• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Numerik untuk Persoalan Water Flooding dengan Menggunakan Metode Volume Hingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Numerik untuk Persoalan Water Flooding dengan Menggunakan Metode Volume Hingga"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Aliran Dua-Fase Nonekulibrium pada Media Berpori

Penelitian ini merupakan kajian ulang terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh

Juanes (2008), dalam tulisannya yang berjudulNonequilibrium effects in models of three-phase flow in porous media. Pada tulisan tersebut dilakukan simulasi wa-terfloodingdengan melakukan pendekatan diskritisasi menggunakancell-centered finite volumeyaitu solusi disimpan pada pusat setiap grid yang dibentuk, sedangkan pada skripsi ini, penulis melakukan diskritisasi dengan menggunakanvertex cente-red finite volumeyaitu solusi yang disimpan pada simpul (vertex) dari mesh dimana setiap vertexiharus dibangun cell (Praveen, 2013).

Juanes menyatakan bahwa model aliran dua fase dengan efek

nonekuilibri-um pada media berpori telah diajukan sebelnonekuilibri-umnya oleh Barenblatt dengan bebas

kapilaritas. Kemudian dipasangkan dengan model Buckley-Leverett dengan bebas

kapilaritas dimana fluks merupakaan fungsi saturasi efektif yang direpresentasikan

dengan persamaan

tS+∂xvf(σ) = 0 (2.1)

dan persamaan evolusi

σ−S =τ ∂tS (2.2)

Sistem ini harus dilengkapi denngan kondisi batas fluks pada batas kirix= 0dalam bentukf(σ) = ¯f(t). Selain itu juga diberikan kondisi awal padat= 0dalam bentuk

S =S0(x)

σ0+τ ∂xf(σ0) = S0(x)

(2.3)

dimanaSadalah saturasi aktual (saturasi saat ini) danτ adalah saturasi efektif (sa-turasi yang akan datang).

Persamaan Buckley-Leverett merupakan persamaan transportasi pada fluida

(2)

Sedangkan model Barenblatt menggambarkan dua fase aliran pada media berpori

dengan efek dinamik (nonekuilibrium) pada relatif permeabilitas. Pada kasus ini,

water flooding yang ditunjukkan oleh persamaan (2.1) yang dipasangkan dengan persamaan (2.2) akan diselesaikan melalui analisis numerik, yang akan dijelaskan

pada Bab selanjutnya

2.2 Deret Taylor

Biasanya metode numerik diturunkan berdasarkan hampiran fungsi terhadap bentuk

polinomial sehingga fungsi akan menjadi lebih sederhana. Deret Taylor dapat

digu-nakan pada hampir setiap pendekatan numerik yang didefinisikan sebagai berikut

Definisi

Andaikan terdapat f dan semua turunannya f′ , f′′

2.3 Metode Iterasi Newton Pada Sistem Aljabar

Metode iterasi Newton merupakan suatu metode yang berfungsi untuk mencari

ni-lai akar dari suatu persamaan, yaitu mencarir ∈ Ryang memenuhi f(r) = 0. Pe-nurunan metode ini dapat diperoleh dari deret Taylor yang direpresentasikan oleh

persamaan (2.5). Untukn= 1, persamaan (2.5) menjadi

(3)

dimana f′′(tx)

2! h

2 merupakan galat. Jika dimisalkan x+h merupakan pendekatan

untukr, maka dengan mengabaikan galat tersebut diperoleh

0 =f(x) +f′

yang diharapkan limn→∞xn = r. Penurunan diatas dapat dipakai untuk menda-patkan metode iterasi yang mencari r ∈ Rn yang memenuhi F(r) = 0, dimana

F :Rn Rn. Dalam hal ini,

0=F(x)+F′(x)h

dimanaF′(x)merupakan matrix Jacobian dengan ordon×n

F′(x)=

Sehingga dapat ditunjukkan bahwa

h=−[F′ (x)]−1

F(x).

Jika terdapat nilai dugax0maka secara umum metode iterasi Newton untuk system

aljabar dapat ditulis sebagai berikut

xn+1 =xn−[F ′

(xn)] −1

F(xn)

2.4 Integrasi Numerik

Integral merupakan suatu pokok pembahasan mendasar yang berfungsi untuk

men-cari luas suatu daerah kurva f(x). Dalam kalkulus, dipelajari bahwa integral da-pat diselesaikan secara analitik pada persamaan yang sederhana. Namun pada

(4)

diselesaikan dengan cara analitik. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode

nume-rik dimana penyelesaian integrasi dapat diselesaikan dengan bantuan perhitungan

komputer (integrasi numerik) dengan batas integral tertentu yang direpresentasikan

oleh

I = Z b

a

f(x)dx.

Rinaldi Munir (2003) dalam bukunyaIntegrasi Numerikmenjelaskan bahwa terdapat 3 cara dalam melakukan pendekatan dalam menurunkan rumus integrasi

numerik yaitu metode pias, metodeNewton-Codes danKuadratur Gauss. Penulis akan membatasi pembahasan hanya pada integrasi numerik dengan metode pias.

Perhatikan Gambar 2.1, andaikan[a, b] merupakan interval pada luas kurva f(x), maka dibentuk n partisi sepanjang interval [a, b], dimana lebar setiap pias

adalah

h= b−a n .

Dengan demikian, titik pias dinyatakanxi =a+ihdimanai= 0,1, ..., n

Gambar 2.1: Metode Pias

Terdapat beberapa metode yang dapat dikembangkan pada metode ini yaitu

aturan titik tengah (mid point rule), aturan titik kanan (rigth end point rule), aturan

(5)

2.4.1 Aturan Trapesium

Pada pendekatan trapesium dapat digunakan rumus luas trapesium pada setiap

pi-as. Perhatikan Gambar 2.2. Secara umum, luas dibawah kurva pada pias(xi, xi+1

Gambar 2.2: Trapezoidal

didekati oleh

Z xi+1

xi

f(x)dx≈f(xi) +f(xi+1)h 2

dimanai= 0,1,2, ..., n−1. Dengan demikian,

Z b a

f(x)dx≈

n−1 X

i=0

f(xi) +f(xi+1)

h 2.

2.4.2 Aturan Titik Tengah

Luas daerah pias dapat digambarkan sebagai luas persegi panjang dimanahsebagai lebar danf(xi+1

2)sebagai panjang yang dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.3, Secara

(6)

umum, pendekatan ini dapat ditulis sebagai

Z xi+1

xi

f(x)dx≈f(xi+1+xi 2 )h

dimanai= 0,1,2, ..., n−1, sehingga

Z b a

f(x)dx≈

n−1 X

i=0

f(xi+1+xi 2 )h.

2.4.3 Aturan Titik Kanan

Pada pendekatan aturan titik kanan dapat dianggaphsebagai lebar pias danf(xi+1)

sebagai panjang. perhatikan Gambar 2.4, Secara umum, pendekatan ini dapat ditulis

Gambar 2.4: Aturan Titik Kanan

sebagai

Z xi+1

xi

f(x)dx≈f(xi+1)h,

dimanai= 0,1,2, ..., n−1, sehingga

Z b a

f(x)dx≈

n−1 X

i=0

f(xi+1)h.

2.4.4 Aturan Titik Kiri

Pada pendekatan aturan titik kiri dapat dianggap h sebagai lebar pias dan f(xi) sebagai panjang. perhatikan Gambar 2.5, Secara umum dapat ditulis sebagai

Z xi+1

xi

f(x)dx≈f(xi)h,

dimanai= 0,1,2, ..., n−1, sehingga

Z b a

f(x)dx≈

n−1 X

i=0

(7)

Gambar 2.5: Aturan Titik Kiri

2.5 Galat

Penyelesaian numerik akan selalu memiliki nilai galat, karena metode numerik

me-rupakan suatu pendekatan terhadap nilai eksak. Jika nilai galat mendekati nol,

ma-ka penyelesaian numerik ama-kan mendema-kati nilai eksak. Hal itu ama-kan terjadi jima-ka jarak

pias (∆xdan∆t) diperkecil, namun perhitungan yang dilakukan akan semakin ba-nyak. Kita tahu bahwa nilai eksak merupakan jumlahan dari nilai hampiran dan

galat, yang berarti galat adalah selisih antara nilai eksak dan hampiran yang

dinya-takan oleh

ε=r−x

dimanaxadalah nilai hampiran danradalah nilai eksak.

Besar galat tidak memperhatikan nilai positif atau negatif, sehingga ditulis

dalam harga mutlak yang ditunjukkan oleh

|ε|=|r−x|.

Untuk mengetahui sebarapa besar pengaruh nilai galat terhadap nilai eksak, maka

nilai galat dapat dinormalkan terhadap nilai eksak yang disebut dengan galat relatif

yang representasikan oleh

εR = r−x

x .

Rinaldi Munir (2003) dalam bukunya Integrasi Numerik juga menjelaskan tentang galat dari iterasi Newton dan integrasi numerik dengan pendekatan aturan

(8)

2.5.1 Galat Iterasi Newton

Dalam menentukan nilai akar, iterasi Newton merupakan salah satu metode yang

sering digunakan karena konvergensinya lebih cepat (jika nilai iterasi konvergen)

dari pada metode yang lain. Pada kasus tertentu, metode Newton bisa bersifat

di-vergen sehingga tidak selamanya metode Newton dapat digunakan untuk mencari

nilai suatu akar. Metode ini dikatakan konvergen jika

(x)6= 0. Adapun pada orde konvergensi dinyatakan

εr+1 = f ′′

(xr)ε2r 2f′(x

r)

denganxr merupakan nilai hampiran terhadap akar. Dalam perhitungan menggu-nakan komputer, perlu bagi kita untuk membatasi jumlah perhitungan agar

kom-puter dapat menghentikan perhitungan. Sehingga dapat ditentukan bahwa iterasi

akan berhenti pada saat |xn+1 − xn| < ε adapun untuk menghitung galat relatif dinyatakan oleh

|xn+1−xn|

|xn+1|

< δ

dimanaε, δmerupakan toleransi galat yang diinginkan. Adapun pada sistem aljabar, galat dapat direpresentasikanεi =rx(i)dan norm Euclidean galat adalah

kǫi k=

2.5.2 Galat Aturan Trapesium

Integrasi numerik menggunakan pendekatan trapesium memiliki galat yang

ditun-jukkan sebagai berikut

G=

Andaikan terdapat dua titik yaitux0 = 0danh = x, dengan menggunakan deret

(9)

sehingga

jadi, nilai eksak diperoleh

Z h

0

f(x)dx= h

2(f(x0) +f(x1)) +O(h

3)

Uraian diatas, merupakan galat trapesium untuk batas interval [0, h] dengan satu pias. Adapun untuk jumlah pias lebih dari satu (n > 1), dapat diperoleh galat total

sebagai berikut

n . Sehingga

(10)

Dapat disimpulkan bahwa galat total dari pendekatan trapesium berbanding lurus

dengan kuadrat lebar pias (h). semakin kecil lebar pias, maka ukuran galat akan

semakin kecil.

2.5.3 Galat Aturan Titik Tengah

Pendekatan titik tengah diperoleh galat untuk satu pias

G= Z h

0

f(x)dx−hf(x1 2)

Dengan metode yang sama pada aturan trapesium diperoleh

Gtotal =− h3 24(f

′′

(x0) +f′′(x1) +f′′(x2) +...f′′(xn−1))

Adapun untuk beberapa pias, diperoleh

Gtotal = h3

24 n−1 X

i=0

f′′ i (x)

= h

2

24

(b−a) n nf

′′ i(x) = (b−a)h

2

24f ′′ i(x)

≈O(h2)

dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa galat yang dihasilkan pada pendekatan

aturan titik tengah dua kali lebih kecil dari pada aturan trapesium, sehingga

die-tahui bahwa metode in lebih efisien dari aturan trapesium. Adapun galat untuk

pendekatan aturan titik kanan dan titik kiri telah dijelaskan oleh Jiwen He (2008)

yang iuraikan sebagai berikut

2.5.4 Galat Aturan Titik Kanan

Telah dijelaskan pendekatan integrasi numerik pada aturan titik kanan pada

pem-bahasan sebelumnya, maka untuk galat yang dihasilkan dapat ditunjukkan sebagai

berikut

G= Z h

0

(11)

dimanai= 0,1, ..., n−1. Sehingga diperoleh galat untuk satu pias

G= h

2

2 f ′

(x1)

Adapun pias sebanyak n diperoleh

Gtotal = 1

2(b−a)f ′

(xi)

≈O(h)

2.5.5 Galat Aturan Titik Kiri

Dapat ditunjukkan galat dari aturan titik kiri sebagai berikut

G= Z h

0

f(x)dx−hf(xi)

dimanai= 0,1, ..., nsehingga diperoleh galat untuk satu pias

G= h

2

2 f ′

(x0)

Adapun pias sebanyak n diperoleh

Gtotal = 1

2(b−a)f ′

(xi)

≈O(h)

Dapat dilihat bahwa pendekatan aturan titik kanan dan aturan titik kiri

me-miliki besar galat yang sama, namun berbeda pada pendekatan trapesium dan titik

tengah. Diketahui bahwa pendekatan yang memiliki galat yang paling kecil diantara

keempat pendekatan diatas adalah aturan titik tengah. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pendekatan aturan titik tengah yang memiliki efisiensi yang cukup cepat dari

jumlah diskritisasi yang dilakukan. Namun ada beberapa kondisi yang

menyebabk-an pendekatmenyebabk-an ymenyebabk-ang dilakukmenyebabk-an harus disesuaikmenyebabk-an dengmenyebabk-an permasalahmenyebabk-an ymenyebabk-ang sedmenyebabk-ang

dijalankan. Oleh karenanya perlu bagi kita untuk mempelajari lebih mendalam

ten-tang pendekatan numerik.

Contoh

(12)

x2−y2 =y,x2+y2 =xdenganinisial guessx0 = 0.8dany0 = 0.4.

maka solusi pada iterasi pertama yaitu:

Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan MATLAB dimana code dapat

dilihat pada lampiran 1. Jika dilakukan iterasi sebanyak 5 kali, maka akan didapat

hasil yang ditunjukkan oleh tabel berikut

i xi yi error

0 0.8 0.4

-1 0.772881355932203 0.420338983050847 0.033898305084746 2 0.771845967451467 0.419644283432102 0.001246850779495 3 0.771844506348887 0.419643377608757 1.719109270156545e-006 4 0.771844506346038 0.419643377607081 3.304913436759251e-012 5 0.771844506346038 0.419643377607081 0

Dari penyelesaian diatas dapat kita ketahui bahwa pada iterasi ke-5 nilai galat telah

mencapai 0, sehingga diketahui nilai akar dari x = 0.771844506346038dan y = 0.419643377607081

2.6 Solusi Numerik pada Persamaan Diferensial Partial

Shaw (1992) menjelaskan bahwa persamaan yang mengatur pergerakan fluida

ada-lah persamaaan diferensial parsial. Persamaan ini terdiri dari kombinasi variable

aliran seperti kecepatan, tekanan dan turunan dari variabel tersebut. Komputer tidak

dapat menghasilkan solusi persamaan diferensial secara langsung karena komputer

(13)

komputer diprogram untuk melakukan perhitungan operasi sederhana seperti

pen-jumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perulangan.

Oleh karena itu persamaan diferensial harus ditransformasikan kedalam

per-samaan yang hanya terdiri dari bilangan, kombinasi dari bilangan tersebut dapat

digambarkan oleh operasi yang sederhana. Untuk melakukan transformasi pada

persamaan tersebut maka dapat dilakukan suatu cara yang disebut diskritisasi

ya-itu setiap suku dalam persamaan diferensial harus diterjemahkan kedalam sebuah

bentuk numerik yang dapat diprogram oleh komputer untuk dihitung. Berbagai

tek-nik dapat dilakukan diantaranya metode beda hingga, metode elemen hingga, dan

metode volume hingga.

Metode beda hingga merupakan suatu teknik yang didasari pada deret Taylor

yang menggambarkan turunan dari variabel sebagai selisih antara nilai-nilai dari

va-riabel dari berbagai titik dalam ruang dan waktu. Teknik kedua yaitu metode elemen

hingga, dalam metode ini domain dari persamaan diferensial parsial yang berlaku

dibagi menjadi sejumlah elemen berhingga. Namun pada metode ini, proses

diskri-tisasi yang dilakukan lebih sulit dibandingkan dengan metode beda hingga. Teknik

yang ketiga adalah metode volume hingga, teknik ini cukup popular digunakan

un-tuk persoalan komputasi fluida dinamik.

Menurut Apsley (2005) metode volume hingga sesuai diterapkan pada

ma-salah aliran fluida dan aerodinamika. Pada metode volume hingga harus diketahui

domainnya dengan jelas, dari domain tersebut dibagi menjadi grid-grid baik

ters-truktur maupun tidak (unstrustured), pada masing-masing grid memenuhi

persama-an matematika ypersama-ang terbentuk.

Oleh referensi diatas, maka dapat diputuskan bahwa metode yang tepat

un-tuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan menggunakan metode volume

hingga. Karena telah dijelaskan sebelumnya bahwawaterfloodingmeruapakan su-atu permasalahan aliran fluida pada media berpori. Oleh karena itu, maka metode

(14)

2.6.1 Metode Volume Hingga

Metode Volume Hingga (MVH) merupakan salah satu teknik diskritisasi pada

per-samaan diferensial parsial, dan biasanya diimplementasikan pada hukum

konser-vasi. Pada dasarnya metode ini mengatur persamaan diferensial agar dikonversi

kedalam bentuk numerik yaitu dengan membagi domainΩmenjadi himpunan dari

volume berhingga yang saling lepas. Domain yang dipartisi sebanyakiyang disebut grid atau mesh.

Tulus, Ariffin, Abdullah dan Norhamidi (2005) telah melakukan

peneliti-an mengenai aplikasi Computational Fluid Dinamic(CFD) dengan menggunakan metode volume hingga dalam tulisannya yang berjudulNumerical Simulation of In-Cylinder Gas Dynamic of Two-Stroke Linear Engines using Finite Volume Method.

Thomas J.W (2013) dalam bukunyaNumerical Partial Differential Equation Conservation Law and Elliptic Equation mengemukakan suatu formulasi umum dari hukum konservasi berikut

∂u ∂t +

∂f(u)

∂x = 0 inR×(0, T)

persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunaka metode volume hingga,

dimana akan dicari solusiU(xi, tn)atau dapat dinotasikan sebagaiUinyang kemu-dian dibentuk suatu grid terhadap domain xdan waktut. Andaikan terdapat suatu interval [a, b], maka untuk mencari solusinya dapat dipartisi sebanyak n, dimana n ∈N, sehinggax= (b−a)

n . Maka untukxi =a+i∆xdan kemudian terdapat∆t sehinggatn =n∆t. Dalam hal ini, dibentukcontrol volumepada diskritisasi yaitu suatu bidang dengan batasxyaituxi−1

2 danxi+ 1

2 sedangkan batas terhadaptyaitu

tn−1 dantnyang dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.6 sehingga dapat direpresenta-sikan oleh

Z xi+ 1

2

xi −12

Z tn tn−1

∂u ∂t +

∂f(u) ∂x

dtdx= 0

hal diatas akan sama dengan

Z xi+ 12

xi −12

Z tn tn1

∂u

∂tdtdx+ Z xi+ 12

xi −12

Z tn tn1

∂f(u)

(15)

Gambar 2.6: Control Volume

pada suku pertama integralkan terhadap batast, pada suku kedua integralkan terha-dap batasxsehingga diperoleh

Z xi+ 1

2

xi −12

u(x, tn)−u(x, tn−1)

dx+ Z tn

tn−1

f(u(xi+1

2, t))−f(u(xi− 1 2, t))

dt = 0

dengan mengaplikasikan pendekatanmid pointdapat ditunjukkan bahwa Z xi+ 1

2

xi −12

u(x, tn)−u(x, tn−1)

dx≈u(xi, tn)∆xi−u(xi, tn−1)∆xi

sedangkan pada fungsi flux dilakukan pendekatanleft pointdapat diperlihatkan bah-wa

Z tn tn−1

f(u(xi+1

2, t))−f(u(xi− 1 2, t))

dt≈f(u(xi+1

2, tn−1))∆ti

−f(u(xi−1

2, tn−1))∆ti

sehingga diperoleh

u(xi, tn)∆xi−u(xi, tn−1)∆xi+f(u(xi+1

2, tn−1))∆ti

−f(u(xi−1

2, tn−1))∆ti+Galat1 = 0.

Lakukan pendekatan upwind yang diilustrasikan oleh Gambar 2.7, dimana

pende-katan upwind dapat direpresentasikan oleh

f(u(xi+1

2, tn−1))≈f(u(xi, tn−1))

f(u(xi−1

(16)

Gambar 2.7: Upwinding

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat galat pada setiap pendekatan

numerik sehingga

u(xi, tn)∆xi−u(xi, tn−1)∆xi+f(u(xi, tn−1))∆ti

−f(u(xi−1, tn−1))∆ti+Galat1+Galat2 = 0

(2.6)

dengan Galat1= galat integrasi numerik dan Galat2=galat upwinding. Dalam hal

ini∆xi dan∆ti merupakan pias yang dapat ditentukan besarnya, jika∆xi dan∆ti menuju nol, maka galatnya pun akan menuju nol sehingga solusi numerik akan

mendekati solusi eksak. Oleh karenanya dapat kita lakukan pendekatanu(xi, tn)≈ U(xi, tn)sehingga persamaan (2.6) dapat ditulis

U(xi, tn)∆xi−U(xi, tn−1)∆xi+f(U(xi, tn−1))∆ti

−f(U(xi−1, tn1))∆ti = 0

jadi,

U(xi, tn) =U(xi, tn−1)− ∆ti ∆xi

f(U(xi, tn−1))−f(U(xi−1, tn−1))

(2.7)

Contoh

Terdapat suatu persamaan yang direpresentasikan oleh persamaan berikut

∂u ∂t +

1 2

∂u2

∂x = 0 inR×(0, T) (2.8)

dengan kondisi batas u(x,0) = 1−x2, tentukan solusi numerik dari persamaan

(17)

Penyelesaian

Persamaan (2.8) merupakan persamaan transport yang dikenal dengan sebutan

per-samaan Burger inviscid yang merupakan bentuk sederhana dari perper-samaan

diferen-sial pardiferen-sial nonlinier. Persamaaan Burger terkenal dengan solusinya berupa

gelom-bang kejut dan merupakan bentuk khusus dari model Buckley-Leverett.

Permasalahan ini dapat diselesaikan oleh beberapa metode, namun dalam

hal tulisan ini penulis akan menyelesaikan persamaan tersebut dengan

menggu-nakan metode volume hingga yang telah dijelaskan sebelumnya dengan melakukan

langkah-langkah yang dijelaskan sebelumnya yaitu dengan melakukan integrasi

se-perti persamaan (2.6.1)

Z xi+ 1

pada suku pertama integralkan terhadaptdan pada suku kedua integralkan terhadap x

pada suku pertama digunakan pendekatanmid pointdan pada suku kedua digunakan pendekatanleft pointsehingga diperoleh

u(xi, tn)∆xi−u(xi, tn−1)∆xi+

dengan menggunakan upwinding diperoleh

∆xi[u(xi, tn)−u(xi, tn−1)] + 1 2∆ti[u

2(x

i, tn−1)−u2(xi1, tn1)] = 0

dengan melakukan perhitungan al-jabar diperoleh

u(xi, tn) = u(xi, tn−1)− ∆ti 2∆xi[u

2(x

i, tn−1)−u2(xi−1, tn−1)]

Solusi numerik diatas dapat direpresentasikan oleh Gambar 2.8 yang

dipe-roleh melalui perhitungan menggunakan MATLAB dengan code yang tertera pada

Lampiran 2. Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat dua grafik dimana

(18)

persamaan (2.8) dapat diselesaikan secara numerik dengan menggunakan metode

volume hingga yang menjadi rujukan pada penelitian ini.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

explicit method

X

u(x,t)

Gambar

Gambar 2.1: Metode Pias
Gambar 2.2: Trapezoidal
Gambar 2.4: Aturan Titik Kanan
Gambar 2.5: Aturan Titik Kiri
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Pengantar Karya Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Game Edukasi Salah Salah Satu Media Kampanye Tentang Pentingnya

Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian dari Mulyanto (2014) yang menyatakan bahwa karakteristik pekerjaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

(2) Setiap orang atau badan yartg memiliki tempat usaha / kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) yang dalam pelaksanaannya menyimpang dari izin gangguan

4) Implementation (implementasi). mplementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang

Penyalahgunaan narkotika telah lama menjadi masalah serius diberbagai Negara. Pemidanaan penyalahguna narkotika dengan pidana penjara merupakan suatu penegakan hukum yang tidak

Padahal, untuk menghadapi tantangan dan percepatan diberbagai bidang termasuk pendidikan dan tuntutan pasar saja, maka setiap pelaku di perguruan yang memiliki kemampuan

tentang Kerajaan Allah adalah Yesus telah dipilih oleh Allah untuk menjadi wakil-. Nya dalam

Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah meberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program