• Tidak ada hasil yang ditemukan

Haniwa dalam kofun pada zaman Yamato

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Haniwa dalam kofun pada zaman Yamato"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HANIWA DALAM KOFUN PADA ZAMAN YAMATO

2.1 Zaman Yamato

Zaman Yamato dibagi menjadi dua yaitu zaman Kofun (250 M – 550 M) dan zaman Asuka (550 M – 710 M). Pemberian nama Yamato didasarkan atas daerah kekuasaan negeri Yamato. Daerah kekuasaannya meliputi Honshū bagian selatan dan Kyūshū bagian utara. Saat itu Jepang terdiri dari daerah-daerah yang diperintah oleh

gabungan-gabungan keluarga yang disebut Uji (klan). Kepalanya disebut Uji no kami

atau Ujigami. Nantinya akan disebut Tennō. Masyarakat dalam organisasi klan itu

adalah golongan bangsawan. Tiap klan mempunyai golongan pekerja dan budak. Bertani padi menjadi dasar perekonomian saat itu.

(2)

593 M, Shotoku Taishi diangkat menjadi Sesshō (penasehat bagi Tennō yang belum dewasa) bagi Tennō puteri Suiko. Dengan demikian Taishi memegang pimpinan

negara. Ia mengubah susunan jabatan-jabatan tinggi di istana yang saat itu dijabat oleh kepala-kepala klan turun-temurun, diganti dengan susunan baru. Siapa saja dapat memangku suatu jabatan sesuai dengan kecakapan dan jasanya.

Tahun 604 M disusun 17 aturan. Dalam peraturan itu antara lain disebutkan supaya agama Buddha dihormati, keluhan rakyat harus diperhatikan dan mendapat penyelesaian yang adil, petani-petani harus diperlakukan dengan baik, dan sebagainya. Tetapi apa yang diusahakan Taishi tersebut baru berupa cita-cita yang tidak dapat dengan segera dilaksanakan, yaitu cita-cita membentuk Jepang menjadi negara nasional. Baru pada tahun 645 M konsepsi tersebut terwujud. Pada tahun itu, keluarga dari klan Soga yang punya pengaruh besar dalam pemerintahan Tennō sejak

tahun 587 M, dijatuhkan oleh pangeran Naka no Oe dengan bantuan Fujiwara. Setelah itu diadakan pembaharuan-pembaharuan dalam lapangan politik dan sosial yang berlangsung hingga 702 M. Gerakan pembaharuan itu dikenal dengan sebutan

Reformasi Taika. Yang jadi tangan kanan Naka no Oe dalam perebutan kekuasaan

dengan keluarga Soga ialah Fujiwara (no) Kamatari Dalam tahun 661 M, Naka no Oe naik tahta sebagai Tennō bergelar Tennō Tenji.

Asas-asas pembaharuan itu dijalankan dengan berangsur-angsur selama beberapa puluh tahun dan seringkali peraturan-peraturan pembaharuan tinggal di atas kertas. Seluruh negeri dan rakyat ditaruh langsung di bawah kekuasaan Tennō. Tanah

(3)

Semua penduduk didaftarkan untuk tujuan pembagian tanah dan pemungutan pajak. Daerah negara dibagi dalam kuni (propinsi) dan kori atau gun (distrik). Pemerintahan disusun dengan mencontoh kepada Cina, pemerintah pusat mengangkat pegawai-pegawai untuk menyelenggarakan administrasi pemerintahan. Dalam rangka pembaharuan-pembaharuan itu, disusun undang-undang bernama Ritsu-ryō (Ritsu adalah kitab undang-undang hukum pidana dan Ryō terdiri dari undang-undang hukum tatanegara dan hukum sipil). Disusun menurut contoh undang-undang dinasti Tang di Cina. Penyusunan kitab-kitab, undang-undang itu baru selesai pada tahun 701 M dan terkenal dengan sebutan Taihō Ritsu-ryō (pada tahun 718 M sebagian diubah dan diberi nama baru Yōrō Ritsu-ryō). Undang-undang itu dengan perubahannya menjadi dasar hukum Jepang hingga sekarang.

(4)

dengan mencontoh Cina, tidak semuanya yang dari Cina ditiru. Anggapan mengenai Tennō sebagai keturunan Dewi Matahari tidak berubah.

Pada zaman Asuka nama negara diganti dari Yamato atau Wa menjadi Nihon atau Nippon. Zaman Asuka (550 M – 710 M) berlangsung ketika pusat pemerintahan berada di Asuka (sekarang Nara).

2.2 Masyarakat Pada Zaman Yamato

Selama empat abad Yamato dapat menaklukkan sebagian besar tanah Jepang bagian utara Honshu dan Kyushu selatan masih belum ditaklukkan. Peperangan-peperangan yang sering dilakuakan itu memberikan watak kemiliteran kepada masyarakat Yamato. Tiap daerah yang ditaklukkan pada umumnya tidak dirampas, kecuali daerah-daerah yang didiami bangsa Ainu. Kepala-kepala daerah itu mengakui

Tenno sabagai Suzerein. Sampai tahun 645M belum terbentuk kerajaan Jepang

(5)

Masyarakat yang tersusun dalam organisasi klan itu adalah golongan bangsawan.tiap klan mempunyai tanah sendiri dan rakyat yang diperintah terdiri dari golongan krya (pekerja), dan sejumlah budak- budak. Golongan krya diatur didalam organisasi –organisasi yang disebut be atau tomo. Pekerjaan yang dilakuakan tiap anggota tiap kelompok tetap dan turun temurun. Mereka itu merupakan dasar bagi perekonomian tiap-tiap klan. Klan yang terkemuka ialah klan yang di kepalai oleh Tenno. Walaupun gelar tenno disamakan dengan sebutan kaisar, hal itu tidak boleh diartikan bahwa Tenno-Tenno yang terdahulu sudah memerintah sebagai kaisar atau raja. Ia itu harus dianggap sebagai seorang yang terkemuka diantara sesamanya (yaitu kepala-kepala klan), fungsinya yang terutama bersifat sakral. Baru pada kira-kira tahun 400M kedudukan Tenno benar-benar teguh, yaitu pada masa pemerintahan Tenno Nintoku (menurut sejarah jepang: 310-399 M) Tenno yang ke 16. Walaupun kekuasaan Yamato diperintahkan oleh kaisar, namun yang menjalankan roda pemerintahan adalah kepala para klan (Goozoku), yang merupakan pembantu kaisar. Sistem ini berlangsung sampai abad ke-7 (I Ketut Surajaya, 1993:6).

(6)

Kehidupan sosial masyarakat Jepang Matsurigoto yang berarti pemerintahan atau upacara keagamaan. Awal periode zaman Yamato, kepercaan masyarakat sebagian besar bersifat animistik dan pemujaan terhadap alam. Kepercayaan rakyat Jepang pada zaman ini terbentuk dari kepercayaan religius, sebagai unsur-unsur agama Shinto. Agama shinto adalah agama asli Jepang. Agama shinto terpusat pada pemujaan animistik, gejala-gejala alam, gunung, air, dan seluruh proses penguburan dijadikan objek pemujaan. Simbol, ritus, dan perayaan keagamaan didalam kehidupan kuil-kuil sarat dengan mistik. Shinto merupakan jalan kami (dewa) yang menyatu dan menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Jepang. Kata Shinto tersusun dari dua ideograph yaitu (shin) yang disamakan artinya dengan kami diartikan dewa atau kedewaan. Dan ( do atau to) yang disamakan dengan mishi yang berarti jalan. Secara harfiah dapat diartikan sebagai jalan kami. Kami adalah objek sembahyang dalam agama Shinto, dalam agama shinto segala sesuatu dipandang sebagai kami atau paling tidak mempunyai potensi untuk menjadi kami (sutrisno, 1993:119).

2.2.1 Stuktur Masyarakat

(7)

selatan dan Kyushu bagian utara. Saat itu Jepang terdiri dari daerah-daerah yang diperintahkan oleh gabungan-gabungan keluarga yang disebut UJi (klan), kepala Uji disebut Uji no Kami atau Ujigami, dan akhirnya disebut Tenno. Masyarakat dalam organisasi klan itu adalah golongan bangsawan seperti klan otomo, klan Mononobe, dan klan Soga. Setiap klan yang berkuasa mempunyai golongan pekerja dan budak. Kekuasaan tertinggi pada zaman Yamato di perintahkan oleh seorang Kaisar, namun walau kaisar adalah pemimpin tertinggi di Negara Jepang yang menjalankan pemerintahan bukan lah kaisar melainkan kepala para klan (Goozoku), yang

merupakan pembantu kaisar. Sistem pemerintahan ini berlangsung sampai pertengahan abad ke-7 (i ketut Surajaya, 1993 :6). Struktur masyarakat pada zaman Yamato terdiri dari susunan kelas-kelas dalam masyarakat. Keturunan Tenno adalah kelas tertinggi dalam suku Yamato, kemudian Goozoku yang berada dibawah Tenno dan sekaligus sebagai pembantu Tenno yang menjalankan pemerintahan, tanah yang berada dalam kekuasaan Yamato dimiliki oleh Tenno dan Goozoku secara langsung. Para penghuni tanah yaitu masyarakat kalangan bawah di Yamato berkewajiban mengolah tanah dan hasil dari pengolahan tanah dan pertanian diserahkan kepada pihak istana. Selain mengolah tanah masyarakat kelas bawah juga di tuntut untuk membuat bermacam-macam kebutuhan istana dan kebutuhan para bangsawan yang berkuasa.

(8)

pertanian, karena dengan bertani mereka mulai bergerak menuju hidup yang lebih layak dan lebih maju. Dengan kuatnya pengaruh pemerintahan pada zaman itu desa-desa yang penduduknya bertani mulai berubah menjadi Negara-negara kecil, senjata yang dulu hanya digunakan untuk mempermudah pekerjaan, kemudian mulai dikembangkan menjadi alat-alat untuk berperang,dan kemudian mulai dibangunm nya banteng-benteng pertahanan disetiap daerah nya.

Dengan perkembangan peradaban di Yamato maka kehidupan masyarakatpun mulai meningkat, yaitu ditandai dengan dibangun nya rumah-rumah pemukiman, bentuk rumah pada zaman Yamato yaitu bentuk rumah berlantai tinggi yang didirikan pada tiang-tiang yang tinggi, gaya rumah berlantai tinggi ini pada mulanya hanya diperuntukkan bagi kalangan atas dan bangsawan saja, namun kemudian rakyat biasa mulai membangun rumah dengan bentuk yang sama.

2.2.2 Kepercayaan Masyarakat

(9)

perkembangannya mengajarkan tidak hanya menyembah kekuatan alam saja, tetapi juga mengajarkan untuk menyembah leluhur mereka. Lebih dari itu, karena Shinto mengajarkan bahwa pada dasarnya setiap manusua itu baik, Shinto juga mengajar manusia untuk mempercayai setiap dorongan yang berasal dari hati mereka. Lama- kelamaan Shinto menggabungkan pemujaan terhadap dewa Matahari dengan tradisi pemujaan bahwa para Kaisar Jepang adalah keturunan dewa Matahari dan menyatakan bahwa kaisar adalah Dewa. Kata Shinto tersusun dari dua kata yaitu

(shin) yang disamakan artinya dengan kami diartikan dewa atau kedewaan. Dan (do

atau to) yang disamakan artinya dengan mishi yang bearti jalan.jadi dapat diartikan bahwa Shinto merupakan jalan kami.

Awal periode zaman Yamato, kepercayaan masyaraakat sebagian besar bersifat animistik dan pemujaan terhadap alam. Agama Shinto terpusat pada pemujaan animistik, gejala-gejala alam, gunung-gunung, air, dan seluruh proses penguburan dijadikan objek pemujaan. Para leluhur yang tetomistik ( aliran yang percaya bahwa suatu binatang atau benda yang mempunyai hubungan darah dengan suatu keluarga atau kelompok social tertentu dank arena itu memakai lambing), dimasukkan ke dalam Kami atau dewa (Edwin O. Reischaver 1982:286). Dewa-dewa dipuja dengan mengadakan korban, doa, dan pesta yang diadakan di tempat suci. Tempat-tempat suci ini dipersembahkan kepada leluhur kekaisaran. Dalam ajaran

Shinto memusatkan diri kepada penghormatan terhadap kaisar. Kaisar tidak hanya

(10)

Pada saat Jepang disatukan oleh kaisar Yamato, hubungan Jepang dengan Negara tetangga nya seperti Korea dan Cina semakin erat. Negara Korea merupakan daerah penting karena merupakan daerah perlintasan kebudayaan agama yang mendapat pengaruh dari cina. Menurut sejarah Jepang dalam Nihon Shiki, Budhisme masuk ke Jepang sekitar abad ke-6 yaitu sekitar 552 M, minat para bangsawan Jepang terhadap agama Budha pertama masuk nya budha ke Jepang ada yang menolak dan ada juga yang menerima. Kaisar menerima agama budha tersebut dan klan Shoga berpendapat bahwa Jepang seharusnya mengikuti contoh Negara lain, yaitu menerima agama Budha dengan tangan terbuka. Namun berbeda dengan klan Monotabe dan klan Nakatomi yang berpendapat bahwa itu adalah penghinaan terhadap Tuhan mereka jika menerima agama Budha. Dengan masuk dan berkembangnya agama Budha di Jepang membuat agama Shinto menjadi kurang kuat, tetapi agama Shinto tidak punah walaupun pengaruh agama Budha semakin meningkat. Tidak satu agama pun dari keduanya memerintahkan seseorang agar keluar dari agamanya sehingga kedua penganut agama itu dapat hidup berdampingan dan bahkan hingga kini.

2.2.3 Kebudayaan Pada Zaman Yamato

(11)

kehidupan masyarakat yang masih mengembara, berburu hewan, serta memancing, corak hias tembikar dan hiasan pinggir berbentuk lidah api menunjukkan cita rasa yang halus dan semangat hidup dari masyarakatnya. Daya cipta dan kesederhanaan masyarakat Jomon terungkap jelas pada bejana-bejana tembikar yang dikenal sebagai gerabah Joomon. Kesannya kadang-kadang sederhana, kadang-kadang mencolok juga memperlihatkan vitalitas seakan terlukis debaran jantung orang-orang yang hidup dalam perjuangan tak henti-hentinya melawan alam yang tidak kenal belas kasihan.

Sedangkan periode Yayoi diketahui dari kebudayaan yang erat kaitannya dengan pertanian dan cara menanam padi disawa, dengan berkembangnya budaya bertani di Jepang maka kehidupan masyarakatnya sudah mulai menetap dan produksi pertanian semakin bertambah, kemudian periode Kofun diketahui dari cirri-ciri dengan adanya kuburan besar, kuburan besar itu merupakan makam dari bangsawan Jepang yang mempunyai kekuasaan didaerahnya.

(12)

dari 100 kaki dikelilingi parit dan luasnyya (terhitung paritnya) kira-kira 80 acres (1 acre=4047m2). Di dalamnya terdapat cermin, perunggu,pedang, zirah, helm dan ikat pinggang dari perunggu atau besi, manik-manik kecil berbentuk bulan sabit itu sebesar kuku dan disebut Magatama.

Disekitar kofun biasanya terdapat Haniwa yaitu barang-barang yang terbuat dari tanah liat yang ditempatkan dengan teratur disekeliling makam. Biasanya Haniwa ini berupa orang, binatang piaraan, perabot rumah tangga, perkakas, dan dapat memberikan gambaran tentang kehidupan pada masa ini.

Hasil karya masyarakat pada zaman Yamato yaitu dalam pembuatan kofun menimbulkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan yang dipercaya melindungi masyarakat dari lingkungan alamnya. Periode budaya kofun yang dimulai pada abad ke-3M, merupakan kelanjutan dari akhir zaman Yayoi, kelanjutan ini dipandang dari sudut arkeologi dan benda- benda peninggalan seperti alat pertanian, cermin, dan pedang yang ditemukan di dalam kofun.

(13)

Menurut Jurahman (2002:02) pada periode kofun, Jepang telah dipersatukan dibawaah dinasti Yamato, dan kebudayaan ini berhubungan erat dengan masuknya kebudayaan Korea yang merupakan jalur masuknya unsur kebudayaan yang berasal dari Cina.

2.3 Defenisi kofun

Kofun adalah gundukan tanah yang dibuat dengan membentuk sebuah

kuburan. Kuburan ini merupakan produk zaman Yamato yang muncul pada abad ke-3 M. periode kofun ini merupakan kelanjutan dari periode akhir Yayoi. Kofun yang ada pada zaman Yamato merupakan makam-makam dari raja dan bangsawan yang berada disekeliling keluarga istana, kofun yang dibuat oleh kaisar Yamato menunjukkan bahwa pada saat itu kaisar telah memulai membentuk suatu sistem sosial politik untuk mengendalikan rakyat dan bangsa lain. (www.wikipedia.com)

2.3.1 Kofun di jepang

Kofun (gundukan kuno) mengacu pada gundukan pemakaman besar

pembangun di Yamato setelah pertengahan abad ketiga dan dibedakan dari funkyu-bo (gundukan bukit) dari periode yayoi. Banyak jenis gundukan dibangun tetapi ciri khas dari kofun periode adalah “lubang kunci makam”yang di kenal dengan sebutan zenpo

(14)

Kyoto-Nara-Osaka ). Dari sana bangunan makam menyebar ke Kyushu bagian Utara melalui wilayah Laut pedalaman pada awal abad keempat. Makam awal memiliki gundukan baik berbentuk bulat maupun yang berbentuk lubang kunci. Makam lubang kunci pada bagian depan berbentuk persegi panjang sedangkan bagian belakang berbentuk gundukan bulat (前方後円墳). Gundukan depan mungkin awalnya berfungsi sebagai

tempat untuk upacara penguburan, pemakaman biasanya berada di gundukan belakang.

Dari pertengahan zaman yayoi hingga ke awal periode yamato, gundukan agak besar ( funkyubo ) biasanya berbentuk bukit atau membentang dari china ke shikoku di bagian barat dataran kanto di timur laut. Biasanya berbentuk persegi dan dikelilingi parit dan selokan, mirip dengan yang ditemukan di China dan Asia utara. Sebelum gundukan berbentuk lubang kunci menjadi standar pemakaman bangsawan era yamato, maka sebelumnya berbagai bentuk gundukan makam ditemukan diseluruh Jepang.

Pada akhir zaman yayoi, beberapa gundukan menjadi lebih besar ( antara panjang 40-80 meter ) dan beberapa dari akhir gundukan pada abad kedua diketahui telah berevolusi bentuk lubang kunci ( misalnya hashihaka dan hokenoyama dan

kurozuka ) mirip dengan gundukan khusus zaman yamato. Ditemukan sejumlah

(15)

Gundukan bulat hadir dari periode awal Yamato, ditempati oleh bangsawan biasa, oleh keluarga abad ke 6 awal pemimpin dimakamkan di gundukan dan lubang liangnya berkerumun disekeliling bukit. Gundukan berbentuk standar, Gundukan besar lubang kunci terkenal tidak muncul sampai akhir zaman Yayoi atau awal periode Yamato, awal diantara mereka muncul di sudut barat daya dari perbatasan yamato dekat Gunung Katsuragi dan ditimur laut dari kaki gunung Miwa, akhirnya mereka menyebar disepanjang sungai yamat, dan kemudian jauh ke ujung Jepang seperti Echizen, Izumo. Gundukan Lubang Kunci di Kyushu yang terbesar adalah Mesahozuka dan Osahozuka terletak dalam kawasan Saitobaru ) menurut para Ahli berasal dari abad pertengahan ke 3. Gundukan makam berbentuk lubang kunci dibangun secara berurutan, sering berbaris atau berdasarkan tingkat status, dan menjadi gundukan standar untuk penguasa peringkat tertinggi dan raja serta selir. Biasanya Gundukan makam tersebut dibangun oleh para prajurit dan Abdi kaisar, serta dibantu oleh masyarakat setempat, karena masyarakat menghormati pemimpin mereka.

Selama hampir 400 Tahun antara abad 2 sebelum masehi samapai abad ke 3 masehi, tokoh-tokoh berpengaruh di seluruh kepulauan Jepang memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan kuburan mereka, yang dikenal sebagai kofun. Bentuknya bervariasi dalam hal ukuran dan bentuk.

(16)

Zenpō koen fun ( makam depan bulat, belakang persegi berbentuk lubang kunci)前方

子円墳

Zenpō kohō fun ( makam depan persegi belakang persegi berbentuk lubang kunci ) 前

方子方墳

Enpun ( makam lingkaran ) 円墳

Hōfun ( makam persegi ) 方墳

Membandingkan contoh ukuran terbesar setiap jenis, Zenpo-koen-adalah yang terbesar, diikuti oleh zenpō, kohō, enpun dan hōfun.

(17)

Gambar : Kofun Hirarki ( Ilustrasi asli oleh Prof.Tsude Hiroshi ), mengambil pemberitahuan dari perbedaan ukuran antara 4 buah makam dan berpendapat bahwa bentuk gundukan pemakaman mewakili garis keturunan dan status dari orang yang dimakamkan, dengan ukuran yang menunjukkan kekuasaan. Dia berhipotesis bahwa tokoh-tokoh berpengaruh didaerah diseluruh kepulauan Jepang memiliki prinsip-prinsip tertentu dalam membangun makam mereka, dan teori ini disebut “

Zenpo-koho-fun “. Penggalian oleh laboraturium sejarah Jepang yang dilakukan oleh

Universitas Osaka dan Dewan Pendidikan Kota Fujidera menegaskan bahwa Kofun Nonaka adalah hofun terkecil dengan ukuran 37 meter persegi.

2.3.2 Isi Kofun

Pada tiap kofun banyak ditemukan bermacam-macam benda seperti cermin, pedang zirah, hiasan kepangkatan, dan perhiasan pribadi seperti anting-anting, gelang, mahkota, sepatu dan juga tengkorak kepala manusia. Ada kalanya ditemukan bukti, kuda dikuburkan hidup-hidup bersama tuannya yang sudah meninggal. Yang paling khas dari artifak-artifak yang ditemukan didalam kofun adalah Haniwa.

2.4 Haniwa

(18)

menonjol di atas tanah untuk menandai makam tersebut. Mereka ada yang berbentuk seperti bangunan, hewan, atau figur manusia yang menjabat sebagai pelindung dan tanda status individu yang terkubur di didalamnya

2.4.1 Sejarah haniwa

Haniwa (hani berarti “tanah liat” dan wa berarti “lingkaran”) muncul pertama

(19)

Fungsi Haniwa masih merupakan sesuatu yang menjadi bahan berdebatan. Penjelasan tentang kegunaanya di abad ke 8 dapat dilakukan dengan menilai wacana di Nihon shoki (sejarah Jepang). Pada sejarah Jepang diceritakan bahwa seorang kaisar, meminta agar seseorang yang diambil dari para warga pengrajin tanah liat menghasilkan tiruan orang dan kuda untuk digunakan ketimbang yang hidup.

Tidak ada bukti untuk mendukung ide tentang kirban tersebut. Namun selama dinasti Shang kuno di Ching (1523-1027 SM ) terdapat sejumlah orang yang terbunuh dikubur bersama dengan para penguasa. Ketika Nihon Shoki ditulis dalam tahun 720, orang Jepang mencoba mendirikan kebudayaan mereka dengan mengikuti kebudayaan Cina yang mungkin ada hubungannya dengan ide untuk Mengganti orang hidup dengan tiruannya. Selain itu, juga dikatakan bahwa Haniwa dimaksudkan untuk menjaga bumi agar mencegah erosi.

Dibandingkan dengan teori-teori yang lain, maka teori yang paling masuk akal adalah Haniwa mempunyai fungsi yaitu untuk memisahkan dunia kematian dengan dunia kehidupan, dan untuk memelihara jenazah dan memberikan roh mereka tempat yang nyaman yang mereka kenal.

(20)

Haniwa pada zaman Yamato atau disebut juga dengan era Kofun hanya digunakan para raja-raja dan bagi anggota keluarga kaisar pada waktu itu. Hasil karya masyarakat pada zaman Yamato yaitu dalam pembuatan Haniwa menimbulkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya.Maksud dari teknologi itu adalah jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh masyarakat, yaitu keseluruhan cara bertindak dan berbuat dalam hubungan pengumpulan bahan mentah, memproses bahan-bahan itu untuk dibuat menjadi alat-alat kerja yang selanjutnya hal ini dipandang sebagai peninggalan arkelogi dan dapat dinilai dari benda-benda peninggalannya.Unsur-unsur kebudayaan tersebut pada umumnya berasal dari abad ke-4 hingga abad ke-6. Unsur-unsur kebudayaan universal meliputi sistim religi upacara keagamaan, organisasi kemasyarakatan, sistim pencarian hidup dan sistim teknologi dan peralatan (Suharman, 1993:12 ).

(21)

2.4.2 Jenis-jenis haniwa

Referensi

Dokumen terkait

Dengan akreditasi kearsipan ini mencatatkan PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (“MMI”) sebagai perusahaan terbuka pertama di Indonesia yang memperoleh Akreditasi

This research implemented comprehensive geomorphic and coastal geology investigations combined with remote sensing digital image processing approach to identify Malaysian

The following section discusses the methodology of collecting the pedestrian furniture and facilities data on site by using mobile GIS.. CAPTURING GPS LOCATIONS FOR PEDESTRIAN

[r]

Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari pengaruh jenis dan dosis silika dengan ukuran partikel yang berbeda terhadap sifat fisika dari vulkanisat karet perapat gas

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa deskripsi proses pengolahan Kacang

Referensi anaforis adalah referensi yang merujuk silang pada suatu kata atau anteseden yang disebutkan terdahulu. Uraian pemarkah – nya sebagai referensi yang

Penelitian ini dibuat untuk menjawab masalah yaitu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh antara pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja