya dualisme model pendidikan yang masing-masing memiliki akar dan kepribadian yang saling bertolak belakang. Di satu pihak pendidikan Islam yang berpusat di pesantren mengalami kemunduran karena terisolasi dari perkembangan pengetahuan dan perkembangan masyarakat modern, dipihak lain sekolah model Barat bersifat sekuler dan a-nasional mengancam kehidupan batin para pemuda pribumi karena dijauhkan dari agama dan budaya negerinya.2

Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia, pendidikan telah menjadi semacam teknologi yang memproduksi manusia masa depan paling efektif. Dari fenomena perkembangan yang terakhir, memberikan petunjuk bahwa pendidikan bukan saja menjadi alat suatu lembaga atau suatu masa dalam berbagai proyeksi berbagai macam tujuan mereka, pendidikan bahkan telah menjadi kebutuhan manusia sendiri secara masal, karenanya pendidikan yang diterima oleh manusia hendaknya pendidikan yang seimbang antara pendidikan lahir dan batin, antara pendidikan dunia dan akhirat, sehingga manusia dalam memperoleh pendidikan tersebut memiliki keseimbangan dalam mengelola kehidupannya untuk dapat mencapai tujuan yang ideal.

B. Rumusan Masalah

(2)

1. Bagaimana awal munculnya lembaga pendidikan muhammadiyah? 2. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan muhammadiyah?

3. Apa tujuan pendidikan muhammadiyah?

4. Apa kontribusi muhammadiyah di bidang pendidikan? 5. Bagaimana Manajemen Pendidikan muhammadiyah?

(3)

PEMBAHASAN A. Awal Munculnya Lembaga Pendidikan Muhamadiyah

Muhammadiyah didirikan di yogyakarta tepatnya di kota Kauman3 di kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta pada

18 Dzulhijjah 1330 H atau 18 Desember 1912. Perintis sekaligus ketua pertama Muhammadiyah priode 1912-1923 adalah K.H.A Dahlan yang memiliki nama kecil Mohammad Darwis beliau merupakan putra KH Abu Bakar. Pada Umumnya pendiri MU adalah abdi dalem kraton yogyakarta, Pendukung Utama MU adalah komunitas santri-priayi yang mayoritas berdomisili di kauman, kedua pada periode awal perkembangannya datang dari kaum terpelajar didikan sekolah belanda,ketiga kelompok muslim pedagang dan entrepreneur.4

Kelahiran Muhammadiyah tidak serta merta lahir dalam bentuk organisasi besar namun melalui proses yang panjang melalui aspek lokalitas pada waktu itu dan konteks situasi dunia internasional. Dibukanya abad baru yang disebut abad modern ditandai dengan munculnya gagasan pembaharuan. Dalam konteks situasi duni internasional Prof. Dr. Harun Nasution dalam buku Pembaruan dalam islam, Sejarah pemikiran dan Gerakan (Bulan Bintang, 1975) telah berjasa memetakan sejarah umat islam dalam tiga priode.5

Sebenarnya jika dikaji lebih dalam, berdirinya Muhammadiyah juga didasari oleh faktor pendidikan. Sutarmo, Mag dalam bukunya Muhammadiyah, Gerakan Sosisal, Keagamaan Modernis mengatakan bahwa Muhammadiyah didirikan oleh KHA. Dahlan didasari oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh dan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar Islam.

Maka pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari Muhammadiyah didirikan. Kita ketahui bahwa pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat dikelompokkan menjadi 3 Sebuah tempat yang berada di sekitar lokasi masjid kraton dan masyarakatnya

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan urusan-urusan keagamaan di kraton sebagai pusat pemerintahan.

4 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia, Prenada Media Group Cetakan ke-1, Jakarta 13220. h 148

(4)

dua kelompok besar sistem pendidikan. Dua sistem pendidikan yang berkembang saat itu, pertama adalah sistem pendidikan tradisional pribumi yang diselenggarakan dalam pondok-pondok pesantren dengan Kurikulum seadanya. Pada umumnya seluruh pelajaran di pondok-pondok adalah pelajaran agama. Proses penanaman pendidikan pada sistem ini pada umumnya masih diselenggarakan secara tradisional, dan secara pribadi oleh para guru atau kyai dengan menggunakan metode srogan (murid secara individual menghadap kyai satu persatu dengan membawa kitab yang akan dibacanya, kyai membacakan pelajaran, kemudian menerjemahkan dan menerangkan maksudnya) dan weton (metode pengajaran secara berkelompok dengan murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku masing-masing atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah) dalam pengajarannya.6

Dengan metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif, membuat catatan tanpa pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang tabu. Selain itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa pengertian dan memperhitungkan daya nalar. Kedua adalah pendidikan sekuler yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak diberikan.7

Bila dilihat dari cara pengelolaan dan metode pengajaran dari kedua sistem pendidikan tersebut, maka perbedaannya jauh sekali. Tipe pendidikan pertama menghasilkan pelajar yang minder dan terisolasi dari kehidupan modern, akan tetapi taat dalam menjalankan perintah agama, seangkan tipe kedua menghasilkan para pelajar yang dinamis dan kreatif srta penuh percaya diri, akan tetapi tidak tahu tentang agama, bahkan berpandangan negatif terhadap agama.

Maka atas dasar dua sistem pendidikan di atas KHA. Dahlan kemudian dalam mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah coba menggabungkan hal-hal yang posistif dari dua sistem pendidikan tersebut. KHA. Dahlan kemudian coba menggabungkan dua aspek yaitu, aspek yang berkenaan secara idiologis dan praktis. Aspek idiologisnya yaitu mengacu kepada tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, pengetahuan yang komprihensif, baik umum maupun agama, dan memiliki keasadaran yang tinggi untuk bekerja membangun masyrakat (perkembangan filsafat dalam pendidikan Muhmmadiyah, syhyan rasyidi).8

6Mulkhan, Abdul Munir, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan daMuhammadiyah,( Jakarta:Bumi Aksara,2000),129.

7 Ibid.,131.

(5)

Sedangkan aspek praktisnya adalah mengacu kepada metode belajar, organisasi sekolah mata pelajaran dan kurikulum yang disesuaikan dengan teori modern. Maka inilah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepnkan tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan gerakannya bukan ulama atau pemikir yangpada kemapanan yang sudah ada (established) karena KHA. Dahlan dalam memadukan dua sistem tersebut coba untuk menciptakan ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri dan taat dalam menjalankan perintah agama.9

Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir memasuki usia 100 tahun, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia.10

Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menunjang tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Perserikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang dakwah, sosial, pendidikan, ekonomi, politik dan sebagainya. Yang secara operasional dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis, badan dan amal usaha yang didirikannya.11

Lahirnya pendidikan Muhammadiyah yang modern tidak lepas dari sejarah pada Dasawarsa terakhir abad 19. Pemerintah Belanda memulai system pendidikan liberal di Indonesia. Pendidikan ini diperuntuhkan bagi sekelompok kecil orang Indonesia, sehingga tahun 1870 mulai tersebar jenis pendidikan rakyat, yang berarti juga diperuntuhkan bagi umat Islam Indonesia. Perluasan pendidikan ke pedesaan yang diperuntuhkan seluruh lapisan masyarakat, baru dilaksanakan pada awal abad 20 dengan apa yang dinamakan ethise politik, sebagai akibat dari desakan kaum ethis yang berorientasi humanistic agar pemerintah Kolonial juga mulai memperhatikan rakyat pribumi di negeri jajahannya.

Pada masa pemerintahan Belanda terdapat model 4 persekolahan yaitu:

9Abdurrohman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi,( Jokyakarta : Pustaka Pelajar, 2002),60.

(6)

1. Sekolah Eropa yang menampung anak birokrat Hindia Belanda. Dan kurikulumnya sama dengan Belanda.

2. Sekolah Barat yang menampung anak-anak yang berwarga negara Belanda. 3. Sekolah Vernakuler yang didesain oleh Belanda demi kepentingan mereka sendiri. 4. Sekolah Pribumi, system sekolah yang ada di luar kendali Belanda.

Sekolahan-sekolahan yang didirikan oleh lembaga agama.12

Sistem sekolah ini telah melahirkan jurang pemisah yang makin melebar antara Belanda dengan pendidikan pribumi. Disamping itu juga pendidikan Islam yang berbasis di pesantren tidak saja kontras dengan pendidikan kolonial tetapi juga kontras dengan system didaktik pedagogisnya. Pendidikan Islam tertinggal dan tidak dapat memberikan perspektif-perspektif ke depan.

Menghadapi realitas sistem pendidikan Barat dan Islam yang dualistic ini, Ahmad Dahlan mencoba mengatasi dengan cara perpaduan model sebagai jalan tengah dari kebutuhan sistem yang ada. Upaya kompromi ini diawali dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi umat Islam pada waktu itu dan dipandang perlu segera mendapatkan jawaban dalam bidang pendidikan.13

Untuk mensosialisasikan gagasan pembaharuannya dalam bidang pendidikan. Ahmad Dahlan mencoba memulai dengan membimbing beberapa orang keluarga dekat serta beberapa sahabatnya. Tempat yang pertama kali digunakan untuk menyampaikan gagasan-gagasannya adalah pengajian-pengajian. Setelah upaya dalam menyampaikan benih-benih pembaharuan ini membuahkan hasil sehingga dibuat wadah untuk menampung gagasan tersebut yaitu “ pergerakan Muhammadiyah”.

Pesatnya perkembangan pendidikan Muhammadiyah ini juga dibuktikan dengan beberapa sekolah yang tertua yaitu:14

13Rukiati, dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2006),33.

(7)

B. Penyelenggaraan Pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah mendirikan berbagai jenis dan tingkat pendidikan, serta tidak memisah-misahkan antara pelajaran agama dan pelajaran umum. Dengan demikian, diharapkan bangsa Indonesia dapat dididik menjadi bangsa yang utuh berkepribadian yaitu pribadi yang berilmu pengetahuan umum luas dan agama yang mendalam.

Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, sekolah-sekolah yang dilaksanakan Muhammadiyah adalah:

1. Sekolah umum: taman kanak-kanak (Bustanul Atfal), vervolg school 2 tahun, schaken school 4 tahun, HIS 7 tahun, Mulo 3 tahun, AMS 3 tahun, dan HIK 3 tahun. Pada sekolah-sekolah tersebut diajarkan pendidikan agama Islam sebanyak 4 jam pelajaran seminggu.

2. Sekolah agama: madrasah ibtidaiyah 3 tahun, tsanawiyah 3 tahun, mualimin/mualimat 5 tahun, kulliatul muballigin (SPG Islam ) 5 tahun.15

Pendidikan yang diselenggarakan Muhammadiyah mempunyai andil yang sangat besar bagi bangsa dan negara, dan tentu saja menghasilkan keuntungan-keuntungan di antaranya:

a. Menambahkan kesadaran nasional bangsa Indonesia melalui ajaran Islam. b. Melalui sekolah-sekolah Muhammadiyah, ide-ide reformasi Islam secara luas

disebarkan.

c. Mempromosikan kegunaan ilmu pengetahuan modern.16

Selanjutnya, pada zaman kemerdekaan, sekolah Muhammadiyah mengalami perkembangan yang pesat. Pada dasarnya, ada empat jenis lembaga pendidikan yang dikembangkannya, yaitu:

a) Sekolah-sekolah umum yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan kebudayaan, yaitu: SD, SMP, SPG, SMEA, SMKK dan sebagainya. Pada sekolah-sekolah ini diberikan pelajaran agama sebanyak 6 jam seminggu.

b) Madrasah-madrasah yang bernaung di bawah departemen agama, yaitu madrasah ibtidaiyah, Mts, dan madrasah Aliyah (MA).

c) Jenis sekolah atau madrasah khusus Muhamamadiyah, yaitu: Mualimin,Mualimat, sekolah Tabligh dan pondok pesantren Muhamadiyah.

