• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tahun 2015"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mutu Pelayanan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Pohan (2006) Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah

suatu pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan

oleh profesi layanan kesehatan dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien

ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat, sedangkan

jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan

berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta melakukan

peningkatan mutu yang di perlukan agar mutu pelayanan kesehatan

senantisa sesuai dengan standart layanan kesehatan yang di sepakati.

Menurut Al-assaf (2009) Mutu sebagai suatu konsep yang di

terapkan dan di praktikkan dengan cara dan gaya yang sama pada setiap

keadaannya. Pada umumnya mutu layanan kesehatan terfokus pada konsep

bahwa layanan kesehatan memiliki tiga landasan utama yaitu mutu, akses,

dan biaya. Walaupun satu sama lain saling bergantung dan masing masing

dapat berdampak pada yang lain, mutu berdampak lebih kuat pada satu

landasan lainnya. Mutu dapat dicapai jika layanan yang terjangkau dapat di

berikan dengan cara yang pantas, efisien, dan hemat biaya. Layanan

(2)

tersedia, memadai, terjangkau dan mudah di kelola. Mutu tercapai ketika

kebutuhan dan harapan pelanggan terpenuhi. Tentu saja, dalam layanan

kesehatan, pasien merupakan pelanggan yang paling penting.

Menurut Azwar (1996) Pada dasarnya mutu pelayanan kesehatan

adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa

pelayanan kesehatan, yang apabila berhasil dipenuhi akan dapat

menimbulkan rasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang di

selenggarakan. Mutu pelayanan kesehatan juga yang menunjukkan pada

tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas

pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula

mutu pelayanan kesehatannya.

Menurut Satrinegara (2014) Mutu pelayanan kesehatan adalah

derajat kesempurnaan pelayanan akan pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan standart profesi dan standart pelayanan dengan menggunakan

potensi sumberdaya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara

wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan

norma, etika hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan

dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.

2.1.2 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan

(3)

kesehatan dan sekaligus di inginkan baik oleh pasien atupun masyarakatnya.

Pelayanan kesehatan di tentukan oleh beberapa dimensi pokok.

Menurut Pohan (2006) Mutu layanan kesehatan besifat multidimensi

. Dimensi mutu pelayanan kesehatan antara lain :

1. Dimensi Kompetensi Teknis, yaitu menyangkut keterampilan,

kemampuan, dan penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan.

2. Dimensi Keterjangkauan, yaitu layanan kesehatan ini harus dapat di

capai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial,

ekonomi, organisasi dan bahasa.

3. Dimensi Efektifitas Layanan Kesehatan, yaitu mampu mengobati atau

mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta

berkembangnya atau meluasnya penyakit yang ada.

4. Dimensi Efisiensi Layanan Kesehatan, yaitu dalam memberikan

pelayanan tidak merugikan pasien dan tenaga kesehatan yang di

dalamnya.

5. Dimensi Kesinambungan Layanan Kesehatan, yaitu pasien harus dapat

di layani sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan jika di perlukan tanpa

mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu.

6. Dimensi Keamanan, yaitu pelayanan kesehatan ituharus aman, baik bagi

pasien, pemberi layanan maupun masyarakat di sekitarnya. Aman yang

(4)

7. Dimensi Kenyamanan, yaitu tidak berhubungan langsung dengan

efektivitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien

sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali.

8. Dimensi Informasi, yaitu mampu memberikan informasi yang jelas

tentang apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan itu

akan di laksanakan.

9. Dimensi Ketepatan Waktu, yaitu pelayanan kesehatan harus di

laksanakan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang

tepat, dan menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta dengan

biaya yang efisien.

10.Dimensi Hubungan Antarmanusia, yaitu interaksi antara pemberi

pelayanan kesehatan dengan pasien. Hubungan antarmanusia yang baik

akan menimbulkan kepercayaan atau kredibilitas dengan cara saling

menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsive memberi

perhatian dll.

Menurut Zeithalm dan Parasuraman yang dikutip Satrinegara (2014)

Dimensi dari kualitas pelayanan kesehatan yang telah banyak digunakan

untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan yang dikenal model

SERVQUAL (service quality) yang banyak digunakan sebagai landasan konsep penelitian. Lima dimensi mutu pelayanan adalah:

(5)

Wujud kenyataan secara fisik yang meliputi penampilan dan

kelengkapan fasilitas fisik seperti ruang perawatan, gedung, tersedianya

tempat parkir kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruangan tunggu dan

ruang pemeriksaan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan.

2. Kehandalan (Reliability)

Dimensi ini menunjukkan kemampuan untuk memberikan pelayanan

dengan sesuai janiji yang ditawarkan. Penilaian ini berkaitan dengan

ketepatan waktu pelayanan waktu mengurus pendaftaran, waktu

pengobatan/pemeriksaan, kesesuaian antara harapan dan realisasi waktu

bagi pasien.

3. Daya tanggap (Responsiveness)

Respons atau kesigapan serta kemampuan untuk membantu

pelanggan dan meningkatkan kecepatan pelayanannya. Dimensi ini juga

dapat menunjukkan kesiapan pekerja untuk melayani pelanggan.

4. Jaminan pasti (Assurance)

Kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara

tepat, jaminan keselamatan, keterampilan dalam memberikan keamanan,

dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam

menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

(6)

Memberikan perhatian secara individual penuh kepada pasien dan

keluarganya, seperti kemudahan untuk menghubungi, kemampuan untuk

berkomunikasi, perhatian yang tinggi kepada pasien.

2.2Kepuasan Pasien

2.2.1. Pengertian Kepuasan Pasien

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa

senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan

sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang

dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa

untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.

Menurut Sangadji (2013) Kepuasan adalah perasaan senang

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja

produk yang rill/ aktual dengan kinerja produk yang dihargai.

Menurut UU tentang Rumah Sakit tahun 2009 Pasien adalah

setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung

maupun tidak langsung di Rumah Sakit.

Menurut Iskandar (1998) Pasien dalam memperoleh pelayanan

kesehatan memiliki dua hak yaitu:

1. Hak atas pelayanan kesehatan yaitu perawatan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan atas dasar kemampuan dan kecakapannya menerapkan

(7)

2. Hak mandiri sebagai manusia atau hak menentukan nasib sendiri (the right to self/zelfbesschingking recht). Hak atas pelayanan kesehatan merupakan aspek sosial, sedangkan hak untuk menentukan nasib

sendiri merupakan aspek pribadi.

Salah satu kunci penunjang keberhasilan pelayanan kesehatan adalah

terjalinnya komunikasi yang serasi antara pasien dengan pihak tenaga

kesehatan, oleh karena itu pasien haru menyerahkan kepercayaan kepada

kemampuan profesional tenaga kesehatan. Sebaliknya pihak tenaga

kesehatan yang menerima kepercayaan itu memberikan pelayanan sesuai

standart profesi serta berpegang teguh pada kerahasiaan profesi.

Untuk menjamin terjalinnya komunikasi yang serasi antara pasien

dengan pihak tenaga kesehatan maka diperlukan pengaturan tentang

berbagai hal, seperti mengenai :

1. Penjelasan informasi

2. Perjanjian kesehatan

3. Hak dan kewajiban pasien,dll.

Menurut Sartinegara (2014) Kepuasan pasien adalah evaluasi positif

dari dimensi pelayanan yang beragam. Kepuasan pasien juga merupakan hal

yang sangat subjektif, sulit diukur, dapat berubah ubah, serta banyak sekali

faktor yang berpengaruh sebanyak dimensi dalam kehidupan manusia.

Kepuasan pasien merupakan salah satu hal sangat penting dalam menjaga

(8)

sebagai indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan dirumah sakit, yaitu

sebagai berikut:

1. Penampilan keprofesian yang ada dirumah sakit (aspek klinis)

2. Efisiensi dan efektifitas penyelenggarakaan pelayanan berdasarkan

pemakaian sumber daya.

3. Aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pasien

4. Aspek kepuasan pasien yang dilayani.

Menurut Gerson(2001) kepuasan pelanggan atau pasien adalah

persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui.

Pasien merasa nyaman dan puas bila fasilitas dan pelayanan kesehatan yang

didapatkannya sesuai dengan harapannya.

Menurut Supranto (2001) Pelanggan atau pasien memang harus

dipuaskan. Pelanggan yang tidak puas akan meninggalkan perusahaan dan

menjadi pelanggan perusahaan lain yang dapat memberikan kepuasan yang

lebih baik. Makin banyak pelanggan yang beralih menjadi pelanggan

pesaing, dapat diramalkan bahwa hasil penjualan akan menurun dan pada

gilirannya laba juga akan turun.

Kepuasan pelanggan sebagai karakteristik barang atau jasa yang

mewakili dimensi yang oleh pelanggan dipergunakan sebagai dasar

pendapat mereka mengenai jenis barang atau jasa. Kebutuhan pelanggan

adalah untuk membentuk semua dimensi mutu yang penting dalam

(9)

dimensi mutu, sehingga dapat mengetahui bagaimana pelanggan menilai

barang dan jasa tersebut.

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien

adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas

merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka

akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien

merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada

orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan

pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola

suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan

untuk mempertahankan pasiennya. Namun upaya untuk perbaikan atau

kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh

perusahaan untuk dapat merebut pelanggan (Vol 1, No 1 (2012)Manurung).

Menurut Tjiptono (1999) Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

faktor antara lain, yaitu

a. Kinerja (Performance), berpendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari pelayanan inti yang telah diterima sangat berpengaruh pada

kepuasan yang dirasakan. Wujud dari kinerja ini misalnya : kecepatan,

kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan

jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang

(10)

kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan,

keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.

b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (Features), merupakan karakteristik sekunder atau karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh

jasa pelayanan, misalnya : kelengkapan interior dan eksterior seperti

televisi, AC, sound system, dan sebagainya

c. Keandalan (Reliability), sejauh mana kemungkinan kecil akan mengalami ketidakpuasan atau ketidaksesuaian dengan harapan atas

pelayanan yang diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang

dimiliki oleh perawat didalam memberikan jasa keperawatannya yaitu

dengan kemampuan dan pengalaman yang baik terhadap memberikan

pelayanan keperawatan dirumah sakit.

d. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance To Spesification), yaitu sejauh mana karakteristik pelayanan memenuhi standart-standart yang

telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya : standar keamanan dan emisi

terpenuhi seperti peralatan pengobatan.

e. Daya tahan (Durability), berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur

ekonomis dalam penggunaan peralatan rumah sakit, misalnya: peralatan

bedah, alat transportasi, dan sebagainya.

(11)

dengan memberikan penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi

terhadap keluhan pasien sewaktu-waktu.

g. Estetika, merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh

panca indera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang

lengkap dan modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar,

kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.

h. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality), citra dan reputasi rumah sakit serta tanggung jawab rumah sakit. Bagaimana kesan yang

diterima pasien terhadap rumah sakit tersebut terhadap prestasi dan

keunggulan rumah sakit dari pada rumah sakit lainnya dan tangggung

jawab rumah sakit selama proses penyembuhan baik dari pasien masuk

sampai pasien keluar rumah sakit dalam keadaan sehat.

2.2.2 Dimensi Kepuasan Pasien

Menurut Satrinegara (2014) Pasien jika memasuki rumah sakit

dengan serangkaian harapan dan keinginan dan pada kenyataannya

pengalamannya selama mendapatkan pelayanan di rumah sakit lebih baik

seperti apa yang diharapkannya maka dia akan puas.

Di dalam situasi rumah sakit harus mengutamakan pihak yang

dilayani (client oriented), karena pasien adalah klien yang terbanyak, maka banyak sekali manfaat yang dapat di peroleh suatu rumah sakit bila

(12)

1. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang hati

di ikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah sakit.

2. Terciptanya citra positif yang baik terhadap rumah sakit.

3. Citra rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi

4. Berbagai pihak yang berkepentingan dirumah sakit, seperti perusahaan

asuransi, akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit yang

mempunyai citra positif.

5. Didalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien akan

diwarnai dengan situasi pelayanan yang menjunjung hak hak pasien.

