• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Di Bidang Pasar Modal Melalui Pendekatan Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Di Bidang Pasar Modal Melalui Pendekatan Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Chapter III V"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TANGGUNGJAWAB BAPEPAM SEBAGAI PELAKSANA FUNGSI

PENGAWASAN DI PASAR MODAL TERHADAP ADANYA INFORMASI

YANG MENYESATKAN (MISLEADING INFORMATION)

A. Peranan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pada Kegiatan Pasar

Modal dalam hal Terjadinya Informasi Yang Menyesatkan (Misleading

Information)

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diberi tugas dan wewenang yang lebih luas dari sekedar menjalankan fungsi pengawasan. Pembinaan pengaturan, dan pengawasan pasar modal sehari-hari dilakukan oleh Bapepam.57 Pembinaan, pengaturan, dan

pengawasan tersebut bertujuan terciptanya kegiatan pasar modal yang efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.58

1. Kehati-hatian (prudential); 2. Melindungi (protective); 3. Organisasi (organizational);

57

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

58

(2)

4. Struktural (structural);59

Masalah kehati-hatian dapat dilihat dari persyaratan kelayakan modal bagi para perantara dengan melengkapi system monitoring dan unit penegakan hukumnya. Untuk elemen melindungi, antara lain dengan meneruskan kerangka hubungan antar pemain pasar dan para nasabahnya, antara pemodal kecil dan pemodal besar. Ditekankan pada masalah keterbukaan, hubungan bentuk dan tanggungjawab saling percaya. Elemen organisasi berkaitan dengan pendirian bursa, lembaga kliring dan system informasi informasi. Adapun elemen struktural memperkenankan pemerintah mengatur keseimbangan pasar modal antara lain pengaturan mengenai batasan usaha lembaga perantara, jenis instrumen yang boleh diperdagangkan, serta mekanisme peran pemodal asing.

Keempat pengaturan pengawasan tersebut didalam praktek dalam pelaksanaannya dilakukan melalui pembuatan peraturan perundang-undangan, pemantauan pasar, penyidikan dan tuntutan, pemeriksaan dan pengajuan prospektus dan dokumen perusahaan lain, audit laporan keuangan, pengawasan bursa, lembaga kliring dan perusahaan jasa lain yang berkaitan, kesemuanya apabila dipraktekkan secara baik akan memerlukan efisiensi, kewenangan dan stabilitas pasar.

Kewenangan Bapepam diatur secara rinci pada Pasal 5 UUPM. Diperoleh petunjuk bahwa sebenarnya dari beberapa definisi di atas, Bapepam telah menjalankan fungsi pengendalian dari sekedar pengawasan. Terbukti dengan pasal 5

59

Jusuf Anwar, Kajian Tentang Kepastian Hukum Kinerja Lembaga Pasar Modal di

Indonesia dalam Upaya Menunjang Pembangunan Nasional, (Bandung: Disertasi, Program

(3)

UUPM, Bapepam memiliki kewenangan untuk memberi izin, menetapkan persyaratan (dalam istilah manajemen disebut sebagai kegiatan evaluasi), secara membekukan dan membatalkan pencatatan saham (dalam istilah manajemen disebut sebagai kegiatan korektif). Kewenangan Bapepam yang diberikan oleh UUPM dijabarkan secara rinci dalam beberapa peraturan pelaksanaan, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1995, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.010/1995 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 90/KMK.010/2001 tentang Pemilikan Saham Perusahaan oleh Pemodal Asing.

Bapepam dalam hal terjadinya informasi yang menyesatkan (misleading

information) yang dilakukan emiten atau pun pihak lain, yang dapat mempengaruhi

(4)

melakukan kegiatan pasar modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan.

Dalam rangka tujuan inilah Badan Pengawas Pasar Modal diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yang pelaksanaannya didasarkan pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan kewenangan publik lainnya, sebagai pengawas pasar modal, Badan Pengawas Pasar Modal dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan aturan main di pasar modal mempunyai kewenangan-kewenangan fungsinya sebagai berikut:

1. Fungsi Pemeriksaan

Bapepam mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.60

Adapun yang dimaksud dengan pemeriksaan di sini adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lain yang Sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi sebagai badan pengawas terhadap kegiatan di pasar modal. Bapepam perlu diberi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga telah, sedang, atau mencoba melakukan pelanggaran terhadap UUPM dan atau peraturan pelaksanaannya.

60

(5)

dilakukan oleh pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidaknya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.61

Dengan kewenangan ini Bapepam dapat mengumpulkan data, informasi, dan atau keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran terhadap Undang-undang tersebut. Dalam rangka pemeriksaan, Bapepam dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :

a. Meminta keterangan dan atau konfirmasi, serta memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran, ataupun pihak lain bila dianggap perlu.

b. Mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap pasal 5 huruf e UUPM. Dan peraturan pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu.

c. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap pasal 5 huruf e. UUPM dan peraturan pelaksanananya, maupun pihak lain apabila dianggap perlu.

d. Menetapkan syarat dan atau mengizinkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap pasal 5 huruf e UUPM dan peraturan

61

(6)

pelaksanaannya untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang timbul.

Disamping itu, dalam tahap pemeriksaan ini Bapepam dapat memerintahkan dihentikannya suatu kegiatan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, seperti memerintahkan emiten atau perusahaan publik untuk menghentikan pemuatan iklan dalam media massa yang memuat informasi yang menyesatkan. Sebaliknya, Bapepam dapat mengurangi kerugian yang timbul dan atau mencegah kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk memperbaiki iklan yang dimuat dalam media massa.62

Data, informasi, bahan dan atau keterangan lain dikumpulkan dalam rangka pemeriksaan tersebut sudah dapat digunakan oleh Bapepam untuk menetapkan sanksi administratif apabila pelanggaran tersebut hanya bersifat administratif saja. Tapi apabila pelanggaran tersebut telah mengarah kepada tindak pidana, maka perlu ditindaklanjuti dengan penyidikan.

2. Fungsi Penyidikan

Apabila Bapepam menetapkan untuk meneruskan pemeriksaan yang dilakukan ke tahap penyidikan, maka data, informasi, bahan, dan atau keterangan lain tersebut dapat digunakan sebagai bukti awal dalam tahap penyidikan.63

62

Pasal 5, huruf (f) Pasal 5 huruf (e) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Hal ini tidak berarti bahwa tindakan penyidikan harus didahului oleh tindakan pemeriksaan.

63

(7)

Artinya apabila Bapepam berpendapat bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu merupakan pelanggaran dan mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan pasar modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal dan masyarakat, maka tindakan penyidikan sudah dapat dimulai sebagaimana dimaksud dalam pasal 101 ayat (1) Pasal 5 huruf e UUPM.

Pelanggaran yang terjadi di pasar modal sangat beragam dilihat dari segala jenis, modus, operandi, atau kerugian yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu Bapepam diberikan kewenangan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari pelanggaran yang terjadi dan wewenang untuk meneruskan ke tahap penyidikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari berbagai sudut pandant, misalnya pertimbangan aspek yuridis dan ekonomis. Apabila kerugian yang ditimbulkan membahayakan sistem pasar modal atau kepentingan pemodal ada atau masyarakat, atau apabila tidak tercapai penyelesaian atas kerugian yang telah timbul, Bapepam dapat memulai tindakan penyidikan dalam rangka penuntutan tindak pidana.

Tindakan untuk memulai penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam. PPNS dilingkugnan Bapepam diangkat oleh Menteri Kehakiman.64 Dalam melakukan

penyidikan, kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh undang-undang kepada Bepapam antara lain :65

64

Penjelasan Pasal 101 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

65

(8)

a. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang pasar modal.

b. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana dibidang pasar modal.

c. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana dibidang pasar modal.

d. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang pasar modal.

e. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal.

f. Melakukan pemeriksaan disetiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pasar modal.

g. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lainnya dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal.

h. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasarmodal.

i. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

Cara represif seperti diuraikan di atas perlu diimbangi dengan cara preventif, yaitu dengan mengembangkan suatu mekanisme agar perdagangan efek dapat berjalan dengan wajar, teratur dan efisien. Pelaksanaan transaksi yang demikian dapat diwujudkan apabila para pelaku pasar memiliki dedikasi yang tinggi dan selalu mematuhi peraturan dan kode etik yang berlaku. Tindak pidana yang masuk dalam kategori delik kejahatan di pasar modal, lazim disebut sebagai tindak penipuan, manipulasi pasar, perdagangan orang dalam, serta kegiatan-kegiatan dipasar modal yang dilakukan tanpa izin, persetujuan atau pendaftaran seperti yang diatur dalam UUPM.66

66

(9)

3. Fungsi Penyelesaian Perselisihan

Dalam fungsinya sebagai pembina pasar modal, Bapepam melalui Biro transaksi dan lembaga efek dapat bertindak sebagai penyelesaian perselisihan antar anggota bursa.67

Dalam prakteknya jarang terjadi perselisihan yang diajukan ke Bapepam. Hal ini dikarenakan pada tingkat pertama telah ada badan yang menangani perselisihan-perselisihan tersebut, yaitu Komite Disiplin anggota yang merupakan bagian dari lembaga Bursa Efek.68 Mekanisme perselisihan oleh Komite Disiplin

anggota adalah sebagai berikut :69

a. Setiap perselisihan yang timbul antara anggota bursa dapat diajukan kepada Komite Disiplin anggota untuk mendapatkan saran penyelesaian.

b. Dalam hal perselisihan sebagaimana dimaksudkan di atas melibatkan kepentingan salah satu anggota komite, baik sebagai perusahaan efek maupun sebagai individu, maka anggota komite yang bersangkutan dilarang menggunakan kewenangannya sebagai anggota komite dalam menyelesaikan kasus tersebut.

c. Cara komite mengambil keputusan secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:70

1). Komite disiplin anggota terlebih dahulu mengusulkan tercapainya perdamaian antar para pihak yang berselisih.

2). Apabila dipandang perlu komite tersebut dapat menyelenggarakan dengan pendapat (hearing) dengan para pihak yang terkait sebagai bahan pertimbangan dalam pengambil keputusan.

3). Saran penyelesaian yang diputuskan dalam rapat komite itu dan disampaikan kepada anggota bursa yang berselisih melalui direksi bursa efek.

67

Biro Transaksi dan Lembaga Efek dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 503/KMK/01/1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal, bertugas antara lain melakukan Pembinaan terhadap Lembaga-lembaga yang Terlibat dalam Transaksi Efek di Bursa

68

Komite Disiplin Anggota merupakan Panitia yang Dibentuk oleh Direksi, yang terjadi dari Wakil-wakil Anggota Bursa serta Bertindak sebagai lembaga yang dapat Membantu Penyelesaian Perselisihan yang Timbul antara Anggota Bursa.

69

Huruf f butir (1) dan butir (2) Peraturan No. III tentang Keanggotaan Bursa, lampiran Surat Keputusan Direksi PT. BEJ No. Kep-05/BEJ/XII1993 Tanggal 28 Desember 1993.

70

(10)

4. Fungsi Pemeriksaan Keberatan

Bapepam berwenang menerima dan memberi keputusan atas pengajuan keberatan dari anggota-anggota bursa efek yang tidak puas atas sanksi yang diberikan oleh bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, atau lembaga penyimpanan dan penyelesaian.71

5. Fungsi Pengenaan Sanksi Administratif

Namun demikian, saat ini belum terdapat peraturan yang mengatur mengenai tata cara pengajuan keberatan tersebut, dan dalam praktik belum pernah ada pihak yang mengajukan keberatan tersebut kepada Bepapm. Hal ini karena Bursa Efek telah memberikan sanksi yang berlapis bagi pelanggar. Maksud pemberian sanksi secara berlapis adalah atas suatu pelanggaran, diberikan sanksi melalui beberapa tahap, misalnya dengan teguran pertama, kedua, dan ketiga, kecuali untuk pelanggaran-pelanggaran tertentu yang akibatnya sangat luas atau menimbulkan kerugian yang besar dengan tidak menggunakan sanksi yang bertahap.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan wewenang kepada Bapepam berdasarkan pasal 102 ayat (1) untuk mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran aturan main di pasar modal oleh pihak-pihak yang memberikan izin, persetujuan, atas pendaftaran dari Bapepam. Pihak-pihak tersebut antara lain emiten, perusahaan publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan

71

(11)

Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksadana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Perdagangan Efek, Wakil Manejer Investasi, Biro Administrasi Efek, dan pihak lain yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam. Ketentuan ini juga berlaku bagi Direktur, Komisaris dan setiap pihak yang memiliki sekurang-kurangnya lima persen saham emiten atau perusahaan publik.72

Bentuk-bentuk sanksi administratif di pasar modal sebagaimana diatur dalam UUPM ada tujuh jenis, yaitu :73

a. Peringatan tertulis.

b. Dengan dengan membayar sejumlah uang. c. Pembatasan kegiatan usaha.

d. Pembekuan kegiatan usaha. e. Pencabutan izin usaha. f. Pembatalan persetujuan. g. Pembatalan pendaftaran.

Dalam mengenakan suatu sanksi administratif, Bapepam perlu memperhatikan aspek pembinaan terhadap semua pihak yang bertindak sebagai pelaku pasar, dikenakan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dapat berupa keterlambatan penyampaian laporan oleh para pihak yang dikenakan kewajiban penyampaian pelaporan baik yang sifatnya berkala maupun insidentil. Keterlambatan pelaporan tersebut dikenakan sanksi denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu ke kas negara sesuai dengan lamanya keterlambatan. Pengenaan sanksi

72

Penjelasan Pasal 102 UUPM jo Pasal 61 PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.

73

(12)

administratif juga dilakukan atas pelanggaran administratif lainnya yang akibatnya tidak merugikan pihak lain secara langsung maupun tidak langsung.74

Lembaga pengawas pasar modal yang berikan kepada Bapepam mempunyai wewenang yang luas. Wewenang ini diatur dalam Bab II Pasal 3 hingga Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal wewenang yang diberikan tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan terciptanya pasar modal yang teratur, wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Secara garis besar wewenang tersebut diuraikan sebagai berikut :

Pertama, wewenang memberi izin usaha kepada bursa efek dan lembaga-lembaga

penunjangnya, yaitu lembaga kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, reksa dana, perusahaan efek, penasehat investasi dan biro administrasi efek. Kedua, wewenang memberi izin perorangan untuk mewakili perantara pedagang efek, wakil penjamin emisi efek dan wakil manajer investasi.

Ketiga, wewenang menyetujui pendirian bank kustodian. Keempat, wewenang

menyetujui pencalonan atau pemberhentian komisaris, direktur serta menunjuk manajemen sementara bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, sampai dipilihnya komisaris dan direktur baru.

Kelima, wewenang memeriksa dan menyidik setiap pihak terjadi pelanggaran

terhadap UUPM. Keenam, wewenang pembekuan atau pembatalan pencatatan suatu efek. Ketujuh, wewenang menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek

74

(13)

dalam keadaan darurat. Kesembilan, wewenang bertindak sebagai lembaga banding bagi pihak yang dikenakan sanksi oleh bursa efek maupun lembaga kliring dan penjamin.75

Selain kewenangan tersebut Bapepam juga masih memiliki kewenangan yang bersifat teknis lainnya. Kewenangan yang dimiliki Bapepam ini harus juga dibarengi dengan tindakan untuk senantiasa melakukan pembinaan, guna mewujudkan mekanisme pasar yang efisien, wajar dan teratur. Bapepam beserta lembaga-lembaga yang terkait dengan pasar modal harus berperan serta dalam usaha mewujudkan perekonomian yang tangguh. Dalam rangka melaksanakan peran strategis tersebut, pasar modal perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai kerangka hukum yang kokoh dan sikap professional dari pelaku pasar modal. Infrastruktur pasar modal dapat disebut memadai apabila telah dilengkapi dengan unsur pengawasan, Self Regulatory Organization (SRO), kliring, penyelesaian dan penyimpanan yang baik. Pasar modal yang memiliki kerangka hukum yang kokoph adalah apabila telah mempunyai landasan hukum baik berupa Undang-udnang maupun Peraturan pelaksanaannya yang mengatur segala aspek kegiatan pasar modal itu sendiri. Disamping itu pelaku pasar modal dapat disebut professional apabila mereka memiliki kemampuan teknis yang diperlukan dan menjunjung tinggi etika profesinya masing-masing. Bursa efeknya misalnya, dikatakan Self Regulatory Organization (SRO), wajib menyediakan sarana perdagangan yang efisien dan aman serta melaksanakan pengawasan terhadap

75

(14)

anggotanya. Sebagai Self Regulatory Organization (SRO), bursa efek diberi kewenangan mengeluarkan peraturan atas persetujuan Bapepam dan menegakkan peraturan yang berhubungan dengan kegiatannya. Diantaranya peraturan mengenai pencatatan efek, keanggotaan bursa dan perdagangan efek, saham bursa efek hanya dapat dimiliki oleh perusahaan efek yang menjadi anggota bursa efek yang bersangkutan. Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efektif. Pada saat ini terdapat 2 (dua) bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Kedua bursa efek tersebut harus mampu menciptakan suatu kondisi yang dapat mendorong peranan perusahaan efek yang menjadi anggotanya, sehingga pada akhirnya dapat merangsang minat pemodal domestik melakukan investasi dengan aman efisien, dan terjangkau (murah) di pasar modal. Dengan meningkatnya peranan pemodal domestik, diharapkan hal tersebut tidak hanya menguntungkan bursa efek dan pemodal secara ekonomis, tapi juga meningkatkan keinginan pemodal untuk lebih giat berpartisipasi dan memiliki tanggungjawab untuk tetap mempertahankan kelangsungan bursa efek di Indonesia.76

76

(15)

B. Tindakan Bapepam Terhadap Informasi yang Menyesatkan (Misleading

Information) di Pasar Modal

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur tentang adanya kewajiban bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya baik dari segi keuntungan, manajemen, produksi maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan usahanya kepada masyarakat. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Terhadap adanya indikasi terjadinya pelanggaran dan tindak pidana dibidang pasar modal Bapepam melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan atas setiap dugaan pelanggaran dan tindak pidana tersebut. Pemeriksaan dan atau penyidikan yang dilakukan berdasarkan data, hasil analisis, laporan yang disampaikan oleh para pelaku pasar modal ataupun investor, pemberitaan media massa maupun hasil temuan Bapepam sendiri. Dalam menjalankan fungsi pengawasan untuk melindungi para investor dalam bertransaksi, perlindungan yang diberikan Bapepam kepada investor adalah dalam bentuk menjalankan peraturan perundang-undangan hukum (law enforcement).

(16)

Bursa efek pun secara independen berdasarkan Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-565/BEJ/11-2003 tentang Peraturan II-A tentang perdagangan efek, dalam rangka menjaga terlaksananya perdagangan efek yang wajar, teratur dan efisien bursa dapat melakukan penghentian sementara pelaksanaan perdagangan efek dibursa dalam hal terjadinya penurunan atau kenaikan harga-harga saham yang tajam secara menyeluruh dibursa : Jakarta Automatic Trading System (JATS) tidak berfungsi sebagaimana mestinya atas permintaan tertulis dari KPEI sehubungan dengan tidak berfungsinya sistem kliring dan penjaminan KPEI; terjadinya force majeure. Penghentian sementara perdagangan dibursa jika melebihi satu sesi perdagangan harus mendapat persetujuan Bapepam.

Kedudukan Bapepam selaku pengawas untuk melakukan kewenangan dengan cara preventif dalam bentuk membuat aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan. Secara represif dilakukan dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapan sanksi-sanksi. Dalam melakukan pemeriksaan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal dapat melakukan tindakan sebagai berikut :

1. Meminta keterangan dan atau informasi, serta memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran, ataupun pihak lain bila dianggap perlu.

(17)

3. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran UUPM dan peraturan pelaksanaannya, maupun pihak lain apabila dianggap perlu.

4. Menetapkan syarat dan atau mengizinkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM dan peraturan pelaksanaannya untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang timbul.

Selanjutnya apabila terdapat bukti yang cukup telah terjadi suatu tindak pidana maka pemeriksaan dapat diteruskan pada tahap penyidikan. Tindakan untuk memulai penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam. Dalam melakukan penyidikan ini, kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh undang-undang Bapepam antara lain : 1. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

tindak pidana di bidang pasar modal.

2. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana dibidang pasar modal.

3. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana dibidang pasar modal.

(18)

5. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal.

6. Melakukan pemeriksaan disetiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pasar modal.

7. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lainnya dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal.

8. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal.

9. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

Untuk itu dalam melakukan pemeriksaan, Bapepam haruslah dipenuhi norma-norma yang disebut dengan norma-norma-norma-norma pemeriksaan, yang terdiri dari norma-norma pemeriksaan yang menyangkut dengan pemeriksa, norma pemeriksaan yang menyangkut dengan pemeriksaan dan norma pemeriksaan yang menyangkut dengan pihak yang diperiksa.

(19)

efek di bursa merupakan kejahatan. Berdasarkan pasal 104 UUPM, kejahatan seperti ini diberikan sanksi hukuman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah).

Berdasarkan pasal 101 ayat 1, tidak semua pelanggaran terhadap UUPM dan atau peraturan pelaksanaannya harus ditindaklanjuti ketahap penyidikan karena hal tersebut dapat menghambat kegiatan penawaran dan atau perdagangan efek secara keseluruhan. Sehingga dalam prakteknya Bapepam jarang melanjutkan kasus yang terjadi di pasar modal ke tahap penyidikan, dan lebih sering mengenakan sanksi administratif.

Sebagai gambaran contoh penanganan kasus yang diambil Bapepam dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1

Penyelesaian Kasus Oleh Bapepam Sampai Dengan Tahun 2010

Tahun Jumlah

Kasus Selesai

Tidak Selesai

Penyelesaian Sanksi

Administratif

Diteruskan ke penyidikan

2006 10 4 6 3 1

2007 39 28 11 25 3

2008 44 34 10 32 2

2009 44 33 11 31 2

2010 28 25 3 22 3

(20)

Tabel 2

Penetapan sanksi sepanjang tahun 2010 Denda

183 emiten Rp 6,29 miliar

17 manajer investasi Rp 12,3 juta 76 perusahaan efek Rp 6,9 miliar

16 penilai Rp 45,8 juta

14 akuntan publik Rp 55,3 juta 4 biro administrasi efek (BAE) Rp 16,7 juta

5 bank kustodian Rp 2,9 juta

4 self regulatory organizations (SROs) Rp 3,3 juta 14 direksi/komisaris Rp 14,7 miliar 10 perorangan (nasabah) Rp 1, 3 miliar Peringatan tertulis

2 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Manajer Investasi 1 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek 1 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek 2 Wakil Penjamin Emisi Efek

1 Wakil Perantara Pedagang Efek 2 Wakil Manajer Investasi Pembekuan izin usaha 10 Akuntan Publik

1 Wakil Perantara Pedagang Efek

Sumber: catatan akhir tahun 2010 Bapepam-LK

C. Tanggungjawab Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Dalam Praktek

Sebagai Pelaksana Fungsi Pengawasan di Pasar Modal Terhadap Adanya

Informasi Yang Menyesatkan (Misleading Information) Dihubungkan

Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

(21)

diwajibkan pada emiten dengan cara penyampaian berbagai pelaporan pada publik baik melalui Bapepam maupun media massa. Pengawasan ini telah dilakukan mulai dari saat dibuatnya pernyataan tersebut menjadi efektif, sampai dengan efek tersebut diperjualbelikan di pasar sekunder, sebagaimana yang diatur dalam UUPM, sedangkan ketentuan yang belum diatur secara terperinci dan belum terakomodir dalam undang-undang pasar modal oleh Bapepam dibuat dalam bentuk peraturan pasar modal.

Dalam menjaga keterbukaan informasi dan kepentingan pemodal, Bapepam mengeluarkan berbagai peraturan yang diharapkan tidak ada lagi pelanggaran-pelanggaran di pasar modal sehingga dapat terwujudnya pasar modal yang teratur, wajar dan efisien. Apabila terjadi berbagai kasus pelanggaran dalam kegiatan pasar modal, secara represif Bapepam melakukan pemeriksaan, penyidikan serta menjatuhkan sanksi bagi pelakunya. Tidak terkecuali dengan kasus misleading

information. Dalam kasus misleading information yang dilakukan direksi dan

(22)

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap kasus penerbitan press release PT. Lippo E-net, Tbk tersebut,77

Selain itu Bapepam juga menetapkan sanksi administratif berupa memberikan peringatan pada direksi dan komisaris perseroan, untuk lebih cermat, teliti, dan berhati-hati dalam memberikan komentar dan pernyataan, khususnya yang akan dimuat dalam press release atau media komunikasi publik lainnya, serta membayar sejumlah denda. Pengenaan sanksi administratif dalam bentuk denda dengan membayar sejumlah uang bertentu seperti yang dijatuhkan Bapepam seperti kasus di atas merupakan kewenangan Bapepam. Sebagaimana diatur dalam pasal 102 jo pasal 101 ayat (1) UUPM, sanksi ini diberikan apabila kasus tersebut tidak dilanjutkan ke tahap penyidikan, sebab berdasarkan pasal 101 ayat (1) Bapepam diberikan kewenangan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari pelanggaran terhadap perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya yang terjadi di pasar modal. Apakah akan dilanjutkan ke tahap penyidikan atau tidak semua itu didasarkan juga pada segi jenis, modus operandi, atau kerugian dari kasus itu sendiri. Sehingga tidak semua pelanggaran terhadap UUPM dan aturan pelaksanaannya harus dilanjutkan ke tahap penyidikan.

Bapepam menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan perseroan untuk denda, menanggung seluruh biaya registrasi saham dalam rangka implementasi perdagangan saham tanpa warkat (scripless trading), mengumumkan melalui surat kabar mengenai perkembagnan terakhir kegiatan usaha perseroan.

77

(23)

Demikian dapat disimpulkan bahwa Bapepam terhadap adanya informasi yang menyesatkan (misleading information) di pasar modal tidak bertanggungjawab secara materil kepada investor. Bapepam bertanggungjawab sesuai dengan kewajiban dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan demikian Bapepam bertanggungjawab dengan cara melakukan pengawasan pelaksanaan kewajiban keterbukaan, melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan terhadap transaksi bagi emiten dan perusahaan efek yang melakukan pelanggaran demi terciptanya mekanisme perdagangan dibursa secara teratur, wajar dan efisien. Sebaliknya yang mestinya yang dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada investor jika terjadi

misleading information adalah pihak emiten, karena sebagai pemilik dan pihak yang

(24)

BAB IV

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN DI BIDANG PASAR

MODAL MELALUI PENDEKATAN SISTEM PERADILAN PIDANA

A. Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Melalui Pernyataan Efektif

Kewajiban Informasi Emiten.

Penanggulangan suatu tindak pidana dengan menerapkan upaya penegakan hukum tindak pidana di bidang pasar modal harus dilakukan secara terpadu (integrited) dengan memberikan kepastian hukum dan memberikan perlindugan kepada masyarakat78

78

Malcolm Devies, Hazel and Jane Tyrer, Criminal Justice, London Logman, 1995, page 4-6. Seperti terpetik dalam Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Malang: UMM Pres, 2004), hal. 257-261, bahwa pelaksanaan sistem peradilan pidana sesuai dengan fungsi yang sebenarnya akan membuat masyarakat terlindungi dari kejahatan. Fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan sistem peradilan pidana adalah melindungi masyarakat melalui upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahatan, dan melakukan upaya inkapasitas terhadap orang yang merupakan ancaman terhadap masyarakat, menegakkan dan memajukan the rule of law dan penghormatan pada hukum, dengan menjamin adanya due prosess dan perlakuan yang wajar bagi tersangka, terdakwa dan terpidana, melakukan penuntutan dan membebaskan orang yang tidak bersalah yang tuduh melakukan kejahatan. Menjaga hukum dan ketertiban, menghukum pelaku kejahatan sesuai dengan falsafah pemidanaan yang dianut, membantu dan memberi nasihat pada korban kejahatan.

(25)

maupun orang dalam emiten sendiri. Informasi-informasi yang dipandang material dalam hal ini antara lain adalah informasi mengenai:79

1. Penggabungan usaha, pengambilalihan, peleburan (merger, acquisition,

consolidation) atau pembentukan usaha patungan.

2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham. 3. Adanya pendapatan dan deviden yang bersifat luar biasa. 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting.

5. Adanya produk atau penemuan baru yang berarti. 6. Terjadinya perubahan tahun buku perusahaan.

7. Terjadi perubahan dalam pengendalian atau adanya perubahan penting dalam manajemen dengan ketentuan bahwa informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi harga efek dan/atau dapat mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi bagi masyarakat pemodal.

Oleh sebab itu, penentuan kategori pernyataan efektif kewajiban informasi emiten cukup signifikan.80

79

Lihat, Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 138

Penentuan ini didasarkan pada corak maupun sifat dari tindak pidana penipuan di bidang pasar modal yang menempatkan Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal. Berdasarkan Pasal 173 dan 174 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1548/KMK.013/1990 yang telah diubah

80

(26)

dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1199/KMK.010/1991 tentang Pasar Modal mewajibkan emiten dan perusahaan publik untuk semua informasi secara berkala kepada Bapepam menyangkut:

1. Kewajiban Pelaporan secara berkala

a. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-199/PM/1992 tanggal 22 Januari 1992 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Hasil Emisi. Ketentuan ini mewajibkan emiten untuk menyampaikan laporan realisasi penggunaan hasil emisi kepada Bapepam secara berkala setiap 3 (tiga) bulan (Maret, Juni, September dan Desember), dan disampaikan selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya.

b. Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-24/PM/1987 tanggal 24 Desember 1987 Lampiran V, tentang Pedoman Tentang Bentuk dan Isi Laporan Keuangan dan Lampiran VII tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan dan Tengah Tahunan dan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor SE-05/PM/1992 perihal Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan. Beberapa ketentuan dalam surat edaran tersebut telah diubah dengan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-01/PM/1995 tanggal 20 Maret 1995. Ketentuan tersebut antara lain menyangkut:

(27)

buku, jika disertai dengan laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas. Selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal tengah buku, jika disertai dengan laporan akuntan (audited).

2). Kewajiban menyampaikan laporan Keuangan Tahunan (audited) dengan batas waktu selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal penutupan tahun buku.

3). Kewajiban mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi pada sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia, satu di antaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya terbit di tempat kedudukan emiten selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tahun buku berakhir.

c. Peraturan Nomor IX.C.3 tentang Laporan Tahunan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-17/PM/1995 tanggal 9 Juni 1995. Ketentuan ini mewajibkan emiten untuk menyampaikan Laporan Tahunan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum Rapat Umum Tahunan Para Pemegang Saham dilaksanakan.

2. Kewajiban Pelaporan yang bersifat insidentil

(28)

kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, keterangan penting dan relevan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Adapun keterangan yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan pemodal antara lain sebagai berikut:

1). Penggabungan usaha (merger), pembelian saham (acquisition), peleburan usaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan.

2). Pemecahan saham atau pembagian deviden saham (stock deviden). 3). Pendapatan dan deviden yang laur biasa sifatnya.

4). Perolehan atau kehilangan kontrak penting. 5). Produk atau penemuan baru yang berarti.

6). Perubahan dan pengendalian (control) atau perubahan penting dalam manajemen.

7). Pengumuman pembelian atau pembayaran kembali efek yang bersifat hutang.

8). Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang berarti jumlahnya.

9). Penjualan, pembelian atau kerugian aktiva yang berarti. 10). Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.

11). Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan/atau pengurus/pengawas perusahaan.

(29)

13). Penggantian akuntan publik perusahaan. 14). Penggantian Wali Amanat.

15). Perubahan tahun fiskal perusahaan.

b. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Persyaratan Keterbukaan Orang dalam dan Pemegang Saham Tertentu. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-09/PM/1991 tanggal 3 Oktober 1991. Ketentuan ini mengatur bagi setiap Orang Dalam (insider) yang melakukan transaksi efek baik untuk pihak yang terorganisasi juga bagi pemegang saham yang memiliki atau kepemilikannya mencapai 5% atau lebih saham disetor wajib melaporkan kepada Bapepam selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak terjadinya transaksi.

c. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991 perihal Pembelian Saham atau Pernyataan Pada Perusahaan lain. Ketentuan ini mengatur tentang prosedur yang harus dilakukan oleh emiten, apabila nilai transaksi (pembelian saham, penggabungan usaha, atau pembentukan perusahaan baru) tersebut cukup material yaitu memenuhi kriteria berikut yaitu: 5% dari pendapatan perusahaan atau 10% dari modal sendiri.

(30)

Selanjutnya menyangkut penyataan efektif menyangkut emiten juga telah digariskan dengan berbagai kewajiban pelaporan dan larangan-larangan dalam melakukan kegiatan transaksi di pasar modal seperti yang diatur dalam pasal 85, pasal 86 (1), pasal 87 ayat (1,2) pasal 89 ayat (1), pasal 90 angka c, pasal 93 UUPM berikut dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya, seperti Peraturan Nomor X.K.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 86/PM/1996 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik. Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/PM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, Peraturan Nomor X.M.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham tertentu, Peraturan Nomor X.K.5 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 46/PM/1998 tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit.

B. Penerapan Prinsip Keterbukaan (disclosure) Dalam Penanggulangan Tindak

Pidana Penipuan di Bidang Pasar Modal

Emiten dan perusahaan publik diwajibkan untuk menyampaikan informasi kepada Bapepam menyangkut kewajiban pelaporan secara berkala dan kewajiban pelaporan yang bersifat isedentil, disamping itu diperlukan juga menerapkan prinsip keterbukaan atas fakta material dalam hal penanggulangan tindak pidana penipuan atas informasi yang menyesatkan (misleading information).81

81

Hamud M. Balfas, Op.cit, hal. 161 bahwa keterbukaan atau yang di dalam masyarakat pasar modal lebih dikenal dengan disclosure, pada saat ini sebenarnya bukanlah monopoli pasar modal.

(31)

diprasyaratkan oleh UUPM pada dasarnya mencakup 2 (dua) hal yaitu keterbukaan yang sifatnya berkala (periodic disclosure) dan keterbukaan yang sifatnya berdasarkan adanya informasi, peristiwa atau kejadian yang dialami oleh emiten (episodic disclosure).82

Periodic disclosure mewajibkan emiten menyampaikan laporannya menurut jangka waktu tertentu yang diwajibkan, misalnya emiten menjalankan kewajiban menyampaikan laporan keuangan yang harus disampaikan oleh emiten tiap kwartalan (tiga bulan) atau tengah tahunan, sedangkan episodic disclosure merupakan laporan yang harus disampaikan menurut adanya informasi atau kejadian peristiwanya yaitu peristiwa yang dapat mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan investasi misalnya peristiwa atau informasi seperti ini adalah sebagaimana yang diatur dalam peraturan Bapepam terhadap beberapa peristiwa penting antara lain penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan. Selain adanya kewajiban untuk menyampaikan keterbukaan informasi secara berkala dan berdasarkan kejadian tersebut, emiten juga diwajibkan untuk melakukan pemutakhiran (updating) atas informasi yang disampaikan secara berkala dan

Keterbukaan juga bukanlah masalah baru. Hal ini karena keharusan melakukan keterbukaan telah diwajibkan kepada perusahaan, khususnya Perseroan Terbatas, dalam batas-batas tertentu untuk waktu yang cukup lama, karena memang merupakan salah satu cara Negara dalam menjalankan administrasinya. Ini misalnya dapat dilihat pada adanya kewajiban untuk mempublikasi anggaran dasar Perseroan Terbatas yang baru didirikan serta perubahannya di dalam lembaran negara serta mendaftarkan perusahaan pada daftar perusahaan yang saat ini diselenggarakan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Di negara lain seperti Inggris misalnya kewajiban melakukan keterbukaan dan publikasi ini paling sedikit telah ada sejak tahun 1844.

82

(32)

berdasarkan perkembangan atau perubahan material atas informasi yang telah disampaikan sebelumnya sehingga informasi yang ada tidak menjadi menyesatkan (misleading).83 Erman Radjagukguk mengemukakan bahwa keterbukaan informasi

perusahaan diperlukan, sehingga investor mengetahui dengan pasti apa yang dikerjakan oleh direksi perusahaan dan ke arah mana perusahaan tersebut bergerak, sejauhmana keterbukaan ini dimungkinkan, hal-hal apakah yang bisa diinformasikan oleh perusahaan kepada masyarakat dan sebaliknya hal-hal mana saja yang diperlukan oleh masyarakat.84

Kewajiban pemutakhiran ini timbul sebagai bagian dari kewajiban keterbukaan terus menerus (continuous disclosure) yang harus dilakukan emiten.

Continuous disclosure tidak hanya mewajibkan emiten untuk menyampaikan setiap

perkembangan atau peristiwa baru kepada emiten, tetapi juga mengharuskan emiten untuk selalu melakukan pemuktahiran (update) atas informasi yang telah disampaikan sebelumnya atas peristiwa yang sama. Dengan demikian kewajiban pemuktahiran ini juga timbul apabila ada kejadian yang meskipun tidak material, tetapi menjadi penting untuk melihat masalah yang dihadapi oleh emiten secara keseluruhan. Kewajiban ini juga timbul apabila informasi ini dibutuhkan untuk tidak membuat informasi yang telah disampaikan menjadi menyesatkan (misleading) atau

83

Ibid, hal. 173

84

Erman Radjagukguk, Beberapa Ketentuan yang Perlu Dimuat Dalam Peraturan Pasar

(33)

membantah atau menguatkan desas-desus yang timbul mengenai keadaan emiten di pasar.85

UUPM mengatur tentang adanya kewajiban bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya, baik dari segi keuangan, manajemen, produksi, maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan usahanya kepada masyarakat. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Oleh karena itu Undang-undang pasar modal mengatur mengenai adanya ketentuan yang mewajibkan pihak yang melakukan penawaran umum dan memperdagangkan efeknya dipasar sekunder untuk memenuhi prinsip keterbukaan. Setelah perusahaan

go public dan mencatatkan efeknya di bursa, maka emiten sebagai perusahaan publik,

wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun laporan lain jika ada kejadian penting kepada Bapepam dan bursa efek. Seluruh laporan yang disampaikan oleh emiten kepada bursa, yaitu laporan adanya kejadian penting, secepatnya dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman dilantai bursa maupun melalui papan informasi. Masyarakat dapat memperoleh langsung informasi tersebut ataupun melalui perusahaan pialang.

Hal ini penting karena untuk mengetahui kinerja perusahaan, pemodal sangat tergantung pada informasi tersebut. Oleh karena itu kewajiban pelaporan dimaksudkan untuk membantu penyebaran informasi agar dapat sampai secara tepat

85

(34)

waktu dan tepat guna kepada pemodal. Menurut pasal 1 angka 25 UUPM prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat mempengaruhi terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud atau harga efek tersebut. Informasi material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.86

Pasal 86 ayat (1) UUPM menggariskan bahwa emiten yang pernyataannya telah efektif atau perusahaan publik wajib :

1. Menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat.

Informasi laporan berkala berisi tentang kegiatan usaha dan keadaan keuangan emiten atau perusahaan publik yang diperlukan oleh pemodal sebagai dasar pengambilan keputusan investasi atas efek. Oleh karena itu emiten atau perusahaan publik dibebankan kewajiban menyampaikan laporan berkala setiap akhir periode tertentu kepada Bapepam.

2. Menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya ada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.

86

(35)

Lebih lanjut tentang fakta material ini diatur dalam Peraturan Nomor X.K.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 86/PM/1996 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik, menetapkan keharusan bahwa : 1. Setiap perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftarannya telah

menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.

2. Peristiwa, informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau investasi keputusan pemodal, antara lain-lain hal-hal sebagai berikut :

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan;

b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; e. Produk atau penemuan baru yang berarti;

f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;

g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang;

h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya;

i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan;

l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;

n. Penggantian wali amanat;

o. Perubahan tahun fiskal perusahaan;

(36)

laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan.87

Selain kepada Bapepam laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik dengan ketentuan sebagai berikut:

Laporan keuangan tahunan tersebut harus disampaikan kepada Bapepam yang terdiri dari neraca rugi laba, laporan laba rugi laporan saldo laba, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan, seperti laporan komitmen dan kontinjensi untuk emiten dan perusahaan publik yang bergerak dalam bidang perbankan.

88

1. Perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi serta laporan komitmen dan kontijensi (khusus perbankan) dalam sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang salah satu diantaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya yang terbit ditempat kedudukan emiten dan perusahaan publik selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tahun buku berakhir. Bagi perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan menengah dan kecil mengumumkan neraca, laproan laba rugi serta laporan komitmen dan kontijensi (khusus perbankan) dalam sekurang-kurangnya 1 (satu) harian surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional;

87

Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/TM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.

88

(37)

2. Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi serta laporan komitmen kontijensi yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada Bapepam;

3. Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengumuman;

Untuk laporan keuangan tengah tahunan disampaikan kepada Bapepam dalam jangka waktu:89

1. Selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku perusahaan berakhir, jika tidak disertai laporan akuntan;

2. Selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku perusahaan berakhir, jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas;

3. Selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku perusahaan berakhir, jika disertai laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan;

Demikian juga dengan laporan keuangan tengah tahunan selain disampaikan kepada Bapepam juga wajib diumumkan kepada masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut:90

89

Ayat 3 huruf (a) Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/TM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala

90

(38)

1. Perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi serta laporan komitmen dan kontinjensi (khusus perbankan) dalam sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional; 2. Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi serta laporan komitmen dan kontinjensi

(khusus perbankan) yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan tengah tahunan yang disampaikan kepada Bapepam; 3. Pengumuman tersebut di atas dilakukan selambat-lambatnya sesuai dengan

jangka waktu menurut kewajiban penyampaian laporan keuangan tengah tahunan kepada Bapepam. Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengumuman;

(39)

perubahan kepemilikannya atas saham perusahaan91 tersebut selambat-lambatnya

dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya transaksi.92

Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam angka 1 peraturan ini, berlaku juga bagi setiap pihak yang memiliki 5% (lima perseratus) atau lebih saham yang disetor.93

Laporan sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2 peraturan ini sekurang-kurangnya meliputi.94

1. Nama, tempat tinggal, dan kewarganegaraan; 2. Jumlah saham yang dibeli atau dijual;

3. Harga pembelian dan penjualan per tahun; 4. Tanggal transaksi dan;

5. Tujuan dari transaksi;

Informasi yang dimaksud disini termasuk dalam hal emiten atau perusahaan publik diajukan ke pengadilan untuk dimohonkan pernyataan pailit, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai hal tersebut kepada Bapepam dan bursa efek dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari ke-2 (dua) sejak emiten atau perusahaan publik mengetahui adanya permohonan pernyataan pailit dimakud.95

91

Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Laporan mengenai pailitnya emiten atau perusahaan publik tersebut merupakan dokumen publik yang

92

Peraturan Nomor X.M.1 Keterbukaan Informasi Pemegang Saham tertentu, Angka 1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996

93

Angka 2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996

94

Angka 3 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996

95

(40)

tersedia di pusat referensi pasar modal. Sistem keterbukaan informasi merupakan mata rantai dalam aktifitas pasar modal, yang mempertemukan kepentingan perusahaan atau issuer (selaku demanter of money/supplier for informations) disatu pihak, dan kepentingan pemodal (supplier of fund) di pihak lain. Atas konsep keterbukaan ini diharapkan pemodal dapat memperoleh gambaran jelas, lengkap dan jujur guna mengambil keputusan investasi yang tepat.

Motif yang mendasari investor dalam melakukan investasi dengan melakukan pembelian efek di pasar modal adalah memperoleh keuntungan dengan membeli saham suatu perusahaan maka investor dapat memperoleh dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan pada pemilik saham. Selain itu investor juga dapat memperoleh capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dan harga beli saham, serta manfaat non finansial yaitu memperoleh kekuasaan berupa hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Agar memperoleh keuntungan yang diharapkan tersebut, maka investor harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian saham harus mempertimbangkan aspek makro dan aspek mikro dari emiten yang bersangkutan.

(41)

menggunakan informasi tersebut untuk menentukan perusahaan mana yang efek/sahamnya menguntungkan. Dengan kata lain semua informasi yang penting dan relevan akan dapat mempengaruhi pembentukan harga efek/saham perusahaan seperti yang diutarakan oleh Weston J. Fred dan Thomas E. Copeland:

“However financialratios are useful in security analysis the evaluation of the

emphasis is on security analysis the principal focus in on judging the long run

profit potential of the firm. Propitability is run; because financial ratios

analysis provides insight into this factor it is usefull the security anlysis.”96

Keterbukaan informasi yang berlaku harus mampu menyerap segala keterangan, data informasi yang vital bagi kepentingan pengawasan, termasuk untuk kepentingan penegakan hukum melihat pentingnya kedudukan dan eksistensi keterbukaan informasi dipasar modal, maka dapat dikatakan bahwa hukum pasar modal kehadirannya tidak berarti jika belum dapat menjamin prinsip keterbukaan informasi.97

Kewajiban perusahaan publik/emiten untuk melaksanakan prinsip keterbukaan informasi (full disclosure) mempunyai karakteristik yuridis yaitu :98

1. Prinsip ketinggian derajat akurasi (ketepatan) informasi; 2. Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi;

96

Weston J. Fred and Thomes E. Copeland, Manajerial Finance, eight edition, (Japan: CBS College Publishing, 1986), hal. 195.

97

Munir Fuady, Op Cit, hal. 107.

98

(42)

3. Prinsip equilibrium (keseimbangan) antara efek negatif kepada emiten disatu pihak, dengan efek positif kepada publik jika dibukanya informasi tersebut.

C. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penipuan di Bidang Pasar

Modal Melalui Fungsionalisasi Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice

System)

Sistem peradilan pidana (criminal justice system) pada tindak pidana penipuan di bidang pasar modal merupakan suatu gerak sistemik dari subsistem-subsistem pendukungnya yaitu Bapepam, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan yang secara keseluruhan dan merupakan satu kesatuan yang berusaha mestranformasikan tujuan sistem peradilan pidana yang berupa resosilisasi pelaku tindak pidana, pencegahan kejahatan dan kesejahteraan masyarakat.99

99

Lihat, Loebby Loqman, Pra Peradilan di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hal. 22 bahwa Dalam sistem peradilan pidana haruslah dengan jelas apa yang menjadi tujuannya. Sehingga setiap unsur dalam sistem tersebut akan mengetahuinya dimana meskipun faktor atau unsur tersebut berdiri sendiri, akan tetapi pada hakekatnya tidak dari keterkaitan tujuan akhir dari sistem tersebut Bekerjanya subsistem peradilan pidana dalam penegakan hukum tindak pidana penipuan di bidang pasar modal tidak terlepas dari instrumen pendudukung berupa UUPM yang mengatur aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ini mutlak diperlukan agar para penegak hukum terarah dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Sistem ini dapat dibagi tiga tahap: (a) tahap-pra-ajukasi

(pre-adjudication), (b) tahap ajukasi (adjudicaton), (c) tahap purna-ajudikasi

(43)

Salah satu sub sistem dalam peradilan pidana di bidang pasar modal adalah pembentukan dan kewenangan yang diberikan kepada Bapepam dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perangkat undang-undang ini menjadi dasar dan memberikan tugas kepada Bapepam untuk melaporkan hasil penyelidikan tindak pidana pasar modal kepada penuntut umum,100 dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan Bapepam dapat

meminta bantuan aparat penegak hukum lain.101

Pelaksanaan fungsi penegakan hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal.

Di dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut UUPM Nomor. 8 Tahun 1995 bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai tugasnya ini, Bapepam memiliki fungsi antara lain, menyusun peraturan dan menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lainnya. Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, dan efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.

100

Lihat, Pasal 101 ayat (5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

101

(44)

Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau penyidikan, yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku pasar modal, data tersebut dianlisis oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa. Bapepam diberi wewenang tertentu untuk melakukan penyelidikan tindak pidana di bidang pasar modal selaku Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) berdasarkan ketentuan dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. penyelidikan ini maksudnya adalah untuk mencari kebenaran sebagaimana yang diatur dalam tahapan-tahapan dalam Hukum Acara Pidana. Setelah selesai dilakukan penyelidikan kemudian dilanjutkan dengan penyidikan. KUH Pidana memberi definisi penyidikan sebagi berikut :

“Serangkaian tindakan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentag tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka”.

Dalam bahasa Belanda ini sama dengan opsporing. Menurut Printo, menyidik ( opsporing ) berarti “pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuai pelanggaran hukum”.102

102

(45)

petunjuk kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b dan memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan“. Dengan demikian dapat dilihat KUHAP menegaskan pada Pasal 107 ayat (3), apabila Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) telah selesai melakukan penyidikan maka hasilnya diserahkan ke Penuntut Umum (PU). Cara penyerahannya kepada Penuntut Umum (PU) dilakukan PPNS melalui “penyidik Polri”. Untuk itu dalam terjadinya tindak pidana di bidang pasar modal maka Penyidik PPNS tertentu dilingkungan Bapepam diberi wewenang khusus sebagai penyidik meliputi:103

1. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana pasar modal.

2. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal.

3. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal.

4. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap pihak yang disangka melakukan atau sebagai saksi dalam tindak pidana pasar modal.

5. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal.

6. Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pasar modal.

7. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal. 8. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana di bidang pasar modal, dan

9. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

103

(46)
(47)

“Penyidik adalah aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.”

Kewenangan ini merupakan pengejewantahan dari fungsi Bapepam sebagai lembaga pengawas. Tindakan penanggulangan atas pelanggaran UUPM yang mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan membahayakan kepentingan publik oleh lembaga Bapepam sebagai penyidik adalah salah satu proses penegakan hukum pidana dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system), dalam hal Bapepam melakukan tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana penipuan maka Bapepam harus melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dengan aparat penegak hukum dan lembaga yang terkait lainnya misalnya emiten, lembaga perbankan dan investor. Dalam konsep Sistem Peradilan Pidana Bapepam sebagai PPNS tidak termasuk dalam komponen tersebut, namun dilain pihak Bapepam melakukan fungsi selaku penyidik sebagaimana layaknya seperti penyidik Polri. Sedangkan dalam Sistem Peradilan Pidana setiap komponen harus berjalan sesuai dengan sistem supaya tidak menimbulkan kesukaran atau kegagalan. Bila sistem berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing tidak akan menimbulkan beberapa kendala atau akibat adanya keterpaduan kerja. Dengan demikian ketiga kerugian yang dapat terjadi apabila tidak bekerja sebagai sistem, berkisar pada:104

104

(48)

a. Kesukaran dalam menilai sendiri keberhasilan atau kegagalan masing-masing instansi, sehubungan dengan tugas mereka;

b. Kesulitan dalam memecahkan sendiri masalah-masalah pokok masing-masing instansi (sebagai sub-sistem); dan

c. Karena tanggung jawab masing-masing instansi sering kurang jelas terbagi , maka setiap instansi tidak terlalu memperhatikan efektivitas menyeluruh dari sistem peradilan pidana.

Pada hakekatnya fungsi Bapepam pada sistem peradilan pidana adalah membantu penegak hukum dalam mencegah dan memberantas tindak pidana di bidang pasar modal disamping fungsi Bapepam sebagai pembina, pengatur dan pengawas kegiatan sehari-hari pasar modal.105

105 Lihat,

Salah satu contoh kewenangan Bapepam untuk melakukan fungsi sebagai pembina, pengatur kegiatan pasar modal dalam rangka terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur,wajar dan efesien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat antara lain: Pertama, memberi izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasehat Investasi dan Biro Efek.

Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas pasar modal, dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh orang kepala biro terdiri atas:

a. Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum b. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan

c. Biro Pengelolaan dan Riset d. Biro Transaksi dan Lembaga Efek

(49)

Kedua, izin orang perseorangan bagi wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara

Perdagangan Efek dan Wakil Manajer Investasi dan; Ketiga, persetujuan bagi Bank Kustodian.

Selanjutnya, tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila :

1. Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal.

2. Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan

3. Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di bidang pasar modal

Sejak tahun 1997, Bapepam melaksanakan press release secara berkala kepada masyarakat, antara lain melalui media massa dan media internet. Presss

Release yang dikeluarkan oleh Bapepam, merupakan bentuk publikasi dan

(50)

penegakan hukum yang dilakukan oleh Bapepam dalam penyelesaian kasusu di bidang pasar modal sebagai berikut:106

1. Pada tahun 2001,

Kasus yang diperiksa di tahun 2001 adalah sebanyak 10 kasus, yang terinci sebagai berikut :

a. Perdagangan Orang Dalam, sebanyak 1 kasus b. Keterbukaan Informasi, sebanyak 3 kasus; c. Pengendalian Inheren , sebanyak 4 kasus; d. Gagal Serah/Gagal Bayar, sebanyak 1 kasus; g. Manipulasi Pasar, sebanyak 1 Kasus.

Dari kasus-kasus di atas, Bapepam telah melaksanakan pemeriksaan dan telah berhasil menyelesaikan 4 kasus, sedangkan sisanya sebanyak enam kasus masih dalam proses. Diantara kasus yang diperiksa Bapepam sepanjang tahun 2001, yang paling menarik adalah kasus PT Bank Bali tbk. Dalam kasus ini, tim penyidik Bapepam telah menyampaikan kasus ini ke Kejaksaan Agung, Kasus ini adalah kasus tindak pidana di bidang pasar modal oleh PT. Bank Bali Tbk, yang tidak menyampaikan informasi kepada Bapepam tentang adanya pengalihan piutang pada bank lain.

2. Pada Tahun 2002

Selama tahun 2002, Bapepam telah melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal sebanyak 39 kasus, yang terinci sebagai berikut :

a. Perdagangan Orang dalam, sebanyak 2 kasus; b. Keterbukaan informasi, sebanyak 16 kasus; c. Pengendalian Inheren, sebanyak 3 kasus;

d. Kegiatan Pasar Modal tanpa Ijin, sebanyak 4 kasus; e. Manipulasi Pasar, sebanyak 6 kasus;

f. Transaksi Benturan Kepentingan, sebanyak 6 kasus; g. Informasi Menyesatkan, sebanyak 2 kasus.

Dari sebanyak 39 kasus yang ditangani Bapepam, 28 kasus telah berhasil diselesaikan, sedangkan sisanya sebanyak 11 kasus masih dalam proses. Bapepam juga telah meningkatkan status tiga kasus tindak pidana pasar modal dari tahap pemeriksaan ke dalam tingkat penyidikan.

Salah satu kasus yang menarik sepanjang tahun 2002 adalah kasus penerbitan sekaligus publikasi sebanyak sembilan press release pada bulan Januari sampai

106

Elfira Taufani, Analisis Terhadap Kebijakan Kriminal Dan Penegakan Hukm Di Dalam

Tindak Pidana Pasar Modal, Simbur Cahaya No. 27 Tahun X Januari 2010 ISSN o. 14110-0614.

(51)

dengan bulan Februari 2002 oleh PT Lippo e-Net Tbk, dimana beberapa diantara

Press release tersebut mengandung informasi yang kurang tuntas dalam

penjabarannya, serta kurang didukung oleh fakta-fakta yang dapat menjelaskan informasi di dalamnya. Atas kasus tersebut, Bapepam telah mengenakan sanksi administratif berupa denda kepada PT. Lippo e-Net Tbk dan para pengurus perusahaan. Selain itu, Bapepam juga mewajibkan kepada Emiten untuk menanggung biaya registrasi sahamnya dalam rangka perdagangan saham tanpa warkat serta memerintahkan kepada emiten untuk mengumumkan kepada masyarakat mengenai perkembangan terakhir kegiatan usaha perseroan di bidang

cyber internet dan e-commerce

3. Pada Tahun 2003

(52)

4. Pada Tahun 2004

Selama tahun 2004, Bapepam telah melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan terhadap 40 kasus, ditambah 4 kasus yang belum terselesaikan di tahun 2001 sehingga total kasus yang diperiksa dan atau disidik adalah 44 kasus. Dari 44 kasus tersebut, 33 kasus diantaranya (75 %) telah berhasil diselesaikan oleh Bapepam, sedangkan sisanya masih dalam pemeriksaan dan atau penyidikan. Selama tahun 2004, sebanyak 2 kasus telah ditingkatkan ke tahap penyidikan. Salah satu terobosan penting dalam penegakan hukum pasar modal yang dilakukan, Bapepam pada tahun 2004 adalah dilakukannya upaya paksa berupa penangkapan dan penahanan dua orang pelaku tindak pidana di pasar modal untuk kepentingan penyidikan, atas kasus perdagangan saham PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk. Upaya dimaksud dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia. Salah satu kasus yang menarik perhatian baik nasional, maupun internasional, yang terjadi di tahun 2004 adalah kasus divestasi saham PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) Tbk.

5. Pada Tahun 2005

Gambar

Tabel 2 Penetapan sanksi sepanjang tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan uji normalitas, langkah kedua adalah menguji homogenitas varians antara kelas eksperimen dan kontrol dengan uji F, uji F ini dilakukan untuk mengetahui

Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia mengundurkan diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia dapat

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis persamaan model struktural (SEM) dengan bantuan software program Smart PLS v.3 untuk Windows.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Komputer generasi kedua menggantikan bahasa mesin dengan bahasa assembly. Bahasa assembly adalah bahasa yang menggunakan singkatansingkatan untuk menggantikan kode biner. Pada

Berdasarkan analisis histogram maka tegangan tabung yang digunakan sebaiknya menggunakan tegangan yang minimum yaitu 40 kV sebab grafik histogram yang dihasilkan pada citra

Menu ini digunakan untuk entry data badan usaha offline atau badan usaha baru pengajuan 2007 yang diinput oleh asosiasi dan datanya diserahkan ke LPJK untuk diupload ke internet

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT SERUMPUN SEBALAI (JKSS) DI KABUPATEN BANGKA, BANGKA SELATAN DAN

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung tentang Perubahan Atas