• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik tempat perkembangbiakan larva nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik tempat perkembangbiakan larva nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Chapter III VI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

(2)

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam peneletian ini adalah :

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian Tempat penampung air

a. Tempayan b. Bak mandi c. Drum d. Ember

e. Tempat Penampung Air Kulkas f. Tempat Penampung Air Dispenser g. Vas Bunga

h. Tempat Minum Burung i. Bejana Sekitar Rumah j. Genangan Air

k. Ketiak Daun

Karakteristik tempat pekembangbiakan a. pH air

b. Tumbuhan air c. Hewan air

Kepadatan Larva a. HI b. CI c. BI

(3)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik tempat perkembangbiakan (breeding site) larva nyamuk pada penduduk rumah di desa Labuhan Ruku, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Augustus hingga Desember 2016.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Medan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi penelitian

Populasi dari penelitian ini yaitu keseluruhan daerah sekeliling rumah penduduk (dalam rumah dan sekitar luar rumah) di desa yang terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.

Kriteria Inklusi

(4)

Kriteria Ekslusi

Sampel yang berada di wadah dalam rumah yang terkunci atau pemilik tidak mengizinkan untuk pengambilan sampel. Sampel yang berada di luar halaman dan bukan di selokan sekitar rumah penduduk di desa Labuhan Ruku, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah TPA dari rumah yang positif larva yang terdapat di dalam dan di sekitar rumah penduduk di desa Labuhan Ruku, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara.

4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode “cluster sampling” dimana semua sampel yang di masukkan ke dalam penelitian ini memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Dari hasil survey awal jumlah rumah penduduk di Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Batu Bara Sebanyak 14.571.

Sampel penelitian dengan rumus Slovin.22

n = __N___ 1 + N (d2)

n = ____ 14.571_______= 99,32 = 100 1+ 14.571 (0,12)

Keterangan

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (10% = 0,1)

(5)

4.5. Teknik Pengumpulan Data 4.5.1. Bahan. dan Alat

1. Dipper/cidukan 2. Botol kecil 3. Pipet kecil 4. Kertas Label 5. pH stick 6. Senter

4.5.2. Alur Penelitian

1. Larva diambil dengan menggunakan pipet saat menemukan larva di tempat yang kecil, atau dengan menggunakan gayung untuk larva yang di temukan pada tempat yang besar.

2. Tempat pencidukan dilakukan pada berbagai tipe habitat perkembangbiakan larva seperti: tempayan, bak mandi, drum, ember, tempat penampungan air kulkas, tempat penampungan air dispenser, vas bunga, tempat minum burung, genangan air dan ketiak daun. 3. Pencidukan dilakukan dengan metode spiral yaitu mengelilingi lokasi

larva dimulai dari tengah.

4. Setiap selesai melakukan pencidukan, airnya dibuang melalui net pada lokasi yang dianggap tidak mengganggu pergerakan jentik.

5. Semua jenis larva nyamuk diambil.

6. Mencatat dan mengukur pH, jenis flora dan fauna pada setiap habitat perkembangbiakan larva.

7. Mengambil larva dari cidukan dengan menggunakan pipet tetes kemudian dipindahkan ke botol kecil.

8. Setiap botol larva harus diberi label agar dapat dibedakan jenis habitatnya.

(6)

4.6. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berdasarkan observasi dilapangan dikumpulkan dan diolah secara manual dan komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta disajikan secara deskriptif.

4.7. Definisi Operasional

(7)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara, secara geografis posisi 2o03’00”- 3o26’00 Lintang Utara, 99o01’-100o00 Bujur Timur, luas wilayah 904.96 Km2, dengan ketinggian 0-50 meter dpl, dengan batas wilayah :

a. Utara : Kabupaten Serdang Bedagai b. Selatan : Kabupaten Asahan

c. Barat : Kabupaten Simalungun d. Timur : Selat Malaka

5.1.2. Karakteristik sampel

Sampel penelitian ini diambil dari populasi penelitian sesuai dengan kriteria penentuan sampel yaitu karakteristik tempat perkembangbiakan larva nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara sehingga melalui metode cluster sampling. Dari 14.571 rumah penduduk yang diikutsertakan kedalam penelitian sebanyak 100 rumah. 100 rumah di ambil dari 7 dusun yang terdapat pada desa Labuhan Ruku. .

5.1.3. Distribusi karakteristik sampel

(8)

5.1.1.1. Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa

Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.

Distribusi larva pada TPA dari rumah yang diperiksa

No TPA Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Tidak ada 11 11

2 Ada 89 89

Total 100 100

Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa dari 100 sampel penelitian, 11 rumah (11.0%) tidak ada TPA, dan 89 rumah (89.0%) ada memiliki TPA. Dengan demikian, mayoritas sampel memiliki TPA yakni sebanyak 89 rumah (89.0%).

5.1.1.2. Karakteristik sampel berdasarkan jenis TPA

(9)

Tabel 5.2.

