• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembaga Pendidikan Islam di Era Awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lembaga Pendidikan Islam di Era Awal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

~ 1 ~

Volume 2, Nomor 2, Desember 2020

Lembaga Pendidikan Islam di Era Awal

Khoirun Niswatin

email: niswatin83@gmail.com

(Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya) Dani Cahyani Rahayu

email: lubabihsany19@gmail.com

(Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya) Abstrak

Dalam awal sejarah perkembangan Islam, pendidikan Islam yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah SAW merupakan sebuah upaya pembebasan manusia dari kejahiliyahan kaum Arab sesat yang dianut oleh kelompok Quraisy. Selain itu juga merupakan salah satu upaya untuk membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan suatu kelompok terhadap kelompok lain yang dipandang rendah status sosialnya.

Seiring perkembangan pendidikan Islam banyak berdiri lembaga pendidikan sebagai wadah untuk pengembangan pendidikan Islam, diantara lembaga yang berkembang sebagai tempat pendidikan adalah rumah, Kuttab, Masjid dan Madrasah.

Kata Kunci: Lembaga Pendidikan Era Awal, Madrasah, Kuttab Pendahuluan

Pada masa lampau, pendidikan hanya dipandang sebelah mata, dinilai sebagai pola budaya yang telah berkembang dari bangsa yang baru saja mengenal Islam. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pendidikan merupakan salah satu jawaban terhadap tantangan perkembangan serta kemajuan kebudayaan Islam yang semakin pesat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang dapat dijadikan tempat dimana syiar Islam dapat tersampaikan kepada masyarakat sehingga dapat mencapai tujuan yang sempurna. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut muncul dari pemikiran yang selaras dengan kebutuhan masyarakat.

Lembaga pendidikan Islam dapat pula diartikan sebagai suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian konkret berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak. Didalamnya mengandung norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penaggungjawab pendidikan itu sendiri.

(2)

Pembahasan

Lembaga Pendidikan Islam Sebelum Madrasah (Era Awal)

Lembaga Pendidikan Islam yang ada sebelum lahirnya Madrasah pada umumnya terbagi berdasarkan muatan kurikulum yang diajarkan di dalamnya. Kurikulum yang diajarkan meliputi pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Atas dasar beberapa hal tersebut, Charles Michael Stanton menggolongkan lembaga menjadi dua bentuk kelembagaan. Yaitu lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal.1

Adapun beberapa lembaga pendidikan formal yang ada sebelum kebangkitan Madrasah adalah sebagai berikut :

1. Rumah

Rasulullah Saw menerima wahyu yang pertama dengan sebuah kata perintah“Iqra’” yang artinya adalah bacalah. Dan secara tersirat itu merupakan sebuah perintah untuk belajar, menelaah serta memahami. Atas dasar wahyu tersebut Rasulullah menyampaikannya melalui pendekatan personal individual yang kemudian berkembang keranah keluarga .

Wahyu tersebut disampaikan Rasulullah kepada para sahabat di rumah Arqam bin Abi Arqam dalam bentuk halaqah. Dan rumah Arqam ini dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan pertama dalam Islam.2Selain menjadikan rumah Arqam sebagai tempat

menyampaikan syiar Islam, Rasulullah juga memberikan pengajaran di rumah beliau di Mekkah. Hingga banyak pengikut-pengikut beliau yang berbondong-bondong kerumah Rasul tanpa henti.

Philip K Hitti menyebutkan bahwa pendidikan anak-anak bermula dari dalam rumahnya. Ketika ia mulai dapat berbicara, menjadi sebuah kewajiban seorang ayah untuk dapat mengucapkan kalimat tauhid LaaIlaaha Illa Allah . dan ketika umurnya mencapai enam tahun, ia mesti diajarkan untuk melaksanakan sholat wajib. Dan pada saat itulah dapat dimulai pendidikan formal.3

2. Kuttab

1George Michael Stanton, Higher Learning in Islam (Classical Period) (Mary Land, 1990). 2Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, ed. Samsul Nizar, cet-6. (jakarta: Kencana, 2016). 3Philip K Hiitti, History of Arabs (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2002). 512.

