• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perda Tahun 2003 PERDA JUAL BIBIT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perda Tahun 2003 PERDA JUAL BIBIT."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH

NOMOR 19 TAHUN 2003

TENTANG

RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI BENIH/BIBIT HASIL PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HOLTIKULTURA PRODUK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA undang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Prabumulih perlu meningkatkan penerimaan daerah khusus di bidang Retribusi Penjualan Produksi Benih/Bibit Hasil Pertanian Tanaman Pangan Dan Holtikultura Produk Daerah;

bahwa dalam rangka meningkatkan penerimaan Daerah sejalan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mengarah pada sistem pemungutan pajak dan Retribusi yang sederhana, adil, efektif dan efisien sehingga dapat menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan, maka memandang perlu Retribusi Penjualan Produksi Benih/Bibit Hasil Pertanian Tanaman Pangan Dan Holtikultura Produk Daerah;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Penjualan Produksi Benih/Bibit Hasil Pertanian Tanaman Pangan Dan Holtikultura Produk Daerah.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Prabumulih (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4113);

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Pembenihan Tanaman ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3616 );

(2)

Menetapkan : 7.

8.

9.

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 );

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022);

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70);

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PRABUMULIH

MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI BENIH/BIBIT HASIL PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HOLTIKULTURA PRODUK DAERAH

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kota Prabumulih.

2. Pemerintah adalah Pemerintah Daerah Kota Prabumulih. 3. Walikota adalah Walikota Prabumulih.

4. Dinas Pertanian adalah Dinas Pertanian Kota Prabumulih.

5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Prabumulih.

6. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan Orang pribadi atau Badan.

7. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi.

8. Benih adalah segala bahan tanaman untuk dikembangbiakkan baik berupa biji maupun bibit;

9. Pengolahan benih/bibit adalah semua kegiatan termasuk percontohan pengeringan, pemberian obat serta pengepakan dan pekerjaan lain sebelum benih dipasarkan;

(3)

pengawasan pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya dan harus merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar;

11. Pemulia adalah seseorang yang pekerjaannya melakukan kegiatan untuk mendapatkan beragam macam varietas baru tanaman pangan dan holtikultura atau orang yang menghasilkan bermacam-macam varietas baru tanaman;

12. Benih dasar adalah keturunan pertama dari benih jenis yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara;

13. Benih pokok adalah keturunan dari benih penjenis, benih dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga varietas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi astandar mutu yang ditetapkan untuk kelas benih pokok dan telah disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertfikasi Benih di daerah yang bersangkutan;

14. Benih sebar adalah keturunan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara dan memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan dan telah disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertfikasi Benih di daerah yang bersangkutan;

15. Benih bina atau benih tidak bersetifikasi adalah benih dari jenis dan atau varietas yang sudah ditetapkan untuk diatur dan diawasi dalam pemasarannya berdasarkan peraturan yang berlaku.;

16. Produk Daerah adalah benih/bibit yang dihasilkan oleh Dinas Pertanian Kota Prabumulih;

17. Bendahara Khusus Penerima adalah Bendahara Khusus Penerima Dinas Pendapatan Daerah Kota Prabumulih.

18. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Daerah Kota Prabumulih.

19. Jasa Usaha adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

20. Surat Setoran Retribusi Daerah, adalah surat yang dapat disingkat SSRD, adalah surat yang oleh wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah;

21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SKRD, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi; 22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat

SKRDLB adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang; 23. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat STRD adalah

surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Benih/Bibit Hasil Pertanian Tanaman Pangan Dan Holtikultura Produk Daerah adalah Retribusi yang dipungut atas pelayanan penyediaan benih/bibit produk Daerah.

(4)

Objek Retribusi adalah usaha produksi benih/bibit yang dikelola oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian berupa :

I. Benih tanaman pangan a. Benih padi; b. Benih jagung; c. Benih kedelai; d. Benih kacang tanah; e. Benih kacang hijau;

f. Benih sayuran dataran rendah; g. Benih sayur dataran tinggi.

II. Bibit holtikultura ( buah-buahan) a. Jeruk siam;

b. Rambutan;

c. Jambu biji banko ( okulasi ); d. Durian ( okolasi);

e. Duku (( Non okolasi); f. Duku ( grafting);

g. Nangka ( Non okolasi); h. Alpukat ( Non okolasi); i. Sirsak ( Non okolasi); j. Mangga ( okolasi);

k. Belimbing manis ( okolasi); l. Kedondong ( Non okolasi); m. Melinjo ( Non okolasi); n. Melinjo ( grafting) o. Petai ( okolasi); p. Manggis ( okolasi); q. Sawo (grafing ); r. Sukun (Non okolasi); s. Nenas.

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memanfaatkan hasil produksi benih/bibit tanaman pangan dan holtikultura produk Daerah.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Penjualan Produksi Benih/Bibit Hasil Pertanian Tanaman Pangan Dan Holtikultura Produk Daerah termasuk jenis Retribusi jasa usaha.

(5)

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Retribusi adalah dengan melihat jenis, varietas, umur, kualitas, dan produksivitas benih/bibit.

BAB V

PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

Prinsip yang dianut dalam penetapan jasa produksi berdasarkan biaya produksi yang dikeluarkan dan tingkat kemampuan konsumen.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8

Struktur dan besarnya tarif penjualan prosuksi benih/bibit adalah sebagai berikut :

a. Bibit padi ( untuk semua jenis/varietas) :

1. Kelas benih dasar Rp. 4.500,- per kg. 2. Kelas benih Pokok Rp. 4.000,- per kg. 3. Kelas benih Sebar Rp. 3.500,- per kg. 4. Kelas benih bina Rp. 3.000,- per kg.

b. Benih Jagung.

1. Kelas benih dasar Rp. 9.000,- per kg. 2. Kelas benih Pokok Rp. 8.000,- per kg. 3. Kelas benih Sebar Rp. 7.500,- per kg. 4. Kelas benih bina Rp. 6.000,- per kg. 5. Hibrida Rp.12.000,-per kg.

c. Benih kedelai

1. Kelas benih dasar Rp. 9.000,- per kg. 2. Kelas benih Pokok Rp. 8.000,- per kg. 3. Kelas benih Sebar Rp. 7.500,- per kg. 4. Kelas benih bina Rp. 6.000,- per kg.

d. Benih kacang tanah

1. Kelas benih dasar Rp. 9.000,- per kg. 2. Kelas benih Pokok Rp. 8.000,- per kg. 3. Kelas benih Sebar Rp. 7.500,- per kg. 4. Kelas benih bina Rp. 6.000,- per kg.

e. Benih kacang hijau

1. Kelas benih dasar Rp. 9.000,- per kg. 2. Kelas benih Pokok Rp. 8.000,- per kg. 3. Kelas benih Sebar Rp. 7.500,- per kg. 4. Kelas benih bina Rp. 6.000,- per kg.

(6)

1. Sawi Rp. 350.000,- per kg. 2. Terong Rp. 450.000,- per kg. 3. Bayam Rp. 40.000,- per kg. 4. Cabe Rp. 450.000,-per kg.

g. Benih sayuran dataran tinggi

1. Kentang Rp. 15.000,- per kg. 2. Bawang putih Rp. 15.000,- per kg. 3. Buncis Rp. 25.000,- per kg. 4. Tomat Rp. 225.000,- per kg.

h. Benih/ bibit holtikultura buah-buahan

1. Jeruk siam Rp. 6.000,- per kg. 2. Rambutan Rp. 5.000,- per kg. 3. Jambu biji banko ( okulasi ) Rp. 5.000,- per kg. 4. Durian ( okolasi) Rp. 8.500,- per kg. 5. Duku (( Non okolasi) Rp. 3.500,- per kg. 6. Duku ( grafting) Rp. 13.500,- per kg. 7. Nangka ( Non okolasi) Rp. 3.500,- per kg. 8. Alpukat ( Non okolasi) Rp. 3.500,- per kg. 9. Sirsak ( Non okolasi) Rp. 3.500,- per kg. 10. Mangga ( okolasi) Rp. 6.000,- per kg. 11. Belimbing manis ( okolasi) Rp. 8.500,- per kg. 12. Kedondong ( Non okolasi) Rp. 4.000,- per kg. 13. Melinjo ( Non okolasi) Rp. 4.000,- per kg. 14. Melinjo (grafting) Rp. 8.500,- per kg. 15. Petai ( okolasi) Rp. 8.000,- per kg. 16. Manggis ( okolasi) Rp. 11.500,- per kg. 17. Sawo (grafting ) Rp. 8.500,- per kg. 18. Sukun (Non okolasi) Rp. 6.000,- per kg. 19. Nenas Rp.

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9

Retribusi dipungut dalam wilayah Daerah.

BAB VIII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 10

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Hasil pemungutan sebagaimana dimaksud ayat 2 (dua) disetor ke Kas Daerah melalui Bendahara Khusus Penerima.

(7)

INSTANSI PEMUNGUT Pasal 11

(1) Instansi pemungut adalah Dinas Pertanian atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Walikota.

(2) Kepada Dinas/instansi pemungut dan instansi terkait lainnya diberikan biaya pemungutan berupa uang perangsang sebesar 5 % dari hasil Retribusi yang disetor ke Kas Daerah melalui Bendahara Khusus Penerima.

(3) Pembagian biaya pemungutan tersebut dalam ayat 2 (dua) akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

BAB X

KETENTUAN PIDANA Pasal 12

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).

(2) Tindak pidana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) disetor ke Kas Daerah..

BAB XI PENYIDIKAN

Pasal 13

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi daerah.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. menerima, mencari , mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah dan Retribusi;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan Retribusi;

(8)

berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan Retribusi;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan Retribusi;

g. Menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah dan Retribusi;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang dianggap perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan Retribusi menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan;

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Walikota sepanjang mengenai pelaksanaannya.

(9)

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Prabumulih.

Ditetapkan di Prabumulih pada tanggal 10September 2003

WALIKOTA PRABUMULIH

RACHMAN DJALILI

Diundangkan di Prabumulih pada tanggal 25 September 2004

SEKRETARIS DAERAH KOTA PRABUMULIH

HASBULLAH KEMIS

Referensi

Dokumen terkait

Sekam padi kemudian disaring dan dicuci lagi secara berulang dengan cara disiram dengan air panas untuk menghilangkan pengotor bahan organik larut air yang masih

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka akan dilakukan penelitian tindakan menggunakan strategi Mind Map dengan judul “PENGGUNAAN STRATEGI

Berdasarkan INPRES No.6 Tahun 2001, tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia, yang merupakan salah satu kerangka kebijakan dan strategi pengembangan

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara tertulis kepada

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Adopsi Internet Banking, Loan Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan

[r]

Pengelolaan penerimaan Daerah harus dilakukan secara cermat, tepat dan hati – hati. Pemerintah Daerah dituntut untuk mampu menciptakan suatu perangkat yang dapat

Sehingga, dengan dilakukan pengujian ini, sistem pakar yang digunakan oleh pengguna tidak mengalami kesalahan penelusuran dan kesalahan pada menampilkan solusi yang