Karakteristik sampel berdasarkan jenis TPA

No TPA Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Tempayan 7 7.9

2 Bak Mandi 30 33.7

3 Drum 12 13.5

4 Ember 12 13.5

5 Tempat penampung air kulkas 0 0 6 Tempat penampung air dispenser 0 0

7 Vas bunga 0 0

8 Tempat minum burung 3 3.4 9 Bejana sekitar rumah 9 10.1

10 Genangan air 16 18

11 Ketiak daun 0 0

Total 89 100

(10)

5.1.1.3. Karakteristik berdasarkan pH Air

Karakteristik sampel berdasarkan pH Air dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.3.

Kararakteristik sampel berdasarkan pH Air

No PH Air Frekuensi (n) Persentase (%)

1 <7 10 11.2 2 7 53 59.6 3 >7 26 29.2

Total 89 100

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif larva, 10 rumah (11.2%) dengan pH air lebih kecil dari 7, 53 rumah (59.6%) dengan pH air 7 dan 26 rumah (29.2%) dengan pH air lebih besar dari 7. Dengan demikian, mayoritas sampel memiliki pH air 7 yakni sebanyak 53 rumah (59.6%).

5.1.1.4. Karakteristik berdasarkan Tumbuhan Air

Karakteristik sampel berdasarkan Tumbuhan Air dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.4.

Kararakteristik sampel berdasarkan Tumbuhan Air

No Tumbuhan Air Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Tidak ada 80 89.9

2 Ada 9 10.1

(11)

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif larva, 80 rumah (89.9%) tidak ada tumbuhan air dan 9 rumah (10.1%) ada tumbuhan air. Dengan demikian, mayoritas sampel tidak memiliki tumbuhan air yakni sebanyak 80 rumah (89.9%).

5.1.1.5. Karakteristik Berdasarkan Hewan Air

Karakteristik sampel berdasarkan Hewan Air dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.5.

Kararakteristik Sampel Berdasarkan Hewan Air

No Hewan Air Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Tidak ada 86 96.6

2 Ada 3 3.4

Total 89 100.0

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif larva, 86 rumah (96.6%) tidak ada hewan air dan 3 rumah (3.4%) ada hewan air. Dengan demikian, mayoritas sampel tidak memiliki hewan air yakni sebanyak 86 rumah (96.6%).

5.1.1.6. Densitas larva nyamuk

Densitas (kepadatan) larva nyamuk di lokasi penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

No Indeks Larva Persentase (%)

1 ABL 11.0

2 HI 89.0

3 CI 27.3

(12)

Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa HI di lokasi penelitian sebesar 89.%, hal ini menyatakan bahwa lokasi penelitian memiliki densitas larva sangat tinggi yakni 89.0%. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya perkembang-biakan larva secara cepat.

5.2. Pembahasan

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki TPA yakni sebanyak 89 rumah (89.0%). Keberadaan TPA dapat mempengaruhi kelembaban air, dimana kelembaban nisbi udara adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Kelembaban juga berpengaruh terhadap kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang, nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak sehingga trachea terbuka. Dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh dari penguapan, maka jarak terbang nyamuk terbatas. Kelembaban udara menjadi faktor yang mengatur cara hidup nyamuk, beradaptasi pada keadaan kelembaban yang tinggi dan pada suatu ekosistem kepulauan atau ekosistem hutan. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria19

Secara teoritis, semakin tersedia TPA, semakin tinggi pula HI dan jika dikaitkan dengan ABL di lokasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas sampel memiliki TPA (tempat penampung air). Dengan kata lain, ada potensi perkembangan larva nyamuk yang sangat tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sallata, Erniwati Ibrahim dkk, 2013, Universitas Hasanuddin, dengan judul Hubungan Karakteristik Lingkungan Fisik Dan Kimia Dengan Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Endemis DBD Kota Makassar dan hasil penelitian membuktikan bahwa variabel yang berhubungan dengan keberadaan larva Ae.aegypti adalah kelembaban kamar mandi (p=0,027), kelembaban dapur (p=0,020), kelembaban luar rumah (p=0,001) termasuk ketersediaan TPA.

(13)

tempat, dan pengaruh angin. Keberadaan larva Aedes aegypti juga dipengaruhi oleh kondisi air pada tempat perindukannya seperti suhu, pH, dan salinitas. Sedangkan faktor manusia yang terkait dengan keberadaan Aedes aegypti yaitu, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, jarak antar rumah, intensitas cahaya dan lain sebagainya.20

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki jenis TPA berupa bak mandi yakni sebanyak 30 rumah (33.7%). Adanya berbagai jenis TPA di lokasi penelitian menyebabkan peningkatan angka densitas atau HI. Hal ini terbukti dari tingginya persentase HI yaitu (89.0%). Dengan kata lain, potensi perkembangan larva nyamuk sangat tinggi karena tersedia berbagai jenis TPA.

Jenis TPA sebagai tempat penampung air hujan tentunya sangat berpengaruh terhadap kelembaban udara sebab hujan menyebabkan naiknya kelembaban nisbi udara dan menambah jumlah tempat perkembangbiakan (breeding places) dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles20. Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), curah hujan yang cukup tinggi dengan jangka waktu yang lama akan memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembang biak secara optimal.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel memiliki pH air 7 yakni sebanyak 53 rumah (59.6%). Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah dan pH rendah tetapi proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila pH turun sampai pH kritis.

19

.

Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan. Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.

(14)

Sebagian besar biota akuatik sangat sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 6 - 8,5. Nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses biokimiawi suatu perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah 19.

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel tidak memiliki tumbuhan air yakni sebanyak 80 rumah (89.9%). Berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan mahluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air 14 merupakan indikator bagi jenis nyamuk tertentu. Tanaman air seperti lumut perut ayam (Heteromorpha, sp) dan lumut sutera (Enteromorpha, sp) yang terdapat di Lagun kemungkinan menunjukkan adanya larva Anopheles sundaicus 20.

Adanya tumbuh-tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk antara lain sebagai tempat meletakkan telur, tempat berlindung, tempat mencari makan, berlindung bagi larva serta tempat hinggap nyamuk dewasa pada waktu istirahat selama menunggu siklus gonotropik, yaitu pergerakan nyamuk dimulai dari tempat istirahat, mencari makan, kemudian menuju tempat berkembang biak dan kembali lagi ke tempat istirahat19.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa mayoritas sampel tidak memiliki hewan air yakni sebanyak 86 rumah (96.6%). Diketahui bahwa ada beberapa jenis hewan yang menjadi musuh alami nyamuk, baik terhadap nyamuk dewasa maupun masih larva. Musuh- musuh alami tersebut bersama faktor-faktor lainnya berperan penting dalam mengatur keseimbangan untuk mencegah ledakan populasi nyamuk. Musuh alami atau predator nyamuk dewasa antara lain : Serangga, laba-laba, burung, kelelawar, sedangkan sebagai predator larva antara lain: coelenterata, serangga air, dan ikan 19.

(15)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sunarto, 2012, dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Di Kecamatan Magelang Utara Kota Magelang dan rendahnya nilai ABL adalah karena adanya curah hujan tinggi (± 234 mm per bulan), sehingga sulit untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kontainer - kontainer yang terisi air bukan untuk keperluan sehari-hari dan berpotensi sebagai perindukan vektor DBD.21

(16)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang karakteristik tempat perkembangbiakan larva nyamuk pada rumah penduduk di desa Labuhan Ruku Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Larva nyamuk ditemukan sebanyak 89 dari 100 rumah.

2. Larva nyamuk terbanyak dijumpai pada jenis TPA bak mandi yaitu sebanyak 30 rumah.

3. Mayoritas sampel memiliki pH air 7 yakni sebanyak 53 rumah (59.6%).

4. Tumbuhan air hanya dijumpai pada 9 rumah dan hewan air hanya dijumpai pada 3 rumah dari jumlah rumah yang positif larva nyamuk. 5. Kepadatan larva nyamuk tinggi dan resiko penularan penyakit oleh

(17)

6.2. Saran

1. Warga harus menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga salah satunya adalah memberantas jentik di rumah dengan cara 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). 2. Diperlukan adanya tambahan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat

khususnya tentang penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, rumah sehat dan lingkungan yang sehat.

3. Membangun rumah susun yang memenuhi syarat kesehatan untuk masyarakat yang kurang mampu melalui sistem kredit perumahan. 4. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk di tempat penampung air dapat

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian
Tabel 5.1.
Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 89 sampel penelitian yang positif
Tabel 5.4.
+2

Referensi

Dokumen terkait

“Terimakasih...biasanya sok kadang ada yang emosinya tinggi, ada yang merasa kecewa karena tersinggung, masalahnya kan mendengar orasi dari murni dari mahasiswa sendiri

selesai rangkaian kegiatan yang diserahkan kepada DPM dan PUKET III STT NF. f) Kegiatan yang diundur/ dipindah waktunya/digagalkan, ketua LFK harus memberikan

Menurut lembaga Otoritas Jasa Keuangan (2013) menyatakan bahwa secara defenisi literasi diartikan sebagai kemampuan memahami, jadi literasi keuangan adalah kemampuan

serangkaian masalah yang mungkin disebabkan oleh obat atau yang dapat diselesaikan dengan terapi obat. Oleh karena itu, DRPs menggambarkan ruang lingkup tanggung jawab dari

Metode yang di gunakan dalam penelitiaan ini adalah asosiatif korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif,karena tujuan penelitiaan ini adalah untuk

Cara-cara yang bisa digunakan untuk menghindari terjadinya kavitasi antara lain : Tekanan sisi isap tidak boleh terlalu rendah (pompa tidak boleh diletakkan jauh di atas

Uraian di atas menunjukkan bahwa IPTEK sangat diperlukan, oleh karena itu sistem pendidikan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu serta pengembangan pendidikan keilmuan

Sebagian besar pertumbuhan fisik dan perkembangan selesai selama tahap ini, namun kekhawatiran citra tubuh dapat terus menjadi sumber keraguan, terutama di kalangan laki-laki