Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan
Rinaldo Sijabat
Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi Komersial Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan
Rinaldo Sijabat
Departemen Arsitektur, Fakultas teknik, Universitas Sumatera Utara Email: sijabatrinaldo@gmail.com
Abstrak
Tulisan ini mengkaji bagaimana penambahan fungsi yang terjadi pada area sempadan
bangunan, penggunaan fungsi pada siang hari dan malam hari yang berbeda. Penelitian
dilakukan di sekitar jalan Setia Budi, Tanjung Rejo Medan, yakni dengan menganalisa
bagaimana penambahan fungsi ruang yang terjadi pada lokasi-lokasi dan apa faktor yang
menyebabkannya. Penelitian dititikkan pada 8 lokasi yang terjadi penambahan fungsi ruang,
fungsi parkir di siang hari dan fungsi komersial di malam hari. Hasilnya menunjukkan bahwa
penambahan fungsi terjadi karena ada permintaan dengan gaya hidup perkotaan yang
instant¸cepat, mudah didapat dan terjangkau. Hasil lain menunjukkan bahwa terdapat area
komersial yang sepi pelanggan dan ramai pelanggan. Setelah dianalisa diketahui bahwa
terdapat faktor area dan banyaknya pilihan akan barang lebih berpengaruh pada daya tarik
pengunjung dibandingkan dengan kondisi pedestrian dan perkerasan pada lokasi.
Kata kunci: sempadan bangunan, fungsi ruang, penambahan fungsi
Abstract
This research examines how the additional functions that occur in the border area of
the building , the different of the use of function during the day and night. Research conducted
around Setia Budi street in Tanjung Rejo Medan , by analyzing how the addition of space
functions that occur at these locations could be happened and what factors caused it. This
research focus at 8 locations there was an additional function space, parking function in
daytime and commercial functions in the evenings . The results show that the addition of
functionality occurs because there is a demand by the instant¸urban lifestyle, quickly, easily
optainable and affordable . Other results indicate that there is a quiet commercial area
customers and crowded. By data analizyng that there are factors area and the many choices
for goods more influence on the attractiveness of visitors compared with pedestrian and
pavement conditions at the location .
Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan
Rinaldo Sijabat
PENDAHULUAN Kebutuhan yang banyak menyebabkan permintaan yang tinggi. Jarak antara permintaan dengan ketersediaan kebetuhan menjadi pertimbangan besar.
Kebutuhan yang tinggi pada lokasi jalan Setia Budi, Tanjung Rejo Medan, mengakibatkan munculnya supply
barang di sekitar daerah tersebut, sehingga
bermunculanlah, sehingga
bermunculanlah
supllier, aneka kuliner, pakaian, serta perlengkan sepatu dalam skala yang kecil. Ketika berdagang, pastilah mereka membutuhkan ruang untuk tempat berjualan. Di sisi lain ketersedian ruang yang tidak cukup serta mahalnya lahan di sekitar area, mengakibatkan penjual memanfaatkan ruang yang sudah ada. Sehingga
memunculkan
penambahan fungsi pada ruang. Ruang yang dimaksudkan ialah sempadan bangunan (jarak bebas antara rumah dengan jalan).
Dalam penelitian ini, rumasan masalah yang ditelaah ialah bagaimana dan apa faktor-faktor yang memunculkan
perubahan fungsi yang terjadi pada sempadan di sekitar jalan Setia
Budi, Tj. Rejo Medan. Kemudian, bagaimana peruntukan ruang aktivitas yang terjadi di sekitar jalan Setia budi, Tj. Rejo medan. Adapun tujuannya ialah untuk mengetahui perubahan fungsi pada sempadan jalan, serta
faktor yang
mempengaruhinya dan untuk mengetahui peuntukan fungsi ruang pada sempadan jalan Setia Budi, Tanjung Rejo Medan.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai usaha pemahaman bagaiman terjadinya penambahan fungsi sempadan bangunan dengan adanya fungsi komersial. Selain itu juga sebagai eksplorasi hasil penelitian lapangan dan studi literatur yang berguna bagi pengetahuan arsitektur dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca
GSB atau Garis Sempadan Bangunan, dibuat supaya setiap orang tak semaunya membangun sebuah bangunan. Selain itu GSB tersebut nantinya juga bergunan untuk terciptanya pemukiman yang nyaman, rapi dan aman. Perhitungan garis sempadan bangunan pada umumnya
menggunankan
konfigurasi
perhitungan, yakni:
Ket: +1 digunakan apabila lebar jalan sama dengan ganjil. Fungsi tambahan pada bangunan merupakan hal baru di Indonesia, namun hal ini terjadi secara nyata dalam penggunaan ruang. Pada dasarnya penggunaan ruang harus dapat melindungi masyarakat agar memenuhi kebutuhan publik dan kesesuaian dengan rencana kota, oleh karena itu fungsi tambahan hanya bersifat membatasi zona, menekan kelebihan bangunan
fisik atau
menggambarkan penggunaan ruang yang sama dengan beberapa fungsi didalamnya (Adelman, 2005: 3).
Dalam bukunya
Multifunctional Land Use In The City,
Rietveld & Rodenburg menyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peruntukan fungsi ruang, yakni :
1. Peruntukan Ruang Dengan 1 Fungsi 2. Peruntukan
Fungsi Tambahan Dengan
Adanya Fungsi Lain
3. Peruntukan Fungsi
Tambahan Dengan Keanekaragam an Fungsi Dan Meningkat 4. Peruntukan
Fungsi Tambahan Terjadi Dengan Peningkatan 5. Peruntukan
Fungsi Tambahan Terjadi Dengan Proses
Peningkatan Peningkatan Dalam
perkembangannya lokasi perdagangan bagian dari fasilitas sosial, tidak selamanya mengacu kepada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Khususnya pengembangan
kegiatan yang berorientasi pada keuntungan, penetapan
lokasi bagi
pengembangan
kawasan perdagangan saat ini lebih banyak ditentukan oleh keuntungan (profit oriented). Lokasi sangat memegang peran yang sangat penting untuk mengembangkan fasilitas perdagangan, karena dalam pengembangan fasilitas perlu memilih
lokasi-lokasi yang
mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal, sehingga memudahkan
konsumen untuk mengunjungi kawasan
perdagangan tersebut (Berry, 1970, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota)
Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang befungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) dibidang barang maupun jasa yang bersifat kegiatannya untuk melayani umum dan lingkungan sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang lokasinya digabung dalam satu bangunan atau kompleks.
Terdapat beberapa jenis fasilitas perdagangan sesuai dengan lokasi dan skala pelayanan (Yeates dan Garner, 1980), yaitu :
a. Nucleatios (Daerah pusat-pusat
perdagangan berkelompok) Daerah untuk jenis fasilitas ini biasanya tersebar merata di seluruh
kota dan
mempunyai hirarki. Jumlah tingkatan dari hirarki dan barang-barang yang dijual tergantung pada
ukuran kota. Pertumbuhannya secara spontan maupun sesuai dengan
perencanaan. Pertumbuhan secara spontan biasanya terdapat di tempat-tempat yang mempunyai aksesibilitas tinggi bagi penduduk yang dilayaninya, seperti di persimpangan jalan-jalan utama, di pusat-pusat lingkungan, dan sebagainya. b. Ribbons (Daerah
perdagangan sepanjang jalan) Daerah untuk jenis fasilitas ini biasanya terdapat dan berlokasi di jalan-jalan utama yang sering dilalui
masyarakat. Kebutuhan terhadap lokasi yang paling sentral tidak terlalu
diperhitungkan, tetapi mempunyai aksesibilitas maksimum kepada penduduk yang dilayaninya. Berbagai
tipe/jenis daerah perdagangan ini biasanya
mempunyai lokasi yang berbeda di suatu kota, tetapi membentuk pita-pita yang saling
berhubungan, seperti :
1) Daerah perdagangan tradisional (traditional shopping street) 2) Daerah
perdagangan di jalan utama kota antar kota c. Specialized
Areas
(Daerah-1) Menjual barang-sebagainya. 2) Menjual/mel
ayani
kebutuhan-kebutuhan yang saling terkait secara fungsional, Berry (1963), menyatakan bahwa struktur perdagangan kota memiliki 3 kelas yaitu :
1) Terpusat, yaitu toko 3) Daerah
khusus, terdapat pembagian dari daerah-daerah seperti pusat perkantoran, pusat mebel, dan lain-lain. Adapun beberapa
faktor yang
Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan
Rinaldo Sijabat
suatu pusat
perbelanjaan dapat diidentifikasikan sebagai berikut (Wyckham, dalam Carn, 1998:200 dalam Ihsan, 1998) :
1. Ketepatan an parkir
Hambatan perjalanan 2. Keserasian dan
ketersediaan barang dagang
Kualitas, keragama n dan kedalama n jenis barang
Keragama n merek dagang, jumlah
outlet. Jumlah
toko dalam pusat belanja
Jumlah toko/pusat belanja di sekitarnya 3. Pertimbangan
nilai dan harga
Harga dari suatu harga jual. 4. Model
pelayanan
Keramaht amahan an barang, ketersedia an outlet makanan. 5. Rancangan
Rancanga n lantai 6. Karakteristik
para langganan
Persepsi tipe para konsumen 7. Kepuasan
secara transaksi
Kepuasan terhadap
Pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi perpindahan manusia/ pengguna dari satu tempat asal (origin) menuju ke tempat yang ditujunya (destination) dengan berjalan kaki. Menurut Iswanto (2006), suatu ruas jalan perlu dilengkapi dengan adanya jalur pedestrian apabila disepanjang jalan terdapat penggunaan lahan yang memiliki potensi menimbulkan pejalan kaki.
Parkir
Sedangkan satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. Penentuan satuan ruang parkir didasarkan pada: dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang, ruang bebas kendaraan parkir, dan lebar bukaan pintu kendaraan. Menurut Shirvani (1985:24), elemen parkir mempunyai dua efek langsung terhadap kualitas lingkungan, yaitu :
Menghidupkan aktivitas komersial (dimana faktor parkir sangat penting)
Mempertajam benturan visual terhadap bentuk fisik kota
METODE PENELITIAN Survey penelitian dilakukan pada April 2015 sampai dengan Mei 2015. Ruang yang diteliti ialah sebatas ruang yang berada pada di sepanjang ruas jalan Setia Budi, Tanjung Rejo Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode rasionalistik kualitatif yaitu metode yang berfokus rasionalisme yaitu persepsi individu dalam usaha melihat, memahami dan bagaimana
penambahan fungsi ruang yang terjadi pada garis sempadan bangunan di kawasan sekitar jalan Setia Budi, Tanjung Rejo Medan. Penelitian diawali dengan melakukan observasi atau pengamatan kondisi eksisting sempadan bangunan pada ruas jalan Setia Budi.
penelitan pada lokasi-lokasi yang terjadi penambahan fungsi ruang akan saling dikaitkan untuk menarik suatu kesimpulan.
Objek Penelitian Dan Sumber Data
Objek penelitian yakni kawasan sempadan dan ruang pengawasan jalan (koridor jalan). Sumber data di dapat dari hasil analisa subjektik peneliti di lapangan berdasarkan pengamatan dan kejadian yang terjadi.
Gambar 1. Lokasi Penelitian Sumber: peneliti Variabel Penelitian Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Tabel 1. Variabel Penelitian
Sumber: peneliti
N
O TEORI VARIABEL 1 Multifuncti
on Land Use in The City Rietveld & Rodenburg, 2002,
Fungsi tambahan pada sempadan
2 T.Morris,19 73, Economic Growth and Social Equity in Developing Countries
Peruntukan Fungsi Ruang
3 RDTRK Kota Medan
Sempadan
Dalam analisa Garis Sempadan ini, lokasi site dibagi menjadi 3 segmen, dengan 1 segmen terdari dari 2 bagian, yakni bagian A dan B.
Gambar 2. Pembagian Segmen lokasi penelitian
Sumber : peneliti
PEMBAHASAN
Informasi Site:
Berada di kec. Medan Sunggal, Kota Medan.
Site berada pada lokasi dekat dengan
pendidikan, yakni Universitas Medan Area
(UMA) dan
Sekolah YPA, serta tak jauh dari Universtas Sumatera Utara (radius kurang lebih 500m).
Berada dekat dengan pasar tradisional warga
Berada pada jalan Arteri Sekunder.
Keberadaan lokasi yang berada pada jalur yang selalu dilalui masyarakat, dan aksesibilitas
maksimum kepada penduduk disekitarnya, menjadikan daerah ini memiliki potensi pasar disepanjang jalur utamanya. Hal ini menunjukkan bahwa jenis fasilitas perdagangannya seperti yang di katakan Yeates dan Garner, 1980 yaitu Ribbons (Daerah perdagangan
sepanjang jalan) Analisaa GSB Berdasarkan perhitungan
dilapangan, lebar jalan pada kedua sisi Jalan setia Budi ini ialah 16m. Maka,
sempadan
= ½ x 16
=
8m
Tabel 2. tabulasi analisa GSB
Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan
Rinaldo Sijabat
Berdasarkan analisa pada tabel di atas,
maka dapat
ditabulasikan data tentang penggunan garis sempadan bangunan di setiap segmen lokasi penelitian sebabgai berikut:
Gambar 3. Persentasi GSB Sumber: peneliti
Bangunan yang memiliki persentasi Garis Sempadan Bangunan lebih besar dari 7m rata-rata merupakan bangunan Rumah Toko (Ruko), sedangkan bangunan yang memiliki persentasi Garis Sempadan Bangunan
yang berada di antara 4-6m rata-rata merupakan bangunan rumah makan dan kios. Dan bangunan yang memiliki Garis Sempadan Bangunan yang lebih kecil dari
3m rata-rata
merupakan bangunan rumah warga yang kemudian di jadikan kios pada bagian depan dari rumah tersebut. Analisa Parkir
Area parkir yang memiliki luas >32m2 pada segmen 3B ini sebesar 40%, area parkir yang memiliki luas 16-31 m2 sebesar 35% dan area parkir yang memiliki luas <15m2 sebesar 25%. Bangunan yang memiliki persentasi area parkir dengan luas >32m2 rata-rata merupakan bangunan Rumah Toko (Ruko), sedangkan bangunan yang memiliki persentasi area parkir dengan luas 16-31 m2
rata-rata merupakan bangunan rumah makan dan kios. Dan bangunan yang memiliki area parkir lebih kecil yang luasnya kurang dari 15m2 rata-rata merupakan bangunan rumah warga yang kemudian di jadikan kios pada bagian depan dari rumah tersebut. Analisa Penambahan
Fungsi Pada
Sempadan
Peruntukan ruang dapat dikatakan fungsi tambahan apabila dalam satu ruang dapat dipertimbangkan menambahkan satu/ beberapa fungsi ruang, beberapa tingkatan
fungsi, atau
terbentuknya ruang heterogen
(Adelman,2005).
Tabel 3. Perbedayaan Daya Tarik Pengunjung
Sumber: peneliti
Kawasan Jalan Setia Budi Tj. Rejo Medan merupakan kawasan yang padzat akan aktivitas perdagangan. Bukan hanya puada siang hari, tetapi juga pada malam hari. Setiap aktifitas/ kegiatan pasti membtuhkan ruang, begitu juga dengan
aktifitas komersial (perdagangan) yang terjadi pada kawasan Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan.
Berikut beberapa titik aktifitas perdagangan (komersial) pada siang dan malam hari.
Gambar 4. Interaksi ruang Sumber: peneliti
Peruntukan fungsi ruang yang terjadi pada lokasi 1,2,3,4,5,6,7 dan
8 merupakan
peruntukan fungsi tambahan dengan adanya fungsi lain. Dari hasil analisa peneliti, pada tiap titik yang terjadi penambahan fungsi pada sempadan terdapat perdebadaan daya tarik akan pengunjung. Dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 3. Perbedayaan Daya Tarik Terhadap Pengunjung
Tabel 4. Perbedayaan Daya Tarik Pengunjung
7
NO SEGMEN
PERSENTASI GSB <3M 4-6M >7M
1 SEGMEN 1A 20% 30% 50%
2 SEGMEN 1B 50% 20% 30%
3 SEGMEN 2A 20% 40% 40%
4 SEGMEN 2B 40% 50% 10%
5 SEGMEN 3A 40% 35% 25%
6 SEGMEN 3B 25% 35% 40%
TOTAL 32.5% 35% 32.5%
L O K A S I
AKTIVI-TAS FUNGSI TAMBA-HAN
BANGUNAN
SEKITAR GSB
BANYAK-NYA
PENGUN-JUNG
1 tempat makan Ruko, rumah warga, sekolah
8m ramai
2 jualan sepatu Ruko, rumah warga, bank BCA, door smeer
8m ramai
3 jualan sepatu Rumah kios, toko elektronik, toko perabot
5m sepi
4 jualan sepatu Ruko, toko sepatu, toko
5m sepi
5 jualan sepatu Ruko, dealer honda, toko perabot, toko sepatu
4m sepi
6 jualan sepatu Ruko, toko meubel/ perabot, rumah makan
4m sepi
7 Jualan sepatu Ruko, apotik, dealer suzuki, toko sparepart motor.
8m Ramai
8 tempat makan Ruko, rumah warga, bengkel sepeda
Sumber: peneliti
Dari tabel tersebut, didapat bahwa lokasi yang mendapat banyak pengunjuk berada pada lokasi 1,2,7 dan 8, sedangkan yang mendapat sedikit pengunjung terdapat pada lokasi 3,4,5 dan 6. Pada lokasi 1,2,7 dan 8 terdapat banyak pengunjung, salah satunya dikarenakan oleh luas area garis sempadan bangunan yang lebih besar dari pada lokasi 3,4,5 dan 6 yang hanya memiliki jarak kurang dari 5m dari sehingga terkesan kecil dan sempit. Dilihat dari kondisinya,
keadaan pada lokasi yang ramai dan yang sepi pengunjung dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Table 5. Keramaian Di Lokasi Penjualan
Sumber: peneliti
Dari analisa tabel di atas, diketahui bahwa, pada lokasi yang ramai yakni lokasi 1,2,7 dan 8. Pedestrian tidak semuanya baik, namun lokasi tetap ramai, sedang pada lokasi sepi yakni 3,4,5 dan 6, ada lokasi yang pedestriannya baik namun tetap sepi. Dapat disimpulkan bahwa pedestrian tidak berpengaruh pada kepadatan pengunjung
(daya tarik
pengunjung). Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, lokasi 2 merupakan lokasi/ titik penjualan yang mendapat pelanggan paling banyak dan paling ramai. Padahal bila dibandingkan dengan lokasi 7, dari segi pedestrian lokasi 7 lebih baik daripada
lokasi 2 karena lokasi 7
pedestriannya rapi, tidak berlubang sedangkan lokasi 2 pedestriannya tidak rapi dan berlubang. Selain itu dari segi pencahayaan, lokasi 7 cahaya nya lebih baik dibanding dengan lokasi 2. Namun berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi dan keberadaan lokasi penjualan dengan lingkungannya, didapat bahwa lokasi 2 berada dekat dengan perumahan warga pada, sedangkan lokasi 7 cukup jauh dari perumahan warga di kawasan Tanjung Rejo tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa,
jarak dengan
pemukiman warga memberi dampak terhadap ramai tidaknya pengunjung.
Dilihat dari
perkerasannya, semua lokasi memiliki perkerasan yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa perkerasan salah satu penentu dalam penentuan lokalisasi.
Dari segi pencahayaan, pada tiap lokasi cenderung sama menggunakan lampu
fluorescent, hanya pada lokasi 6 pencahayaan kurang baik, selebihnya berada pada level sedang dan baik. Hal ini menunjukkan terang gelapnya pencahayaan pada lokasi penelitian tidak mempengaruhi daya tarik pengunjung. Hal yang paling berpengaruh pada lokasi ialah, luas area dan ketersedian barang. Pada lokasi yang ramai, luas area cenderung lebih besar
8
Lok-asi Pedestrian
Perke-rasan
Pencaha-yaan Luas Area Sirku
-lasi Parkir 1 Baik,
tidak berluang
baik sedang 32m, dengan GSB=8m
baik Tepi jalan
2 Tidak rapi dan berlubang
baik Sedang 32m, dengan
GSB=8m Baik Tepi jalan
7 Rapi, tidak berlubang
Baik Baik 32m, dengan
GSB=8m Baik Tepi jalan
8 Miring, tidak berlubang
Baik Baik 36m, dengan GSB 9m
baik sedang 20m, dengan GSB =5m
Baik sedang 20m, dengan GSB =5m
baik Tepi jalan
5 Tidak rapi, tidak berlubang
baik sedang 16m, dengan GSB =4m
baik Tepi jalan
6 Tidak rapi tidak berlubang
baik kurang 16m, dengan GSB =4m
baik Tepi jalan
Lokasi Pedestrian Perke-rasan hayaanPenca- LuasArea Sirkulasi Parkir
1 Baik, tidak
berluang baik sedang 32m, denganGSB=8m baik Tepi jalan 2 Tidak rapi
dan berlubang
baik Sedang 32m, dengan
GSB=8m
Baik Tepi jalan
7 Rapi, tidak
berlubang Baik Baik dengan32m, GSB=8m
Baik Tepi jalan
8 Miring, tidak berlubang
Baik Baik 36m, dengan GSB 9m
Baik Tepi jalan
3 Tidak rapi,
berlubang baik sedang dengan20m, GSB =5m
baik Tepi jalan
4 Baik, tidak berlubang
Baik sedang 20m, dengan GSB =5m
baik Tepi jalan
5 Tidak rapi, tidak berlubang
baik sedang 16m, dengan GSB =4m
baik Tepi jalan
6 Tidak rapi
Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan
Rinaldo Sijabat
dari lokasi yang sunyi. Sedangkan pada hal parkir, semua lokasi menggunakan bahu jalan sebagai area parkirnya, namun sirkulasi tetap ramai lancar.
Gambar 4 1. Analisa Penambahan Fungsi Sumber: peneliti
Analisa Peruntukan Fungsi Ruang
Berdasarkan
penjabaran Rietveld dan Rodenburg, 2002 dalam multifunction land use in the city
dikatakan bahwa peruntukan fungsi ruang terdiri dari 5 fungsi. Dari ke-5 peuntukan fungsi ruang tersebut, dari 8 lokasi dalam penelitian ditemukan 2 lokasi yang memiliki peruntukan fungsi tambahan dengan adanya fungsi lain, yakni fungsi parkir dengan fungsi tambahan komersial. Namun sisanya, 6 lokasi yang ada dalam penelitian tidak ada yang cocok dengan
peruntukan fungsi
ruang yang
disampaikan oleh
Rietveld dan
Rodenburg. Pada 6 lokasi tersebut, diketahui bahwa aktifitas yang terjadi
ialah penggunaan ruang untuk parkir pada siang hari dan penggunaan ruang untuk berjualan pada
malam hari.
Peruntukan fungsi ruang yang terjadi adalah penambahan fungsi ruang dengan ada pergeseran ruang. Hal ini mirip dengan peruntukan fungsi ruang dengan adanya fungsi lain yang disampaikan oleh
Rietveld dan
Rodenburg, namun ada penyimpangan, yakni pergeseran fungsi ruang sebelumnya. Gambar disamping merupakan ilustrasi penggunaan sempadan bangunan sebagai ruang dengan fungsi parkir pada siang hari.
Gambar. 4.27. Perubahan Fungsi Ruang Sumber: analisa
KESIMPULAN
Garis Sempadan Bangunan
Daerah sekitar Jalan Setia Budi, Tanjung
Rejo Medan,
merupakan kawasan yang padat akan penduduk, terlihat dari kepadatan rumah yang tinggi sepanjang jalan. Selain itu, kawasan ini juga merupakan kawasan yang padat aktifitas, baik di siang hari maupun di malam hari.
Tingginya aktifitas serta padatnya bangunan di sekitar
kawasan ini
mengakibatkan
kebutuhan akan ruang tidak terpenuhi secara menyeluruh. Hal ini mengakibatkan
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi dengan aturan Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan. Salah satunya ialah penggunaan garis sempadan bangunan yang kurang dari 8m, bahkan sampai tersisa sampai 2m ke badan jalan.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, bangunan-bangunan yang menyalahi garis sempadan tadi merupakan bangunan rumah dengan kios pada bagian depan rumahnya. Dari hasil persentasi tentang penggunaan garis sempadan bangunan pada kawasan penelitian, di dapat bahwa :
32,5 %
bangunan meyalahi penggunaan garis sempadan bangunan, dengan hanya menyisahkan sempada bangunan 1-3m ke muka jalan.
Bangunan yang
menyalahi ini rata-rata merupakan rumah dengan pemanfaatan kios dibagian depan
rumahnya.
35 %
bangunan menyisahkan 4-6m garis sempadan bangunan ke muka jalaan. Bangunan ini rata-rata merupakan bangunan semi ruko (rumah kios)
32.5%
penggunaan garis sempadan bangunan sesuai dengan autran Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan di Kec. Medan
Sunggal dengan GSB sebesar 8m. Parkir
Analisa parkir mirip dengan analisa garis sempadan bangunan dan berbanding lurus. Hal ini dikarenakan garis sempadan bangunan merupakan area yang termasuk dalam area parkir. Dari hasil penelitian di dapat bahwa bangunan yang memiliki persentasi area parkir dengan luas >32m2 rata-rata merupakan bangunan Rumah Toko (Ruko) yakni sebesar 32.5%, sedangkan bangunan yang memiliki persentasi area parkir dengan luas 16-31 m2 rata-rata merupakan bangunan rumah makan dan kios yakni sebesar 35%. Dan bangunan yang memiliki area parkir lebih kecil yang luasnya kurang dari 15m2 rata-rata merupakan bangunan rumah warga yang kemudian di jadikan kios pada bagian depan dari rumah tersebut yakni 32.5%.
Penambahan Fungsi Pada Sempadan Berdasarkan analisa di lokasi, penambahan fungsi terjadi pada kawasan Tanjung Rejo ini. Ada 8 titik lokasi penelitian penambahan fungsi yang di analisa. Keberadaan lokasi tersebar di sepanjang jalan Setia Budi. Pada siang hari, sempadan bangunan berfungsi untuk menampung kendaraan bermotor dari pengunjung toko (sebagai area parkir). Namun setelah toko tutup yakni di malam hari, sempadan tadi berubah fungsi bukan lagi menjadi area parkir tetapi menjadi area untuk berjualan. Jualan didirikan secara non-permanen dengan menggunakan tenda.
Faktor yang
menyebabkan munculnya
penambahan fungsi ini ialah karena kebutuhan, instant, terjangkau, mudah dicapai dan murah. Pada beberapa lokasi yang terdapat yang ramai dan tidak. Ternyata dari hasil analisa data, hal yang paling berpengaruh terhadap daya tariknya ialah luas area dan banyaknya jualan. Di area yang Garis Sempadan
Bangunannya >8m cenderung lebih ramai dibanding dengan yang Garis Sempadan Bangunannya <7m.
Peruntukan Fungsi Ruang
Dari hasil analisa data, peruntukan fungsi ruang yang terjadi kawasan sempadan bangunan di sekitar jalan Setia Budi, Tanjung Rejo ini ialah peruntukan fungsi tambahan dengan adanya fungsi lain. Dimana fungsi yang yang utama yaitu digunakan sebagai area sempadan bangunan (untuk parkir dan area serapan) sedangkan fungsi tambahannya ialah sebagai area komersial pada malam hari. Ini terjadi pada 2 lokasi, yakni lokasi 1 dan 8.
Peruntukan fungsi ruang yang terjadi selanjutnya ialah peruntukan fungsi ruang dengan adanya fungsi tambahan serta pergersan pada ruang. Hal ini terjadi pada lokasi 2,3,4,5,6 dan 7. Dimana lokasi ini digunakan pada malam hari untuk berjualan.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Tata Kota, 2006, Rencana Detail Detail Tata Ruang Kota Medan, Wilayah Medan Sunggal 2011, Bappeda Kota Medan
Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Medan Sunggal tahun
2004. Dinas Tata Ruang Kota Medan. Rodenburg, C, Piet. R, 2003. Multifuctional land use : an accessibility
interpretation. Amsterdam,
Department of Spatial Economic.
Rodenburg, C. dan Nijkamp. 2002.
Multifuction land use in the city. Amsterdam, Departement of Spatial Ekonomic.
Shirvani, Hamid, (1985), The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company, New York.
T.Morris,1973,
Economic Growth and Social Equity in Developing Countries, Stanford : Stanford University Press.
Undang-Undang No.26 Tahun 2007
tentang Penataan
Ruang.