• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Academic Self Management Pada Siswa Kelas Akselerasi SMP Harapan 2 dan SMP Al-Azhar Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Academic Self Management Pada Siswa Kelas Akselerasi SMP Harapan 2 dan SMP Al-Azhar Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut buku Dictionary of Education memiliki dua pengertian. Pertama, proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan,

sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di masyarakat dimana mereka

hidup. Kedua, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan

yang terpilih dan terkontrol (terutama yang datang dari sekolah), sehingga mereka

memperoleh dan atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individual yang optimal. Dengan demikian pendidikan pada

hakikatnya bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia seutuhnya yang

berkualitas dan berorientasi masa depan, seperti yang diamanatkan dalam GBHN.

Berdasarkan amanat tersebut dunia pendidikan dituntut untuk mencari solusi

dalam pengembangan dan inovasi dalam proses belajar mengajar yang mampu

mengakomodasi dan mengangkat serta mempercepat tujuan utama pendidikan

(Trianto, 2007).

Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

yang pada intinya memuat dua kegiatan utama yang harus dikembangkan dalam

proses pendidikan yaitu proses modernisasi dan proses sosialisasi. Proses

modernisasi mencakup kegiatan bidang pengajaran yang lebih mengacu pada

pengembangan kemampuan penalaran dan penguasaan sains dan teknologi.

(2)

memfokuskan pada pengembangan perilaku dan sikap hidup peserta didik,

mengatur diri dengan kehidupan dan budaya masyarakat lingkungannya, baik

lokal, regional, nasional maupun global (Ahmadi, 2011).

Berangkat dari amanat tersebut dunia pendidikan dituntut untuk mencari

solusi dalam pengembangan dan inovasi dalam proses belajar mengajar yang

mampu mengakomodasi dan mengangkat serta mempercepat tujuan utama

pendidikan itu sendiri. Salah satunya adalah pendidikan kelas akselerasi (Trianto,

2007).

Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

belajar terhadap siswa-siswa berinteligensi tinggi semakin meningkat, terlihat

dengan munculnya penyelenggaraan pendidikan kelas akselerasi di tingkat

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah

Umum (SMU) (Hawadi, 2006). Tujuan diadakannya kelas akselerasi ini adalah

untuk mewadahi siswa-siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Pada

umumnya dalam satu sekolah terdapat beberapa siswa yang memiliki kecerdasan

diatas rata-rata dibanding teman-temannya yang lain. Karena tidak adanya wadah

yang bisa menyalurkan kecerdasannya, maka siswa ini cenderung membuat

masalah di dalam kelas, dimana mereka cenderung tidak memperhatikan

pelajaran, santai, dan suka mengganggu teman di dalam kelas. Siswa yang

memiliki kecerdasan di atas rata-rata ini biasa disebut anak berbakat atau cerdas

istimewa. Keunggulan siswa-siswa ini dalam berbagai aspek seperti kemampuan

(3)

Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan

kepada peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan

materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih pendek

mereka dapat menyelesaikan pendidikannya (Ahmadi, 2011). Sedangkan Menurut

Hamalik (dalam Ahmadi, 2011) kelas akselerasi berarti memberi kesempatan

kepada siswa yang bersangkutan untuk naik ke tingkat kelas berikutnya lebih

cepat satu atau dua sekaligus. Hal ini tentu saja tidak dapat dipenuhi bagi semua

siswa yang belajar dan bagi yang mampu merupakan suatu kesempatan untuk

mempercepat studinya di sekolah tersebut sehingga dapat mempersingkat waktu

studinya.

Kelas akselerasi lebih menekankan pada kemampuan kognitif dibanding

kemampuan afektif dan psikomotorik, membuat pihak sekolah harus menerapkan

kurikulum nasional dan muatan lokal yang dimodifikasi dan dikembangkan

melalui sistem pembelajaran mencakup pengembangan spiritual, logika, etika, dan

estetika serta mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistematis,

linier, dan konvergen untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan.

Kurikulum tersebut menuntut siswa kelas akselerasi harus lebih aktif dan kreatif,

cepat dalam menyelesaikan masalah, kritis, tekun, dapat bekerja keras, berani

mengambil resiko, dapat menyesuaikan diri, serta dapat mengendalikan diri,

mandiri, disiplin dan bertanggung jawab, karena beban mereka tidak sama dengan

siswa yang ada pada kelas regular (Alsa, 2007). Pernyataan diatas juga dibenarkan

(4)

“… Dulu awal masuk sekolah aku masih sempat ikut ektrakurikuler tapi nggak lama kak, gak ada waktu lagi aja. Karna aku pulang sekolah jam 04.00 sore kak, soalnya disekolah ada pelajaran tambahan lagi kak. Pulang sekolah dirumah aku les privat lagi 3 kali seminggu. Rasanya kalo mau ikut ektrakurikuler capek kali kak, nggak sanggup lah…”

(Sumber : Wawancara Personal 4 Maret 2015)

Wawancara diatas menunjukkan banyaknya tuntutan dan harapan

kurikulum yang membuat siswa kelas akselerasi harus bekerja keras, mandiri,

disiplin, dan bertanggung jawab. Hal ini membuat mereka lebih banyak

menghabiskan waktunya untuk belajar ataupun mengikuti kursus akademik

dibanding bermain dengan teman-teman, bahkan dapat menimbulkan problem

sosial dan emosional (Alsa, 2007). Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2006)

menyatakan bahwa kelas akselerasi mempunyai kelemahan bagi siswa, di

antaranya adalah siswa akselerasi kemungkinan imatur secara sosial, fisik, dan

emosional. Siswa didorong untuk berprestasi dalam bidang akademik sehingga

siswa kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebaya dan siswa kehilangan

aktivitas sosial yang penting dalam usia sebenarnya.

Siswa kelas akselerasi merupakan siswa yang memiliki prestasi akademik

yang berbeda dengan siswa reguler pada umumnya. Namun pada kenyataannya

banyak siswa kelas akselerasi yang memiliki prestasi akademik yang biasa-biasa

saja bahkan rendah, tidak sedikit siswa program akselerasi yang dipindahkan ke

kelas regular. Hal ini terjadi karena nilai mata pelajaran yang menurun dan

keterlambatan dalam pengumpulan tugas yang sering dilakukan. Hal ini tentu

menjadi sebuah permasalahan karena pada hakikatnya siswa-siswi kelas akselerasi

(5)

yang dimiliki (Alfina, 2014). Seperti yang diungkapkan dari hasil wawancara

dengan salah satu siswa junior kelas akselerasi sebagai berikut :

“… Aku pernah dengar juga kak, kalo ada senior dulu yang sempat pindah kekelas regular, yang aku dengar kakak itu pindah kata senior yang lain karena nggak sanggup sama pelajarannya, jd pindah ke regular. Kakak itu pindah tetap dikelas regular sekolah ini kak, gak sampe pindah sekolah cuma pindah kelas aja…”

(Sumber : Wawancara Personal 4 Maret 2015)

Hasil wawancara tersebut diperkuat juga dengan hasil wawancara dengan

salah satu guru kelas akselerasi yang mengatakan sebagai berikut :

“…Dulu memang pernah ada siswa kami yang sampai pindah ke kelas regular karena nilainya yang semakin menurun. Mereka tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, tapi itu hanya satu sampai dua orang saja dan tidak setiap tahun ada siswa yang pindah kelas…”

(Sumber : Wawancara Personal 2 April 2015)

Savira (dalam Alfina, 2014) menjelaskan bahwa ketika siswa akselerasi

dengan berbagai harapan yang ada memiliki pengaturan diri yang buruk dalam

belajar, maka akan mengakibatkan tersia-sianya potensi yang dimiliki. Tidak

tertutup kemungkinan dapat berdampak negatif pada prestasi belajar yang

diperolehnya, bahkan dapat menjadi seorang Underachiever (berprestasi rendah).

Kelemahan kelas akselerasi tersebut diperkuat dengan adanya hasil

penelitian dari Saam (2010) terhadap siswa kelas akselerasi yang menunjukkan

bahwa ternyata siswa kelas akselerasi dan siswa kelas unggulan tidak terbebas

dari masalah terutama masalah dalam belajar. Selain itu hasil penelitian lain

menyatakan bahwa siswa akselerasi cenderung mengalami masalah-masalah

secara berurutan adalah masalah pribadi, hubungan sosial, kebiasaan belajar,

(6)

Berkaitan dengan tujuan pendidikan untuk menghasilkan orang-orang

yang mampu untuk mengedukasi diri sendiri, pelajar dituntut untuk mampu

mengatur hidup sendiri, mengatur tujuan, dan menyediakan penguat untuk diri

sendiri. Kehidupan yang penuh dengan tugas-tugas menuntut dibutuhkannya

kemampuan untuk melakukan Self Management. Salah satu kunci untuk menjadi

pelajar yang sukses adalah manajemen diri. Pelajar yang sukses akan mengatur

diri sendiri atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar,

menciptakan kondisi yang optimal untuk belajar, dan menghilangkan rintangan

yang dapat mengganggu proses belajar. Pelajar dengan Self Management yang baik akan melihat pembelajaran akademik sebagai sesuatu yang pelajar lakukan

untuk diri sendiri daripada sesuatu yang dilakukan oleh orang lain untuk pelajar

(Dembo, 2004).

Manajemen diri berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur

semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan kemampuan untuk mencapai

hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar

lebih sempurna (Gie, 2000). Menurut Gantina (dalam Supriyati, 2013) Self Management (pengelolaan diri) adalah prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri. Sedangkan menurut Astriyani (2010) Self Management merupakan suatu kemampuan untuk mengatur berbagai unsur di dalam diri

individu seperti pikiran, perasaan, dan perilaku, selain itu Self Management juga bermanfaat untuk mengatur diri individu seperti pikiran, perasaan, perilaku

individu dan juga lingkungan sekitarnya lebih memahami apa yang menjadi

(7)

ingin dicapai dengan menyusun berbagai cara atau langkah demi mencapai apa

yang menjadi harapan dan belajar mengontrol diri untuk merubah pikiran dan

perilaku menjadi lebih baik dan efektif.

Dembo (2004) menyatakan bahwa Self Management merupakan suatu faktor pengontrol yang mempengaruhi proses belajar. Hal itu membangun kondisi

yang optimal untuk belajar dan menghilangkan hambatan buruk yang

mengganggu dalam belajar. Academic Self Management adalah suatu strategi yang digunakan oleh pelajar untuk mengontrol faktor-faktor yang menghambat

dalam belajar.

Dembo (2004) menyatakan bahwa untuk dapat belajar dengan baik

seorang siswa harus memiliki kemampuan Self Management yang baik pula. Setiap siswa harus mengatur dan mengelola dirinya dengan baik terutama dalam

belajar. Self Management dalam belajar adalah suatu kemampuan yang berkenaan

dengan keadaan diri sendiri dan ketrampilan dimana individu mengarahkan

pengubahan tingkah lakunya sendiri untuk belajar dengan pemanipulasian

stimulus dan respon baik internal maupun eksternal. Dengan kata lain Self Management dalam belajar merupakan kemampuan individu dalam mengelola potensi diri dan potensi lingkungan untuk mengatur perilakunya dalam belajar.

Gustina (2009) juga menyatakan bahwa apabila individu memiliki Self Management yang kurang baik, maka akan ada kecenderungan bahwa individu tersebut tidak mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan yang ada

dalam dirinya. Oleh sebab itu, dengan adanya permasalahan-persamasalahan yang

(8)

Management pada siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 dan SMP Al-Azhar Medan.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

gambaran Academic Self Management pada siswa kelas akselerasi SMP Harapan

2 dan SMP Al-Azhar Medan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Academic Self Management pada siswa kelas akselerasi.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu:

manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

pengujian teori-teori yang terdapat dalam bidang psikologi pendidikan khususnya

yang berkaitan dengan Academic Self Management. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan penelitian dalam psikologi

pendidikan sehingga hasil penelitian nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai

(9)

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah yang

bersangkutan mengenai gambaran Academic Self Management pada siswa kelas akselerasi, sehingga pihak sekolah dapat memahaminya dan membuat

suatu kebijakan tertentu terkait dengan hal tersebut.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti

lain untuk melakukan penelitian serupa yang berkaitan dengan Academic Self Management.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini berisi:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

Bab II : Landasan teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis dan teori-teori yang menjelaskan dan

mendukung data penelitian, diantaranya adalah teori mengenai

Academic Self Management dan teori mengenai kelas akselerasi. Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel, definisi

operasional, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, metode

(10)

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil

penelitian, hasil penelitian tambahan serta pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka meningkatkan reputasi jurnal ilmiah nasional menjadi jurnal bereputasi internasional dan terindeks, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Direktorat

Baku  Mutu  Air  Limbah  Bagi  Usaha  dan/atau  Kegiatan  Eksplorasi  dan  Produksi  Panas  Bumi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini;..

[r]

[r]

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2009 Tanggal : 7 April 2009 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL

Guru memegang peranan penting terhadap proses belajar peserta didik melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang

Maka dari itu sangat mungkin tenaga yang hilang tersebut dimanfaatkan kembali untuk energy alternative di kapal, salah satunya adalah pemanfaatan energy dari

Dengan menggunakan media pembelajaran berupa board game edukasi, diharapkan dapat meningkatkan minat pada aksara jawa, meningkatkan pemahaman siswa dalam membedakan