(3)

~ 3 ~

Volume 2, Nomor 2, Desember 2020

Kuttab berasal dari kata dasar “Kataba” yang artinya menulis. Kuttab atau Maktab berarti tempat menulis. Atau dapat dimaknai sebagai tempat berlangsungnya kegiatan tulis menulis. Sebelum lahirnya Madrasah atau Universitas sebagai lembaga pendidikan formal, Kuttab merupakan salah satu lembaga pendidikan yang muncul sebagai pendidikan formal pada tingkat dasar. Hal ini diamini oleh sebagian besar ilmuwan sejarah.

Kuttab didirikan oleh seorang bangsa Arab untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak. Lembaga ini dipandang sebagai media utama untuk mengajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an kepada anak-anak hingga masa pemerintahan Khulafaurrasyidin. Sebenarnya keberadaan sudah jauh sebelum Islam hadir, namun saat itu keberadaannya tidak popular.

Kuttab terdiri dari dua bentuk. Yang pertama adalah Kuttab yang berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada membaca dan menulis. Yang kedua adalah Kuttab yang berfungsi sebagai tempat pengajaran Al-Qur’an dan dasar-dasar keagamaan. Seorang penduduk Mekkah yang pertama kali belajar menulis huruf Arab adalah Sofyan bin Umayyah bin Abdul Syams dan Abu Qais bin Abdul Manaf bin Zuhroh bin Kilab. Keduanya belajar dari Basyr bin Malik .

Menurut Philip K Hitti, kurikulum pendidikan di Kuttab adalah pelajaran yang berorientasi pada Al-Qur’an sebagai rujukan teks book utama. Selain itu juga mempelajari membaca, menulis, kaligrafi, gramatikal bahasa Arab sejarah dan juga hadits. Kemampuan membaca dan menulis merupakan sebuah kebutuhan. Yang mana kemampuan tersebut memegang peranan penting sebagai media komunikasi. Bahkan sejak zaman Rasululullah sudah menggunakan media komunikasi melalui surat-menyurat sebagai dakwah dan komunikasi dengan bangsa-bangsa selain Arab.

Pada masa kekuasaan dinasti Abbasiyah, dalam penyampaian pembelajaran di Kuttab memakai beberapa metode pembelajaran yang dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: a. Metode lisan, implementasi metode ini adalah berupa dikte, ceramah serta diskusi

b. Metode menghafal, sebuah metode yang banyak diterapkan dalam pembelajaran agar pelajaran yang diterima dapat melekat dibenak murid

(4)

c. Metode menulis, metode ini juga tidak kalah pentingnya. Termasuk proses meng-copy karya-karya ulama, dalam proses ini juga dapat meningkatkan penguasaan ilmu murid, hal itu dikarenakan bahwasanya itu belum terdapat mesin penggandaan buku-buku tersebut.

Pada awalnya, perkembangan Kuttab sebagai Inatitusi terasa lambat dan eksistensinya tidak merata, terutama pada masa pra Islam. Dan Kuttab mulai memperlihatkan perkembangannya seiring dengan keberhasilan ekspansi Islam keluar wilayah Arab. Tercatat sampai abad dua hijrah setiap desa yang berada di bawah wilayah kekuasaan Islam, berdiri di dalamnya sebuah Kuttab, bahkan ada yang lebih banyak jumlahnya.4

Pada awal perkembangan lembaga pendidikan, Kuttab merupakan lembaga pendidikan tertutup yang hanya mengajarkan pelajaran agama. Namun pada abad ke 8 M, Kuttab mulai terbuka dengan mengajarkan pengetahuan umum disamping ilmu agama. Hal ini dipengaruhi dengan adanya pengaruh warian budaya helenisme5 sehingga banyak

membawa perubahan dalam budaya dan pendidikan Islam.

Waktu yang dtempuh selama pembelajaran di Kuttab tidaklah sama antara satu murid dengan murid yang lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kecerdasan masing-masing murid. Waktu pembelajarannya pun lebih efektif dan efisien dimulai dari pagi hari hingga asar serta dilaksanakan dari hari sabtu sampai kamis. Dan jumat merupakan hari libur bagi mereka. Pada umumnya mereka dapat menyelesaikan pendidikan dasarnya dalam kurun waktu lima tahun saja.

3. Masjid

Kata Masjid disebut dua puluh delapan kali di dalam al-Qur’an. Secara harfiah, Masjid berasal dari Bahasa Arab yaitu sajada, yasjudu, sujudan. Dalam Kamus al-Munawwir (1997: 610), berarti membungkuk dengan khidmat. Dari akar kata tersebut, terbentuklah kata Masjid yang merupakan kata benda yang menunjukkan arti tempat sujud (isim makan dari fi‘il sajada). Sujud adalah rukun shalat, sebagai bentuk ikhtiar hamba dalam mendekatkan diri

4Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam Terj. Sanusi Lathif (Jakarta: Bulan Bintang, 1973).

5 Hellenisme merupakan perpaduan kebudayaan bangsa Yunani atau Hellas, Mesir dan

Persia. Hellenisme merupakan istilah yang pertama kali dikemukakan seorang ahli sejarah dari Jerman bernama Johann Gustav Droysen. Ia menyatakan bahwa peradaban Hellenistik merupakan gabungan kebudayaan yunani dengan peradaban Timur Dekat.

(5)

~ 5 ~

Volume 2, Nomor 2, Desember 2020

pada Allah SWT6. Masjid bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan Islam, keduanya

memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat. Karena disanalah tumbuh dan munculnya intelektual-intelektual muslim.

Mengapa Masjid menjadi salah satu tempat bernaungnya pendidikan? karena Masjid adalah merupakan pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin. Disana juga lah tempat awal mula Rasulullah mengajarkan ilmu agama, mengenal dasar-dasar, hukum-hukum dan tujuan-tujuannya di sebuah Masjid yang pertama kali bangunnya itu Masjid Quba yang terletak di Madinah. Seluruh kegiatan difokuskan di dalam Masjid.

Beberapa fungsi Masjid pada masa Rasulullah Saw, di antaranya7:

a. Tempat ibadah umat Islam, seperti shalat, dzikir, dan sebagainya. Masjid pada masa Rasulullah Saw, berfungsi untuk melaksanakan shalat fardhu lima waktu, shalatJumat, berdzikir, dan macam-macam ibadah yang lain. Pada masa Rasulullah, Masjid benar-benar menjadi sentra kegiatan umat Islam untuk beribadah dan bermuamalah.

b. Tempat menuntut ilmu umat Islam, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Masjid pada masa Rasulullah Saw, menjadi pusat kajian dan diskusi ilmu-ilmu agama dan umum bagi umat Islam. Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus (2013: 49) memasukkan Masjid sebagai salah satu di antara fasilitas belajar-mengajar pada masa Rasulullah Saw. Sebagai tempat menuntut ilmu, Rasulullah Saw memang benar-benar mengoptimalkan fungsi Masjid. Di dalam Masjid ini, Rasulullah mengajar dan memberi Khutbah dalam bentuk halaqah, dimana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya-jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari (Muhammad al Shadiq Argun, tth.: 33). Sistem pendidikan yang diterapkan sebagaimana yang diterapkan oleh Rasulullah, yaitu berupa halaqah-halaqah. Di sebelah selatan Masjid terdapat satu ruangan yang disebut al suffah, yakni tempat tinggal para sahabat miskin yang tidak memiliki rumah. Mereka yang tinggal di al suffah ini disebut ahl al suffah. Mereka adalah para penuntut ilmu. Di tempat inilah dilangsungkan proses pendidikan kepada mereka dan

6Syamsul Kurniawan, “Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam,” Jurnal Khatulistiwa-Journal of

Islamic Studies 4, no. September (2014). 169.

(6)

para sahabat lain. Dengan demikian, George Makdisi (1990: 4) menyebut Masjid juga sebagai lembaga pendidikan Islam.

c. Tempat memberi fatwa. Pada masa Rasulullah Saw., Masjid menjadi tempat mengeluarkan fatwa kepada kaum muslimin, utamanya untuk memecahkan problematika keumatan saat itu. Problematika yang dimaksud tidak hanya menyangkut persoalan agama tapi juga persoalan keduniawian.

d. Tempat mengadili perkara. Bila terjadi perselisihan, pertengkaran, dan permusuhan di antara umat Islam, maka mereka harus didamaikan, diadili dan diberi keputusan hokum dengan adil oleh Rasulullah Saw, yang pelaksanaannya dilakukan di Masjid. Upaya-upaya tersebut dilakukan oleh Rasulullah Saw, agar umat Islam mendapatkan kedamaian jiwa dan menemukan kenyamanan.

e. Tempat menyambut tamu, rombongan, atau utusan. Menurut sejarah, Rasulullah Saw. Pernah menyambut utusan dari Nashrani Najran di dalam Masjid. Rombongan tersebut berjumlah enam puluh orang, diantaranya adalah empat belas orang yang menjadi pembesar mereka. Rombongan tersebut memasuki Masjid selesai shalat ashar. Mereka menginap di Madinah beberapa hari untuk berdialog dengan Rasulullah Saw, tentang Isa as.

f. Tempat melangsungkan pernikahan. Aisyah ra. Berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Beritakanlah pernikahan ini dan selenggarakanlah ia di dalam Masjid, lalu pukullah rebana-rebana” (HR Turmudzi).

Dengan demikian, berdasarkan hadits ini, Masjid pada masa Rasulullah Saw, menjadi tempat yang paling suci untuk mengucap janji pernikahan (baca: akad nikah). Difungsikannya Masjid sebagai tempat melangsungkan pernikahan ditujukan agar pihak keluarga yang melangsungkan acara pernikahan kala itu dapat menampung banyaknya tamu yang hadir. Selain itu, pasangan pengantin yang melangsungkan akad nikah di Masjid diharapkan lebih dapat menjaga ikatan tali pernikahan mereka. Demikian pula para saksi, dapat memelihara persaksian atas pernikahan tersebut.

g. Tempat layanan sosial. Dari Utsman bin Yaman, ia berkata,

“Ketika para Muhajirin membanjiri kota Madinah, tanpa memiliki rumah dan tempat tinggal, Rasulullah Saw menempatkan mereka di Masjid dan beliau namai ashabush-shuffah. Beliau juga duduk bersama mereka dengan sikap yang sangat ramah” (HR Baihaqi).

(7)

~ 7 ~

Volume 2, Nomor 2, Desember 2020

h. Tempat latihan perang. Pada masa Rasulullah Saw, Masjid berfungsi sebagai tempat latihan perang, baik untuk pembinaan fisik maupun mental. Aisyah ra. Berkata,

“Aku melihat Nabi Saw, menghalangi pandangan kudengan sorbannya, padahal aku sedang memperhatikan orang-orang Habsyi sedang bermain-main di Masjid, sehingga aku keluar (hendak melihat mereka kembali), memperkirakan mereka masih bermain” (HR Bukhari).

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari mengomentari hadits ini, bahwa yang dimaksud “bermain-main” dalam hadits ini, bukan semata-mata “bermain”, melainkan latihan perang, atau permainan yang didalamnya melatih keberanian bertempur atau menghadapi musuh. Sementara Ibn Mahlab dalamFathul Bari berkata, “Masjid merupakan tempat untuk memberi rasa aman kepada kaum muslimin. Perbuatan apapun yang membuahkan kemanfaatan bagi agama dan bagi keluarganya boleh dilakukan di Masjid.

i. Tempat layanan medis atau kesehatan. Rasulullah Saw menjadikan Masjid sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, khususnya pada masa perang. Aisyah ra. Berkata,

“Pada hari terjadinya perang Khandaq, Sa‘ad ibn Muadz mengalami luka luka karena dipanah oleh seorang kafir Quraisy. Kata Khabban bin Araqah, orang tersebut memanah Sa‘ad pada bagian lehernya. Maka, Nabi Saw, membuatkan tenda di Masjid, agar beliau bias beristirahat, karena jarak yang dekat”.

Pada masa Bani Umaiyah, Masjid juga berkembang fungsinya sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang bersifat keagamaan. namun yang lebih penting adalah Masjid berfungsi sebagai lembaga pendidikan menengah setelah Kuttab.8

Perkembangan Masjid mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Masyarakat pun semakin mengakui eksistensi Masjid sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan keilmuan masyarakat. Ada perbedaan karakteristik yang tumbuh ditengah-tengah makin berkembangnya Masjid. Yaitu mengkategorikan Masjid sebagai tempat sholat jumat (Jami’) dan mengkategorikan Masjid seperti biasa( digunakan sebagai tempat berlangsungnya pendidikan Islam.

