BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Teori Agensi
2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam
periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga manajemen
mendapatkan informasi yang bermanfaat. Menurut IAI, (2009) tujuan laporan
keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Di samping itu, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas
dasar sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Siti,2010: 94) Atas dasar
tujuan tersebut, diharapkan bahwa para pemakai laporan keuangan dapat menilai
informasi yang dihasilkan untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi yang
berkaitan dengan perusahaan tersebut.
penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh
standar akuntansi (PSAK No.1, par.10).
Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh
manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang dicapai akan
tergantung dengan kualitas laporan keuangan. Untuk mendukung tercapainya
kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya aturan (regulasi)
yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan Pemerintah. Karakteristik
kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: 2009) No.1 adalah:
1)
Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk
dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar.
2)
Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan.
3)
Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas
dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation)
dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4)
Dapat dibandingkan
2.1.3. Audit
2.1.3.1. Definisi Audit
Definisi audit menurut Arens, Elder, Beasley dan Jusuf (2010)
menjelaskan bahwa pengertian auditing adalah:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the information
and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person”.
Artinya
auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi
tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen.
Agoes (2012) mendefinisikan auditing suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan
dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
mengenai auditing adalah ilmu memeriksa, yaitu membandingkan antara fakta dan
kriteria.
Tujuan audit secara umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah
untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan yang dinilai berdasarkan asersi
yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
Asersi adalah pernyataan manejemen yang terkandung dalam komponen laporan
keuangan.
2.1.3.2. Klasifikasi Audit
a) Berdasarkan Tujuan Audit
1.
Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan yaitu mengumpulkan bukti atas pernyataan atau
asersi pada laporan keuangan dan membandingkan apakah laporan
keuangan manajemen sesuai dengan standar akuntansi.
2.
Audit Kepatuhan/Ketaatan
Audit kepatuhan atau ketaatan yaitu audit untuk menentukan apakah
perusahaan telah beroperasi sesuai dengan ketentuan atau peraturan.
3.
Audit Operasional
b) Berdasarkan Hubungan Auditor
1.
Auditor Internal
Auditor internal adalah sebuah bagian fungsi yang independen dalam
sebuah perusahaan yang bertugas menguji dan mengevaluasi aktivitas
perusahaan dan memberikan layanan jasa audit kepada perusahaan.
2.
Auditor Eksternal
Auditor eksternal adalah kantor akuntan publik yang independen terhadap
perusahaan yang diaudit dengan menawarkan jasa audit.
3.
Auditor Pemerintah
Auditor pemerintahan adalah badan audit yang mengaudit pemerintahan.
2.1.3.4. Standar Audit
a. Standar Umum
Standar umum bergubungan dengan kualifikasi atau seorang auditor dan
kualitas pekerjaan auditor. Standar umum terdiri dari 3 standar yaitu:
1.
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor.
3.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
mengggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
2.
Pemahaman memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3.
Bukti audit kompeten yang memadai harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan hasil audit.
c. Standar Pelaporan
Standar pelaporan berhubungan dengan masalah pengkomunikasian hasil audit.
Standar pelaporan terdiri dari 4 standar, yaitu:
1.
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.
Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam periode sebelumnya.
3.
Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor dan jika ada tingkat tanggung
jawab yang bersangkutan.
2.1.3.5. Audit Laporan Keuangan
Laporan keuangan perlu diaudit karena beberapa alasan, antara lain:
1.
Karena ada potensi konflik antara penyedia informasi dengan pengguna
informasi
2.
Informasi mempunyai konsekuensi ekonomi yang sangat penting bagi
pengguna laporan.
3.
Keahlian sering menghendaki informasi disajikan dan diverifikasi
4.
Para pengguna sering tercegah mempunyai hubungan langsung dengan
informasi.
2.1.4. Keterlambatan Audit (Audit Delay)
satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang
dimiliki oleh investor.
Proses dalam mencapai ketepatan waktu terutama dalam penyajian laporan
auditor independen menjadi semakin tidak mudah mengingat semakin
meningkatnya perkembangan perusahaan go public yang ada di Indonesia.
Hambatan ini juga terlihat dalam Standar Pemeriksaan Akuntan Publik pada
standar ketiga yang menyatkan bahwa audit harus dilaksankan dengan penuh
kecermatan dan ketelitian serta pengumpulan alat bukti yang cukup memadai.
Perusahaan yang sudah go public harus menyerahkan laporan keuangan
tahunan disertai dengan opini auditor kepada Bapepam. Peraturan Bapepam
tersebut diatur dalam undang-undang No.8 tahun 1995 tentang publikasi laporan
keuangan tahunan auditan yang bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari
akhir tahun fiskal sampai tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah
diaudit ke BAPEPAM. Namun, sejak 5 juli 2011 keputusan sudah tidak berlaku
lagi, peraturan ini diganti dengan peraturan baru dengan Nomor X.K.2 tentang
kewajiban penyampaian laporan keuangan ke BAPEPAM menjadi 90 hari atau
akhir bulan ketiga dari setalah tanggal laporan keuangan.
2.1.5. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain
dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain.
total aktiva tidak lebih dari seratus milyar,sedangkan perusahaan besar adalah
badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Menurut Novelia (2011)
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya
perusahaan yang dapat diukur melalui besar kecilnya total assets yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Terdapat dua pendapat mengenai hal ini. Pertama,
perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan besar, akan menyelesaikan
proses auditnya lebih cepat daripada perusahaan yang termasuk kategori
perusahaan kecil. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengawasan yang ketat dari
investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Selain itu, dapat juga disebabkan
oleh sistem pengendalian internal yang baik pada perusahaan besar, sehingga
mempermudah auditor untuk menyelesaikan proses auditnya. Kedua, semakin
besar perusahaan maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proses audit. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya sampel
audit yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang harus
dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan log total aset yang dimiliki perusahaan
sebagai ukuran perusahaan.
Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang
dimiliki oleh perusahaan. Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah
perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri.
Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan
informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil.
perusahaan tersebut. Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat
keberlangsungan usaha dari perusahaan tersebut. Semakin bagus ukuran
perusahaan akan diproksikan dengan semakin tinggi total assets yang dimiliki
oleh suatu entitas, akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk
menggunakan jasa KAP the big four.
2.1.6. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu
keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang (Khasmir,2010 :196). Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari
laporan laba rugi perseroan
(income statement) yang menunjukkan laporan hasil
kinerja perseroan.
Perusahaan akan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun
saham tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana
keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi
perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan
keputusan manajemen dalam menggunakan sumber dana perusahaan
menghasilkan profit akan cenderung mengalami audit delay yang lebih pendek,
sehingga
good news tersebut dapat segera disampaikan kepada para investor dan
pihak yang berkepentingan.
Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return On Asset Rasio
(ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas mempengaruhi perusahaan yang
mengumumkan rugi atau profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat
yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi
perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi
tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio (ROA) yang
diperoleh dengan persamaan berikut:
LABA BERSIH
ROA =
────────────
TOTAL ASSET
2.1.7. Opini Audit
Lembaran opini yang merupakan tanggung jawab akuntan publik, dimana
akuntan publik memberikan pendapatnya tentang kewajaran laporan keuangan
yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen
(Agoes, 2012 :74)
yang diauditnya. Dengan demikian, auditor di dalam memberikan opini sudah
didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen (Agoes, 2012 :
75) yaitu:
a)
Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil
usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini:
1)
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk
menyusun laporan keuangan.
2)
Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
3)
Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan
dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa
penjelasan
(Unqualified Opinion Report With Explanatory Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan
keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya
dengan bahasa penjelas. Berbagai penyebab paling penting adanya
tambahan bahasa penjelas.
1)
Adanya ketidakpastian yang material.
2)
Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.
3)
Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
c)
Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh
auditor jika dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1)
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2)
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar
kekuasaan klien maupun auditor.
3)
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
d)
Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan
klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan
pendapat tidak wajar jika tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat
mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.
Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan
oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga
tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan.
e)
Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit, maka
laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report).
Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah:
1)
Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2)
Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Perbedaan
antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak
wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor
mengetahui adanya ketidakwajaran laporan.keuangan pendapat karena ia
tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan
yang diaudit.Jadi, Opini audit merupakan ukuran atas pendapat yang
diberikan oleh auditor terhadap hasil laporan keuangan perusahaan yang
dipublikasikan. Semakin memperoleh pendapat unqualified opinion
perusahaan tersebut dipandang semakin baik.
2.1.8. Reputasi Auditor
Hasil penelitian Ashton et al.Schwartz dan Soo (dalam Utami, 2006),
menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit
oleh KAP yang tergolong besar.
hukum pihak ketiga yang lebih besar bila menghasilkan laporan audit yang tidak
akurat dan keliru. Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan
dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki
jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit
tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan
auditnya lebih cepat, guna menjaga reputasinya. Kantor Akuntan Publik di
Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the
big four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big
Four di Indonesia, yaitu:
•
KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs.
Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
•
KAP Klynveld Peat Marwick Goerdele (KPMG), bekerjasama dengan
KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.
•
KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio,
Sarwoko, & Sanjadja.
•
KAP Deloitte Touche Thomatsu (DTT), bekerjasama dengan KAP Hans
Tuanakotta & Mustofa, Osman ramli satrio & Rekan.
2.2.
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai audit delay dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
seperti ukuran perusahaan, profitabiliatas, opini audit, dan reputasi auditor telah
banyak diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian
tersebut telah banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi
auditor untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat memperlambat audit delay.
Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
N
Variabel
Hasil Penelitian
1.
Indah
e. jenis industri
Audit Delay dipengaruhi
jenis pendapat
auditor,laba/rugi
perusahaan dan jenis
industri.
Ukuran perusahaan, dan
ukuran KAP tidak
mempengaruhi audit delay
2.
Sistya
Rachmaw
ati
(2008)
Pengaruh
Faktor Internal
dan Eksternal
Perusahaan
e.Ukuran Kantor
Akuntan Publik
a.profitabilitas,solvabi
litas, Internal auditor
tidak signifikan
berpengaruh
terhadap
keterlambatan audit.
b.ukuran perusahaan
dan KAP
berpengaruh
signifikan terhadap
keterlambatan audit
3
Dewi
Lestari
(2010)
empiris pada
perusahaan
consumer goods
yang terdaftar
di BEI
e.opini auditor
opini auditor tidak
mempengaruhi audit
delay.
4
Novelia
Sagita
(2011)
Faktor- faktor
yang
a. return on assets
(ROA)
a.ukuran perusahaan dan
return on assets (ROA)
tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
b. ukuran KAP dan umur
h komite audit
d.profitabilitas
e.solvabilitas
f. audit tenure
a. opini auditor
berpengaruh negatif dan
profitabilitas berpengaruh
positif signifikan
b. sedangkan ukuran
perusahaan, jumlah komite
audit, dan solvabilitas
terhadap audit delay.
2.3.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran menjelaskan tentang alur berfikir dan hubungan yang
menunjukkan kaitan antara variable-variabel yang ada dalam penelitian. Variabel-
variabel dalam penelitian ini antara lain, Audit
delay, Ukuran perusahaan,
Profitabilitas, Opini Audit,dan Reputasi Auditor. Audit delay adalah jangka waktu
penyelesaian audit laporan keuangan tahunan sejak tanggal tutup buku perusahaan
sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
kerelevansian informasi yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat kepastian
khususnya dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada kualitas
informasi dari laporan keuangan tersebut. Panjang pendeknya jangka waktu
penyelesaian audit tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang
selanjutnya akan dijelaskan secara lebih rinci. Berdasarkan uraian diatas,
hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam gambar kerangka pemikiran
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
UKURAN PERUSAHAANX1
PROFITABILITAS
X2
OPINI AUDIT
X3
REPUTASI AUDITOR
X4
AUDIT
DELAY
(Y)
H1H2
H3
H4