• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Hukum Negara dalam Kasus Perta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kedudukan Hukum Negara dalam Kasus Perta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Kedudukan Hukum Negara dalam Kasus Pertambangan Liar

di Maluku

Fransiska Rachel

Fransiskarachel@students.unnes.ac.id

Abstrak

Kabupaten Buru, Maluku, darurat tambang liar. Setidaknya ada tiga lokasi yang dirambah pertambangan liar, yakni Gunung Botak, Gunung Nona, dan Gogorea. Tambang liar menimbulkan kerusakan lingkungan sangat parah dipulau itu akibat penggunaan merkuri dan sianida. Belum lagi tewasnya sekitar 1.600 orang karena saling bunuh dan terkubur material dalam lubang tambang. Merkuri dan sianida yang digunakan untuk mengolah material tanah menjadi emas telah mencemari tanaman pangan dan air bersih. Di Buru terdapat sekitar 7.500 hektar sawah atau lebih keruang 40 persen dari total areal sawah di Maluku. Standar minimal konsentrasi merkuri di alam tak boleh lebih dari 1 mg per kg sampel. Lokasi pengambilan sampel di Sungai Wacapo sekitar Desa Dafa, Kecamatan Waelata. Sungai dengan sembilan anak sungai itu merupaan sumber utama pengairan di Pulau Buru. Pada November tahun lalu, limbah pengolahan tambang Gunung Nona mencemari 326 hektar sawah milik petani di Desa Grandeng, Kecamatan Lolongguba. Selain mencemari sawah, merkuri juga mencemari biota laut. Temuan kandungan merkuri pada udang melebihi tiga kali dari standar, pada ikan tujuh kali, kerang-kerangan enam kali, dan kepiting dua kali. Standar maksimal merkuri pada hasil laut 0,5 mg per kg sampel. Kepala kepolisisan Resor Pulau Buru Ajun Komisaris Besar Leo Simatupang, saat dihubungi, mengatakan bahwa pada hari Rabu petang, seorang penambang asal Jepara, Jawa Tengah, terbunuh secara sadis di Gunung Nona. Bagian perut robek dibacok dengan parang. Satu bulan sebelumnya, petambang asal Manado, Sulawesi Utara, juga terbunuh di sekitar Gunung Botak.

Kata kunci: Tambang Liar, Merkuri

PENDAHULUAN

1Dua puluh tahun setelah Konferensi Stockholm 1972, PBB kembali

melaksanakan sebuah Konferensi di Rio de Janeiro, Brasil mengenai lingkungan dan pembangunan. Lembaga menjadi wadah berbagai negara di dunia tersebut menyadari bahwa lingkungan dan pembangunan merupakan hal yang bisa mengancam kehidupan manusia di masa yang akan datang1. Kehidupan

manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Secara kodrati, manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak mungkin hidup tanpa bantuan atau campur tangan orang lain. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.

Lazimnya manusia bergantung pada bagaimana keadaan lingkungan disekitarnya yaitu sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam tersebut yang utama bagi manusia seperti tanah, air, udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan.

(2)

Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen tubuh manusia yang terbesar. Tubuh manusia terdiri dari 70% air. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun komunitas pada tempat tertentu. Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat diseluruh permukaan bumi. Masalah pencemaran ini memerlukan suatu penanganan yang serius dan tegas oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sebisa mungkin untuk dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk disleesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kelangsungan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam penyebab pencemaran maupun pencegah pencemaran. Dimulai dari lingkungan terkecil yaitu diri sendiri sampai ke ranah lingkungan yang lebih luas. Setiap kegiatan manusia pasti ada dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak tersebut sesungguhnya akan berbalik kepada manusia, manusia yang membuat maka manusia yang akan menganggungnya.

Kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia dan perkembangan zaman pada saat ini. Populasi manusia mempengaruhi keadaan alam, semakin banyak manusia tinggal di suatu daerah maka kebutuhan hidup juga bertambah. Dengan bertambahnya manusia yang berperan sebagai konsumen, para produsen memproduksi produk mereka agar memenuhi kebutuhan konsumen mereka. Contohnya kasus tambang liar yang terjadi di Pulau Buru, Maluku. Para penambang liar menggunakan merkuri dan sianida guna mengolah material tanah menjadi emas dimana penggunaan zat kimia tersebut sudah mencemari tanaman pangan dan air bersih. Selain itu, zat tersebut juga telah mencemari biota laut seperti udang, kerang-kerangan, ikan, dan kepiting. Penambangan liar ini juga mengakibatkan adanya korban tewas akibat saling bunuh maupun tertimbun material dalam lubang tambang. Saling bunuh diakibatkan adanya perebutan wilayah antara penduduk asli dan penduduk pendatang yang merebutkan wilayah penambangan. Kericuhan juga terjadi saat pihak kepolisian hendak menutup lahan tambang mereka. Mereka menganggap jika tanah tambang tersebut merupakan tanah ulayat yang berhak untuk mereka manfaatkan karena tanah tersebut milik mereka.

Berdasarkan latar belakang kasus ini, rumusan masalah yang dapat ditarik ialah:

1. Apa faktor terjadinya masalah-masalah lingkungan?

2. Bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus ini?

(3)

PEMBAHASAN

Faktor-Faktor Terjadinya Masalah-Masalah Lingkungan

Maslah-masalah lingkungan menurut UU No. 32 Tahun 2009 (UUPLH) hanya dikelompokkan menjadi dua bentuk, yakni pencemaran lingkungan hidup dan perusakan lingkungan hidup. Pengertian pencemaran lingkungan hidup menurut UUPLH adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup , zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Sedangkan pengertian perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kemudian yang termasuk kedalam zat kimia yaitu bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

2Makin maraknya pembangunan industri di Indonesia tentu membawa

dampak makin banyaknya limbah B3 yang sulit dikelola. Himbauan kepada pelaku usaha agar dalam menjalankan usaha atas bisnisnya tidak mencemarkan dan merusak lingkungan hidup tidaklah cukup2. Pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup tersebut memberikan dampak yang besar terhadap kelangsungan hidup manusia. dampak tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:

1. Kesehatan

Dampak terhadap kesehatan manusia seringkali dirasakan dalam jangka panjang setelah masuknya zat-zat tersebut ke dalam tubuh manusia. Zat-zat kimia tersebut memerlukan proses akumulatif hingga sampai pada waktu tertentu dimana manusia tidak dapat memastikannya. Hal itulah yang membuat manusia menyadarinya setelah beberapa tahun kemudian dan dengan keadaan yang sudah parah. Contohnya yang terjadi diIndonesia yaitu kasus penambangan liar di Pulau Buru yang

(4)

menggunakan merkuri untuk mengolah material tanah menjadi emas. Merkuri tesebut sudah mencemari tanaman pangan dan air bersih yang kemudian digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kehidupan sehari-hari.

2. Estetika

Dewasa ini orang-orang mengharapkan dapat menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak sekedar terbebas dari pencemaran lingkungan yang dapat membahayakan kesehatan mereka, tetapi juga terbebas dari gangguan-gangguan lain yang dapat merusak estetika (keindahan) dan kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka. Contohnya seperti gangguan berupa bau, kebisingan maupun kabut yang mengganggu lingkungan tempat tinggal mereka.

3. Kerugian ekonomi

Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh timbulnya masalah-masalah lingkungan dapat mencapai rasutan juta bahkan milyaran. Secara umum kerugian tersebut dapat digambarkan oleh penderita pencemaran berupa biaya pemeliharaan, biaya pengobatan atau dokter, dan hilangnya mata pencaharian. Contohnya kasus kebocoran kilang minyak lepas pantai yang menyebabkan tercemarnya air disekitarnya dan mengakibatkan para nelayan tidak dapat menjual hasil tangkapannya karean telah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya seperti kursi meja, pintu, dan lain-lain. Penebangan hutan yang dilakukan sesungguhnya telah mengganggu ekosistem alami di hutan tersebut. Gangguan tersebut seperti penebangan pohon yang tadinya merupakan tempat tinggal hewan, terpaksa hewan tersebut harus mencari tempat tinggal baru yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka seringkali dijumpai hewan liar masuk ke pemukiman warga, hal tersebut diakibatkan karena tempat tinggal mereka telah dirusak oleh kegiatan manusia yang menebang pohon demi kebutuhan manusia.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia akan terus menerus terjadi apabila kegiatan tersebut tidak diikuti dengan proses pemulihan kembali. Manusia terkadang hanya memikirkan kehidupannya sendiri tanpa memikirkan apa yang terjadi ke depannya. Setiap kegiatan manusia sekecil apapun pasti akan menimbulkan akibat yang akan menimbulkan masalah-masalah lingkungan. Masalah-masalah-masalah lingkungan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa faktor pendorong sebagai berikut:

1. Teknologi

(5)

besar yang digunakan untuk mengolah material tanah menjadi emas telah menyebabkan pencemaran air dan tanaman pangan yang telah memakan korban.

2. Motif Ekonomi

Penduduk Indonesia termasuk golongan penduduk yang padat. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidup penduduk yang makin banyak diperlukan usaha yang lebih pula untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam kasus ini, para penambang berusaha mencari emas untuk kemudian dijual guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, cara untuk mendapatkan emas tersebut terbilang salah dan mengakibatkan dampak yang cukup besar.

3. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat memberikan sumbangan penting terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup. Dalam kasus ini semua faktor pendorong dapat menjadi faktor terjadinya penambangan liar di Pulau Buru ini. Faktor teknologi dilihat dari segi penggunaan merkuri, faktor motif ekonomi dilihat dari latar belakang penambang melakukan pekerjaan tersebut guna memenuhi kebutuhan ekonominya, dan faktor pertumbuhan penduduk dilihat dari penurunan kualitas manusia yang menggunakan bahan kimia tersebut tanpa menilik dan memikirkan dampak ke depannya.

Peran Pemerintah dalam Penanganan Kasus Penambangan Liar Pulau Buru

3Dengan peraturan Menteri Pertambangan dan Energi

No.04/P/M/pertmb/1977 telah ditetapkan Pencegahan dan Penanggulangan Terhadap Gangguan dan Pencemaran sebagai Akibat Usaha Pertambangan umum. Yang dimaksud dengan “Usaha Pertambangan Umum” ialah usaha pertambangan di luar pertambangan minyak dan gas bumi3.

Peran pemerintah dalam menangani kasus ini sebenarnya sudah terlaksana sejak 2015 dengan menutup lahan tambang liar tersebut dan mengirim beberapa personel polisi dan TNI yang mengevakuasi masyarakat setempat. Lahan tersebut juga telah dijaga ketat oleh aparat kepolisian, tetapi walaupun demikian, masyarakat tetap berusaha masuk ke lokasi tambang tersebut melalui jalur tikus. Terjadi kucing-kucingan antara aparat dengan para penambang itu. Sampai akhirnya aparat ditarik kembali dari lokasi penambangan karena diperintahkan untuk membantu pengamanan Pilkada. Namun, sesuatu yang tidak diduga terjadi. Masyarakat yang mengetahui bahwa para aparat telah ditarik dari lokasi penambang, berbondong-bondong kembali ke tempat semula yang sebenarnya sedang dalam proses normalisasi dan rehabilitasi itu. Lagi-lagi masyarakat melakukan penambangan dengan merkuri.

Presiden Jokowi akhirnya menindak tegas agar pertambangan rakyat tidak boleh menggunakan merkuri. Ada dua lokasi tambang emas liar atau yang sering disebut pertambangan emas tanpa izin yaitu Gunung Botak dan Gogorea. Tindakan Presiden Jokowi dengan memngeluarkan surat perintah nomor 84 tahun 2017 dimana selanjutnya surat perintah ini ditindaklanjuti oleh Polri, TNI, Satpol PP, dinas-dinas dan pihak-pihak terkait lainnya. Akhirnya

(6)

tanggal 17 maret 2017 tempat penambangan liar tersebut resmi ditutup dan kini sedang dalam proses pemulihan kembali.

Bentuk Pengendalian Pemerintah

Lokasi penambangan liar yang telah ditutup pemerintah lantas tidak dibiarkan terbengkalai begitu saja. Perlu adanya upaya dari pemerintah untuk memperbaiki dan mengembalikan lingkungan seperti semula agar terbebas dari zat-zat berbahaya dan aman bagi kehidupan manusia. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara penanaman pohon kembali. Namun, upaya tersebut dirasa tidak cukup efektif karena sebagian besar tanaman kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan ekstrim termasuk bekas lahan tambang. Teknologi alternatif perbaikan lahan bekas tambang menggunakan mikroorganisme terutama jamur merupakan hal yang sangat menarik dan penting dilakukan. Hal ini karena jamur memiliki keistimewaan selain adaptif terhadap berbagai kondisi tanah juga kemampuan dalam menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah.

Upaya lain dengan cara reklamasi yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan pasca penambangan. Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan kondisi fisik tanah agar tidak terjadi longsor. Pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas air masam tambang yang beracun yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Revegetasi sendiri bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah tersebut.

Semua upaya yang dilakukan pemerintah, dapat memakan waktu yang cukup lama sehingga perlu adanya pengawasan dan penjagaan ketat dari aparat kepolisian agar tidak ada lagi masyarakat yang diam-diam masuk dan melakukan penambangan liar kembali. Pemerintah dituntut agar dapat bertindak tegas kepada masyarakatnya demi keberlangsungan hidup manusia dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

KESIMPULAN

(7)

pemerintah dalam pengembangan pendidikan sehingga terjadinya penurunan kualitas manusia. Penurunan kualitas tersebut yang menyebabkan manusia tidak dapat berpikir panjang dalam penggunaan zat-zat berbahaya.

Kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh penambangan liar tersebut menimbulkan dampak-dampak dari berbagai aspek seperti aspek kesehatan, estetika, kerugian ekonomi dan terganggunya ekosistem alami. Dari aspek kesehatan, penggunaan merkuri yang berlebihan telah mencemari tanaman pangan dan air bersih. Dari segi estetika, lokasi penambangan telah berubah menjadi lokasi yang rusak dan terdapat banyak tebing-tebing yang rawan longsor. Dari segi kerugian ekonomi, pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit guna membayar korban pencemaran tersebut mulai dari biaya pengobatan, pemulihan daerah, dan lain-lain. Dan dari segi terganggunya ekosistem alami yaitu dengan adanya penambangan liar maka ada ekosistem alami yang harus berpindah tempat untuk mencari tempat tinggal yang baru.

Peran pemerintah dalam menanggulangi kasus penambangan liar ini sudah terealisasi dengan tepat meskipun terdapat banyak halangan. Pada tahun 2015 sebenarnya sudah ada tindakan tegas dari pemerintah, namun hal tersebut tidak berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa pemberontakan yang terjadi antara aparat kepolisian dengan penduduk setempat. Penduduk merasa jika tanah yang mereka gunakan sebagai mata pencaharian merupakan tanah ulayat sehingga mereka dengan bebas melakukan pemanfaatan terhadap tanah tersebut. Kemudian bertabrakan dengan pelaksanaan Pilkada sehingga aparat yang menjaga di daerah tersebut ditarik kembali untuk membantu penjagaan pelaksanaan Pilkada. Saat penarikan kembali aparat kepolisian, masyarakat berbondong-bondong kembali ke tempat mereka di Gunung Botak dan Gogorea yang sebelumnya telah ditutup oleh pemerintah.

Pada tahun 2017, Presiden Jokowi menindak tegas kasus tersebut dengan mengeluarkan Surat Perintah No. 84 Tahun 2017 dimana surat tersebut ditindaklanjuti oleh Polri, TNI dan dinas-dinas terkait. Tepat pada tanggal 17 Maret 2017, lokasi penambangan tersebut resmi ditutup berdasarkan Surat Perintah tersebut dan masyarakat bersedia untuk dievakuasi dari Gunung Botak dan Gogorea menuju Pulau Buru dan Ambon.

Pemerintah dituntut untuk melakukan upaya perbaikan kembali lahan-lahan yang digunakan untuk lahan-lahan pertambangan tersebut. Upaya awal pemerintah dengan melakukan penanaman pohon kembali. Namun, upaya tersebut dirasa kurang cukup untuk melakukan perbaikan kondisi tanah karena sebagian besar tanaman tidak dapat beradaptasi terhadap kondisi tanah yang cukup ekstrim. Pemerintah juga harus mampu membuat waduk untuk memperbaiki kualitas air masam tambang yang beracun agar ke depannya air di daerah tersebut dapat digunakan kembali oleh masyarakat.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Rahmadi, Takdir. 2015. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. Makarao, Taufik Mohammad. 2004. Aspek-Aspek Hukum Lingkungan. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Jurnal:

Mirdat. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah Pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu. Palu: Jurnal Agrotekbis. Vol.1, No.2.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Mereka akan memilah pengetahuan apa dari semua kegiatan knowledge sharing yang sifatnya online dan offline dan dikembalikan ke dalam organisasi untuk membuat proses, cara kerja,

Sumur ini harus ditutup dengan penutup yang rapat agar nyamuk dan lalat tidak masuk dan air limbah tidak mengalir ke air permukaan, dan sumur resapan harus jauh dari

IDENTIVIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI DAN KONSULTASI. KOLABORASI DAN

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesadaran hukum masyarakat dalam kepemilikan e-KTP

When Cannon doesn’t answer right away, I know it’s because he’s weighing his answer against how much he really wants me to know.. He never shows all his cards, but that’s

Adanya pesaing yang menjual produk dengan harga yang lebih murah, kami menyiasati ancaman itu dengan selalu mencari inofasi pada produck kami dari segi rasa, bentuk, dan kemasan,

Demikian pula hasil pengkajian BPTP Jabar tahun 2016 (Laporan Kegiatan BPTP Jabar, 2016) menunjukkan bahwa kedelai dibawah tegakan jati muda berumur 4 tahun pada jarak tanam 3 m

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA KOPERASI WANITA CEMPAKA JAYA DI KECAMATAN