Pada abad ke -11 M di bahgdad hanya ditemukan 6 jami’ akan tetapi jumlah Masjidnya mencapai ratusan Masjid. Begitu pula di Damaskus. Adapun Kairo, jumlah jami’ dan Masjidnya cukup banyak. Karena keduanya juga memiliki sarana untuk menyelenggarakan majelis dan halaqah.

8Samsul Nizar, Sejarah Dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam (Ciputat: Quantum Teaching,

(8)

Lembaga pendidikan Masjid merupakan lembaga pendidikan formal. Namun, kurang mendapat perhatian dari pemerintahan atau penguasa saat itu. Karena pemerintahan fokus memperhatikan pada proses penyebaran agama dan perluasan wilayah. Sehingga lembaga pendidikan di Masjid ini juga tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi

Lembaga Pendidikan Islam Madrasah

Dalam perkembangan pendidikan Islam terbagi beberapa periode9 yaitu :

1. Periode pembinaan pendidikan Islam ( Masa Rasulullah Saw) 2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam ( Masa Bani Umaiyah)

3. Periode kejayaan pendidikan Islam (Masa Bani Abbasiyah hingga jatuhnya Baghdad) 4. Periode kemunduran pendidikan Islam (Masa jatuhnya Baghdad hingga jatuhnya Mesir

ketangan Napoleon Bonaparte)

5. Periode pembaharuan pendidikan Islam (Masa Mesir ditangan Napoleon hingga masa sekarang)

Dari periodesasi tersebut diatas, Madrasah berada pada masa periodeketiga di saat pendidikan Islam berada pada puncak kejayaannya yaitu pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Kronologi lahirnya Madrasah dipengaruhi oleh adanya factor internal dan eksternal. Salah satu dari faktor eksternal yang sangat mempengaruh itu tumbuhnya Madrasah adalah situasi politik yang terjadi kala itu.

Madrasah merupakan isim makan dari kata darasa yang berarti tempat atau wahana untuk mengenyam prose pembelajaran. Madrasah di sini di definisakan sebagai lembaga pendidikan tinggi yang secara luas berkembang di dunia Islam pra modern sebelum era lahirnya Universitas ( al-jami’ah).

Hasan Asari mengemukakan bahwa ciri-ciri Madrasah tidak dapat dikonotasikan seperti lembaga pendidikan pada zaman sekarang.10 Sedangkan Nakoosten menterjemahkan kata

Madrasah dengan University.

Lahirnya lembaga pendidikan formal dalam bentuk Madrasah merupakan pengembangan dari system pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di Masjid-Masjid. Disisi

9Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2015).

(9)

~ 9 ~

Volume 2, Nomor 2, Desember 2020

lain, Syalabi mengemukakan bahwa perkembangan dari Masjid ke Madrasah terjadi secara tidak langsung, menurutnya Madrasah sebagai konsekuensi logis dari semakin ramainya pengajian di Masjid yang fungsi utamanya adalah ibadah. Agar tidak kegiatan ibadah, dibuatlah tempat khusus untuk belajar yang dikenal Madrasah.

Meskipun Madrasah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran di dunia Islam baru timbul sekitar abad ke-14 H, ini bukan berarti bahwa sejak awal perkembangannya Islam tidak mempunyai lembaga pendidikan dan pengajaran. Pada awal telah berdiri Madrasah yang menjadi cikal bakal munculnya Madrasah nizamiyah, Madrasah tersebut berada diwilayah Persia, tepatnya di daerah Nisyapur, misalnya Madrasah al-baihaqiyah, Madrasah sa’idiyah dan Madrasah yang terdapat di Khusan.

Madrasah Nizamiyah yang dibangun oleh Nizam Al-Muluk dibangun tidak semata-mata karena Nizam Al-Muluk seorang yang memiliki perhatian terhadap intelektualitas dan pendidikan tetapi di dalamnya telah terkandung muatan-muatan lain seperti untuk mempertahankan madhab dan mengembalikkan kemurnian ajaran sunni dan kepentingan politis untuk memperkuat struktur birokrasi pemerintahannya.

Madrasah Nizhamiyah merupakan prototype awal bagi lembaga pendidikan tinggi, ia juga dianggap sebagai tonggak baru dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, dan merupakan karakteristik tradisi pendidikan Islam sebagai suatu lembaga pendidikan resmi dengan sistem asrama. Pemerintah atau penguasa ikut terlibat didalam menentukan tujuan, kurikulum, tenaga pengajar, pendanaan, sarana fisik dan lain-lain.

Kendati Madrasah Nizhamiyah mampu melestarikan tradisi keilmuan dan menyebarkan ajaran Islam dalam persi tertentu. Tetapi keterkaitan dengan standarisasi dan pelestarian ajaran kurang mampu menunjang pengembangan ilmu dan penelitian yang inofatif.

Dalam perkembangannya, Madrasah Nidzamiyah mampu mengaplikasikan sistem pendidikan Islam sebagai berikut:

a. Madrasah sebagai Inatitusi pendidikan Islam yang dijadikan sebagai sarana untuk menghidupkan madzhab-madzhab sunni maupun paham asy’ariyah

b. Madrasah sebagai Inatitusi pendidikan Islam yang dijadikan sebagai pusat pengembangan ilmu-ilmu keIslaman. Diantaranya adalah ilmu fikih, Al-Qur’an dan tafsir, hadits, nahwu, sharaf dan lain sebagainya

(10)

c. Madrasah sebagai Inatitusi pendidikan Islam yang dijadikan sebagai perpanjangan tangan untuk mempertahankan kekuasaan.

Eksistensi Madrasah di era awal ini memiliki catatan sejarah yang cukup panjang. Utamanya adalah telah berkontribusi terhadap munculnya tradisi intelektual Islam. Dan ini merupakan perjalanan sejarah perkembangan pendidikan Islam, meskipun tradisi keilmuan tidak secara langsung lahir dari lembaga yang bernama Madrasah dikarenakan Madrasah dibawah naungan pemerintah, namun melalui lembaga ini telah memunculkan ghirah pada intelektual muslimterhadap ilmu pengetahuan.

Kesimpulan

Kebutuhan akan pendidikan utamanyad alam pendidikan Islam telah terjawab dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang muncul dan berkembang dengan pesat. Adapun lembaga-lembaga yang telah berkembang di era awal adalah ruma, Kuttab, Masjid dan Madrasah.

Lembaga lembaga tersebut berkembang tidak lepas dari kontribusi pemerintah dan masyarakat serta tokoh-tokoh ulama. Seiring dengan perjalanannya lembaga-lembaga ini pendidikan Islam ini mampu menghasilkan intelektual-intelektual muslim yang membanggakan dunia.

Daftar Pustaka

Asari, Hasan. Menyingkap Zaman Keemasan Islam. Bandung: Mizan, 1996. Hiitti, Philip K. History of Arabs. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2002.

Kurniawan, Syamsul. “Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam.” Jurnal Khatulistiwa-Journal of Islamic Studies 4, no. September (2014): 169.

Nizar, Samsul. Sejarah Dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam. Ciputat: Quantum Teaching, 2005.

———. Sejarah Pendidikan Islam. Edited by Samsul Nizar. Cet-6. jakarta: Kencana, 2016. Stanton, George Michael. Higher Learning in Islam (Classical Period). Mary Land, 1990. Syalabi, Ahmad. Sejarah Pendidikan Islam Terj. Sanusi Lathif. Jakarta: Bulan Bintang, 1973. Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Pada siklus III pertemuan 5 dan 6, dari hasil refleksi yang dilakukan diperoleh simpulan bahwa guru sudah dapat melaksanakan tahpan- tahapan pembelajaran dengan baik,

Kenaikan harga beras yang mendadak di pasaran dunia pada tahun 2008 dilihat bukan berpunca akibat tekanan faktor endogen permintaan mahupun penawaran semata-mata, namun

This study also expects that the effects of the interac- tion between the number of endorsers and the product’s involvement in advertisements with multiple celebrity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kualitas susu murni yang diproduksi Koperasi Susu Warga Mulya Yogyakarta tidak terkendali; (2) ada pengaruh positif

The photographs mostly show young women with her pretty face and wearing modern clothes, we see that the representation of healthy women is tend to be modern, eventhough

 Dalam Verifikasi dan Validasi Data Individu Peserta Didik, peserta didik memiliki tugas untuk memastikan kebenaran data yang diisikan pada aplikasi Dapodik dan mengajukan

Hal ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap tingkah laku siswa di SMAN 1 Ngunut Tulungagung yang ditunjukkan dari t hitung < t tabel

Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan atau memperoleh informasi dan data empiris mengenai hubungan antara pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga