• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Perpustakaan yang Menarik Minat Berkunjung ke Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lingkungan Perpustakaan yang Menarik Minat Berkunjung ke Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Perpustakaan

Pengertian perpustakaan menurut Sutarno (2006: 11-12):

Perpustakaan yaitu suatu ruangan, bagian dari gedung/ bangunan, atau gedung tersendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca.

Menurut UUD No. 43 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1:

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Melengkapi pendapat di atas Lasa (2005: 48) menyatakan bahwa pengertian perpustakaan adalah:

Sistem informasi yang di dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian serta penyebaran informasi. Informasi meliputi produk intelektual dan artistik manusia. Pelaksanaan aktivitas tersebut memerlukan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal atau nonformal di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan adalah suatu tempat mendapatkan beberapa informasi dari sumber-sumber seperti koleksi yang telah diatur dan diolah secara profesional sehingga memudahkan pengguna dalam mencari informasi tersebut guna memenuhi kebutuhan pemustaka dan suatu tempat untuk mengembangkan informasi dan pengetahuan yang dikelola oleh lembaga pendidikan sebagai sarana edukatif.

2.2Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

▸ Baca selengkapnya: program perpustakaan sd yang menarik

(2)

5

Selanjutnya menurut pendapat Syahrial-Pamuntjak (2000: 4):

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan unversitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi. Tujuannya membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program pengajaran.

Sedangkan pengertian lainnya dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, Depdiknas (2004: 3):

Perpustakaan perguruan tinggi adalah unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tinggi. Yang dimaksud dengan perguruan tinggi adalah universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lainnya yang sederajat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi yang bertujuan untuk membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program belajar mengajar agar tercapainya visi dan misi serta membantu pengguna khususnya mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

2.2.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut Depdiknas (2004: 3) sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misi, Perpustakaan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu perpustakaan harus mampu mendukung pencapaian tujuan menyediakan bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksana evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

(3)

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni civitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

2.2.3 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut pendapat Hemawan dan Zulfikar (2006: 34):

Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang tri dharma Perguruan Tinggi, yaitu penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Secara khusus adalah untuk membantu para dosen dan mahasiswa, serta tenaga kependidikan di perguruan tinggi dalam proses pembelajaran.

Sedangkan pendapat Hasugian (2009: 80) mengatakan:

Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan tri dharma Perguruan Tinggi.

(4)

7

Dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah membantu pengguna dengan memberikan layanan informasi dan menyediakan materi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam kegiatan belajar atau dalam kegiatan penelitiannya serta membantu dosen dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

2.2.4 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut Sutarno (2006: 53) Tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah: Menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya, dan melayani masyarakat pengguna, yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.

Sedangkan menurut Syahrial-Pamuntjak (2000: 2) menyatakan, “perpustakaan mempunyai tugas sebagai pengantar ilmu dan informasi yang terhimpun itu kepada masyarakat yang memerlukannya dan menarik orang untuk mempergunakan koleksi perpustakaan”.

Selain itu dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, Depdiknas (2004: 3) menyatakan, “tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi, mengolah dan merawat bahan perpustakaan, memberi layanan, serta melaksanakan administrasi perpustakaan”.

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai pusat sumber informasi yang menghimpun, mengolah, dan memberi layanan kepada sivitas akademika perguruan tinggi.

2.3Lingkungan Perpustakaan

2.3.1 Lingkungan

Menurut pendapat Irwan (1992: 108) bahwa:

(5)

dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut, penggolongan itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Lingkungan Abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfer, hara mineral, air, tanah dan api.

2. Lingkungan Biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abotik.

Selanjutnya menurut Grand yang dikutip oleh Suwandi (2005: 25) Pengertian lingkungan perpustakaan adalah:

Lingkungan dari semua faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi pengambilan keputusan perpustakaan serta hasil pelaksanaannya. Masalah-masalah yang ada pada semua faktor tersebutakan mempengaruhi perpustakaan. Lingkungan perpustakaan harus memiliki kenyamanan dan ketenangan sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna yang berkunjung ke perpustakaan.

Menurut Grand yang dikutip oleh Suwandi (2005: 25), aspek-aspek dari lingkungan perpustakaan yang nyaman yaitu:

1. Memiliki sistem pencahayaan yang baik. 2. Memiliki sirkulasi udara.

3. Kenyamanan ruang.

4. Sistem warna dinding yang sesuai.

5. Pengaturan suara di dalam suatu ruangan.

Dapat disimpulkan bahwa lingkungan perpustakaan adalah lingkungan yang berada di dalam perpustakaan yang sangat mempengaruhi pada semua kegiatan di perpustakaan yang tujuannya adalah memberi kepuasan dalam bentuk kenyamanan kepada pengguna atau pengunjung perpustakaan.

2.3.1.1Sistem Akustik

Menurut pendapat Lasa (2005: 164) bahwa:

Sistem Akustik juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh pustakawan. Menurut Lasa kenyamanan ruangan dipengaruhi oleh kenyamanan suara, baik dari dalam ruangan atau dari luar. Suara dari dalam mungkin ditimbulkan oleh bunyi mesin (ketik, komputer, fotokopi, penjilidan, AC, kipas angin) suara orang, langkah orang. Oleh karena itu dalam mendesain ruang perpustakaan perlu diperhatikan adanya suara/ bunyi yang dapat menetukan tingkat gangguan bagi manusia.

(6)

9

perpustakaan harus memperhatikan dalam merancang atau mendesain ruang perpustakaan.

2.3.1.2 Sistem Ventilasi

Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, Depdiknas (2004: 130):

1. Ventilasi pasif

Bangunan perpustakaan yang direncanakan dengan pemanfaatan ventilasi pasif (alam) haruslah didirikan dengan mempertimbangkan kondisi angin tempat bangunan perpustakaan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk perancangan perpustakan dengan ventilasi pasif adalah sebagai berikut:

a. Menempatkan lubang ventilasi jendela/ lubang angin pada sisi dinding yang berhadapan

b. Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah angina

c. Mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding dengan persyaratan dan fasilitas ruang.

Persyaratan dan fasilitas ruang dengan luas ruang sekurang-kurangnya 10% dari luas ruang yang bersangkutan. Penentuan letak lubang ventilasi perlu diperhatikan agar kondisi ruang mempunyai tingkat kelembaban (relative humidity) yang rendah sehingga keamanan koleksi buku dan pustaka yang lain dapat terjamin.

2. Ventilasi aktif

Bangunan perpustakaan dapat direncankan dengan menggunakan sistem ventilasi aktif atau sistem pengawaan buatan.

Merencanakan ruang perpustakaan perlu dibuat ruangan yang nyaman. Kondisi ruangan akan mempengaruhi kemampuan manusia dalam melaksanakan pekerjaan fisik dan mental.

Menurut Lasa (2005:168) untuk mengetahui kenyamanan udara, diperlukan pemasangan alat pengatur suhu:

1. Memasang AC (air conditioner) untuk mengatur udara di dalam ruangan.

2. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik, misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung.

3. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam ruangan.

(7)

aktif, karena dengan merancang ventilasi yang baik di setiap ruangan dapat mempengaruhi pengguna dalam melakukan kegiatannya, dan juga dapat mengatur kelembaban yang rendah di suatu ruangan agar menjamin keamanan koleksi.

2.3.1.3 Temperatur Ruangan

Temperatur ruangan merupakan hal yang penting dalam memberikan kenyamanan bagi pengguna serta dalam pemeliharaan dan perawatan bahan pustaka. Kestabilan temperatur perlu diperhatikan agar pengguna dalam ruangan tersebut betah dan koleksi perpustakaan dapat terhindar dari kerusakan dokumen.

Menurut Lasa (2005:163), “apabila temperatur lebih rendah dari 170 C, berarti temperatur udara berada di bawah tubuh untuk menyesuaikan diri (35% di bawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan”.

Dengan demikian temperatur ruangan dapat mempengaruhi lama tidaknya pengguna di dalam ruangan. Pengguna yang mengalami kedinginan ataupun kepanasan akan merasa tidak nyaman sehingga diperlukan kestabilan temperatur yang disesuaikan dengan tubuh manusia. Selain temperatur, yang perlu diperhatikan juga yaitu kelembaban. Kelembaban ini juga dapat mempengaruhi kenyamanan ruangan.

Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, Depdiknas (2004:131), Tingkat pengkondisian ruang yang diinginkan ialah sebagai berikut:

Temperatur 22-240o C (untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan ruang kerja).

Temperatur 200 oC (untuk ruang komputer). Kelembaban 45-45%.

(8)

11

Dapat disimpulkan bahwa temperatur ruangan menjadi hal yang harus diperhatikan di dalam ruangan perpustakaan. Hal ini dilakukan agar kondisi temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan tetap stabil serta koleksi perpustakaan dapat terjamin keawetannya.

2.3.1.4Pencahayaan Ruangan

Menurut pendapat Harvey dalam Dewiyana, Himma (2015: 7) menyatakan bahwa:

Dalam mengontrol lingkungan tempat penyimpanan, cahaya adalah satu hal yang diperhatikan di dalamnya. Cahaya yang terlalu terang akan merusak bahan pustaka karena dalam cahaya lampu terdapat gelombang ultra violet yang dapat merusak bahan pustaka, sementara bila terlalu gelap pun akan membuat bahan pustaka menjadi rusak. Oleh karena itu, pencahayaan yang baik tidak lebih dari 50 lux untuk ruang penyimpanan sementara untuk ruang baca boleh hingga 100 lux dengan tingkat ultra violet yang kurang dari 75 mikrowatt.

Seperti yang dinyatakan Suma’mur yang dikutip oleh Lasa (2005:168-169) Perpustakaan memerlukan cahaya yang cukup.Hal ini dikarenakan kegiatan di perpustakaan sebagian besar merupakan kegiatan membaca. Cahaya kadang menyilaukan, bahkan kadang menimbulkan hal-hal yang tidak dingikan, seperti:

1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. 2. Kelelahan mental

3. Keluhan pegal di daerah mata 4. Keluhan kerusakan alat penglihat 5. Meningkatkan kecelakaan

Selanjutnya menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2007: 131-132):

Pembagian area/ ruang yang berdasarkan pada kemungkinan penerapan sistem penerangan yang efisien baik dari penerangan alami maupun penerangan buatan, dapat dilakukan dengan cara menempatkan ruang-ruang yang memerlukan intensitas terang yang kuat (ruang-ruang baca) pada area dekat jendela, dan sebaliknya menempatkan area yang memerlukan sedikit intensitas terang pada area yang jauh dari sumber cahaya alami.

(9)

1. Menghindari sinar matahari langsung

2. Memilih jenis lampu yang dapat memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat, misalnya lampu pijar akan memberikan cahaya yang bersifat setempat, lampu TL/PL/Fluorescent akan memberikan cahaya yang merata (Difused), sedangkan lampu sorot akan memberikan cahaya yan terfokus pada obyek tertentu.

Penggunaan lampu TL/Fluorescent sebagai alat penerangan sebaiknya dengan menggunakan komponen lampu TL yang baik sehingga dapat mengurangi getaran yang timbul dari sumber cahaya tersebut.

Sedangkan menurut Kepmenkes RI No.14045/MENKES/XI/2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri:

Standar kadar intensitas cahaya yaitu minimal 100 Lux. Nilai pencahayaan (lux) yang terlalu rendah akan berpengaruh terhadap proses akomodasi mata yang terlalu tinggi, sehingga akan berakibat terhadap kerusakan retina pada mata. Upaya pencahayaan agar memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan, seperti pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiki intensitas sesuai dengan peruntukannya. Penempatan bola lampu yang baik dapat menghasilkan penyinaran yang optimum. Bola lampu yang terlihat mulai berdebu sebaiknya dibersihkan dan bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pencahayaan ruangan harus diperhatikan karena hal ini sangat berdampak pada pemustaka dan bahan pustaka. Apabila pencahayaan ruangan tidak sesuai dengan standar maka akan mengakibatkan penurunan gairah membaca pemustaka dan terjadinya kerusakan pada bahan pustaka. Pengaturan intensitas cahaya harus sesuai dengan standar kadar intensitas cahaya yaitu minimal 100 Lux.

2.3.2 Gedung dan Ruang Perpustakaan

Menurut pendapat Lasa (2005: 147) bahwa:

(10)

13

mutlak perlu ada sebab perpustakaan tidak mungkin digabungkan dengan unit kerja lainnya di dalam satu ruangan.

Dalam membangun gedung perpustakaan ada beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan.

Menurut Sutarno (2006:80-81), aspek yang perlu diperhatikan pada unsur gedung adalah:

a. Lokasi, harus di tempat yang mudah dan ekonomis didatangi masyarakat pemakainya.

b. Luas tanah (jika perpustakaan menempatkan gedung tersendiri), diusahakan cukup menampung bangunan gedung, dengan kemungkinan perluasan dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang. c. Luas gedung atau ruangannya harus cukup menampung ruang koleksi

bahan pustaka, ruang baca dengan kapasitas minimal 10 % dari jumlah masyarakat yang akan dilayani, ruang layanan, ruang kerja pengolahan dan administrasi.

d. Ruangan-ruangan lain yang diperlukan, seperti gudang dan kamar kecil.

e. Konstruksi, mencakup aspek kekuatan dan pengamanan. f. Cahaya di dalam ruang harus tenang.

g. Kesejukan di dalam ruangan dan pertukaran udara/ ventilasi harus baik.

h. Lingkungan yang tenang.

i. Tempat parkir kendaraan secukupnya. j. Taman, dan lain-lain.

(11)

perpustakaan. Ruang perpustakaan pada dasarnya disediakan untuk koleksi, pengguna, staf atau pegawai (pustakawan), dan keperluan lainnya.

Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000: 18), pada dasarnya setiap perpustakaan, besar ataupun kecil memerlukan ruangan yang berikut:

1. Ruangan untuk menyimpan buku, majalah dan bahan rekaman lain 2. Ruangan untuk membaca

3. Ruangan untuk mengadakan administrasi peminjaman 4. Ruangan kerja untuk pegawai

5. Ruangan kantor kepala perpustakaan

Menurut Perpustakaan Nasional RI: Standar Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan dan Kepustakawanan (2011: 6):

Perpustakaan menyediakan gedung dengan ruang yang cukup untuk koleksi, staf dan penggunanya. Perpustakaan harus menyediakan ruang sekurang-kurangnya 0,5 m2 untuk setiap mahasiswa.

1. Ruang koleksi

Areal koleksi seluas 45% yang terdiri dari ruang koleksi buku, ruang multimedia, ruang koleksi majalah ilmiah.

2. Ruang pengguna

Ruang pengguna seluas 30% yang terdiri dari ruang baca dengan meja baca, meja baca berpenyekat, ruang baca khusus, ruang diskusi, lemari katalog/komputer, meja sirkulasi tempat penitipan tas dan toilet.

3. Ruang staf

Ruang staf perpustakaan seluas 25% terdiri dari ruang pengolahan, ruang penjilidan, ruang pertemuan, ruang penyimpanan buku yang baru diterima, dapur dan toilet.

Selain ruangan-ruangan ini, dapat pula disediakan ruangan ruangan lain jika keadaan menginzinkan. Misalnya ruangan untuk mengadakan pertemuan, diskusi, ruangan untuk membaca microfilm dan sesuai dengan keperluan masing-masing perpustakaan.

Adapun pembagian persentase yang diberikan untuk ruang-ruang tersebut menurut Soedibyo (1987: 148), alokasinya sebagai berikut:

1. 25 % untuk keperluan pemakai 2. 50 % untuk keperluan koleksi

3. 25 % untuk keperluan ruang kerja petugas

(12)

15

1. Ruang administrasi, diperlukan meja dan kursi-meja, meja dan kursi khusus untuk pengetik; mesin tik, almari, filing cabinet.

2. Ruang pelayanan teknis, memerlukan meja dan kursi petugas (sesuai dengan jumlahnya); almari, kereta buku, almari katalog, filing cabinet. 3. Gudang, diperlukan almari, rak buku.

4. Ruang penjilidan dan penggandaan. Untuk penjilidan diperlukan alat pemotong kertas, alat penjilid, alat press, gunting, dan lainnya. Untuk penggandaan diperlukan mesin stensil, meja dan kursi petugas, almari, alat fotocopy.

Dari uraian di atas dapat dimpulkan bahwa fasilitas yang disediakan untuk tiap ruangan tentu saja berbeda-beda. Ruangan difasilitasi sesuai kebutuhan kegiatan yang dilakukan di ruangan tersebut sehingga kegiatan di perpustakaan menjadi lebih efisien dan efektif.

2.4Minat Berkunjung

2.4.1 Pengertian Minat Berkunjung

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 744) bahwa: Minat diartikan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, atau keinginan yang kuat. Berkunjung diartikan pergi atau datang untuk melihat sesuatu. Jadi minat berkunjung itu sendiri adalah keinginan yang kuat untuk berkunjung (membeli jasa yang ada), dalam hal ini jasa perpustakaan.

Sedangkan menurut Lasa (2006: 26-27)

Minat, kebiasaan, dan budaya baca perpustakaan ketiga istilah itu merupakan kata-kata yang mengandung pengertian yang saling berhubungan. Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecendrungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang tersebut terhadap sesuatu. Minat baca seseorang dapat diartikan sebagai kecendrungan hati yang tinggi orang tersebut kepada suatu sumber bacaan tertentu. Budaya adalah pikiran atau akal budi yang tercermin di dalam pola pikir, sikap, ucapan, dan tindakan seseorang didalam hidupnya.

Selanjutnya menurut Sutarno (2006: 256-258) minat dan budaya baca masyarakat rendah, hal itu terjadi pada kelompok masyarakat yang menghadapi beberapa keterbatasan seperti:

1. Akses informasi dari dan ke perpustakaan

2. Tingkat pendidikannya yang masih berada di bawah standar 3. Kondisi sosial ekonominya kurang menguntungkan

(13)

5. Apresiasi dan respon masyarakat masih perlu ditingkatkan

Lebih lanjut Sutarno menyatakan (2006: 261-264) minat baca masyarakat harus dilakukan dengan beberapa cara:

1. Mulai sejak usia anak-anak (dini). 2. Dilakukan secara terus-menerus.

3. Tersedia bahan bacaan yang mencukupi, baik jumlah, jenis, dan mutu. 4. Ditanamkan suatu kebiasaan.

5. Lingkungan yang mendukung. 6. Adanya suatu kebutuhan.

7. Menghadapi tantangan, target, dan penyelesaian masalah.

8. Tersedia fasilitas dan kemudahan seperti teknologi informasi dan peralatan yang lain.

2.4.2 Tujuan Kunjungan

Menurut Sutarno (2006: 122) bahwa:

Tujuan kunjungan antara pengguna yang satu berbeda dengan pengguna lainnya, karena pengguna yang datang ke perpustakaan memiliki kepentingan masing-masing. Ada bertujuan memanfaatkan fasilitas yang ada di perpustakan atau hanya sekedar duduk dan membaca buku dengan tujuan bersantai sambil menunggu jam kuliah yang akan berlangsung. Biasanya pengguna berkunjung ke perpustakaan dengan tujuan utama untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan untuk bahan kuliah atau penelitian seperti buku, tesis, majalah ilmiah, dan koleksi-koleksi lainnya. Dari uraian pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan pengguna berkunjung perpustakaan berbeda-beda karena pengguna perpustakaan memiliki kepentingan masing-masing. Ada pengguna perpustakaan yang hanya sekedar membaca buku atau menfaatkan fasilitas perpustakaan.

2.4.3 Faktor-Faktor Minat Berkunjung

Faktor yang menjadi pendorong atas bangkitnya minat baca ialah ketertarikan, kegemaran dan hobi, membaca, dan pendorong tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan membaca. Berseminya budaya baca adalah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai, baik, jenis, jumlah, maupun mutunya.

Menurut Sutarno (2006:123), faktor kunjungan ke perpustakaan dipengaruhi oleh:

(14)

17

2. Mereka membutuhkan sesuatu diperpustakaan 3. Tertarik dengan perpustakaan

4. Merasa senang dengan perpustakaan 5. Dilayani dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Pembahasan promosi dilakukan agar mudah sales promotion eksekutif, melakukan Penyajian produk, kecepatan (speed) promotion, seberapa cepat agar dipahami oleh

a. Semakin berkembangnya media massa sekarang ini mempengaruhi cepatnya informasi sampai pada pengamatnya. Informasi yang beredar dengan sangat cepat terkadang

Berangkat dari uraian latar belakang, maka permasalahan secara umum dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :’Apakah terdapat pengaruh penggunaan

jamur karena petis merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan jamur dengan kandungan karbohidrat dan kadar gula yang tinggi akan dijadikan sebagai sumber energi untuk

The presence of spinel, corundum, and cristobalite resulted in increased of density, hardness, bending strength and thermal expansion coefficient, while for porosity, the opposite

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam pembelajaran matematika yang berkaitan dengan kemampuan representasi matematis siswa

Metafora je preneseno zna č enje koje se proteže kroz cijelu reklamu i na taj na č in prenosi samu poruku. prosinca 2012.) Metafori č ko zna č enje ove reklame poruke bilo bi to

Kegiatan pengajian manaqib malam sebelas dilaksanakan dimushola serta diserambi bawah / lantai satu pondok pesansantren Darul Qur’an pada pukul 22.00 sampai dengan