15Sairin, Weinata , Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2002), 94.

(8)

d) Perguruan Tinggi Muhamadiyah: untuk perguruan Tinggi Muhamadiyah umum di bawah pembinaan Kopertis (Depdikbud), dan perguruan Tinggi Muhamadiyah Agama di bawah pembinaan Kopertais (departemen agama).17

Dilihat dari perspektif integrasi sistem pendidikan Islam tradisional dan sistem pendidikan barat modern “HIS met de Qur’an” merupakan temuan terpenting karena konsep ini mengandung arti sekolah sekuler yang mengadopsi sistem kelembagaan pendidikan barat moderen dalam pembelajarannya dengan menambahkan mata pelajaran keislaman. Mata pelajaran keislaman yang ditambahkan disekolah MU merupakan turunan dari edeologi keagamaan MU artinya Ideologi MU menjadi dasar dalam perumusan materi pembelajaran keislaman di sekolah MU.18

 Materi-materi yang diajarkan dalam sekolah MU.

1. Bahasa arab, yang sejalan dengan gagasan “kembali kepada al-qur’an dan sunah”.

2. Materi-materi tentang literatur keislaman seperti fiqh, ushu al-fiqh dan tafsir.

3. Materi-materi sejarah islam yang terbagi menjadi dua yaitu sejarah Indonesia dan sejarah normatif. MU tidak memberikan tekanan kepada mazab-mazab dalam syar’i (fiqh) dan teologi islam. Pendirian sekolah di MU terkait erat dengan reaksi dan interaksi organisasi sosial dengan perkembangan sekolah-sekolah dibelanda.

 Diskusi muhammmadiyah dalam modernisasi pendidikan:

1. Pertama, Mendiskusikan Muhammadiyah dalam konteks gerakan muslim reformis di Indonesia yaitu dengan dijadikannya Muhammadiyah sebagai kasus dalam diskusi mengenai modernisasi pendidikan islam oleh kelompok muslim modernis di Indonesia.

2. Kedua. Mendiskusikan tentang keterkaitan Muhammadiyah dengan kelas menengah muslim perkotaan, dari bagian kedua ini

17Rukiati, dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2006),59.

(9)

muncullah konsepsi Muhammadiyah yaitu dengan adanya “Sekolah Umum Plus”.

3. Ketiga, Mendiskusikan Konsepsi “HIS met de Qur’an” yaitu sebagai model lembaga pendidikan islam modern dan kemudian dijadikan embiro dari “Sekolah Islam”.

4. Keempat, Mendiskusikan tentang perguruan islam.19

 Garis besar program pendidikan muhammadiyah

(1). Membangun system informasi kekuatan Sumber Daya Insani (SDI) Muhammadiyah dalam bidang Iptek.

(2). Menyusun road map pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Muhammadiyah.

(3). Memobilisasi kekuatan Muhammadiyah dalam bidang Iptek melalui pusat-pusat keunggulan yang berbasis lembaga pendidikan Muhammadiyah.

(4). Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah untuk menjawab ketertinggalan pendidikan Muhammadiyah selama ini, dan sebagai langkah antisipasi bagi masa depan pendidikan yang lebih kompleks.

(5). Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam, Kemuhammadiyahan dan kaderisasi dalam seluruh system pendidikan Muhammadiyah.

(6). Mempercepat proses pengembangan institusi perndidikan Muhammdiyah sebagai pusat keunggulan dengan menyusun standar mutu.

(7). Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi seluruh usaha pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah.

(8). Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat.

(10)

(9). Menyusun system pendidikan Muhammadiyah yang berbasis al-Qur’an dan sunnah.

(10). Mengembangkan program-program penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan berbagai aspek kehidupan yang penting dan strategis sebagai basis bagi pengambilan kebijakan dan pengembangan kemajuan persyarikatan.

(11). Mengembangkan jaringan dan kerjasama lembaga-lembaga serta pusat-pusat penelitian dan pengembangan di lingkungan persyarikatan.

C. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah pada permulaan berdirinya belum merumuskan secara jelas tentang tujuan pendidikannya. Hal ini tidak berati pendidikan Muhammadiyah yang didirikan tanpa tujuan. Meski belum dirumuskan secara tegas pendidikan Muhammadiyah sejak permulaan berdirinya sudah memiliki tujuan. Dilihat dari system pendidikan yang dikembangkan ada pendapat bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah sejak didirikan adalah “ Membentuk Alim Intelektual”, yaitu seorang muslim yang seimbang iman dan ilmunya, ilmu agama dan ilmu umum, orang yang kuat rohani dan jasmaninya. 20

Tujuan pendidikan Muhammadiyah ini dirumuskan dalam pernyataan yang sering disampaikan Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya dalam pengajian yang dipimpinnya. Dalam bahasa Jawa pernyataan itu adalah ”dadiyo kyai sing kemajuan, lan ojo kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah” (jadilah ulama yang modern dan jangan merasa lelah bekerja untuk Muhammadiyah ).21

Sedangkan tujuan pendidikan Muhammadiyah yang sampai saat ini menjadi rujukan bagi perguruan Muhammadiyah adalah bagaimana tertuang dalam qoidah pendidikan dasar dan menengah Bab I pasal 3 sebagai berikut:

“Pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah bertujuan: membentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap percaya diri, memajukan dan memperkembangankan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dan beramal 20 Ibid., 80.

(11)

menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT ”.22

Dalam tujuan ini terkandung nilai-nilai fundamental yang secara implicit jelas merujuk pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Pada rumusan ini pertama diwarnai semangat juang untuk menumbangkan kolonialisme. Pada rumusan kedua orientasinya lebih menekankan upaya pengisian atau berperan serta dalam pembangunan bangsa pasca kemerdekaan. Pada rumusan ketiga lebih kongkret dan realities.23

Namun secara garis besar ketiga rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk muslim yang cakap, berakhlak mulia, percaya kepada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Secara implisit berarti tidak hanya ingin melahirkan kader-lader Muhammadiyah, tetapi juga putra-putri bangsa yang Islami, berilmu pengetahuan dan mempunyai wawasan ke depan (visioner) sebagai upaya menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, lahir dan batin seperti yang dicita-citakan seluruh bangsa Indonesia.24

Tujuan pendidikan Muhammadiyah telah dirumuskan dan telah di sahkan oleh Majlis Tanwir yang intinya pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk manusia muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri dan berguna untuk masyarakat umum. Dari tujuannya saja sudah nampak adanya kemiripan antara tujuan pendidikan Muhammadiyah dengan tujuan pendidikan republik Indonesia dan kedua tujuan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan.25

D. Kontribusi Muhammadiyah di bidang pendidikan

Muhammadiyah bisa dibilang sebaagai pelopor pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Semua hasil jerih payah K.H. Ahmad Dahlan dapat dirasakan manfaatnya hingga saat ini. Muhammadiyah merupakan organisasi di luar pemerintahan yang memiliki lembaga pendidikan dan pengajaran terbesar di Indonesia.

Pembaharuan pendidikan meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan teknik pengajaran. Dari segi cita-cita yang dimaksud K.H. Ahmad Dahlan ialah ingin mementuk manusia muslim yang baik budi pekerti, alim dalam agama, luas dalam pandangan dan faham masalah keduniaan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.

22 Ibid.,21.

23Ibid.,23.

24 Ibid.,25.

(12)

Adapun teknik lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan. Dengan mengambil unsur-unsurnya dari sistem pendidikan Barat dan sistem pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil membangun sistem pendidikan sendiri. Seperti sekolah kejuruan dan lain-lain. Sedangkan cara penyelenggaraannya, proses belajar mengajar itu tidak lagi dilaksanakan di masjid atau sanggar, tetapi di gedung yang khusus dilengkapi oleh meja, kursi dan papan tulis, tidak lagi duduk di lantai.26

Wirjosukarto (1965) dalam bukunya “Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran oleh Pergerakan Muhammadiyah menjelaskan bahwa teknik pengajaran Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

a. Cara belajar dan mengajar dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah dibandingkan pendidikan tradisional lebih modern dan system klasikal seperti yang dilakukan oleh pendidikan barat.

b. Bahan pelajaran di lembaga pendidikan tradisional hanya mengajarkan agama saja, sedangkan di Muhammadiyah diajarkan ilmu umum dan agama.

c. Rencana pelajaran dalam pendidikan Muhammadiyah sudah mengatur kurikulum dengan baik, sehingga efisiensi pembelajaran bisa terjamin baik.

d. Pengasuh dan guru di lembaga pendidikan Muhammadiyah terdapat guru agama dan guru umum dibandingkan dengan lembaga tradisional hanya memiliki guru agama saja yang berpengalaman dibidangnya.

e. Hubungan guru dan murid terlihat lebih akrab dan suasana yang mengenangkan dibandingkan dengan lembaga pendidikan tradisional yang lebih bersifat otoriter.27

Selain pembaharuan dalam pendidikan formal Muhammadiyah telah memperbaharui bentuk pendidikan tradisional non formal yaitu pengajaran. Semula pengajian dilakukan dimana orang tua atau guru privat mengajar anak kecil membaca Al-Qur’an dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian disistematikan ke dalam bentuk juga isi pengajian diarah pada masalah-masalah kehidupan sehari-hari umat Islam.28

Begitu pula Muammadiyah telah berhasil mewujudkan bidang-bidang bimbingan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat pribadi. Seperti mempelopori mendirikan Badan Penyuluhan Perkawinan di kota-kota

26Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia, (Malang: Universitas Muhamadiyah Malang, 2006), 29.

27 Ibid., 31.

(13)

besar, dengan penyelenggaraan pengajian dan nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat ditunjukkan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.29

Berdasarkan data terbaru (profil Muhammadiyah) amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan berjumlah 5.797 buah, merupakan angka yang cukup fantastis untuk sebuah lembaga pendidikan yang dinaungi dalam satu payung organisasi dengan rincian: 1132 Sekolah Dasar , 1769 Madrasah Ibtidaiyah, 1184 Sekolah Menengah Pertama, 534 Madrasah Tsanawiyah, 511 Sekolah Menengah Atas, 263 Sekolah Menengah Kejuruan, 172 Madrasah Aliyah, 67 Podok Pesantren, 55 Akademi, 4 politeknik, 70 Sekolah Tinggi dan 36 Universitas yang tersebar di seluruh Indonesia.30

Total jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah sebanyak itu merupakan bilangan yang cukup fantastis bagi sebuah organisasi sosial keagamaan dimanapun. Apabila keberadaan lembaga pendidikan tersebut merupakan pengejawantahan dari model pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di Muhammadiyah. Inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan, pemahaman atau ideologi apa yang diterapkan oleh Muhammadiyah dalam mengurusi lembaga pendidikan yang sebesar itu. Mungkin langsung timbul sebuah jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja ideologi Islam yang di gunakan karena Muhammadiyah berasaskan Islam.31

Di samping itu juga dari berbagai universitas dan sekolah tinggi Muhammadiyah di seluruh Indonesia tersebut, setidaknya saat ini tercatat lebih 300 ribu orang merupakan mahasiswa universitas Muhammadiyah dan jumlah ini merupakan 10 persen dari jumlah total keseluruhan mahasiswa Indonesia. “Ini artinya perguruan tinggi muhammadiyah sudah dipercaya oleh masyarakat luas dan tentunya dinilai berkualitas”.32

Bahkan menurut Khairul saat ini ada lima universitas Muhammadiyah di Indonesia yang jumlah mahasiswanya di atas 10 ribu orang dan untuk Sumatera terdapat di Sumatera Utara dan Sumatera Barat dengan jumlah mahasiswa masing-masing 12 ribu dan 10 ribu orang. Sementara untuk pulau Jawa terdapat di universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan lainnya.33

Dalam bidang kesehatan, hingga tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 30 rumah sakit umum, 13 rumah sakit bersalin, 80 rumah bersalin, 35 balai kesehatan ibu dan anak, 63 balai pengobatan, 20 poliklinik, balkesmas dan layanan kesehatan lain. Lalu dalam 29 Ibid., 17.

30Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Rineka Cipta,2009),107. 31Yusuf, M. Yunan, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah,(Jakarta:MajelisDikdasmen PP Muhammadiyah,2000), 34.

32 Ibid.,35.

(14)

bidang kesejahteraan sosial hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki 228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 baksos, 161 santunan keluarga, 5 panti wreda manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian, serta 15 BPKM. Dalam bidang ekonomi hingga tahun 2000 muhammadiyah memiliki 5 bank perkreditan rakyat.

E. Manajemen Pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi yang tumbuh dan berkembang dari inisiatif masyarakat secara perorangan yang kemudian menjadi inisiatif kelompok. Karena kesepahaman dengan visi dan misi serta tujuan persyarikatan itu maka kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat mendirikan sebuah ranting Muhammadiyah dengan pengesahan pimpinan di atasnya. Pendirian ranting Muhammadiyah tersebut biasanya disertai dengan amal usaha sebagai bentuk nyata aktivitasnya, tidak sedikit amal usaha itu merupakan sebuah sekolah.34

Dalam persyarikatan Muhammadiyah, lembaga pendidikan dapat didirikan oleh Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah atau Pimpinan Pusat. Manajemen yang diterapkan oleh Muhammadiyah sangat unik, Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam mengelola lembaga pendidikan yang ada di Muhammadiyah melakukan pengawasan dan pembinaan secara umum. Untuk melaksanakan tugas pengawasan dan pembinaan tersebut Muhammadiyah membentuk Majlis pendidikan dasar dan menengah untuk pengawasan dan pembinaan tingkat SD/MI,SMP/Tsanawiyah, SMA/SMK/Aliyah. Sedangkan untuk pengawasan dan pembinaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah menyerahkan kewenangannya kepadaMajlis Pendidikan Tinggi. Dalam hal-hal yang bersifat teknis, Muhammadiyah menyerahkan sepenuhnya kepada tingkat pimpinan yang mendirikan lembaga pendidikan tersebut.35

Dengan kebijakan seperti ini maka manajemen pendidikan di Muhammadiyah menjadi sangat unik, terjadi keanekaragaman kebijakan pada setiap pimpinan yang menguasai lembaga pendidikan tersebut, seperti terjadinya keanekaragaman dalam rekrutmen guru, dosen, karyawan. Keanekaragaman dalam penggajian dan lain sebagainya. Gaji (honor) karyawan, guru dan dosen pada satu sekolah atau perguruan tinggi Muhammadiyah berbeda dengan gaji karyawan, guru dan dosen pada sekolah atau

34 Zamroni, Percikan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah, ( Yogyakarta: Penerbit Ombak,2014), 38.

(15)

perguruan tinggi Muhammadiyah yang lain, hal ini merupakan suatu hal yang biasa dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sehingga dalam kenyataan saat ini, ada lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah yang sangat maju tetapi di tempat lain ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang sangat terpuruk.36

Untuk masa yang akan datang, penulis berpendapat bahwa Muhammadiyah harus segera meninjau kebijakan seperti ini, Persyarikatan Muhammadiyah hendaknya membuat rambu-rambu yang lebih rinci, sehingga keberadaan lembaga pendidikan Muhammadiyah bisa eksis secara merata, tidak ada lembaga pendidikan yang sangat terpuruk, tetapi semuanya bisa maju secara bersama-sama. Status guru, dosen karyawan di berbagai lembaga pendidikan Muhammadiyah sama, sehingga out put siswa atau mahasiswa dari lembaga pendidikan Muhammadiyah memiliki kemampuan yang relative sama.

(16)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pendidikan Islam yang dikembangkan di lingkungan Muhammadiyah, sebagai bagian dari misi dan agenda pembaharuan Islam dan modernisasi kehidupan umat. Meskipun Ahmad Dahlan mempunyai latar belakang pesantren, gagasan pendidikan yang diterapkannya pada lembaga pendidikan Muhammadiyah sangat dipengaruhi oleh model pendidikan modern yang diinspirasi oleh sistem pendidikan di sekolah-sekolah Belanda. Ahmad Dahlan juga mendirikan madrasah muhammadiyah dengan memasukan kedalamnya pengetahuan umum selain pengetahuan agama.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Soedja, Cerita tentang kyiai haji Ahmad Dahlan, Jakarta: Rhineka Cipta, 2001. Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam,Ciputat : Quantum

Teaching, 2005.Muhammadiyah,2000.

Muhammad daud, Lembaga lembaga Islam di Indonesi,Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2001.

Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Rineka Cipta,2009.

Yusuf, M. Yunan, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah,Jakarta: Majelis Dikdasmen PP

Arifin,Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah,Surakarta: Pustaka Jaya,2001.

Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia,Malang: Universitas Muhamadiyah Malang, 2006.

Rukiati, dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Asrofie, M Yusron, Pemikiran dan Kepemimpinannya, Yogyakarta: Yogyakarta Offset, 2001. Sairin, Weinata , Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: PT Fajar Interpratama,

2002.

Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Persatuan, Yogyakarta: Pustaka Jaya, 2001.

Mulkhan, Abdul Munir, Warisan Intelektual KH Ahmad Dahlan dan Amal

Muhammadiyah Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan, 1990.

Anshoriy Ch, Nasruddin, Matahari Pembaharuan, Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010.

Abdurrohman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi, Jogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Perkataan sukuk secara linguistiknya dikatakan telah digunapakai semenjak zaman Marwan al-Hakam. Penggunaan kalimah ini pada zaman tersebut dilihat lebih merujuk kepada suatu

Baptis dalam Kristen Protestan dilakukan sejak seseorang telah merasa yakin dan meyakini Tuhan Yesus dalam dirinya.Tidak ditentukan oleh umur atau waris dari orang

Dalam rangka pencapaian pelaksanaan tujuan-tujuan pengawasan, terdapat berbagai faktor yang menurut penulis menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya alih fungsi bangunan

Salah satunya melalui Car Free Day dengan memberikan aliran tersebut pada proses transformasi ide, persepsi, gagasan dan wacana yang disuguhkan untuk kemudian

Lokasi laboratorium yang strategis sehingga kegiatan pengawasan mutu dapat berlangsung secara efektif dan efisien, serta tersedianya peralatan, bahan kimia, dan

“Sudah dua minggu di Rumah Sakit kami dapat kabar Subuh meninggal, anaknya baik kok suka negur sama yang lain mereka ini sudah lumayan cukup lama tinggal di sini sebelumnya di

Berdasarkan syarat kinematik untuk longsoran jungkiran yang diusulkan oleh Goodman dan Bray’s (1976 op cit. Hoek, 2000), JSC 1 memiliki arah kemiringan (Ap) yang hampir paralel

Tingkat efisiensi biaya produksi suatu perusahaan dapat diukur dengan berapa banyak bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang digunakan