• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia

sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup yang mendasar karena setiap orang

memerlukan tanah tidak hanya pada masa hidupnya, tetapi pada saat meninggal pun

manusia membutuhkan tanah guna tempat penguburannya. Selain itu, tanah juga

sangat penting pada masa pembangunan sekarang ini, dan pada kehidupan ekonomi

masyarakat dewasa ini telah membuat tanah menjadi komoditas dan faktor produksi

yang dicari oleh manusia.

Dalam masyarakat kita, perolehan hak atas tanah sering dilakukan dengan

pemindahan hak, yaitu dengan melakukan jual beli. Pemindahan hak atau peralihan

hak, adalah suatu perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak, antara lain jual

beli, Hibah, Tukar menukar, Pemisahan dan Pembagian harta bersama dan

pemasukan dalam perusahaan atau inbreng.1

Jual beli tanah adalah perbuatan hukum yang berupa penyerahan hak milik

(penyerahan tanah untuk selama-lamanya) oleh penjual kepada pembeli, yang pada

saat itu juga menyerahkan harganya kepada penjual.2

Suatu akta adalah suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk

dapat dijadikan bukti bila ada suatu peristiwa dan ditandatangani.3Menurut ketentuan

pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa;

1 John Salindeho.Masalah Tanah dalam Pembangunan.1987. Jakarta: Sinar Grafika. Hal 13 2 Effendi Perangin.Hukum Agraria Di Indonesia (suatu telaah dari sudut pandang praktisi

(2)

Pembatalan hak atas tanah adalah pembatalan suatu hak karena penerima hak

tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam keputusan pemberian hak atau terdapat

kekeliruan dalam surat keputusan pemberian hak yang bersangkutan. Namun,

pembatalan hak atas tanah pada hakikatnya adalah pembatalan surat keputusan

pemberian hak atas tanah dan atau sertifikat sehingga tanah tersebut kembali

statusnya menjadi tanah negara. Pembatalan hak atas tanah dapat dikarenakan cacat

administrasi dalam penerbitan surat keputusan pemberian hak atas tanah maupun

untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Tanpa

adanya akta yang disyaratkan menyebabkan tidak mempunyai akibat hukum yang

dalam konteks juridis dogmatis adalahnonexistent.4

Notaris adalah pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah dalam rangka

memberikan pelayanan umum kepada pihak yang membutuhkan akta jual beli, sewa

menyewa, surat dibawah tangan dan lain-lain.5

Pembacaan akta tidak dapat diwakili oleh orang lain atau didelegasikan

pembacaan akta tersebut kepada pegawai kantor Notaris melainkan harus dilakukan

oleh Notaris sendiri.

Tujuan pembacaan akta ini adalah agar para pihak saling mengetahui isi dari

akta tersebut yang mana isi dari akta itu merupakan kehendak para pihak yang

membuat perjanjian, pembacaan akta ini juga dilakukan agar pihak yang satu tidak

3 R. Subekti,Hukum Pembuktian, Jakarta ; Pradnya Paramita:2001.hal.48.

4 Dr. Herlien Budiono,Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, Hal. 375.

5 Arinia Vitanti Achiral, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Yang Dibatalkan Oleh

(3)

merasa dirugikan apabila terdapat keterangan serta bunyi akta yang memberatkan

atau merugikan pihak lain.6

Sehubungan dengan akta yang dibuat oleh notaris ini, di dalam Pasal 1868

KUH Perdata disebutkan : “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk

yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum

yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akte dibuatnya”.7

Kebatalan atau pembatalan akta Notaris diatur dalam Pasal 84 UUJN. Jika

Notaris secara tegas melanggar pasal-pasal tertentu yang menegaskan secara langsung

pelanggaran, maka akta tersebut termasuk mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

akta di bawah tangan. Jika tidak disebutkan dengan tegas dalam pasal lainnya

menurut Pasal 84 UUJN, maka termasuk ke dalam akta batal demi hukum. Kebatalan

dan Pembatalan akta Notaris meliputi ;

a. Akta Notaris Dapat Dibatalkan.

Syarat-syarat para pihak dalam akta yang tidak memenuhi syarat subyektif

Pasal 1320 KUHPerdata, maka atas permintaan orang tertentu akta tersebut dapat

dibatalkan.

b. Akta Notaris Batal Demi Hukum.

Ketentuan-ketentuan yang tidak disebutkan dengan tegas akta Notaris

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, maka termasuk ke

dalam akta Notaris yang batal demi hukum.

6 G.H.S. Lumban Tobing,Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan ke-5, Erlangga, Jakarta, 1999, hal. 201.

(4)

c. Akta Notaris Yang Mempunyai Kekuatan Pembuktian Sebagai Akta Di Bawah

Tangan.

Akta Notaris yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 1869 KUHPerdata

Pasal-pasal tertentu dalam UUJN yang menyebutkan secara tegas jika dilanggar maka akta

Notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.

d. Akta Notaris Dibatalkan Oleh Para Pihak Sendiri.

Yang dibatalkan oleh para pihak, baik karena sepakat atau melalui putusan

pengadilan , adalah isi akta, karena isi akta merupakan kehendak para pihak.

e. Penilaian Akta Notaris Dengan Asas Praduga Sah.

Penilaian terhadap akta Notaris harus dilakukan dengan Asas Praduga Sah

(Vermoeden van Rechtmatigheid) atau Presumptio lustae Causa, yaitu akta Notaris

harus dianggap sah sampai ada pihak yang menyatakan akta tersebut tidak sah. Untuk

menyatakan atau menilai akta tersebut tidak sah harus dengan gugatan ke pengadilan

umum atau pengadilan agama jika berkaitan dengan penerapan hukum Islam, dan

harus dibuktikan ketidakabsahan dari aspek lahiriah, formal dan materiil akta Notaris.

Selama gugatan berjalan sampai dengan ada keputusan pengadilan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap, maka akta Notaris tetap sah dan mengikat para pihak atau

siapa saja yang berkepentingan dengan akta tersebut.

Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui

jual-beli, tukar-menukar, hibah, pemasukkan dalam perusahaan dan perbuatan hukum

pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang, hanya dapat

(5)

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemudian dalam Penjelasan Pasal 45 PP 24/1997 ditegaskan pula bahwa :8

Kelalaian Notaris akibat ketidakhati-hatian Notaris bukanlah merupakan sebab utama pembatalan akta Notaris tersebut melalui putusan pengadilan. Selain kesalahan dan kelalaian Notaris, pembatalan akta Notaris juga dapat disebabkan kesalahan dan kelalaian kedua belah pihak maupun salah satu pihak mengakibatkan adanya atau timbulnya gugatan dari salah satu pihak dalam akta.

Di dalam Pasal 84 Undang-Undang Jabatan Notaris Republik Indonesia

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris diatur secara khusus akibat

pelanggaran yang dilakukan Notaris terhadap ketentuan-ketentuan tertentu. Akibat

pelanggaran tersebut dapat menyebabkan akta Notaris hanya mempunyai kekuatan

pembuktian sebagai akta di bawah tangan, tetapi dapat pula suatu akta menjadi batal

demi hukum. Istilah batal demi hukum (nietig) merupakan istilah yang biasa

dipergunakan untuk menilai suatu perjanjian jika tidak memenuhi syarat objektif,

yaitu suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp) dan sebab yang tidak dilarang (een

geoorloofde oorzaak), dan istilah dapat dibatalkan jika suatu perjanjian tidak

memenuhi syarat subjektif, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (de

toetsemming van degenen die zich verbinden) dan kecakapan untuk membuat suatu

perikatan (de bekwaamheid om eene verbindtenis aan te gaan).9

Dalam rangka memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah

bagi seluruh rakyat Indonesia maka Pemerintah akan melakukan pendaftaran tanah di

seluruh wilayah Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat

8Sumber : Habib Adjie Diposkan oleh www.notaris-tabanan.blogspot.comdi akses tanggal 06 maret 2015

(6)

(1) UUPA, yang menyebutkan bahwa “untuk menjamin kepastian hukum oleh

Pemerintah diadakan pendaftaran tanah, yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.10

Terkadang orang masih malas untuk mengurus sertifikat tanah, biasanya

mengukuhkan kepemilikan berdasarkan warisan, amanah, ada saksi dan lain

sebagainya. Padahal, dikokohkan secara hukum akan menambah kekuatan

kepemilikan itu. Berikut ini sistemati pengurusan sertipikat tanah :

a. Meminta surat rekomendasi dari lurah/kepala desa/camat perihal tanah yang

bersangkutan, yang menyatakan tanah tersebut belum pernah disertifikatkan serta

keterangan riwayat pemilikan tanah yang dimaksud.

b. Pembuatan surat keterangan dari ketua RT/ketua RW/lurah/kepala desa yang

menyatakan tanah tersebut tidak dalam keadaan sengketa.

c. Peninjauan lokasi dan pengukuran tanah oleh pegawai kantor pertanahan.

d. Penerbitan gambar situasi atau surat ukur, yang dilanjutkan dengan

pengesahannya oleh kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)

e. Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), sesuai luas

yang tercantum dalam Gambar Situasi atau Surat Ukur. Pembayaran BPHTB

dilakukan apabila tanah yang dimohon berasal dari tanah negara, atau tanah

garapan. Pembayaran BPHTB juga dilakukan jika pada waktu proses

pelaksanaan akta jual-beli, BPHTB tersebut belum dibayarkan.

f. Proses pertimbangan oleh panitia A (panitia pemeriksaan tanah A).

(7)

g. Pengumuman di kantor pertanahan dan kantor kelurahan setempat selama lebih

kurang dua bulan.

h. Pengesahan pengumuman.

i. Penerbitan sertifikat tanah oleh kantor pertanahan (BPN) setempat.

j. Proses pensertifikatan tanah girik tersebut, hanya dapat dilakukan jika pada

waktu pengecekan di kantor kelurahan dan kantor pertanahan, terbukti tanah

tersebut memang belum pernah disertifikatkan, dan selama proses tersebut tidak

ada pihak-pihak yang mengajukan keberatan. Apabila syarat tersebut terpenuhi,

proses pensertifikatan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 6 bulan sampai 1

tahun.

Berkaitan dengan itu Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tercantum

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 telah memerintahkan

diselenggarakannya pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum.

Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 24 tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

Pasal 1 butir 1 :

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.11

(8)

Sebagai konsistensi dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, maka peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah sangat diperlukan,

baik dalam penyediaan tanah maupun dalam pemutakhiran data penguasaan tanah,

hal ini disesuaikan dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksaan Tanah.

Adapun pengertian dari PPAT menurut Peraturan Pemerintah No. 37 tahun

1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Pasal 1 butir 1 :

Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.12

Pejabat Pembuat Akta Tanah diangkat oleh pemerintah, dalam hal ini Badan

Pertanahan Nasional dengan tugas dan kewenangan tertentu dalam rangka melayani

kebutuhan masyarakat akan akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak

atas tanah, dan akta pemberian kuasa pembebanan hak tanggungan sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.13

Ada beberapa pengertian berhubungan dengan keduukan tanah, yaitu tanah

yang bersertipikat dan tanah yang tidak bersertipikat. Tanah yang bersertipikat artinya

tanah yang telah memiliki hak dan telah terdaftar di kantor pertanahan setempat, hal

ini dibuktikan dengan telah diterbitkannya buku tanah dalam bentuk sertipikat.

12 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta

Tanah,PP No. 37 tahun 1998, LN No. 52 Tahun 1998, TLN 3746, Ps 1 ayat 1.

(9)

PP Nomor 24 Tahun 1997 menerangkan bahwa “buku tanah adalah dokumen

dalam bentuk daftar yang memuat daftar yuridis dan data fisik suatu objek

pendaftaran tanah yang sudah ada haknya”.14 Di dalam pasal 1 ayat (20)

menyebutkan bahwa “sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud

dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, seperti Hak Pengelolaan, Tanah Wakaf, Hak

Milik atas satuan rumah susun dan Hak Tanggungan yang masing-masing sudah

dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan”.15 Sertipikat tanah yang diberikan

itu akan memberikan arti dan peranan penting bagi pemegang hak yang bersangkutan

yang berfungsi sebagai alat bukti hak atas tanah.

Namun apabila peralihan hak atas tanah tidak dilakuakan dihadapan pejabat

yang berwenang akan tetapi hanya dibuat dengan cara tertulis diatas kertas segel atau

kertas yang bermaterai, maka hal itu merupakan perbuatan hukum peralihan hak atas

tanah dalam bentuk akta dibawah tangan, yaitu hanya berupa catatan dari suatu

perbuatan hukum. Sebagai contoh dapat dilihat terhadap tanah-tanah yang tidak

mempunyai sertipikat (SK Camat, SK Bupati, SK Gubernur, Tanah Grant), jika

hendak melakukan jual beli dengan akta otentik, maka hal itu merupakan

kewenangan dari Notaris untuk membuat akta otentiknya dan akan dibuatkan dengan

akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi.

Akta notaris dengan judul Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah

dengan Ganti Rugi lazimnya digunakan terhadap tanah yang tidak bersertipikat. Hal

14

Djumialdji,Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, Penerbit Mandar Maju, Jakarta, 1995, Hal. 13.

(10)

ini disebabkan karena tanah tersebut belum dimiliki dengan hak tertentu oleh

seseorang dan status kepemilikan tanah tersebut merupakan tanah yang langsung

dikuasai oleh negara.

Terhadap tanah yang tidak bersertipikat atau tanah yang dikuasai oleh negara,

maka seseorang hanya boleh menguasainya untuk diusahakan sehingga mendapat

manfaat dari tanah tersebut. Apabila dilakukan jual beli terhadap tanah tersebut

berarti terjadi peralihan hak dari penjual kepada pihak pembeli yang diikuti dengan

pembayaran sejumlah uang sebagai bentuk ganti kerugian atas peralihak hak atas

tanah tersebut. Perlu ditegaskan dalam hal ini bahwa peralihan hak yang dimaksud

dalam jual beli ini adalah peralihan hak dalam arti hak menguasai dan mengusahakan

tanah tersebut.

Demikian juga apabila tanah tersebut terdapat bangunan, dan atau tanamannya

yang turut diperjual belikan, maka hal ini dapat juga dilakukan pembuatan aktanya

dengan cara melepaskan hak atas bangunan dan atau tanaman dan membayar

sejumlah uang sebagai bentuk ganti kerugian terhadap bangunan dan tanaman

tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dan untuk memberikan penyuluhan hukum kepada

masyarakat agar kita semua mengetetahui dan memahami tentang pembatalan akta

pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi, maka penelitian Tesis

ini oleh penulis diberi judul “Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta

Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat

(11)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor-faktor penyebab akta pemindahan dan penyerahan hak atas

tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh notaris dapat dibatalkan?

2. Bagaimana tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta pemindahan dan

penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi?

3. Bagaimana akibat hukum dari gugatan pembatalan akta pemindahan dan

penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi berdasarkan (Putusan MA

Nomor 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp) ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam rangka melakukan penelitian terhadap

ketiga permasalahan di atas, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab akta pemindahan dan penyerahan

hak atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh notaris dapat dibatalkan.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta pemindahan

dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi.

3. Untuk mengetahui akibat hukum dari gugatan pembatalan akta pemindahan

dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi berdasarkan (Putusan MA

Nomor 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan hukum di indonesia baik secara ilmiah

(12)

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan masukan

untuk penambahan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang hukum kenotariatan, yang

dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkan sebagai bahan kajian ilmu

pengetahuan hukum pada umumnya dan ilmu hukum bidang kenotariatan pada

khususnya yaitu mengenai tentang pembatalan akta pemindahan dan penyerahan hak

atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh Notaris.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada masyarakat,

aparat pemerintah yang terkait dengan pembuatan akta pemindahan dan penyerahan

hak atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh Notaris.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan di perpustakaan dan

tata usaha Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, khususnya pada

program studi Magister Kenotariatan bahwa penelitian dengan judul “ Kajian Yuridis

Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak Atas Tanah Dengan

Ganti Rugi (PPHGR) Yang di Buat Dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan MA

Nomor 80/Pdt.G/2015/PN.Lbp)” belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Dengan demikian penelitian ini adalah asli, dan secara akademis dapat

dipertanggungjawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti pendahulu yang pernah

melakukan penelitian mengenai masalah akta Notaris yang dibatalkan, namun secara

(13)

penelitian yang berkaitan dengan Pembuatan akta pemindahan dan penyerahan hak

atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh Notaris yang pernah dilakukan adalah :

1. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik Yang Dibuat Dan Berindikasi

Perbuatan Pidana, oleh : Agustining (087011001).

Permasalahan :

a) Faktor apakah yang menyebabkan Notaris diperlukan kehadirannya dalam

pemeriksaan perkara pidana ?

b) Bagaimana tanggung jawab Notaris sebagai pejabat umum terhadap akta

otentik yang dibuat dan berindikasi perbuatan pidana ?

c) Bagaimana fungsi dan peranan Majelis Pengawas Daerah terhadap

pemanggilan Notaris pada pemeriksaan perkara pidana ?

2. Analisis Hukum Terhadap Akta Otentik Yang Mengandung Keterangan Palsu

(Studi Kasus Di Kota Medan), oleh : Yusnani (057011100).

Permasalahan :

a) Bagaimana pertanggungjawaban Notaris terhadap akta otentik yang

mengandung keterangan palsu ?

b) Bagaimana sanksi yang diberikan kepada penghadap yang memberikan

keterangan palsu dalam akta otentik ?

c) Bagaimana akibat hukumnya terhadap akta otentik yang mengandung

keterangan palsu ?

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

(14)

Pengertian teori itu sendiri adalah serangkaian proposisi atau keterangan yang saling berhubungan dengan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atas suatu gejala. Jadi teori adalah seperangkat proposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefinisikan dan saling berhubungan antar variabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel tersebut.16 Sedangkan fungsi teori dalam penelitian adalah untuk mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.17

Konsep teori menurut M. Solly Lubis ialah Kerangka pemikiran atau

butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi si

pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju

ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti.18

Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa penelitian hukum dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori, atau konsep baru sebagai preskripsi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.19 Lalu lintas hukum dalam kehidupan

bermasyarakat menimbulkan suatu tuntutan akan adanya kepastian

hubungan-hubungan antar subjek hukum, terlebih pada masyarakat yang sedang membangun.

Teori hukum yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teori tentang tanggung

jawab hukum oleh Hans Kelsen. Satu konsep yang berhubungan dengan konsep

kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang

16Maria S.W. Sumardjono, Pedoman, Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal. 12-13 dan Koentjaraningrat,Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1989, hal. 19.

17 M. Solly Lubis (I),Op Cit, hal. 17.

(15)

bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia

memikul tanggung jawab hukum, subjek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas

suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.20

Teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu adalah Teori

Kepastian Hukum. Kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah yang berkaitan

dengan akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi yang

dibuat oleh notaris. UUPA mencakup tiga hal, yaitu meliputi unsur kepastian hak,

kepastian subyek, dan kepastian objek. Lahirnya kepatian terhadap unsur-unsur

tersebut berkaitan erat dengan efektifitas pelaksanaan sistem hukum pertanahan

dalam masyarakat.21 Untuk memperkuat kerangka teori penulis dalam penelitian ini

juga menggunakan Teori Kepemilikan, dimana dalam teori dimana dalam teori ilmu

hukum pertanahan tanah maupun yang berhubungan dengan akta pemindahan dan

penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh notaris yang sudah

dikuasai dan digarap sudah pula menimbulkan hubungan kepemilikan. Didalam teori

kepemilikan tentang tanah mengenai teori pemilikan de facto dan de jure, bahwa

ketika seorang menjadi warga negara secara de facto orang tersebut adalah pemilik

tanah dan kalau tanah yang dimilikinya dikuasai secara nyata dan didaftarkan, ia

menjadi pemilik dejure.22

20 Hans Kelsen ( Alih Bahasa oleh Somardi),

General Theory of Law & State ), Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Jakarta, BEE Media Indonesia, 2007, hal. 81, dikutip dari Agustining, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik Yang Dibuat Dan Berindikasi Perbuatan Pidana, Tesis, Fakultas Pascasarjana Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 36.

21 Mucktar Wahid, Memakai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, Jakarta, Penerbit: Republika, 2008, Hal. 7

(16)

2. Landasan Konsepsional

Konsepsi adalah satu tahapan terpenting dari teori. Peraturan konsepsi dalam

penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan

kenyataan. Dengan demikian konsepsi dapat diartikan pula sebagai sarana untuk

mengetahui gambaran umum pokok penelitian yang akan dibahas sebelum memulai

penelitian (obervasi) masalah yang akan diteliti. Konsep diartikan pula sebagai kata

yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut

definisi operasional.23

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa kerangka konsepsi pada hakekatnya

merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis

yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisi operasional yang

menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.24Pentingnya definisi operasional

bertujuan untuk menghindari perbedaan salah pengertian atau penafsiran.

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau

masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui

pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep

sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu. Maka

konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara

variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris.25 Dalam

23 Sumadi Surya Brata,Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 28. 24 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984, hal. 23.

(17)

penelitian tesis ini ada beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi

untuk dapat menjawab permasalahan penelitian, yaitu Notaris adalah pejabat umum

yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian,

dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan atau yang

dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik,

menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse,

salinan dan kutipan akta.26

Pasal 1 angka 7 UUJN menguraikan definisi dari akta Notaris sebagai akta

otentik yang dibuat oleh / di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang

ditetapkan dalam undang-undang. Akta otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata

diartikan sebagai suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh

undang-undang, dibuat oleh / di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk maksud

tersebut, dan di tempat dimana akta tersebut dibuat. Menurut R. Subekti, Akta otentik

merupakan suatu bukti yang mengikat, dalam arti bahwa apa yang ditulis dalam akta

tersebut harus dipercaya oleh Hakim, yaitu harus dianggap sebagai benar, selama

ketidakbenarannya tidak dibuktikan. Dan ia memberikan suatu bukti yang sempurna,

dalam arti bahwa ia sudah tidak memerlukan suatu penambahan pembuktian. Ia

merupakan alat bukti yang mengikat dan sempurna.

Kekuatan pembuktian akta otentik, demikian juga akta Notaris, adalah akibat

langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan perundang-undangan bahwa ada

(18)

akta-akta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang dibebankan oleh

undang-undang kepada pejabat-pejabat atau orang-orang tertentu. Dalam pemberian

tugas ini terletak kepercayaan kepada para pejabat tersebut dan pemberian kekuatan

pembuktian kepada akta-akta yang dibuat mereka.27

Dengan adanya otentitas akta tersebut akan secara otomatis memberikan

perlindungan kepada Notaris, pihak yang bersangkutan, dan termasuk juga

pihak-pihak yang membutuhkan jasanya. Perlindungan hukum terhadap diri Notaris dan

pihak-pihak yang membutuhkan jasanya, perlindungan hukum terhadap diri Notaris

dan pihak-pihak yang membutuhkan jasanya sangat penting karena itu Notaris harus

menguasai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan jabatannya.

Dengan Notaris menguasai peraturan perundang-undangan maka akta Notaris yang

dibuat akan terhindar dari kecacatan hukum, yang dapat menimbulkan akta tersebut

batal demi hukum.

G. Metode Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisisnya.28 Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam tesis ini adalah

metode pendekatan yuridis normatif,29 yaitu dengan meneliti sumber-sumber bacaan

yang relevan dengan tema penelitian, meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum,

27 G.H.S. Lumban Tobing,Op Cit.

(19)

sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah

serta dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka sifat penelitian dalam penulisan tesis

ini adalah bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk

mendiskripsikan atau menggambarkan fakta-fakta yang ada dan menganalisis data

yang diperoleh secara sistematis, faktual dan akurat mengenai gugatan pembatalan

akta pemindahan dan penyerahan hak atas tanah dengan ganti rugi.

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bertitik tolak dari suatu pengertian bahwa penelitian pada

hakekatnya mencakup kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisa data dan

konstruksi data yang semuanya dilaksanakan secara sistematis dan konsisten.30

Data adalah gejala yang akan dicari untuk diteliti, gejala yang diamati oleh

peneliti dan hasil pencatatan terhadap gejala yang diamati oleh peneliti.31 Sesuai

dengan pokok masalah, jenis penelitian hukum yang dilakukan adalah penelitian

yuridis normatif atau penelitian yang menganalisis hukum, baik yang tertulis dalam

buku maupun hukum yang diputuskan oleh Hakim melalui proses pengadilan.32

Pendekatannya bersifat deskriptif analitis. Adapun maksud deskriptif disini

yang bertujuan untuk mengambil data secara sistematis, faktual dan akurat terhadap

30 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peran Dan Penggunaan Perpustakaan Di Dalam

Penelitian Hukum, Jakarta : PDHUI, 1979, hal. 2. 31 Ibid, hal. 1.

(20)

suatu populasi atau daerah tertentu mengenai sifat atau faktor tertentu.33 Dalam

penelitian normatif digunakan beberapa pendekatan berikut Pendekatan

Perundang-undangan (Statute Approach) dan Pendekatan Analitis.

Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif

(penelitian hukum normatif), yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma

hukum, yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

pijakan normatif, yang berawal dari premis umum kemudian berakhir pada suatu

kesimpulan khusus. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan kebenaran-kebenaran

baru (suatu tesis) dan kebenaran-kebenaran induk (teoritis).

Pendekatan yuridis normatif disebut demikian karena penelitian ini

merupakan penelitian kepustakaan atau penelitian dokumen yang ditujukan atau

dilakukan hanya pada peraturan perundang-undangan yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti atau dengan perkataan lain melihat hukum dari aspek

normatif.

Penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan

perundang-undangan akan lebih akurat bila digunakan penelitian yang menggambarkan tentang

bagaimana dikatakan pembatalan akta Notaris menurut ketentuan undang-undang

ataupun peraturan-peraturan maupun realitas dalam praktek objek penelitian. Adapun

tahap-tahap dari analisis yuridis normatif adalah :34

33Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1977, hal. 36.

(21)

a. Merumuskan asas-asas hukum, baik dari data sosial maupun dari data

hukum positif tertulis ;

b. Merumuskan pengertian-pengertian hukum ;

c. Pembentukan standar-standar hukum ; dan

d. Perumusan kaidah-kaidah hukum.

2. Sumber Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, menggunakan 3 (tiga) sumber data yaitu:

a. Bahan hukum primer, berupa perundang-undangan yang bersumber dari

peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya seperti

KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996.

b. Bahan hukum sekunder, baik yang bersumber dari buku-buku,

dokumen-dokumen, hasil tulisan berupa tesis dan bahan-bahan yang terkait mengenai

gugatan pembatalan akta Notaris yaitu akta pemindahan dan penyerahan hak

atas tanah dengan ganti rugi yang dibuat oleh notaris, yang dapat digunakan

sebagai acuan dan membantu dalam penelitian.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan

yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer, sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah serta

bahan-bahan di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk

(22)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah penelitian kepustakaan

(library research) yaitu untuk mendapatkan data dengan melakukan penelaahan

bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku dan

karya ilmiah lainnya maupun bahan hukum tersier yaitu berupa kamus, majalah, surat

kabar dan jurnal-jurnal ilmiah.

4. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan cara studi dokumen. Studi

dokumen merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum (baik normatif

maupun sosiologis), karena penelitian hukum selalu bertolak dari premis normatif.

Studi dokumen bagi penelitian hukum meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri

dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Setiap

bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas dan reliabilitasnya, sebab, hal ini

sangat menentukan hasil suatu penelitian.35

5. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Setelah diperoleh data sekunder yakni berupa bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, maka dilakukan inventarisir dan penyusunan secara sistematik,

(23)

kemudian diolah dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif, sehingga dapat

ditarik kesimpulan dengan menggunakan logika berpikir deduktif.

Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang

terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiah,

peraturan perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian baik media

cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk mendukung studi

kepustakaan. Kemudian baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis

penelitian secara kuantitatif dan untuk membahas lebih mendalam dilakukan secara

kualitatif, setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan

menggunakan metode deduktif. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat

Referensi

Dokumen terkait

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995). Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum notaris selaku Pejabat Umum yang membuat akta sesuai syarat formil dan materil ditinjau dari Undang-undang Nomor 30

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum notaris selaku Pejabat Umum yang membuat akta sesuai syarat formil dan materil ditinjau dari Undang-undang Nomor 30

Notaris juga bertanggung jawab terhadap materi dari suatu akta yang dibuatnya. Seperti pada kewenangan Notaris dalam memberikan nasihat hukum

R.Sugondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993,.. R.SugondoNotodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu penjelasan,

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat , PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001.. Sudaryatmo., Hukum dan Advokasi Konsumen

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum , Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986.. _______________ dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2006 Peter mahmud marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada