• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul: Hubungan antara Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul: Hubungan antara Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT HIPERTENSI DENGAN ELONGASI

AORTA PADA PEMERIKSAAN FOTO TORAKS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

MARIA LEONY RAHAJENG FIRSTYANI G0008016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Hubungan antara Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks

Maria Leony Rahajeng Firstyani, NIM: G0008016, Tahun: 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Rabu, Tanggal 5 Oktober 2011

Pembimbing Utama

Nama : Dr. JB. Prasodjo, dr., Sp.Rad. (K)

NIP : 19500801 199008 1 001 ... Pembimbing Pendamping

Nama : Novi Primadewi, dr., Sp.THT., M.Kes

NIP : 19751129 200812 2 002 ...

Penguji Utama

Nama : Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad. (K)

NIP : 19470611 197610 1 001 ... Anggota Penguji

Nama : Dr. Senyum Indrakila, dr., Sp.M

NIP : 19730102 200501 1 001 ...

Surakarta, ___________________

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 5 Oktober 2011

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv ABSTRAK

Maria Leony Rahajeng Firstyani, G0008016, 2011. Hubungan antara Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta pada pemeriksaan foto toraks.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 23 Mei – 23 Juni 2011. Terdapat 60 subjek yang telah diseleksi dengan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi adalah pasien laki-laki dan perempuan berusia 20 – 80 tahun, foto toraks posisi postero-anterior, dan pada foto toraks inspirasi cukup dalam arti tampak costa anterior enam pasang dan costa posterior sepuluh pasang. Kriteria eksklusinya adalah kelainan katup jantung dan kelainan katup aorta. Hasil foto toraks dari subjek yang mengisi informed consent diperiksa untuk mengukur adanya elongasi aorta (jarak antara tepi atas arkus aorta dengan incisura jugularis sterni). Kemudian peneliti memeriksa tekanan darah subjek penelitian. Peneliti juga mencari data sekunder yang dibutuhkan pada rekam medik subjek. Data tersebut dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan Odds

Ratio (OR) SPSS 17.0 for Windows. Odds Ratio (OR) digunakan untuk

mengetahui kekuatan hubungan.

Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan: (1) Adanya hubungan bermakna antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta (p = 0.002). (2) Individu dengan prehipertensi memiliki risiko 5 kali lebih besar mengalami elongasi aorta dari individu normotensi (OR = 5.09, CI 95% = 1.14 – 22.62). Individu dengan hipertensi derajat 1 memiliki risiko 8 kali lebih besar mengalami elongasi aorta dari individu normotensi (OR = 8.00, CI 95% = 1.39 – 45.75). Individu dengan hipertensi derajat 2 memiliki risiko 61 kali lebih besar mengalami elongasi aorta dari individu normotensi (OR = 60.71, CI 95% = 2.76 – 1332).

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan bermakna antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta serta “hubungan dosis-respons” yang kuat dan secara statistik signifikan antara derajat hipertensi dan risiko mengalami elongasi aorta.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRACT

Maria Leony Rahajeng Firstyani, G0008016, 2011. The Relationship between Grade of Hypertension and Aortic Elongation on the Chest X-ray Examination. Medical Faculty of Sebelas Maret University.

Objective: This research aims to find the relationship between grade of hypertension and aortic elongation on the chest X-ray examination.

Methods. A cross-sectional study has been carried out at the Radiology Department, Dr. Moewardi Hospital, from May 23rd to June 23rd 2011. A sample of 60 subjects aged from 20 to 80 years old were selected by purposive sampling. Postero-anterior chest X-ray photograph including six pairs of anterior ribs and ten pairs of posterior ribs was taken with sufficient inspiration. Subjects with other abnormal cardiac and aortic valve were excluded. Study subjects filled-in informed consent form and were measured for aortic elongation, i.e. the length between the top of aortic arch and incisura jugularis sterni. The blood pressure was checked. The researcher also searched the subjects’ medical record for secondary data. Odds Ratio (OR) was used to measure the strength of association, and Chi-Square to test its statistical significance, on SPSS 17.0 for Windows.

Results: This research shows: (1) A significant relationship between grade of hypertension and aortic elongation (p = 0.002). (2) Individuals with prehypertension had 5 times higher risk of aortic elongation than normal individuals (OR = 5.09, 95% CI = 1.14 to 22.62). Individuals with grade 1 hypertension had 8 times higher risk of aortic elongation than normal individuals (OR = 8.00, 95% CI = 1.39 to 45.75). Individuals with grade 2 hypertension had 61 times higher risk of aortic elongation than normal individuals (OR = 60.71, 95% CI = 2.76 to 1332).

Conclusion: This research found a significant relationship between grade of hypertension and aortic elongation. There is a strong and statistically significant “dose-response relationship” between grade of hypertension and aortic elongation.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan antara Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta pada Pemeriksaan Foto Toraks.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Tuhan Yang Maha Esa dan melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. JB. Prasodjo, dr., Sp.Rad. (K), selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

4. Novi Primadewi, dr., Sp.THT, M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan motivasi mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

5. Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad. (K), selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Dr. Senyum Indrakila, dr., Sp.M., selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam pengolahan data statistik skripsi ini.

8. Mbak Ning beserta Staf Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi.

9. Kedua orang tua tercinta, Y. Joko Suryono dan Chatarina Sarjani, yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

10.Ancilla Cherisha Illinantyas, teman seperjuangan saat pengambilan data. 11.Teman-teman angkatan 2008.

12.Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 5 Oktober 2011

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang...1

B.Rumusan Masalah ...3

C.Tujuan Penelitian ...3

D.Manfaat Penelitian ...3

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka ...4

1. Fisiologi Pengaturan Tekanan Darah ...4

2. Hipertensi...6

3. Foto Toraks ...10

4. Aorta ...11

5. Hubungan Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta ...13

B.Kerangka Pemikiran ...18

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian ...20

B.Lokasi dan Waktu Penelitian...20

C.Subjek Penelitian ...20

D.Teknik Sampling ...21

E. Rancangan Penelitian ...22

F. Identifikasi Variabel Penelitian ...22

G.Definisi Operasional Variabel ...23

H.Instrumentasi ...25

I. Cara Kerja ...25

J. Teknik Analisis Data ...26

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Hasil Penelitian ...30

B.Hasil Analisis...33

BAB V PEMBAHASAN ...36

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan...39

B.Saran ...39

DAFTAR PUSTAKA ...40

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC ...7

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH 2007 ...8

Tabel 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia ...30

Tabel 4.2. Distribusi Subjek Berdasarkan Derajat Hipertensi, Jenis kelamin, dan

Elongasi Aorta ...32

Tabel 4.3. Uji Chi Square Hubungan Derajat Hipertensi dengan Elongasi

Aorta ...34

Tabel 4.4. Risiko Terjadinya Elongasi Aorta pada Pasien Prehipertensi,

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah...5

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian... 22

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ...44

Lampiran 2. Data sampel penelitian ...45

Lampiran 3. Derajat Hipertensi – Elongasi Aorta uji Chi Square ...47

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ...51

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian ...52

Lampiran 6. Ethical Clearance ...53

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hingga saat ini, hipertensi masih merupakan masalah kesehatan serius

di seluruh dunia. Penyebabnya antara lain prevalensi hipertensi yang semakin

meningkat, sedikitnya penderita yang mendapatkan terapi adekuat, masih

banyaknya penderita yang tidak terdeteksi, serta tingginya morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi hipertensi (Yogiantoro, 2006).

Data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa sekitar 972 juta (26,4 %)

penduduk dunia menderita hipertensi dan angka tersebut kemungkinan

meningkat menjadi 29,2 % pada tahun 2025. Dari 972 juta penderita

hipertensi, 333 juta berada di negara maju sedangkan 639 juta sisanya berada

di negara berkembang. Di Indonesia, pada tahun 2007, prevalensi hipertensi

di daerah urban dan rural berkisar antara 17-21 %, tetapi data secara nasional

belum lengkap (Yogiantoro, 2006; Misbach, 2007).

Jumlah penduduk Indonesia yang berusia lebih dari enam puluh tahun

pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 400 %. Pada usia lanjut

tekanan darah sistolik lebih berkaitan dengan prognosis komplikasi

kardiovaskuler dibandingkan tekanan darah diastolik. Selain itu prevalensi

gagal jantung dan stroke pada usia lanjut akibat hipertensi juga tinggi

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pada usia lanjut, terjadi proses menua, di mana secara struktur anatomi

maupun fungsional terjadi kemunduran (Makmun, 2006). Perubahan yang

terjadi pada pembuluh darah aorta yaitu penebalan dinding dan elastisitasnya

berkurang. Di samping itu terjadi pemanjangan dan berkelok-kelok serta

bertambahnya diameter dan volumenya, perubahan ini mulai pada usia 20

tahun (Rustam, 1996). Hal-hal yang dapat mengubah bentuk aorta antara lain

adalah hipertensi, usia, kelainan katup, dan kelainan dinding aorta karena

radang (Purwohudoyo, 2010). Ada banyak penyebab elongasi aorta, di

antaranya adalah aterosklerosis, hipertensi, regurgitasi aorta, dan lain-lain

(Savas, 2000).

Pemeriksaan elektrokardiogram dan foto dada dapat memberikan

gambaran apakah hipertensi telah berlangsung lama (Susalit et al., 2001).

Pada foto dada posisi postero-anterior terlihat perbesaran jantung ke kiri,

elongasi aorta pada hipertensi yang kronis, dan tanda-tanda bendungan

pembuluh paru pada stadium payah jantung (Basha, 2003). Elongation

(elongasi) adalah tindakan, proses, atau kondisi bertambah panjang (Dorland,

2001).

Berdasarkan uraian di atas, maka memberikan dorongan bagi penulis

untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan antara derajat hipertensi

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

Adakah hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta

pada pemeriksaan foto toraks?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adakah hubungan antara derajat hipertensi dengan

elongasi aorta pada pemeriksaan foto toraks.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wacana ilmu

pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran Radiologi dan untuk

memberikan data ilmiah mengenai hubungan antara derajat hipertensi

dengan elongasi aorta.

2. Aspek Aplikatif

a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat

akan pentingnya mengontrol tekanan darah dalam batas normal.

b. Mendukung penegakkan diagnosis penyakit jantung hipertensif pada

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Fisiologi Pengaturan Tekanan Darah

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama untuk mendorong

darah ke jaringan. Tekanan tersebut harus diatur secara ketat dengan

tujuan: 1) dihasilkan gaya dorong yang cukup sehingga otak dan jaringan

lain menerima aliran darah yang adekuat, dan 2) tidak terjadi tekanan yang

terlalu tinggi yang dapat memperberat kerja jantung dan meningkatkan

risiko kerusakan pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah melibatkan

integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain

(Gambar 2.1.). Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan

darah kecuali terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga

tekanan darah konstan (Sherwood, 2001).

Berdasarkan bagan di bawah ini diketahui bahwa tekanan darah

sangat tergantung pada curah jantung (cardiac output) dan resistensi

perifer. Menurut Wilson and Price (2006), besar tekanan darah seseorang

juga dapat dihitung dengan rumus:

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Di dalam tubuh terdapat baroreseptor yang secara konstan memantau

tekanan darah arteri rata-rata. Baroreseptor tersebut adalah sinus caroticus

dan baroreseptor arcus aorta. Setiap perubahan pada tekanan darah akan

mencetuskan refleks baroreseptor yang diperantarai oleh sistem saraf

otonom. Tujuan refleks tersebut adalah penyesuaian curah jantung dan

resistensi perifer total sehingga tekanan darah kembali normal.

Gambar 2.1. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah (Sherwood, 2001)

Contoh kerja reflek baroreseptor adalah peningkatan tekanan darah

setelah berolahraga. Hal tersebut akan mempercepat pembentukan

potensial aksi di neuron aferen sinus caroticus dan baroreseptor lengkung Tekanan darah arteri rata-rata

Curah jantung

Pergeseran cairan bulk flow pasif antara kompartmen vaskuler dan

cairan interstisium

Keseimbangan garam dan air

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

aorta. Melalui peningkatan kecepatan pembentukan potensial aksi tersebut,

pusat kontrol kardiovaskuler mengurangi aktivitas simpatis dan

meningkatkan aktivitas parasimpatis. Sinyal-sinyal eferen tersebut akan

menurunkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, merangsang

vasodilatasi arteriol dan vena sehingga curah jantung dan resistensi perifer

turun. Hasil akhirnya adalah tekanan darah kembali normal. Namun pada

hipertensi, baroreseptor tidak berespon mengembalikan tekanan darah ke

tingkat normal karena mereka telah beradaptasi untuk bekerja pada tingkat

yang lebih tinggi (Sherwood, 2001).

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang

paling banyak ditemui di masyarakat dengan insidensi 10 – 15 % pada

orang dewasa. Kejadian hipertensi juga sering dikaitkan dengan

penambahan usia. Hal tersebut ditunjukkan dengan makin meningkatnya

jumlah penderita hipertensi seiring dengan peningkatan populasi usia

lanjut (Siregar, 2003; Yogiantoro, 2006).

a. Definisi dan Klasifikasi

Hingga saat ini belum terdapat kesatuan pendapat mengenai

definisi hipertensi. Oleh karena itu, beberapa organisasi seperti JNC 7

(The Seventh Report of the Joint Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) dan ESH

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

seperti yang tertera pada tabel di bawah ini (Siregar, 2003; Yogiantoro,

2006).

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH 2007

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik

(mmHg)

Kerusakan organ, terutama jantung, otak, dan ginjal, berkaitan

dengan derajat keparahan hipertensi (Gray et al., 2005).

b. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, selama ini dikenal dua jenis hipertensi,

yaitu:

1) Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi jenis ini penyebabnya tidak diketahui dan

mencakup 95% kasus hipertensi (Siregar, 2003). Menurut

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

multifaktorial yang timbul akibat interaksi beberapa faktor risiko.

Beberapa faktor risiko tersebut antara lain adalah:

a) Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas,

aktivitas fisik, dan stres.

b) Faktor genetis dan usia.

c) Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal.

d) Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan

vasodilatasi.

e) Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem

renin, angiotensin, dan aldosteron.

2) Hipertensi Sekunder

Merupakan suatu keadaan di mana peningkatan tekanan darah

yang terjadi disebabkan oleh penyakit tertentu. Hipertensi jenis ini

mencakup 5% kasus hipertensi. Beberapa penyebab hipertensi

sekunder antara lain penyakit ginjal seperti glomerulonefritis akut,

nefritis kronis, kelainan renovaskuler, dan Sindrom Gordon;

penyakit endokrin seperti feokromositoma, Sindrom Conn, dan

hipertiroid; serta kelainan neurologi seperti tumor otak (Joesoef dan

Setianto, 2003).

Baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik

meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Tekanan darah sistolik

meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi

perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengakuan

pembuluh darah`dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini

mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.

Penurunan elastisitas pembuluh darah tersebut menyebabkan

peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga

berubah dengan umur (Rigaud AS, 2001).

3. Foto Toraks

Foto toraks merupakan pemeriksaan yang penting dalam penafsiran

kelainan pada jantung dan paru. Pemeriksaan dada akan menjadi petunjuk

bagi pemeriksaan apa yang perlu dilanjutkan mengenai paru atau

jantungnya (Purwohudoyono, 2010). Interpretasi radiografi toraks harus

meliputi penilaian ukuran jantung secara keseluruhan, bukti adanya

pembesaran ruang jantung spesifik, dan perubahan apapun pada lapangan

paru (Gray et al., 2005).

Penilaian jantung hendaknya mencakup :

a. Situs (kedudukan organ di dada dan di bawah diafragma)

b. Periksalah letak jantung dan lambung

c. Bentuk tulang punggung

d. Ukuran dan pembesaran jantung

e. Pembuluh-pembuluh darah besar (aorta dan arteri pulmonalis)

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

g. Pembuluh darah paru

(Purwohudoyono, 2010).

4. Aorta

Aorta adalah trunkus utama pangkal bermulanya sistem arteri

sistemik. Pembuluh darah ini keluar dari ventrikel kiri jantung berjalan ke

atas (aorta ascenden), melengkung (arkus aorta), dan ke bawah (aorta

descenden). Kemudian pars descenden ini terbagi menjadi bagian toraks di

bagian atas (pars thoracica aorta) dan bagian abdominal di bagian bawah

(pars abdominal aorta) (Dorland, 2001).

Luas penampang aorta adalah 2,5 cm2 (Guyton and Hall, 2007).

Aorta pada umumnya nampak jelas pada orang dewasa. Tepi atas arkus

aorta kira-kira 2,5 cm di bawah garis superior dari manubrium sterni

(incisura jugularis sterni) (Gray’s, 2000). Arkus aorta menonjol ke kiri

kira-kira 3 – 3,5 cm dari garis tengah yang ditarik di tengah-tengah

kolumna vertebra. Pada foto toraks yang normal, arkus aorta nampak

sebesar ujung ibu jari (Purwohudoyono, 2010). Arkus aorta biasanya

terlihat, karena aorta mengalirkan darah secara posterior dan dikelilingi

oleh udara. Sebagian besar aorta desendens juga dapat terlihat. Posisi dan

ukuran masing-masing dapat dievaluasi dengan pandangan frontal dan

lateral (Alwi, 2006).

Pada pandangan posterior anterior kontur bagian kanan madiastinum

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

darah besar biasanya menyempit dan menjadi lebih berliku (tourtuous) dan

lebih jelas seiring bertambahnya usia (Alwi, 2006).

Pelebaran aorta menyebabkan arkus aorta lebih menonjol keluar

(Purwohudoyono, 2010). Pelebaran aortic root paling sering terlihat pada

hipertensi sistemik lama yang tak terkontrol (Alwi, 2006). Aorta yang

lebar dijumpai pada jantung berbentuk sepatu, aortic configuration,

misalnya pada Atrial Insufisiensi (AI) dan Atrial Stenosis (AS). Aorta

kecil biasanya dijumpai pada Mitral Stenosis (MS) dan Mitral Insufisiensi

(MI), kebocoran dari kiri ke kanan. Selain aorta yang melebar dan

mengecil, aorta desendens dapat menjadi panjang (elongasi aorta).

Hal-hal yang dapat mengubah bentuk aorta ialah:

a. Hipertensi

b. Usia

c. Kelainan katup (insufisiensi aorta)

d. Kelainan dinding aorta karena radang (tuberkulosis, lues)

(Purwohudoyono, 2010)

Dinding aorta memiliki tiga lapisan:

a. Tunika intima (lapisan tipis sel endotel)

b. Tunika media (jaringan elastik berlamina yang tersusun secara spiral)

c. Tunika adventisia (terutama terdiri atas kolagen namun juga

mengandung pembuluh darah adventisia dan limfe)

Pada tunika media jaringan elastik dominan dengan sedikit otot

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

berkembang dan berkurang ketika diastol. Dengan cara ini, aorta

memainkan peranan penting dalam mempertahankan tenaga sirkulasi

diastolik (Gray et al., 2005).

5. Hubungan Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta

Umur terkait dengan peningkatan sistolik dan tekanan pulsasi (Safar

et al., 2008). Sebagai bagian dari proses penuaan normal, aorta mengalami

perubahan struktural berupa kekakuan yang progresif karena regangan

siklik, yang disebabkan oleh fraktur lamela elastin di tunika media dan

perubahan bentuk jaringan fibrosa dalam dinding aorta (Safar et al., 2006).

Selain itu, paparan kronis tekanan tinggi intra-arteri pada hipertensi

diperkirakan dapat mempercepat kerusakan elastin, sehingga mencetuskan

dilatasi aorta proksimal (O’rouke, 2005). Dalam sebuah studi baru-baru ini

menemukan individu dengan hipertensi sistolik memiliki diameter aorta

efektif yang lebih kecil bila dibandingkan dengan subjek kontrol

normotensi (Mitchell, 2003). Selain itu, dalam studi lain ditemukan adanya

perbedaan panjang aorta antara penderita hipertensi dan normotensi pada

pemeriksaan foto toraks. Penderita hipertensi memiliki aorta yang lebih

panjang bila dibandingkan dengan penderita normotensi (Sukmadianti,

2006).

Pada usia lanjut, peningkatan tekanan sistolik dan tekanan nadi

berhubungan dengan kekakuan aorta (Safar et al., 2006; Lakatta, 2003)

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

aorta yang kaku meningkatkan karakteristik impedansi, kemudian

meningkatkan besarnya gelombang tekanan pembuluh darah perifer yang

dihasilkan oleh ejeksi ventrikel. Secara tidak langsung, peningkatan

kekakuan aorta mampu mengubah kecepatan dan besarnya pantulan

gelombang tekanan pembuluh darah perifer (Chobanian, 2007). Selain itu,

efek langsung dan tidak langsung ini menunjukkan kecepatan dan

besarnya pantulan gelombang tekanan berbanding lurus (positif) dengan

bertambahnya usia. Fenomena gelombang tekanan pantul ini memberikan

cara pandang tradisional tentang keterkaitan antara usia dan peningkatan

tekanan darah (Chobanian, 2007).

Selain berfungsi sebagai saluran untuk memberikan darah ke

pembuluh darah perifer, aorta proksimal menyediakan lebih dari setengah

sistem kapasitas buffering untuk seluruh arteri. Melalui buffering ini, aorta

proksimal berfungsi mengubah aliran pulsatil yang dihasilkan oleh ejeksi

ventrikel kiri agar menjadi aliran yang relatif stabil ditingkat

mikrosirkulasi. Kapasitas buffering dari aorta proksimal dipengaruhi oleh

struktural (ketebalan dinding dan komposisi), fungsional (kekakuan), dan

geometris (diameter). Dengan demikian untuk membandingkan sifat

dinding aorta (kekakuan) sebuah dilatasi pangkal aorta yang lebih kecil

akan memberikan impedansi yang lebih tinggi untuk volume sekuncup

(stroke volume), oleh karena itu menyebabkan tekanan pulsasi yang lebih

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Setelah dipompa keluar jantung, darah melintasi pembuluh darah.

Laju aliran (flow rate) bergantung kepada gradien tekanan dan resistensi

vaskuler sesuai persamaan berikut:

F = ∆걈

dengan F adalah laju aliran darah, ∆P adalah gradien tekanan, dan R

adalah resistensi pembuluh darah. Gradien tekanan adalah perbedaan

antara tekanan permulaan dan akhir suatu pembuluh sebagai gaya

pendorong utama dalam pembuluh. Resistensi yaitu ukuran hambatan

terhadap aliran darah melalui suatu pembuluh yang ditimbulkan oleh friksi

(gesekan) antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh yang

stasioner. Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada tiga faktor : 1)

viskositas darah, 2) panjang pembuluh, dan 3) jari-jari pembuluh. Semakin

besar viskositas semakin besar resistensi terhadap aliran, namun dalam

keadaan normal konsentrasi protein plasma dan jumlah sel darah merah

yang beredar relatif konstan, sehingga tidak penting untuk mengontrol

resistensi. Panjang pembuluh di dalam tubuh konstan, maka panjang

tersebut bukan merupakan faktor variabel untuk mengontrol resistensi

vaskuler. Dengan demikian penentu utama resistensi terhadap aliran

adalah jari-jari sesuai dengan persamaan:

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Volume darah yang sama harus mengalir melewati setiap bagian

sirkulasi dalam setiap menitnya, sehingga kecepatan aliran darah

berbanding terbalik dengan luas penampang pembuluh darah (Guyton and

Hall, 2007). Ketika kecepatan aliran menjadi terlalu besar seperti bila

aliran darah melewati suatu obstruksi di pembuluh, bila aliran berbelok

tajam, atau bila darah mengalir melalui permukaan kasar, aliran darah

dapat menjadi turbulen atau terganggu, dan tidak laminar. Apabila

kecepatan suatu cairan yang mengalir di tabung meningkat secara bertahap

dengan memperkecil jari-jari tabung, akan tercapai suatu kecepatan kritis

vc saat aliran laminar berubah menjadi turbulen (Cameron et al., 2006).

Aliran turbulen berarti bahwa darah mengalir melintang di pembuluh

maupun di sepanjang pembuluh, biasanya membentuk pusaran dalam

darah yang disebut aliran eddy. Bila timbul aliran eddy, darah mengalir

dengan resistensi yang jauh lebih besar daripada bila mengalir laminar

karena aliran eddy sangat memperbesar seluruh gesekan aliran dalam

pembuluh (Guyton and Hall, 2007).

Kecenderungan untuk timbulnya aliran turbulen meningkat

berbanding lurus dengan kecepatan aliran darah, diameter pembuluh darah

dan berat jenis darah, dan berbanding terbalik dengan viskositas darah,

sesuai dengan persamaan berikut:

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Re adalah bilangan Reynold dan merupakan ukuran kecenderungan

terjadinya turbulensi, v adalah kecepatan rata-rata aliran darah (dalam

sentimeter per detik), d adalah diameter pembuluh (dalam sentimeter), ρ adalah massa jenis, dan η adalah viskositas (dalam poise) (Guyton and

Hall, 2007). Apabila terdapat belokan atau obstruksi, angka Reynold

menjadi jauh lebih kecil. Arteri yang mengalami obstruksi, karena

alirannya turbulen, memerlukan peningkatan tekanan yang jauh lebih

besar, akibatnya jumlah kerjanya lebih besar pula (Cameron et al., 2006).

Berdasarkan teori di atas, usia dan paparan kronis intraarteri pada

pasien hipertensi terkait dengan peningkatan tekanan sistolik melalui efek

langsung yaitu dengan meningkatkan tekanan pembuluh darah perifer,

serta efek tidak langsung yaitu dengan meningkatkan kecepatan dan

besarnya pantulan gelombang tekanan pembuluh darah perifer.

Peningkatan kecepatan dan besarnya pantulan gelombang perifer tersebut

terjadi akibat kemampuan aorta proksimal untuk mengubah aliran pulsatil

yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri menjadi aliran yang relatif stabil

untuk dialirkan ke mikrosirkulasi terganggu, hal ini terkait dengan kondisi

aorta yang kaku pada lanjut usia. Oleh karena itu, menyebabkan tekanan

pulsasi yang lebih tinggi. Kemudian saat melewati arkus aorta, kecepatan

aliran darah menjadi terlalu besar, sehingga aliran darah menjadi turbulen.

Jika darah mengalir dengan resistensi yang lebih besar maka akan timbul

aliran eddy yang sangat memperbesar seluruh gesekan aliran dalam aorta

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

: memacu/meningkatkan

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta pada

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan

desain cross sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Moewardi Surakarta pada bulan Mei – Juni 2011.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi Target

Semua pasien yang melakukan pemeriksaan foto toraks di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.

2. Sampel

a. Kriteria inklusi:

1) Laki-laki dan perempuan usia 20 sampai 80 tahun

2) Foto toraks posisi postero-anterior

3) Pada foto toraks inspirasi cukup, dalam arti tampak:

a) Costa anterior enam pasang

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b. Kriteria eksklusi:

1) Kelainan katup jantung

2) Kelainan katup aorta

3. Besar Sampel

Karena pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan

analisis data menggunakan uji Chi Square, maka membutuhkan sampel

minimal 30 subjek penelitian (rule of thumb) dengan frekuensi harapan

(expected frequency) dianjurkan tidak kurang dari 5 subjek dalam

masing-masing sel (Murti, 2010).

Sehingga besar sampel yang dibutuhkan adalah: 60 subjek.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel secara purposive sampling yakni pencuplikan

dengan pembatasan-pembatasan tertentu untuk tujuan eksplisit tertentu

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

E. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

F. Identifikasi Variabel Penelitian

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2. Variabel terikat: elongasi aorta

3. Variabel luar

a. Terkendali: usia, foto toraks posisi postero-anterior, jumlah costa

anterior, dan jumlah costa posterior.

b. Tidak terkendali: kondisi psikologis pasien (white coat hypertension),

asupan nutrisi, dan aktifitas sehari-hari.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas: derajat hipertensi

a. Definisi: Derajat hipertensi berdasarkan klasifikasi tekanan darah

menurut JNC 7

b. Alat ukur: Sphygmomanometer raksa merk Riechster

c. Satuan: mmHg

d. Skala pengukuran: Ordinal

2. Variabel Terikat: elongasi aorta

a. Definisi: Panjang aorta dimulai dari aorta ascenden, arkus aorta, aorta

descenden, dan aorta abdominalis. Aorta yang memanjang dapat diukur

dengan menghitung jarak antara tepi atas arkus aorta dengan batas

superior manubrium sterni (incisura jugularis sterni) (Savas, 2000). Jika

jaraknya kurang dari 2,5 cm = aorta memanjang (elongasi aorta).

b. Alat ukur: Mistar

c. Satuan: sentimeter

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika jarak antara tepi atas arkus aorta dengan incisura jugularis sterni

< 2,5 cm: elongasi.

2) Jika jarak antara tepi atas arkus aorta dengan incisura jugularis sterni ≥ 2,5 cm: tidak elongasi.

3. Variabel Luar Terkendali

a. Usia

1) Definisi: Umur sampel penelitian ketika data diambil yaitu antara

20-80 tahun

2) Alat ukur: Identitas pada foto toraks pasien

3) Skala pengukuran: Rasio

b. Foto toraks posisi postero-anterior

1) Definisi: Arah proyeksi radiografi dari permukaan posterior ke

anterior, atau dari belakang ke depan.

2) Hasil: Pemeriksaan jantung dapat lebih jelas pada foto toraks posisi

postero-anterior karena pada posisi tersebut secara anatomis jantung

akan lebih dekat dengan film Roentgen.

c. Jumlah costa anterior

1) Definisi: Pada foto toraks inspirasi cukup dalam arti tampak costa

anterior enam pasang

2) Alat ukur: Perhitungan secara langsung pada foto toraks pasien

3) Hasil: Inspirasi cukup dan inspirasi tidak cukup

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

d. Jumlah costa posterior

1) Definisi: Pada foto toraks inspirasi cukup dalam arti tampak costa

posterior sepuluh pasang

2) Alat ukur: Perhitungan secara langsung pada foto toraks pasien

3) Hasil: Inspirasi cukup dan inspirasi tidak cukup

4) Skala pengukuran: Nominal

4. Variabel Luar Tidak terkendali

a. Kondisi psikologis pasien (white coat hypertension)

b. Asupan nutrisi

c. Aktivitas sehari-hari

H. Instrumentasi

1. Sphygmomanometer

Sphygmomanometer yang digunakan adalah sphygmomanometer

raksa merk Riechster dengan ketelitian 1 mmHg.

2. Stetoskop

3. Mistar

4. Rekam Medis Pasien

5. Tabel Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

I. Cara Kerja

1. Sampel penelitian diukur jarak tepi atas arkus aorta dengan incisura

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2. Pemeriksaan tekanan darah dengan Sphygmomanometer dan stetoskop

serta pencarian data penunjang kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada

rekam medik sampel.

3. Penggolongan sampel elongasi aorta yang memiliki prehipertensi,

hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2, dan tidak memiliki hipertensi

(normal).

4. Penggolongan sampel tidak elongasi aorta yang memiliki prehipertensi,

hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2, dan tidak memiliki hipertensi

(normal).

J. Teknik Analisis Data

Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data dalam penelitian ini dianalisis dan hubungan antarvariabel ditentukan

dengan uji statistik non-parametrik Chi Square. Uji Chi Square untuk

mengetahui hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta,

dengan variabel bebas derajat hipertensi dan variabel terikat elongasi aorta

(Sastroasmoro, 2008).

Rumus bangun yang umum untuk uji Chi Square adalah sebagai

berikut :

dimana : χ2

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

fo = frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam)

sampel

fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai

pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam

populasi

f

∑ ꚸprla aúǴ İp Ƽ

轀lmprl lǴplf İp

∑ pǴ Ǵ aúǴ İp Ƽ轀lmprl lǴplf İp

dengan tabel kontingensi 4x2 sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel terikat

Elongasi Aorta Tidak Elongasi

Aorta

Jumlah

Tidak Hipertensi a e a+e

Prehipertensi b f b+f

Hipertensi Derajat 1 c g c+g

Hipertensi Derajat 2 d h d+h

Jumlah a+b+c+d e+f+g+h N

Keterangan :

a = tidak hipertensi, elongasi aorta

b = prehipertensi, elongasi aorta

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

d = hipertensi derajat 2, elongasi aorta

e = tidak hipertensi, tidak elongasi aorta

f = prehipertensi, tidak elongasi aorta

g = hipertensi derajat 1, tidak elongasi aorta

h = hipertensi derajat 2, tidak elongasi aorta

N = jumlah individu/subjek

Kriteria penerimaan hipotesis :

Uji Chi Square dengan derajat signifikasi (level of significance)

5%. Nilai χ2

hitung dibandingkan dengan χ2 tabel dengan taraf

signifikansi a = 0,05.

Dan nilai derajat bebas (degree of freedom) dihitung dengan rumus:

Derajat bebas (degree of freedom) = (r-1) (c-1)

Dengan r = jumlah baris

c = jumlah kolom

Derajat bebas (degree of freedom) = (4-1) (2-1) = 3

Maka nilai 0,05 tabel ; (4-1) (2-1) = 7,815 (terlampir)

Interpretasi hasil : Jika χ2

hitung ≥ χ2 tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Keputusan:

H0 : tidak ada hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi

aorta.

H1 : ada hubungan antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta.

(Hadi, 2000).

2. Penghitungan Odd Ratio (OR) untuk mengetahui seberapa kuat hubungan

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada

tanggal 23 Mei – 23 Juni 2011. Dengan metode purposive sampling diperoleh

subjek penelitian sebanyak 60 orang. Dari 60 subjek tersebut, 15 orang tidak

mengalami hipertensi, 25 orang menderita prehipertensi, 12 menderita

hipertensi derajat 1, dan 8 orang menderita hipertensi derajat 2. Secara

lengkap distribusi subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia

No Usia Derajat Hipertensi

Tidak Hipertensi

% PreHT % HT 1 % HT 2 %

1 20-29 2 3.3 0 0 1 1.6 0 0

2 30-39 2 3.3 1 1.6 0 0 0 0

3 40-49 6 10 8 13.3 1 1.6 0 0

4 50-59 3 5 8 13.3 3 5 3 5

5 60-69 1 1.6 3 5 2 3.3 1 1.6

6 70-80 1 1.6 5 8.3 5 8.3 4 6.6

Jumlah 15 25 12 8

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Gambar 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan data pada Tabel 4.1., didapatkan subjek dengan tekanan

darah tidak hipertensi terbanyak pada usia 40-49, subjek prehipertensi

terbanyak pada usia 40-49 tahun dan 50-59 tahun, subjek hipertensi derajat 1

terbanyak pada usia 70-80 tahun, dan subjek hipertensi derajat 2 terbanyak

pada usia 70-80 tahun. 0

1 2 3 4 5 6 7 8

20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-80

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 4.2. Distribusi Subjek Berdasarkan Derajat Hipertensi, Jenis Kelamin, dan Elongasi Aorta

Variabel bebas Variabel terikat

Elongasi Aorta Tidak Elongasi

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Berdasarkan data pada Tabel 4.2. didapatkan pasien tekanan darah tidak

hipertensi dengan aorta memanjang sebanyak 3 orang (20 %) dan pasien

tekanan darah normal dengan aorta tidak memanjang sebanyak 12 orang (80

%). Pasien prehipertensi dengan aorta memanjang sebanyak 14 orang (56 %)

dan pasien prehipertensi dengan aorta tidak memanjang sebanyak 11 orang

(44 %). Pasien hipertensi derajat 1 dengan aorta memanjang sebanyak 8

orang (66,7 %) dan pasien hipertensi derajat 1 dengan aorta tidak memanjang

sebanyak 4 orang (33,3 %). Pasien hipertensi derajat 2 dengan aorta

memanjang sebanyak 8 orang (100 %), dan tidak terdapat pasien hipertensi

derajat 2 dengan aorta tidak memanjang.

B. Hasil Analisis

Dari hasil penelitian pada Tabel 4.2., dilakukan uji statistik dengan

menggunakan teknik analisis uji Chi Square dan perhitungan Odd Ratio yang

diolah dengan SPSS 17.0 for Windows.

1. Uji Chi Square

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah derajat

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel 4.3. Uji Chi Square Hubungan Derajat Hipertensi dengan Elongasi Aorta

Hasil penelitian dengan metode Chi Square dengan derajat bebas = 3

dan taraf signifikansi = 5% diperoleh nilai X2 hitung = 14,64 lebih besar

dari nilai X2 tabel = 7,815. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara derajat

hipertensi dengan elongasi aorta (p < 0,05).

2. Odd Ratio Derajat Hipertensi

Tabel 4.4. Risiko Terjadinya Elongasi Aorta pada Pasien Prehipertensi, Hipertensi Derajat 1, dan Hipertensi Derajat 2

Derajat Hipertensi OR

Confidence Interval 95%

Lower Limit Upper Limit

Prehipertensi 5.09 1.14 22.62

Hipertensi Derajat 1 8.00 1.39 45.75

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Dari Tabel 4.4. terlihat bahwa pasien prehipertensi memiliki risiko

5 lebih besar (OR = 5.09 %), pasien hipertensi derajat 1 memiliki risiko 8

lebih besar (OR = 8.00 %), dan pasien hipertensi derajat 2 memiliki risiko

60 lebih besar (OR = 60.71 %) untuk mengalami elongasi aorta bila

dibandingkan dengan pasien normotensi. Ketiga hasil Odds Ratio tersebut

memiliki arti bahwa antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara derajat

hipertensi dengan elongasi aorta pada pemeriksaan foto toraks di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Subjek penelitian ini diseleksi berdasarkan kriteria inklusi

laki-laki dan perempuan usia 20 sampai 80 tahun, foto toraks posisi

postero-anterior, dan pada foto toraks inspirasi cukup, dalam arti tampak costa anterior

enam pasang dan costa posterior sepuluh pasang. Usia minimal 20 tahun

didasarkan pada studi pustaka sebelumnya yang menyatakan bahwa pemanjangan

dan berkelok-kelok serta bertambahnya diameter dan volumenya pada pembuluh

darah aorta dimulai pada usia 20 tahun (Rustam, 1996). Foto toraks yang dipilih

adalah posisi postero-anterior karena pada posisi tersebut secara anatomis jantung

akan lebih dekat dengan film Roentgen. Pada penelitian ini dipilih foto toraks

yang tampak costa anterior enam pasang dan costa posterior sepuluh pasang untuk

mencegah terjadinya kesalahan pengukuran jarak antara tepi atas arkus aorta

dengan batas superior manubrium sterni (incisura jugularis sterni).

Berdasarkan Tabel 4.1., penderita hipertensi derajat 1 banyak diderita pada

usia 70-80 tahun (8,3 %) dan hipertensi derajat 2 banyak diderita pada usia 70-80

tahun (6,6 %). Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (2003) dan Yogiantoro

(2006) yang menyatakan bahwa makin meningkatnya jumlah penderita hipertensi

seiring dengan peningkatan populasi usia lanjut. Pada penderita hipertensi,

baroreseptor tidak berespon mengembalikan tekanan darah ke tingkat normal

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

karena baroreseptor pada penderita hipertensi telah beradaptasi untuk bekerja pada

tingkat yang lebih tinggi (Sherwood, 2001). Keterkaitan antara usia dengan

peningkatan tekanan darah juga dapat dijelaskan melalui fenomena gelombang

tekanan pantul (Chobanian, 2007). Pada usia lanjut, peningkatan tekanan sistolik

dan tekanan nadi berhubungan dengan kekakuan aorta (Safar et al., 2006; Lakatta,

2003) dijelaskan melalui efek langsung dan tidak langsung. Secara langsung, aorta

yang kaku meningkatkan karakteristik impedansi, kemudian meningkatkan

besarnya gelombang tekanan pembuluh darah perifer yang dihasilkan oleh ejeksi

ventrikel. Secara tidak langsung, peningkatan kekakuan aorta mampu mengubah

kecepatan dan besarnya pantulan gelombang tekanan pembuluh darah perifer

(Chobanian, 2007). Hal tersebut juga dapat dijelaskan melalui fungsi aorta sebagai

sistem kapasitas buffering. Sistem kapasitas buffering aorta mengubah aliran

pulsatil yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri agar menjadi aliran yang relatif

stabil ditingkat mikrosirkulasi. Kapasitas buffering aorta tersebut dipengaruhi oleh

ketebalan, komposisi, kekakuan, dan diameter dinding aorta. Dengan demikian

kekakuan aorta yang terjadi pada usia lanjut akan memberikan impedansi yang

lebih tinggi untuk volume sekuncup (stroke volume), oleh karena itu

menyebabkan tekanan pulsasi yang lebih tinggi (Farasat, 2008).

Menurut hasil penelitian pada Tabel 4.2., terdapat 14 orang (56 %)

penderita prehipertensi, 8 orang (66,7 %) penderita hipertensi derajat 1, dan 8

orang penderita hipertensi derajat 2 (100 %) mengalami elongasi aorta. Hasil

tersebut lebih banyak dari subjek tidak hipertensi yang mengalami elongasi aorta

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

(2010), di mana perubahan bentuk aorta dapat disebabkan oleh hipertensi, usia,

kelainan katup (insufisiensi aorta), dan kelainan dinding aorta karena radang

(tuberkulosis, lues). Menurut Savas (2000), elongasi aorta dapat terjadi oleh

banyak penyebab di antaranya aterosklerosis, hipertensi, regurgitasi aorta, dan

lain-lain. Pada penderita hipertensi di mana baroreseptor telah beradaptasi untuk

bekerja pada tingkat yang lebih tinggi (Sherwood, 2001), terjadi paparan kronis

tekanan tinggi intraarteri diperkirakan dapat mempercepat kerusakan elastin

(O’rouke, 2005). Selain itu, darah yang melalui aorta mengalir dalam kecepatan

tinggi akibat bentuk anatomis arkus aorta yang berbelok tajam. Hal tersebut

mencetuskan perubahan aliran darah menjadi turbulen, tidak laminer. (Cameron et

al., 2006). Selanjutnnya, aliran turbulen biasanya membentuk pusaran dalam

darah yang disebut aliran eddy dengan resistensi yang jauh lebih besar sehingga

dapat memperbesar seluruh gesekan dalam pembuluh aorta (Guyton and Hall,

2007).

Berdasarkan analisis statistik dari data Tabel 4.3. yang diolah

menggunakan SPSS 17.0 for Windows, dengan metode Chi Square dengan derajat

bebas = 3 dan taraf signifikansi = 5% diperoleh nilai X2 hitung = 14,64 lebih besar

dari nilai X2 tabel = 7,815, maka dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna

antara derajat hipertensi dan elongasi aorta dengan korelasi erat. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Savas (2000) yang menyatakan bahwa

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan bermakna antara derajat hipertensi dengan elongasi aorta (p=0.002).

2. Terdapat “hubungan dosis-respons” yang kuat dan secara statistik signifikan antara derajat hipertensi dan risiko mengalami elongasi aorta.

B. Saran

1. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

memperhitungkan faktor perancu yang belum dapat dikendalikan pada

penelitian ini, seperti kondisi psikologis pasien (white coat hypertension),

asupan nutrisi, dan aktivitas sehari-hari.

2. Sebaiknya masyarakat rajin mengontrol tekanan darah dan menghindari

hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga angka

komplikasinya dapat menurun.

3. Dalam penanganan pasien hipertensi perlu dipertimbangkan untuk

melakukan pemeriksaan penunjang radiologis.

Gambar

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH 2007 ...................................8
Gambar 4.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia............................................31
Gambar 2.1. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah (Sherwood, 2001)
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka keberlanjutan dan pengembangan komoditas kelapa perlu diketahui berapa besar kontribusi komoditas kelapa bagi pendapatan petani baik dalam bentuk kelapa butir,

Penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi atau acuan tambahan untuk membandingkan produk plastik LDPE murni dan daur ulang dengan variasi parameter proses yang

Berdasarkan uraian latar belakang dan hasil penelitian terdahulu yang masih menunjukkan perbedaan, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti kembali tentang

Peran dan fungsi Media Center sebagai pusat pelayanan informasi publik dalam penyebarluasan aktivitas pemerintahan kepada masyarakat di Kabupaten Pinrang Media Center

Keor ganisasian per angkat ker ja bidang Cipta Kar ya daer ah di kabupaten Kupang saat ini dapat dikatakan sudah ber jalan dengan baik, dimana tugas dan

Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN