• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Konsentrasi Belajar Yang Di Nilai Secara Subjektif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Di Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Konsentrasi Belajar Yang Di Nilai Secara Subjektif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Di Medan Belawan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai komponen pembelajaran merupakan faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor yang berperan penting dalam belajar seorang siswa. Agar tujuan belajar dapat tercapai dengan prestasi belajar yang maksimal, maka dibutuhkan konsentrasi dalam belajar. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain: suara, pencahayaan, dan suhu.

2.1.1 Definisi Konsentrasi Belajar

Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemutusan fungsi jiwa terhadap suatu objek. Misalnya konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya. Dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat dalam suatu pelajaran. Menurut Slameto (2003) bahwa dalam belajar , berkonsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

2.1.2 Aspek-aspek konsentrasi belajar

Menurut Nugroho (2007), aspek-aspek konsentrasi belajar sebagai berikut: a. Pemusatan pemikiran

Suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan, kenyamanan, perhatian seseorang dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi.

b. Motivasi

(2)

c. Rasa khawatir

Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal dalam melakukan pekerjaan.

d. Perasaan tertekan

Perasaan seseorang yang bukan dari individu melaikan dorongan/tuntunan dari orang lain maupun lingkungan.

e. Gangguan pemikiran

Hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu maupun orang sekitar sendiri misalnya: masalah ekonomi, keluarga, ataupun masalah individu. f. Gangguan kepanikan

Hambatan dalam berkonsentrasi dalam bentuk rasa was-was akan menunggu hasil yang akan dilakukan maupun yang dilakukan oleh seseorang tersebut. g. Kesiapan belajar

Kesiapan seseorang yang sudah siap menerima pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi

Keberhasilan dalam pemusatan pikiran sebagian besar tergantung pada individu itu sendiri. Ditempat yang paling tepat sekalipun untuk belajar, orang masih berkonsentrasi karena pikiranya melayang-layang ke hal-hal lain diluar bahan yang dihadapinya.

Beberapa gangguan yang dapat menyebabkan kehilangan konsentrasi menurut Nugroho (2007) antara lain :

1. Tidak memiliki motivasi diri

Motivasi kuat yang timbul dari dalam diri seseorang siswa akan dapat mendorongnya belajar.

2. Kondisi kesehatan siswa

Kondisi kesehatannya yang sedang terganggu. 3. Siswa merasa jenuh.

(3)

4. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif

Suasana yang ramai, bising, tentu saja sangat menganggu siswa yang ingin belajar dalam suasana tenang

5. Tempat dan letak sekolah

Pembangunan gedung sekolah yang tidak jauh dari hiruk pikuklalu lintas, pabrik-pabrik, pasar dapat menimbulkan kebisingan dan kegaduhan di dalam kelas. Keramaian sayup-sayup terdengar dari dalam kelas sehingga anak tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.Seseorang yang hilir mudik atau bercakap-akap disekitar anak walau hanya sebentar saja dapat menyebabkan anak tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, apalagi bila berbagai gangguan di luar sekolah seperti kebisingan dan hiruk pikuk yang ditimbulkan oleh pabrik, lalu lintas, maupun pasar dirasakan oleh anak didik setiap harinya. Suara bising dari knalpot kendaraan bermotor juga tidak jarang mengejutkan peserta didik yang sedang berkonsentrasi menerima materi pelajaran dari guru. Sekolah yang dibangun dekat dengan tempat pembuangan akhir sampah juga dapat mengganggu kegiatan Belajar siswa. Bebagai hal tersebut tentu dapat berdampak buruk bagi prosesbelajar peserta didik. Oleh karena itu, akan sangat bijaksana apabila penbangunan gedung sekolah diletakkan pada tempat-tempat yang jauh dari hiruk pikuk lalu lintas, pabrik, pasar, maupun tempat-tempat keramaian lainnya dan juga tempat-tempat yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap seperti tempat pembuangan akhir. Mengingat banyak pengaruh yang kurang menguntungkan bila gedung sekolah dibangun dekat dengan tempat-tempat tersebut(Nurmalia, 2010).

2.2. Kondisi Belajar 2.2.1. Defenisi

(4)

learning is inferred from a difference in human being’s performance before and

after being placed in a learning situation”. Terjadinya belajar pada manusia dapat

disimpulkan bila terdapat penampilan atau kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan dalam situasi belajar. Dengan kata lain, ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ditempatkan pada situasi tersebut atau dua kategori, yaitu sebagai berikut :

a. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.

b. Kondisi eksternal (external condition) adalah situasi perangsangan diluar diri si pelajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk tiap kasus. Jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi internal berbeda pula.

2.2.2 Masalah Belajar Internal dan Eksternal

Secara umum, kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi belajar yang pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisi emosional siswa sedang labil maka proses belajar akan mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang berada disekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar. Dalam hal pembelajaran, maka problematika (masalah-masalah) pembelajaran dikategorikan ke dalam dua hal berdasarkan sifatnya, yaitu internal dan eksternal. Masalah belajar internal adalah masalah-masalah yang timbuh didalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurang beresan siswa dalam belajar.

(5)

a. Kesehatan. b. Keamanan.

c. Faktor kemampuan intelektual.

d. Faktor efektif seperti perasaaan dan percaya diri. e. Motivasi.

f. Kematangan untuk belajar. g. Latar belakang sosial. h. Kebiasaan belajar. i. Kemampuan mengingat. j. Usia.

k. Jenis kelamin.

l. Kemampuan mengindera seperti melihat, mendengar, atau merasakan.

Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luas diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurang beresan dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti berikut :

a. Kebersihan rumah. b. Udara yang panas.

c. Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat. d. Alat-alat pelajaran yang tidak memenuhi syarat. e. Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah. f. Kualitas proses belajar mengajar.

2.3 Kebisingan

2.3.1 Definisi Kebisingan

Kebisingan adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh karena itu dapat menimbulkan gangguan psikologis maupun kurangnya rasa nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur dan emosi sehingga dapat menyebabkan kelelahan kerja akibat terpapar bising (Hartono, 2007).

(6)

tempat yang salah. Berdasarkan Permenkes No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang disebut dengan kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga menganggu dan atau membahayakan kesehatan. Sumber kebisingan dapat berasal dari pabrik atau kawasan industri, pesawat terbang, kendaraan bermotor, kereta api, tempat-tempat umum dan tempat niaga.

Dalam menentukan kebisingan akan memberikan efek pada kesehatan manusia sesuai dengan lokasi kebisingan. Permenkes tersebut menyebutkan ada 4 zona, yaitu :

a. Zona A adalah zona bagi tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan, kesehatan atau social dan sejenisnya.

b. Zona B adalah zona bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.

c. Zona C adalah zona perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan sejenisnya.

d. Zona D adalah zona bagi industi, pabrik, stasium kereta api, terminal bus dan sejenisnya.Syarat kebisingan

Untuk ke 4 zona tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Tabel 2.1 Lokasi dan Tingkat Kebisingan

No Zona

Tingkat Kebisingan dB(A) Maksimum yang

dianjurkan Maksimum yang diperoleh

1 Zona A 35 45

2 Zona B 45 55

3 Zona C 50 60

4 Zona D 60 70

Suara atau bunyi dapat diukur dengan suatu alat yang disebut sound level meter. Alat ini mengukur intensitas atau kekerasan suara yang dinyatakan dalam

(7)

mulai dapat didengar, 10-30 dB sangat tenang, 30-50 dB tenang, 50-75 dB agak keras, 75-100 dB sangat keras, 100 dB keatas sangat menyakitkan. Pajanan terhadap suara atau bunyi melampui batas aman dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketulian sementara atau permanen.(Chandra, 2005)

Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pengaruhnya berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskular dalam bentuk peningkatan tekanan darah dan peningkatan denyut nadi. Apabila kondisi tersebut tetap berlangsung dalam waktu lama, akan muncul reaksi psikologis berupa penurunan konsentrasi dan kelelahan.

2.3.2 Jenis-jenis Kebisingan

Secara umum kebisingan dapat dikelompokkan berdasarkan kontiniuitas, intesitas, dan spectrum frekuensi suara yang ada, seperti berikut:

1. Steady state and narrow band noise

Kebisingan yang terus-menerus dengan spektrum suara yang sempit seperti suara mesin dan kipas angin.

2. Nonsteady state and narrow band noise

Kebisingan yang tidak terus-menerus dengan spectrum suara yang sempit seperti suara mesin gergaji dan katup udara.

3. Kebisingan intermiten

Kebisingan semacam ini terjadi sewaktu-waktu dan terputus, misalnya, suara pesawat terbang, kereta api, dan kendaraan bermotor.

4. Kebisingan impulsive

Kebisingan yang implusif atau memekakan telinga, misalnya bunyi meriam atau ledakan bom.

2.3.3 Efek Kebisingan

(8)

1. Efek pendengaran, terdiri dari :

a. Pengerseran nilai ambang batas sementara (Temporary Threshold Shift) Bersifat sementara dan non patologis.

b. Pengeseran nilai ambang batas menetap (Permanent Thereshold Shift) Bersifat patologis dan menetap.

Terjadi ditempat kerja karena trauma akustik dan kebisingan dan Terjadi bukan tempat kerja

2. Efek terhadap bukan pendegaran, gangguannya berupa : a. Penyakit akibat stress

b. Kelelahan

c. Perubahan penampilan d. Gangguan komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan utama mereka adalah biaya rendah (silikon vs tembaga), bandwidth sinyal yang luas dan kekebalan dari gangguan yang disebabkan oleh elektromagnetik radiasi, seperti

Apabila ada peserta yang keberatan atas pengumuman ini dapat mengajukan sanggahan melalui LPSE kepada Panitia Pengadaan mulai tanggal 17 - 21 September 2012. Demikian

untuk mengajukan sanggahan secara Online melalui portal LPSE (http://lpse.jatengprov.go.id) kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Kelet - Jepara,

kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara Online melalui portal LPSE (http://lpse.jatengprov.go.id) kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Kelet - Jepara,

Metode yang dilakukan untuk uji aktivitas antioksidan adalah metode pemerangkapan radikal bebas 1,1- diphenyl-2-picryhydrazil (DPPH) dan kandungan fenolik total metode

Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sidoarjo (Lembaran Daerah Nomor 3

Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dikategorikan mempunyai sikap yang baik sebanyak 31 (72,1%) responden, dan 12 (27,9%) responden dikategorikan

Kegiatan abdimas yang dilakukan adalah melakukan pendampingan kegiatan peningkatan kualitas masyarakat melalui strategi usaha (UMKM) dalam menghadapi pandemi covid 19 pada