Menurut Azwar (1995) secara umum dimensi kepuasan dapat di

bedakan dua macam:

1. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standart dan kode etik

profesi

Suatu pelayanan kesehatan di sebut sebagai pelayanan kesehatan

yang bermutu apabila penerapan standart dan kode etik profesi dapat

memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu hanya

mengacu pada penerapan standart serta kode etik profesi yang baik saja.

Ukuran ukuran yang di maksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap

kepuasan pasien mengenai:

a. Hubungan Dokter dengan Pasien

b. Kenyamanan Pelayanan

(13)

d. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis

e. Efektifitas Pelayanan

f. Keamanan Tindakan

2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan

kesehatan

Suatu pelayanan kesehatan di sebut sebagai pelayanan kesehatan

yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan

dapat memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kesehatan bersifat luas, karena

didalamnya tercakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai:

a. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan

b. Kewajaran Pelayanan Kesehatan

c. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan

d. Penerimaan Pelayanan Kesehatan

e. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan

f. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

g. Efisiensi Pelayanan Kesehatan

h. Mutu Pelayanan Kesehatan

2.3 Rumah Sakit

2.3.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

(14)

Rumah sakit menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit

Seluruh Indonesia yang dikutip didalam buku Supranto J (2001) adalah

suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang

mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat.

2.3.2 Rumah Sakit Pemerintah

Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana terdiri atas :

a. Rumah Sakit umum kelas A;

b. Rumah Sakit umum kelas B

c. Rumah Sakit umum kelas C;

d. Rumah Sakit umum kelas D

Menurut Permenkes no 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Rumah

Sakit. Adapun Klasifikasi Rumah Sakit terdiri atas:

1. Rumah sakit kelas A

Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran

spesialis dan subspesialis luas. Oleh pemerintah di tetapkan sebagai tempat

pelayanan rujukan tertinggi atau disebut rumah sakit pusat. Pelayanan

medik dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak. Pelayanan

penunjang pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik bedah, atau obstetri dan ginekologi. Pelayanan medik spesialis lain meliputi, pelayanan mata, telinga hidung

(15)

kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik. Pelayanan subspesialis, meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak,

obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan gigi mulut. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut meliputi pelayanan bedah mulut,

konservasi/endodonsi, periodonti, orthodonti, prosthodonti, pedodonsi, dan penyakit mulut.

2. Rumah sakit kelas B

Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran

spesialis dan subspesialis terbatas. Pelayanan medik spesialis dasar meliputi

pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, atau obstetri dan

ginekologi. Pelayanan medik spesialis penunjang meliputi pelayanan

anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik. Pelayanan medik spesialis lain, paling sedikit berjumlah 8 (delapan)

pelayanan dari 13 (tiga belas) pelayanan yang meliputi pelayanan mata,

telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan

kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik. Pelayanan medik subspesialis paling sedikit berjumlah 2 (dua) pelayanan subspesialis dari 4 (empat) subspesialis

(16)

penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut paling sedikit berjumlah 3 (tiga) pelayanan yang

meliputi pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, dan orthodonti.

3. Rumah sakit kelas C

Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran

spesialis terbatas. Pelayanan medik umum,meliputi pelayanan medik dasar,

medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.

Pelayanan medik spesialis dasar, meliputi pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi. Pelayanan medik spesialis penunjang, meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut paling sedikit berjumlah 1 (satu)

pelayanan

4. Rumah sakit kelas D

Rumah sakit yang bersifat transisi karena pada suatu saat akan di

tingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pelayanan medik umum, meliputi

pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan

keluarga berencana. Pelayanan medik spesialis dasar, paling sedikit 2 (dua)

dari 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi pelayanan

penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, atau obstetri dan ginekologi. Pelayanan medik spesialis penunjang, meliputi pelayanan radiologi dan

laboratorium.

(17)

Menurut Herlambang (2012) Standart mutu pelayanan kesehatan

sebuah rumah sakit selalu terkait dengan struktur, proses, dan sistem

pelayanan rumah sakit tersebut. Standart mutu pelayanan kesehatan di

rumah sakit juga dapat di kaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan

oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi rumah sakit.

Struktur kegiatan operasional di rumah sakit meliputi adalah semua

masukan (input), proses (proces), dan hasil atau keluaran (outcome).

1. Masukan (Input)

Struktur kegiatan operasional disebuah rumah sakit meliputi tenaga,

peralatan, dana dan sebagainya. Ada sebuah asumsi yang mengatakan jika

struktur input tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu pelayanan serta

lebih efisien dan efektif dalam pelaksanaan.

2. Proses (Proces)

Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan

interaksi secara profesional dengan pasiennya. Interaksi ini diukur antara

lain dengan bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakkan dosis,

rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit dan

prosedur pengobatan. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan dirumah

sakit dapat diukur oleh tiga aspek, yaitu:

1. Sesuai tidaknya proses itu bagi pasien

2. Efektivitas prosesnya

(18)

3. Hasil (Outcome)

Hasil akhir kegiatan dokter tenaga profesi lainnya di rumah sakit

terhadap pasien diperlukan sebuah penentuan untuk mengukur mutu

pelayanan terhadap pasien

2.3.4 Kewajiban Rumah Sakit

Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Setiap

Rumah Sakit mempunyai kewajiban:

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit

kepada masyarakat.

b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,

antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan

pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit

c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya.

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya.

e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu

atau miskin.

f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas

pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat

tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan

(19)

g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

h. Menyelenggarakan rekam medis; Menyediakan sarana dan prasarana

umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu,

sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia.

i. Melaksanakan sistem rujukan.

j. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar

profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan.

k. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien.

l. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.

m. Melaksanakan etika rumah sakit.

n. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan

bencana.

o. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik

secara regional maupun nasional.

p. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran

atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

q. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit

(hospital by laws)

r. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas

(20)

s. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan

tanpa rokok

Menurut Herlambang,dkk (2012) Ada dua kewajiban rumah sakit

yaitu:

1. Menerapkan fungsi fungsi manajemen dalam pengelolaan rumah sakit.

2. Menerapkan fungsi fungsi manajemen klinis yang baik sesuai standart

pelayanan medis dan standart operating provider. 2.3.5 Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit

Ruang pasien rawat inap adalah Ruang untuk pasien yang

memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara

berkesinambungan lebih dari 24 jam. Untuk tiap tiap rumah sakit akan

mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri sendiri sesuai dengan

tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit

kepada pasiennya.(Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat

Inap tahun 2012)

Pelayanan Kesehatan yang ada di rumah sakit adalah sebagai

berikut :

1. Pelayanan penerimaan atau administrasi

2. Pelayanan Dokter

3. Pelayanan Perawat

4. Pelayanan Makanan dan gizi

(21)

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Variabel Bebas Variabel

Terikat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat di jelaskan bahwa mutu

pelayanan kesehatan yang terdiri dari Kompetensi teknis, Efektifitas

Layanan Kesehatan, Kenyamanan, Informasi, Ketepatan waktu, Hubungan

Antarmanusia berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Mutu Pelayanan Kesehatan

Kompetensi teknis

Efektifitas Layanan Kesehatan

Kenyamanan

Informasi

Ketepatan waktu

Hubungan Antarmanusia

(Pohan 2006)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Jika keluarga Tomi sampai di rumah nenek pukul 12.15, dan berangkat pada pukul 10.45.. Berapa lama perjalanan

[r]

Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran yang Berbeda.. xi +

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA PENGASAH BATU AKIK TERHADAP

[r]

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah karakteristik tempat perkembangbiakan larva nyamuk yang meliputi keberadaan TPA, jenis TPA, pH air, tumbuhan air, hewan

Sedangkan untuk pedagang kelontongan lantai 2 lantai sebesar 0,08 kg/ m 2 / hari, pedagang daging 0,20 kg/ m 2 / hari dan pedagang kue sebesar 0,10 kg/ m 2 / hari mempunnyai data

“Kami selaku pimpinan, telah bermusyawarah dan selalu merapatkan strategi apa saja yang akan diadakan dalam program keagamaan, agar setiap tahunnya pembiasaan yang