• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara Dalam Perspektif Hukum Islam (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Negara Dalam Perspektif Hukum Islam (1)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil 'alamin. Washalatuwassalamu'ala asyrofi ambi'ahi mursalin. Wa'ala alihi washahbihi ajma'in.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt karena atas berkah rahmat dan hidayahnya pula lah saya dapat menyelesaikan makalah Konsep Imamah di Negara Sekuler : Studi Kasus Pemerintahan Erdogan di Turki ini. Shalawat serta salam tidak lupa saya haturkan kepada junjungan kita, panutan kita Rasulullah saw, nabi dan manusia kesayangan Allah swt. Berkat kehadirat dan sosok beliau lah, Islam dengan indahnya sampai di hadapan kita dengan mukjizat nya yang tidak akan pernah hilang di muka bumi ini, kitabullah Al-Qur'anul Karim.

Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar nya kepada dosen mata kuliah Negara dalam Perspektif Hukum Islam, pak DR. Hamid Chalid yang telah memberikan tugas akhir berupa pembuatan makalah ini. Dengan adanya tugas ini, saya harap dapat membuka cakrawala kita akan keberadaan gerakan Islamis di penjuru dunia dan menambah semangat ke-Islaman bagi siapapun yang menbaca makalah ini. Segala bentuk kritik dan saran yang membangun, saya harapkan dari pak Hamid maupun orang yang kelak akan membaca makalah ini.

Akhir kata, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf apabila ada kesalahan selama penulisan makalah ini.

Hormat Saya,

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR --- 1

BAB I : PENDAHULUAN--- 3

A. LATAR BELAKANG --- 3

B. RUMUSAN MASALAH --- 5

C. TUJUAN --- 5

BAB II : PEMBAHASAN --- 6

I. Imamah ---6

A. Definisi dan Istilah Kepemimpinan dalam Islam --- 6

B. Urgensi dan Tujuan Kepemimpinan dalam Islam --- 8

C. Kriteria Pemimpin dalam Islam --- 10

D. Periodisasi Kepemimpinan Umat Islam --- 14

II. Kondisi Kepemimpinan dan Pemerintahan di Turki --- 16

A. Sejarah Kepemimpinan dan Pemerintahan Turki --- 16

B. Westernisasi dan Sekularisasi Turki --- 17

C. Masyarakat Turki Pasca Kemalisme dan Kebangkitan Gerakan Islamis --- 21

III. Kepemimpinan Erdogan dan Partai AKP --- 24

A. Kebangkitan Pos-Islamisme di Turki --- 24

B. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) --- 25

C. Recep Tayyip Erdogan --- 28

BAB III : PENUTUP --- 30

Kesimpulan --- 30

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia, yang merupakan makhluk sosial, membutuhkan agama sebagai pedoman dasar dalam hidupnya. Islam sebagai ad-diin atau agama merupakan ideologi yang melandaskan ketauhidan Tuhan dalam ajaran nya, yaitu dengan diturunkannya Al-Qur'an sebagai pedoman bagi kehidupan seluruh manusia di muka bumi. Seluruh falsafah dasar dalam agama Islam mengatur keseluruhan sisi kehidupan manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini, Maka sebagai seorang muslim, utamanya, kita diwajibkan untuk menguasai dan mengamalkan ajaran Islam ini secara kaffah atau menyeluruh. Jalan umat Islam adalah satu sistem yang dipolakan sejak Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad, dan kemudian dilanjutkan oleh para khulafaurasyidin sesudah Rasullullah saw, kemudian diwariskan kepada para alim ulama untuk meneruskan tongkat perjuangannya. Satu hal yang pasti, mereka semua tidak pernah memisahkan antara agama dan negara, agama dan dunia, serta agama dari kehidupan masyarakat (umat).

Di dalam kehidupan bermasyarakat, manusia membutuhkan seorang pemimpin atau khalifah untuk mengatur masyarakat yang banyak. Peran dan fungsi pemimpin ini salah satunya adalah untuk memutuskan kebijakan-kebijakan yang berlaku untuk masyarakat yang dipimpin oleh-nya. Islam sebagai agama yang holistik pun telah mengatur konsep kepemimpinan atau imamah yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai pedoman kehidupan seluruh manusia di muka bumi.

(4)

menonjol adalah masa khalifah yang empat yang disebut Khulafau-Rasyidin (pemimpin yang mulia), sebab masa itulah pemerintahan berdasarkan musyawarah. Namun sangat disayangkan bahwa kebesaran masa Khulafaur-Rasyidin itu tidak berlangsung lama, sebab dengan berakhirnya kekuasaan khalifah keempat (Ali bin Abi Thalib [661 M/ 41 H]) yang digantikan kekuasaan model keluaraga dari Bani Mu'awiyah, maka masuklah ke sistem monarki.

Kekuasaan Mu'awiyah merupakan titik awal tamatnya Khulafaur-Rasyidin disambung dengan kekuasaan Abbasiyah yang berlangsung hingga abad XIX. Pada abad XIX, sistem khalifah masih sempat dibangun oleh kerajaan Turki Utsmani yang menjadi pusat kekhalifahan dunia Islam. Namun dengan berbagai desakan dan perlawanan dari golongan non-Islam dengan menggelorakan semangat nasionalisme sekuler, maka berakhirlah kekhalifahan Turki Utsmani tahun 1924 dengan dibentuknya UUD Turki yang berwajah sekuler, dipelopori oleh Mustafa Kemal Ataturk. Berakhirnya kekhalifahan Turki Utsmani kemudian menjadikan Turki sebagai negara sekuler hingga saat ini.

Republik Turki sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam menurut konstitusi nya yaitu dalam Pasal 2 konstitusi Republik Turki, merupakan negara yang demokratis, sekular, dan pemerintahan sosial yang berdasarkan pada hukum. Nilai dasar negara mereka adalah loyalitas kepada nasionalisme yang telah dibawakan oleh Mustafa Kemal Ataturk, bapak negara demokrasi Turki. Nilai-nilai dasar ini ditanamkan dalam konstitusi Republik Turki dan dijaga oleh kekuatan militer yang sangat loyal terhadap nilai-nilai yang ditanamkan Ataturk tersebut.

(5)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan hal-hal yang akan dijawab dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Apakah konsep Imamah itu?

2. Adakah perbedaan antara konsep Imamah dengan konsep kepemimpinan Islam lainnya?

3. Bagaimana kondisi pemerintahan di Turki saat ini?

4. Apakah kepemimpinan Erdogan di Turki saat ini termasuk dalam konsep

Imamah ? C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep dari Imamah ;

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan antara Imamah dengan konsepsi lainnya ;

3. Untuk mengetahui kondisi pemerintahan di Turki saat ini ;

4. Untuk mengetahui kepemimpinan Erdogan di Turki saat ini termasuk dalam Imamah atau tidak.

BAB II PEMBAHASAN

I. Imamah dan Istilah Kepemimpinan Islam Lainnya

A. Definisi dari Istilah-istilah Kepemimpinan dalam Islam

(6)

mempunyai arti pimpinan atau orang diikuti. Selanjutnya Ibnu Mandzur mengartikannya dengan setiap orang yang telah diangkat menjadi pimpinan suatu komunitas masyarakat baik dalam menempuh jalan kebaikan atau kesesatan. Sedangkan secara istilah, para pakar hukum Islam mendefinisikan dengan beragam. At Tafazani mendefinisikan dengan pemimpin tertinggi negara yang bersifat universal dalam mengatur urusan agama dan keduniaan. Ibn Khaldun mengatakan imamah adalah muatan seluruh komunitas manusia yang sesuai dengan pandangan syariat guna mencapai kemaslahatan mereka baik di dunia dan akhirat. Hal ini dikarenakan seluruh sistem kehidupan manusia dikembalikan pada pertimbangan dunia demi mendapatkan kemaslahatan akhirat. Al Mawardi memposisikan al-imamah sebagai pengganti tugas kenabian dalam menjaga dan memelihara masalah agama serta urusan keduniaan. 1Sedangkan Fuqoha mendefinisikan Imamah sebagai "Kepemimpinan umum yang bertanggungjawab dalam melaksanakan urusan agama dan dunia. Dari beberapa definisi ini dapat disimpulkan bahwa Imamah adalah kekuasaan tertinggi dalam negara Islam yang bersifat menyeluruh dalam memelihara agama dan pengaturan sistem keduniaan dengan berasaskan syariat Islam dan pencapaian maslahat bagi umat di dunia dan akhirat.

Secara istilah, imam adalah seorang yang memegang jabatan umum dalam urusan agama dan juga urusan dunia sekaligus. Dengan demikian Islam tidak mengenal pemisahan mutlak agama dan negara, dunia dan akhirat, mesjid dan istana, atau ulama dan politikus. Secara kebiasaan penggunaan bahasa, istilah

imamah ini lebih sering disebut oleh para penganut syi'ah sehingga mereka tidak hanya memandang para imam sebagai pengajar agama, tetapi juga sebagai pengatur segala urusan umat yang berhubungan dengan pranata-pranata sosial, politik, keamanan, ekonomi, budaya, dan seluruh kebutuhan interaksi umat lainnya.2

1 Imam Mawardi. Ahkaamus-sulthaaniyah wal-wilaayaatud-diiniyyah. Al-Maktab al-Islami, Beirut. (diterjemah oleh Abdul Hayyie al-Kattani dan

Kamaluddin Nurdin dengan judul Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam dan diterbitkan oleh Gema Insani Press di Jakarta tahun 1996)

(7)

Lalu apa perbedaan definisi Imamah dengan istilah-istilah kepemimpinan Islam lainnya? Ada beberapa istilah yang terkait dengan konsep kepemimpinan dalam Islam yaitu khalifah dan amirul mukminin. Khalifah atau khilafah artinya : Wakil Allah di bumi yang bertindak sebagai penyeru kepada agama Allah. Atau berarti juga : Pengganti (penguasa), generasi penerus, wakil, pengganti dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Sedangkan amirul mukminin secara harfiah artinya pemimpin orang-orang yang beriman. Maksudnya adalah seseorang yang diangkat menjadi pemimpin oleh para alim ulama (ahlul ahli wal aqdi), berdasarkan pengetahuannya tentang Qur'an, hadist, adab; wara' lagi zuhur, adil lagi pandai.3

Kata imamah, amirul mukminin, dan khalifah mempunyai bentuk satu arti yaitu suatu jabatan tertinggi dalam suatu negara. Sejarah telah membuktikan bahwa Rasulullah, para Shahabat dan Tabi'in tidak membedakannya. Oleh sebab itu para ulama fiqih juga tidak memisahkan ketiga istilah tersebut, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh imam Nawawi dan Ibn Khaldun.4

B. Urgensi dan Tujuan Kepemimpinan dalam Islam

Banyak kewajiban dalam Islam yang bersifat jama'i. Artinya tidak bisa ditegakkan kecuali dengan bersama-sama, seperti shalat ied, shalat Jum'at, jihad, hudud, dan lainnya. Dan dalam menjalankan kebersamaan itu dibutuhkan persatuan dan kebersamaan. Sehingga untuk teralisirnya kewajiban-kewajiban tersebut, Islam memerintahkan untuk bersatu dan berjama'ah.5

Allah Ta'ala berfirman,

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." (QS. Ali Imran: 103)

Perintah bersatu atas kaum muslimin tersebut tidak akan bisa tegak kecuali dengan adanya kepemimpinan. Sehingga kaum muslimin wajib mengangkat salah

3Kafie, Jamaluddin. Islam, Agama, dan Negara. 1983. Surabaya : PT. Bina Ilmu. hlm 53

4 Ibid, hlm 32

(8)

seorang dari mereka untuk memimpin dan mengatur kehidupan mereka guna menjalankan syariat agama mereka. Karena itulah kewajiban menegakkan kekuasaan dan kepemimpinan Islam termasuk kewajiban agama. Di mana kemaslahatan manusia berkaitan dengan agama dan dunianya tidak akan terealisir kecuali dengannya.6

Firman Allah Subhanahu Wata’ala:

“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu berkata kepada para Malaikat:’Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi . Mereka bekata:’Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS.Al-Baqarah: 30).

Allah menyebutkan khalifah/imamah/amirul mukminin, sehubungan dengan status manusia (Adam dan anak cucunya) di bumi ini. Menurut Ibnu Katsir, Imam Al-Qurthubi dan ulama yang lain telah menjadikan ayat ini sebagai dalil wajibnya menegakkan khilafah untuk menyelesaikan dan memutuskan pertentangan antara manusia, menolong orang yang teraniaya, menegakkan hukum Islam, mencegah merajalelanya kejahatan dan masalah-masalah lain yang tidak dapat terselesaikan kecuali dengan adanya imam (pimpinan)

Firman Allah swt

"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan." (Q.S Shaad : 26)

(9)

seorang pemimpin dari kalangannya untuk mencegah terjadinya perselisihan diantara mereka. Imam Ahmad meriwayatkan dalam al-Musnad, dari Abdullah bin Amr, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

“Tidak halal bagi tiga orang yang berada di permukaan bumi kecuali mereka mengangkat salah seorang diantara mereka menjadi pimpinan atas mereka ” (HR.Ahmad).

Asy-Syaukani berkata : "Hadits ini merupakan dalil wajibnya menegakkan kepemimpinan di kalangan umat Islam. Dengan adanya pimpinan umat Islam akan terhindar dari perselisihan sehingga terwujud kasih sayang diantara mereka. Apabila kepemimpinan tidak ditegakkan maka masing-masing akan bertindak menurut pendapatnya yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Di samping itu kepemimpinan akan meminimalisir persengketaan dan mewujudkan persatuan."

Dalil lain tentang kewajiban imamah (kepemimpinan Islam) adalah banyaknya kewajiban-kewajiban syariat yang tidak bisa direalisasikan tanpa adanya pemerintahan Islam, seperti menegakkan hudud dan mengimplementasikan hukum-hukum Islam, menjaga perbatasan, menyiapkan dan mengirim pasukan, menjaga keamanan, mengangkat hakim dan lainnya. Mana saja kewajiban tidak bisa sempurna kecuali dengan keberadaannya, maka ia pun menjadi wajib. Terlebih, dari sisi urgensinya untuk mencegah bahaya besar yang terjadi di tengah-tengah kesemprawutan dan vakumnya pemerintah Islam, maka perintah mewujudkan kepemimpinan Islam menjadi sangat wajib.7

C. Kriteria Pemimpin dalam Islam

Para pemimpin Islam yang wajib ditegakkan kaum muslimin adalah pemimpin yang menegakkan Al-Qur'an dan Sunnah, dan menerapkan syariat Islam dalam mengatur rakyatnya. Yang karena itulah mereka mendapatkan hak besar untuk didengar dan ditaati rakyatnya, di mana rakyat tidak boleh menentang

(10)

dengan senjata dan memberontak terhadapnya, walaupun dia itu banyak berbuat maksiat, dzalim, dan fasik selain kekufuran. 8

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

"Siapa yang benci kepada suatu (tindakan) pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar. Karena sesungguhnya tiada seorangpun dari manusiayang keluar sejengkal saja dari pemimpinnya kemudian ia mati dalam keadaan demikian melainkan ia mati dalam keadaan jahiliyah." (HR Muslim no. 1894)

Oleh karena itu, perlulah kita yang tergabung dalam suatu tatanan masyarakat untuk menentukan kriteria apa saja yang pantas untuk menjadikan seseorang menjadi pemimpin di antara kita agar tidak terjadi kekacauan dan perselisihan besar yang disebabkan oleh kesalahan memilih pemimpin tersebut.

Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam Kitab Nizamul Hukm Fil Islam menyebutkan tujuh syarat sehingga seseorang layak menjadi Khalifah, dimana syarat tersebut menjadi syarat sah untuk diangkat menjadi Khalifah atau disebut sebagai syarat in’iqâd. Jika ada satu saja kekurangan, maka akad pengangkatan Khalifah menjadi tidak sah. Adapun syarat tersebut adalah :

1. Muslim

Sama sekali tidak sah Khilafah diserahkan kepada orang kafir dan tidak wajib pula menaatinya, karena Allah swt telah berfirman :

"Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin." (QS. An-Nisa : 141)

Pemerintahan (kekuasaan) merupakan jalan yang paling kuat untuk menguasai orang-orang yang diperintah. Allah telah mengharamkan adanya jalan bagi orang kafir untuk menguasai kaum mukmin maka haram hukumnya kaum Muslim menjadikan orang kafir sebagai penguasa atas mereka. Demikian pula, Khalifah merupakan waliy al-amri, sementara

8 Al-Wajiz : Intisari aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari : 192-193 (sebagaimana dikutip oleh Badrul Tamam dalam tulisannya di

(11)

Allah swt telah mensyaratkan bahwa seorang waliy al-amri haruslah seorang Muslim. Allah swt telah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta ulil amri di antara kalian." (QS An-Nisa : 59)

2. Lelaki

Khalifah tidak boleh seorang perempuan, artinya ia harus laki-laki. Tidak sah Khalifah seorang perempuan. Hal ini berdasarkan pada apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abu Bakrah yang berkata, ketika sampai berita kepada Rasulullah saw. bahwa penduduk Persia telah mengangkat anak perempuan Kisra sebagai raja, Beliau bersabda :

"Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan." (HR al-Bukhari)

3. Baligh

Khalifah tidak boleh orang yang belum baligh. Hal ini sesuai dengan riwayat Abu Dawud dari Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda :

"Telah diangkat pena (beban hukum, peny.) dari tiga golongan : dari anak-anak hingga ia balig; dari orang yang tidur hingga ia bangun; dan dari orang yang rusak akalnya hingga ia sembuh." (HR Abu Dawud) Orang yang telah diangkat pena (beban hukum, peny.) darinya tidak sah mengelola urusannya. Secara syar'i ia bukan seorang mukallaf. Karena itu, ia tidak sah menjadi khalifah atau menduduki jabatan penguasa selainnya, karena ia tidak memiliki hak untuk mengelola berbagai urusan.

4. Berakal (Bukan Gila)

Orang gila tidak sah menjadi khalifah. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang telah diriwayatkan oleh Abu Dawud di atas. Akal merupakan manâth attaklîf (tempat pembebanan hukum) dan syarat bagi absahnya aktivitas pengaturan berbagai urusan pemerintahan dan melaksanakan penerapan beban-beban syariah. Karena itu, tidak sah jika Khalifah itu seorang yang gila, karena orang gila tidak layak mengatur urusannya sendiri. Dengan demikian, lebih tidak layak lagi jika orang gila mengatur berbagai urusan manusia.

(12)

Orang fasik tidak sah diangkat sebagai khalifah. Adil merupakan syarat yang harus dipenuhi demi keabsahan Kekhilafahan dan kelangsungannya. Sebab, Allah swt telah mensyarakatkan dalam hal kesaksian, ed.- seorang saksi haruslah orang yang adil. Firman Allah Subhanahu Wata’ala :

"... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kalian ... (QS ath-Thalaq : 2)

Orang yang kedudukannya lebih tinggi daripada seorang saksi adalah Khalifah. Karena itu, lebih utama lagi jika ia harus seorang yang adil. Sebab, jika sifat adil telah disyaratkan seorang saksi, tentu sifat ini lebih utama lagi jika disyaratkan bagi Khalifah.

6. Merdeka (Bukan Hamba)

Sebab, seorang hamba sahaya adalah milik tuannya sehingga ia tidak memilki kewenangan untuk mengatur urusannya sendiri. Tentu saja ia lebih tidak memiliki kewenangan untuk mengatur urusan orang lain, apalagi kewenangan untuk mengatur urusan manusia.

7. Mempunyai Kemampuan Memimpin Negara (Daulah Islamiyah)

Khalifah haruslah orang memiliki kemampuan untuk menjalankan amanah Kekhilafahan. Sebab, kemampuan ini merupakan keharusan yang dituntut dalam bai'at. Orang yang lemah tidak akan mampu menjalankan urusan-urusan rakyat sesuai dengan al-Kitab dan as-Sunnah, yang berdasarkan keduanyalah ia dibai'at.

Seorang Imam yang menggantikan Nabi Muhammad saw bukanlah sembarang orang, tetapi harus memilki sejumlah sifat yang dimiliki Rasullullah. Oleh karena itu, persyaratan menjadi seorang Imam tidak cukup harus seorang Quraisy, seperti yang diyakini sahabat ketika itu, tetapi harus pula memilki syarat-syarat lain, yaitu 'ismah (kemampuan menjaga diri dari dosa walau sekecil apapun) dan ilm (ilmu yang sempurna).9

9 Abu Rafi’ Qibti, hamba Rasulullah SAWAW. Diriwayatkan oleh al-Khawarizmi dalam Maqtal dan Abu Bakr al-Ja’abi di dalam Nakhb (sebagaimana dikutip oleh Candiki Repantu dalam tulisannya di

(13)

Imamah yang memilki sifat 'ismah perlu, karena syariat tidak akan dapat berjalan tanpa adanya kekuasaan mutlak yang berfungsi memelihara serta menafsirkan pengertian yang benar dan murni (tanpa melakukan kesalahan) terhadap syariat itu. Begitu pula dengan ilmu imam, mestilah suci dan bersifat hudhuri (kehadiran langsung objek ilmu) serta syuhudi (tersaksikan dengan mata batin) atau bantuan gaib dan taufik ilahiah. Selain itu, struktur jasmani, otak serta urat syaraf, dan potensi ilmiah para imam sempurna dan senantiasa mendapat pertolongan ilahi. Semua itu, mutlak diperlukan untuk sampainya pesan-pesan ilahi secara jelas dan sempurna, tanpa cacat dan kesalahan. 10

Ishmah dan ilmu berjalan seiring dan saling dukung. Maksudnya, ishmah diperoleh salah satunya melalui ilmu yang sempurna. Dengan ilmunya, seorang imam mengetahui hukum-hukum agama dan akibat-akibat yang ditimbulkan karena melanggar ajaran-ajaran agama tersebut. Dengan ilmu yang yakin (ilmu al-yakin) dan menyaksikan konsekuensi perbuatannya (ain al-al-yakin), seorang imam akan senantiasa menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan dosa. 11

Secara umum sistem politik dalam pemerintahan Islam setelah Nabi adalah menggunakan konsep khilafah, sebagaimana konsep itu digunakan oleh pemikir ketatanegaraan Islam kenamaan, Al-Farabi. Konsep Al-Farabi mengacu kepada sistem kepemimpinan umat Islam setelah 100 tahun lamanya terbentuk imperium Islam yang luas dan nyata. Dengan demikian, dari segi konsepnya tentang imamah dan khilafah tidak terdapat perbedaan, yang membedakan adalah secara harfiah dan siapa yang menggunakan konsep tersebut. Perbedaan interpretasi dalam sistem khilafah dan imamah itu terletak pada siapa yang berhak menjadi khalifah setelah Nabi Muhammad saw. Dalam hal ini Ali As-Saulus menggunakan konsep imamah sama dengan khilafah, yaitu sebagai pemimpin tertinggi atau penguasa tertinggi umat Islam. (As-Saulus, 1997 : 15-22)12

D. Periodisasi Kepemimpinan Umat Islam

10Ibid 11 Ibid

(14)

Dari Nu'man bin Basyir Radiallahu 'Anhu, Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

”Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemu- dian Allah mengangkatnya apabila Ia meng hendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyom bong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemu dian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghen daki untuk mengang katnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR.Ahmad).

Menurut hadits ini kepemimpinan umat Islam akan mengalami 4 periode :

1. Masa Kenabian

Yaitu masa umat Islam dipimpin oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, masa kenabian ini selama 23 tahun

2. Masa Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah

Yaitu masa umat Islam dipimpin oleh para khalifah yang mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Masa ini terkenal dengan masa dipimpinnya khilafah Islam oleh khulafaur-rasyidin. Masa Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah ini berlangsung selama kurang lebih 30 tahun.

3. Masa Mulkan

(15)

masa mulkan ini berakhir dengan diruntuhkannya Dinasti Utsmaniyah di Turki oleh Mustafa Kemal Pasya pada tahun 1342 H / 1924 M

4. Masa Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah

Yaitu masa umat Islam akan kembali dipimpin oleh para Khalifah yang mengikuti jejak kenabian setelah berlalunya masa Mulkan (kerajaan). Salah satunya adalah usaha untuk menegakkan kembali Khilafah setelah runtuhnya Dinasti Utsmaniyah di Turki

II. Kondisi Kepemimpinan dan Pemerintahan di Republik Turki

A. Sejarah Kepemimpinan dan Pemerintahan Turki

(16)

Dalam hal ini Sultan adalah sekaligus khalifah, artinya sebagai pemimpin negara dan pemimpin agama.13

Turki Utsmani mengalami masa kemunduran setelah pasukan Turki gagal dalam usaha penaklukan Wina pada tahun 1683. Hal ini dimaknai sebagai melemahnya kekuatan pasukan militer Turki. Selanjutnya kondisi ini membawa Turki Utsmani pada suatu masa pembaruan atau modernisasi. Akhirnya setelah Perang Dunia I yang berujung pada kekalahan pihak sentral yang didukung oleh Turki, terjadi titik balik Imperium Turki menjadi kemunduran yang sangat menyedihkan. Satu per satu wilayah kekuasaan yang jauh dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki Utsmani. Bahkan lebih buruk lagi, negara-negara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk dijadikan negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Imperium inilah yang menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu. Pada tahun 1919-1923 terjadi revolusi Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal. Kecemerlangan karier politik Mustafa Kemal dalam peperangan, yang dikenal sebagai perang Kemerdekaan Turki, mengantarkannya menjadi pemimpin dan juru bicara gerakan nasionalisme Turki. Gerakan nasionalisme ini, yang pada waktu itu merupakan leburan dari berbagai kelompok gerakan kemerdekaan di Turki, semula bertujuan untuk mempertahankan kemeredekaan Turki dari rebutan negara-negara sekutu. Namun pada perkembangan selanjutnya gerakan ini diarahkan untuk menentang Sultan.14

Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki di atas puing-puing reruntuhan kekhalifahan Turki Utsmani dengan prinsip sekulerisme, modernisme, dan nasionalisme. Mustafa diakui berhasil menciptakan sistem pemerintahan parlementer dan meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi kehidupan demokratisasi di Turki. Partai Republik Rakyat adalah partai politik yang dibentuk Mustafa Kemal untuk menjalankan roda Pemerintahan.15

13 http://www.fib.ui.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=91:kemalisme-budaya-dan-negara-turki&catid=39:artikel-ilmiah&Itemid=122&lang=in-ID (diakses tanggal 17/05/2013 jam 14:30) Tulisan ini disampaikan pada Ceramah Umum --- KEMALISME : Budaya dan Negara Turki --- Diselenggarakan oleh Departemen Linguistik dan Departemen Susastra FIB UI pada tanggal 10 Mei 2005.

(17)

B. Westernisasi dan Sekularisasi Turki

Turki kemudian dikenal sebagai negara yang mencoba semaksimal mungkin menjiplak Barat dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka berpikir, dengan menjiplak Barat dan meninggalkan Islam, Turki akan menjadi negara kuat dan besar. Penjiplakan Turki terhadap Barat justru dimulai dari pandangan hidup dan sistem kemasyarakatan, dengan melakukan proses sekularisasi secara besar-besaran. Proses sekularisasi Turki secara remi dimulai dengan proklamasi negara Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923 oleh Dewan Agung Nasional. Turki secara tegas menyebut dirinya sebagai negara sekuler. Setelah Mustafa Kemal terpilih sebagai presiden pertama Republik Turki, beliau mengubah namanya menjadi Kemal Ataturk (Bapak bangsa Turki). Ataturk ingin menjadikan negara Turki modern yang berdasarkan kebudayaan Barat. 16

Pada perkembangan selanjutnya, ide-ide reformasi Mustafa Kemal menjadi suatu gerakan politik pemerintah yang dikenal dengan sebutan

Kemalisme. Setelah berkuasa, ia melakukan reformasi agama. Sejak awal, meskupun dilakukan dengan paksa, tidak semua keinginannya berhasil. Upaya untuk mengganti bacaan shalat dengan bahasa Turki gagal diwujudkan. Hanya azan untuk pertama kalinya secara resmi dikumandangkan dalam bahasa Turki pada bulan Januari 1932. Azan versi Turki ini disiapkan oleh Himpunan Linguistik dan disiarkan oleh Kantor Kepresidenan Urusan Agama. Tahun 1933, keluar keputusan pemerintah yang menyatakan bahwa azan dalam bahasa Arab merupakan pelanggaran hukum.17 Mustafa Kemal juga mengkritik pemakaian jilbab oleh wanita-wanita Turki, tapi semasa hidupnya tidak ada undang-undang yang secara tegas melarang pemakaian jilbab tersebut. Pelarangan jilbab secara konstitusional baru terjadi pada tahun 1998, sebagai reaksi militer atas munculnya fenomena kesadaran yang tinggi dari muslimah-muslimah Turki dalam

16 Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat : Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal. 2005. Jakarta : Gema Insani hlm 272

(18)

menggunakan jilbab dan juga reaksi atas kemenangan Partai Islam Refah pada pemilu tahun 1995. 18

Para pemimpin sekular Turki modern selalu menerangkan bahwa reformasi yang mereka lakukan tidaklah ditujukan untuk melawan Islam, tetapi hanya ingin mengakhiri kekuasaan para ulama. Menempatkan Islam sebagai subordinasi terhadap negara juga menunjukkan kepercayaan yang mendalam dari orang-orang sekularis bahwa Islam bertanggungjawab terhadap kemunduran dan keterbelakangan bangsa Turki. Pada mulanya, mereka juga bermaksud mengubah masjid menjadi gereja Islam modern, tetapi ternyata mustahil dilaksanakan, sebagaimana halnya usaha untuk menjadikan bahasa Turki sebagai bacaan salat. Masyarakat menentang keras upaya tersebut. Yang kemudian berhasil adalah perubahan Aya Sofya (Hagia Sophia), gereja Byzantium, menjadi museum. Gereja ini telah dijadikan masjid oleh Sultan Muhammad II (Muhammad Al-Fatih). 19

Gagasan sekularisme Ataturk dalam bidang kenegaraan pada dasarnya berupa pemisahan agama dari negara. Menurut Ataturk, apabila agama dipergunakan untuk memerintah masyarakat, ia senantiasa dipergunakan sebagai alat dalam tangan raja di tangan diktator untuk menghukum. Pemisahan agama dengan negara akan menyelamatkan bangsa dari malapetaka. Pemisahan agama dari negara dimulai tahun 1928 dengan menghapus artikel 2 dari Konstitusi Turki yang menyebutkan bahwa agama negara adalah Islam. Sebelumnya, tahun 1924, Biro Syaikh Al Islam dihapuskan. Begitu juga Kementerian Syariat dan Mahkamah Syariat. Proses ini dimaksudkan untuk menggusur otoritas Syariat dan meletakkan kedaulatan rakyat secara mutlak. Negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama. Sembilan tahun kemudian, 1937, prinsip sekulerisme dimasukkan ke dalam Konstitusi Turki yaitu tercantum dalam UUD Turki pasal 2 yang menyatakan bahwa Republik Turki adalah negara demokrasi, sekuler, dan sosial berdasarkan pada hukum.20

18 http://www.fib.ui.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=91:kemalisme-budaya-dan-negara-turki&catid=39:artikel-ilmiah&Itemid=122&lang=in-ID (diakses tanggal 17/05/2013 jam 14:30)

19 Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat : Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal. 2005. Jakarta : Gema Insani hlm 273

(19)

Komite ahli hukum mengambil Undang-Undang sipil Swiss untuk memenuhi keperluan hukum seperti hukum perkawinan di Turki menggantikan Undang-Undang Syariah, berdasarkan keputusan Dewan Agung Nasional tanggal 17 Februari 1926. Undang-Undang Sipil yang mulai diberlakukan pada tanggal 4 Oktober 1926 ini antara lain tentang : menerapkan monogami; melarang poligami dan memberikan persamaan hak antara pria dan wanita dalam memutuskan perkawinan dan perceraian. Sebagai konsekuensi dari persamaan hak dan kewajiban ini, hukum waris berdasarkan Islam dihapuskan. Hak untuk pindah agama serta kebebasan bagi perkawinan antar agama juga dijamin undang-undang.21 Menurut James A. Bill dan Carl Leiden, bentuk serangan Ataturk terhadap agama yang penting adalah politik nasionalis-revolusioner yang diterapkannya melalui semboyan 'Turki adalah untuk bangsa Turki'.22

Tahun 1924, dikeluarkan UU Penyatuan Pendidikan yang mewajibkan seluruh sekolah berada di bawah pengawasan Kementrian Pendidikan. Madrasah-madrasah ditutup dan digantikan dengan sekolah yang membina iman dan khatib. Selanjutnya pendidikan agama ditiadakan di sekolah-sekolah perkotaan pada tahun 1930, dan di sekolah-sekolah perdesaan pada tahun 1933. Pelajaran Bahasa Arab dan Persia dihapuskan pada tahun 1928. Pada tahun ini juga tulisan Arab diganti dengan tulisan Latin. Di bidang budaya, proses sekulerisasi--juga westernisasi--dilakukan antara lain dengan pelarangan penggunaan topi adat Turki, Torbus, tahun 1925. Sebagai gantinya dianjurkan pemakaian topi Barat. Pakaian keagamaan juga dilarang dan rakyat Turki, baik pria maupun wanita, diharuskan mengenakan pakaian Barat.23

21 http://www.fib.ui.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=91:kemalisme-budaya-dan-negara-turki&catid=39:artikel-ilmiah&Itemid=122&lang=in-ID (diakses tanggal 17/05/2013 jam 14:30)

22 James A. Bill and Carl Leiden, Politics in The Middle East, 1979 : 55-56 (yang dikutip oleh Adian Husaini dalam bukunya berjudul Wajah Peradaban Barat : Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal. 2005. Jakarta : Gema Insani hlm 274)

23 A.L. Macfie, Ataturk, hlm. 136-137.(yang dikutip oleh Adian Husaini dalam bukunya berjudul Wajah Peradaban Barat : Dari Hegemoni Kristen ke

Dominasi Sekular-Liberal. 2005. Jakarta : Gema Insani hlm 274-275) Dampak mengganti tulisan Arab dengan Latin memiliki dampak serius kepada

(20)

Pada 1 Januari 1935, pemerintah mengharuskan pemakaian nama keluarga bagi setiap orang Turki dan melarang gelar-gelar yang biasa dipakai pada masa Turki Usmani. Mustafa Kemal menambahkan nama Ataturk, sebagai nama keluarga. Pada tahun 1935 sistem kalender hijriyah diganti dengan sistem kalender masehi; hari Minggu dijadikan sebagai hari libur menggantikan hari libur sebelumnya yaitu hari Jum'at. Tentang sekularisasi dan modernisasi di Turki pada Rezim Kemalis (pendukung gerakan Mustafa Kemal) seperti diuraikan di atas, Bryan S. Turner, seorang guru besar sosiologi di Universitas Flinders (Australia Selatan), menyimpulkan bahwa sekularisme tersebut merupakan suatu bentuk pemaksaan dari pemerintah rezim, bukanlah sekularisasi yang tumbuh sebagai suatu konsekuensi dari proses modernisasi seperti di negara-negara Eropa. Selain itu sekulerisasi di Turki pada saat itu merupakan peniruan secara sadar pola tingkah laku masyarakat Eropa yang dianggap modern dan lebih maju (1984:318). Bagi kemalis, manusia Turki baru tidak saja harus berpikiran rasional seperti orang-orang Eropa, tetapi juga harus menuri tata cara berperilaku dan berpakaian seperti mereka.24

C. Masyarakat Turki Pasca Kemalisme dan Kebangkitan Gerakan Islamis

Mustafa Kemal meninggal dunia pada tanggal 10 November 1938, setelah tiga kali menjabat sebagai presiden Republik Turki, yaitu pada tahun 1927, 1931, dan 1935. Mustafa Kemal diakui berhasil menciptakan sistem pemerintahan parlementer dan melektakkan dasar-dasar yang kuat bagi kehidupan demokratisasi di Turki. Partai Republik Rakyat adalah satu-satunya partai yang terdapat di Turki pada masa itu, namun sejarah Turki menunjukkan pemerintahan Kemal dengan sistem pemerintahan satu partai tidak memberi ruang bagi kemunculan partai oposisi. Iklim demokrasi muncul kemudian sejak Turki menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945 dan terus berkembang

24 Turner, Bryan S. Sosiologi Islam: Suatu Telaah Analitis atas Tesa Sosiologi Weber (terj.). Jakrata: Rajawali Pers, 1984. (yang dikutip oleh Ade Solihat dalam ceramah umum--- KEMALISME : Budaya dan Negara Turki---

Diselenggarakan oleh Departemen Linguistik dan Departemen Susastra FIB UI pada tanggal 10 Mei 2005 dan terdapat pada link

http://www.fib.ui.ac.id/index.php?

(21)

menunjukkan kemajuan yang pesat. Daniel Lerner (di dalam Memudarnya Masyarakat Tradisional, 1983) telah melakukan penelitian yang mendalam di suatu kota dekat Ankara pada tahun 1950-an, dan menyimpulkan bahwa negara Turki telah tumbuh menjadi negara yang relatif lebih stabil dan demokratis dibanding dengan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah.25

Setelah sekitar 8 dekade sekulerisme dipaksakan di Turki, negara berpenduduk 60 juta jiwa ini belum juga sejajar dengan negara Barat, meskipun Turki memang telah menjadi anggota organisasi pertahanan NATO. Hal ini bisa dilihat dari ditolaknya kembali lamaran Turki untuk menjadi masyarakat Eropa dan Uni Eropa pada bulan Maret 1997. The Economist, 8 Maret 1997, menggambarkan pandangan negara-negara Barat (Uni Eropa) saat ini terhadap Turki, "Mereka (negara-negara Eropa lain) memandang Bangsa Turki terlalu miskin, terlalu banyak jumlahnya, dan terlalu muslim." Jadi meskipun Turki sudah disekulerkan habis-habisan, tetap saja dia dianggap "terlalu muslim".26

Kasus sekularisasi di Turki--sebagaimana di dunia Islam-- telah menimbulkan ketegangan tiada henti. Eksperimen Ataturk pada faktanya, bukan hanya berupa pemisahan agama dari negara, tetapi juga merupakan penindasan terhadap Islam. Eksperimen sekulerisasi di Turki gagal membuahkan hasil optimal, meskipun paham ini dipaksakan kepada rakyat Turki oleh penguasanya. Sepeninggal Ataturk, penguasa-penguasa Turki berangsur-angsur memberikan keleluasaan terbatas kepada kaum Muslim untuk melakukan aktivitas ibadahnya. Kaum Muslim sendiri selalu berupaya keras melawan sekulerisasi dan penindasan terhadap hak-hak mereka untuk melakukan ibadah. Kebangkitan Islam di Turki justru merupakan fenomena yang tak terelakkan. Fenomena kebangkitan Islam itu pun mulai memasuki arena yang sensitif bagi kaum sekularis, yaitu wilayah

25 Lerner, Daniel. Memudarnya Masyarakat Tradisional (Terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1978. yang dikutip oleh Ade Solihat dalam ceramah umum--- KEMALISME : Budaya dan Negara Turki--- Diselenggarakan oleh Departemen Linguistik dan Departemen Susastra FIB UI pada tanggal 10 Mei 2005 dan terdapat pada link http://www.fib.ui.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=91:kemalisme-budaya-dan-negara-turki&catid=39:artikel-ilmiah&Itemid=122&lang=in-ID (diakses tanggal 17/05/2013 jam 14:30)

(22)

politik dan kenegaraan. Di tahun 1980-an misalnya, Perdana Menteri Turki Turgut Ozal melakukan strategi ganda untuk mengakomodasi Islam dan Eropa, yaitu menjadikan Turki sebagai jembatan bagi pihak Eropa sekaligus berusaha menempatkan kembali posisi kehormatan Turki di dunia Islam. "Ada sebuah kelompok besar negara Islam. Mereka pernah menganggap Utsmaniyah sebagai pemimpin dunia Islam. Kita harus memimpin kelompok-kelompok negara ini dan hal ini akan membuat kita lebih penting di mata Barat. Secara fisik maupun moral, kita adalah jembatan dari Barat," kata Ozal.27

Tahun 1991, Partai Refah menempatkan 16 wakilnya di parlemen. Pada November 1992, partai ini memenangkan hampir sepertiga suara dalam pemilu lokal di Istanbul. Refah menghendaki hubungan yang lebih erat dengan dunia Islam dan cenderung menolak Barat. Tanda-tanda kebangkitan Islam juga mudah dilihat. Di Istanbul, sekitar 3.000 masjid telah berdiri dan terus bertambah jumlahnya. Meskipun Militer Turki, yang mengambil peran sebagai penjaga ideologi Kemalisme sebagai prinsip negara, menjatuhkan pemerintahan Partai Islam Refah pada tahun 1998 sebagai bukti masih dominannya pengaruh politik militer di Turki, namun kebangkitan Islam terlihat dari fenomena kesadaran umat Islam Turki untuk kembali mempelajari nilai-nilai Islam di tengah kebijakan sekuler pemerintah. Ada sejumlah alasan munculnya kebangkitan Islam di Turki.28

1. Islam tidak lenyap begitu saja di masa pemerintahan Ataturk--sebagaimana diduga banyak orang. Islam tetap bergerak di bawah permukaan, menunggu iklim yang lebih baik. Masyarakat pedesaan hampir tidak terpengaruh oleh gerakan sekularisasi. Mereka tetap memegang Islam secara kokoh. Selain itu, upaya-upaya westernisasi yang drastis ternyata tidak menyelesaikan masalah bangsa Turki. Kemiskinan dan keterbelakangan belum juga punah;

2. Arus besar kebangkitan Islam tahun 1970-an dan 1980-an di berbagai belahan dunia Islam, turut memberikan dorongan cukup berarti bagi rakyat Turki. Banyak rakyat Turki yang merasakan kebanggaan sebagai Muslim dan mulai mengalihkan pandangan mereka ke dunia Islam;

(23)

3. Perkembangan sosial politik di Eropa sendiri. Meskipun Turki selama ini berusaha mati-matian untuk menjadi "Barat" dan menjadi "Eropa", mereka tetap "orang luar" bagi Eropa. Anggota ras yang pernah menguasai dunia ini telah menjadi imigran kelas bawah di beberapa negara Eropa. Mereka dibenci dan menjadi sasaran teror kelompok neo-Nazi Jerman. Kisah-kisah horor serangan-serangan rasial terhadap ras Turki turut memicu kebangkitan kesadaran rasial dan keagamaan rakyat Turki.

III. Kepemimpinan Erdogan dan Partai AKP

A. Kebangkitan Pos-Islamisme di Turki

Sukses gerakan islamis di Turki tidak dapat dilepaskan dari sosok pejuang (man of struggle) Profesor Necmatin Erbakan. Seorang insinyur, akademisi, dan islamis yang berjuang mempertahankan identitas dan prinsip spiritualitas Islam di tengah gencetan sekularisme. Erbakan mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam dan umat. Pemikiran dan pandangan hidupnya tertuang dalam Milli Gorus

(Pandangan Nasional) yang menjadi visi gerakan islamis. Menurutnya, Visi Nasional Turki harus berpijak pada penguatan prinsip moral dan spiritualitas Islam (Islamisme), industrialisasi, dan kerja sama dengan dunia Islam (Pan Islamisme). Kerja keras dan ketangguhannya telah mengantar sukses gerakan islamis dalam menentukan arah politik Turki masa kini. 29

Puncak gerakan Islamisme nya dimulai saat ia mendirikan partai baru, Partai Kesejahteraan (Refah Partisi-RP). Dalam pemilu 1991, melalui aliansinya dengan MHP (Partai Gerakan Nasionalis) dan IDP (Islahatci Demokrasi Partisi), RP memeroleh suara 16, 90% dan merebut 62 kursi. Sementara dalam Pemilu lokal di 1994, RP sukses merebut kepemimpinan lokal di Ankara, Istanbul, dan 300 kota kecil lainnya di Turki. Kemenangan demi kemenangan tersebut tak pelak berpengaruh pada kesuksesan terbesar RP dalam Pemilu 1995. RP memenangkan hampir 22 persen perolehan suara dan menyabet setidaknya 158 kursi parlemen. RP untuk pertama kalinya dalam sejarah Turki menjadi partai islamis terbesar di parlemen. Juni 1996, Erbakan akhirnya membentuk pemerintahan koalisi dengan

(24)

DYP (Partai Jalan Lurus) pimpinan Tancu Ciller. Namun pemerintahan islamis Erbakan berusia pendek. Kemenangan RP mendorong militer kembali melakukan kudeta untuk alasan yang sama, yakni ancaman Islam politik atas sekularisme Turki. Erbakan dipaksa mundur dan dilarang berpolitik selama lima tahun, sedangkan RP dibubarkan.30

Masa pemerintahan singkat Erbakan meninggalkan kesan mendalam bagi rakyat Turki. Erbakan dianggap sukses melakukan serangkaian reformasi ekonomi dalam mendongkrak kesejahteraan rakyat. Di kota Konya, jejak Erbakan diingat masyarakat karena telah mengangkat kehidupan ekonomi rakyat setempat, dan menjadikan kota tersebut menjadi kota yang indah. Di Istanbul, walikota Erdogan yang menjadi kepercayaanya pada waktu itu mampu mengurai benang kusut kota terbesar kedua di Turki karena kemacetan, kekumuhan, minim suplai air bersih, dan pelbagai mismanajemen lainnya. Kini, Istanbul menjadi salah satu destinasi pariwisata terkemuka di dunia dengan keindahan dan warisan sejarahnya. 31

Erbakan kembali mendirikan partai baru, Partai Kebajikan (FP), Desember 1998. Namun dua tahun berselang, Juni 2001, partai ini kembali dibubarkan karena dianggap melanggar prinsip sekularisme. Hanya saja, sejak pembubaran RP, kelompok islamis sudah mulai tidak kompak lagi. Gejala perpecahan dan friksi mulai menghinggapi internal FP. Kelompok muda reformis seperti Recep Tayyip Erdogan dan Abdullah Gul mulai mengkritik gaya kepemimpinan dan pendekatan politik sang guru spiritual (Hoca) Necmetin Erbakan yang absolutis dan otoritarian. Kelompok ini mulai tidak nyaman dengan siklus jatuh bangun partai islamis karena model pendekatan kepemimpinan sang Hoca. Ketidaksukaan mereka mendapatkan momentum pascakeputusan Mahkamah Konstitusi yang memutuskan pembubaran partai FP. Di bawah kepemimpinan Abdullah Gul, kubu reformis selama setahun menyiapkan pendirian partai politik baru, dan pada Agustus 2001, mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). Sementara para loyalis Erbakan mendirikan partai baru yang dinamakan Partai Kebahagiaan (SP).32

(25)

B. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)

Penamaan AK sendiri dalam bahasa Turki berarti 'putih' dan 'bersih', yang merefleksikan komitmen sebagai partai politik yang bersih dari masa lalu yang korup. Simbol AKP adalah lampu bohlam bersinar yang melambangkan kontinuitas sinar. Erdogan diangkat menjadi pemimpin partai baru ini dengan harapan citra dan reputasinya sebagai walikota sukses di Istanbul akan menjadi simbol dan daya tarik politik. AKP bangkit menjadi organisasi yang kokoh, terdiri atas para tokoh muda progresif eks Partai Fezilet yang sukses menarik para politikus kanan tengah yang sebelumnya bergabung dengan Partai Ibu Pertiwi (ANAP), CHP, MHP, dan Partai Jalan Lurus (DYP). AKP dibangun dengan model gerakan basis massa Refah. Hanya saja, berbeda dengan partai islamis sebelumnya yang mengandalkan model kepemimpinan karismatik, AKP memperkenalkan demokrasi di internal partai, pemilihan langsung kandidat wakil partai dalam parlemen, transparansi dalam pengambilan keputusan, dan membuka perdebatan dalam formulasi kebijakan partai.33

Sebagai figur populer dan karismatik, Erdogan menjalankan roda organisasi partai dengan model kepemimpinan kolektif melalui eksistensi dewan eksekutif. Erdogan menggambarkan posisi dirinya sebagai 'orang di tengah' yang menjembatani modernisme dan tradisionalisme Turki. AKP mendukung sekularisme, kebijakan ekonomi pasar, dan masuknya Turki dalam Uni Eropa. Meski demikian, dalam visi AKP disebutkan bahwa agama memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menciptakan harmoni dalam tata sosial umat manusia. Peran institusional agama dipahami dan dijalankan dalam konteks ruang kebebasan beragama. Kebebasan beragama menurut Erdogan tidak hanya penjaminan negara atas hak eksistensial semua agama dan keyakinan, namun juga hak untuk mengorganisir kehidupan mereka dengan agama dan keyakinan mereka sendiri. Sementara itu, AKP berjanji melawan ketidakadilan dan diskriminasi sistem Turki sebagai akibat praktik korupsi yang endemik. 34

(26)

Pada pemilu 3 November 2002, Partai Baru AKP memperoleh raihan suara fantastis, 34 persen. Setelah menang, Erdogan mendeklarasikan bahwa prioritas utamanya adalah kestabilan ekonomi dan keanggotaan Uni Eropa, serta dia belum mengutamakan isu-isu sosial terkait masalah Islam. Hal ini dikarenakan kebijakan awal AKP adalah bagaimana caranya agar publik Turki percaya bahwa gerakan yang ia bawa dalam AKP bukanlah gerakan Islamis yang akan mengembalikan Turki menjadi seperti jaman Turki Utsmani. Kebijakan ini berbuah pada simpati publik Turki sehingga meredam isu-isu yang digelontorkan oleh kelompok ultranasionalis. 35

Begitupun pada tahun 2007 dan Pemilu 12 Juni 2011 menjadi sukses terbesar AKP dan gerakan islamis di Turki. AKP memperoleh popular vote, 50% dan menyabet 327 kursi di parlemen. Selain karena pertumbuhan ekonomi yang pesat, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan akses ekonomi yang semakin mudah, kemenangan telak (landslide victory) juga dianggap sebagai dukungan dan pemberian mandat penuh rakyat Turki atas program reformasi AKP. Kemenangan AKP sendiri sudah diprediksikan banyak pihak terutama setelah pemerintahan Erdogan menang dalam referendum nasional bagi amandemen dan proposal konsitusi baru Turki pada September 2010. Proposal reformasi itu di antaranya adalah pemilihan presiden langsung, pengurangan masa kekuasaan presiden dari 7 menjadi 5 tahun, presiden dapat dipilih untuk kedua kalinya, Pemilu diselenggarakan setiap empat, bukan lima tahun, dan pengurangan jumlah kuorum yang dibutuhkan parlemen untuk membuat keputusan dari 367 menjadi 187.36

Adapun secara internasional, kemenangan fantastis AKP dalam Pemilu 2011 memberikan kontribusi yang luar biasa positif dalam dinamika demokrasi di Timur Tengah. Uluran tangan diplomatik Turki atas kawasan Timur Tengah memberikan tawaran dan sekaligus alternatif menarik di tengah kecemasan rakyat Timur Tengah atas campur tangan politik AS dan Barat. Dengan pemimpin islamis

35 Stephen F. Larabee, Angel Rabasa. The Rise of Political Islam in Turkey. 2008. RAND. Jurnal ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh International Security and Defense Policy Center of the RAND National Defense Research Institute

(27)

dan performan ekonomi yang kuat, posisi Turki tak pelak memberi daya tarik dan inspirasi bagi negara-negara muslim lainnya. Pidato kemenangan AKP yang disampaikan Erdogan dari atas balkon markas AKP memberi kesan kuat dirinya sebagai pemimpin dunia Islam. Dalam pidatonya, Erdogan menyebut kemenangan AKP akan menjadi kemenangan dunia Islam dan kawasan Timur Tengah. Erdogan juga menjanjikan dirinya menjadi suara kaum muslimin dan kawasan Timur Tengah di mata Barat.37

C. Recep Tayyip Erdogan

Erdogan dilahirkan dari keluarga miskin di Kasimpasa, Istanbul. Ayahnya adalah seorang muslim taat dan keras dalam mendidik anaknya. Erdogan menyelesaikan pendidikan menengah di Sekolah Imam Hatip dan mendapat gelar diploma di Sekolah Tinggi Eyup. Dia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Administrasi Bisnis di Sekolah Ekonomi dan Ilmu Bisnis Aksaray yang kini beralih nama menjadi Universitas Marmara.Karena kemiskinan yang membelit keluarganya, Erdogan harus bekerja keras sebagai pedagang asongan di jalanan Istanbul untuk membiayai sekolah dan membantu keluarganya.38

Erdogan memulai karir politik di usia yang sangat dini, 15 tahun. Dia bergabung dengan sayap remaja gerakan Milli Gorus yang didirikan Profesor Necmetin Erbakan. Pandangan Erbakan tentang Islam dan semangat antipenindasan menyengat semangat dan kesadaran spiritual Erdogan. 1976, dia menjadi kepala divisi pemuda Partai Keselamatan Nasional (MSP) cabang Beyoglu, dan setahun kemudian, dipromosikan mengepalai divisi yang sama di Istanbul. Posisi tersebut menjadi awal interaksi Erdogan dengan Ikhwanul Muslimin dan jejaring gerakan islamis lainnya.39

Sudah jelas bahwasanya Erdogan merupakan suksesor Erbakan dalam kancah dunia perpolitikan. Dia menempuh karir politiknya dengan pesat di wilayah Istanbul sebagai kesukesan lokal, dan gebrakan pertama nya adalah ketika

(28)

dia dipilih menjadi walikota Istanbul dari Partai Refah pada tahun 1994. 40Ketika terpilih menjadi walikota, Erbakan memujinya sebagai Muhammad Al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel. Kemenangannya dianggap sebagai simbol kemenangan memperebutkan harga diri dan ikon sekularisme Turki. Di kalangan Islamis, Erdogan dikenal sebagai sosok pemimpin yang kritis dan kreatif. Ketika menjabat sebagai walikota Istanbul, Erdogan menarik kalangan perempuan ke dalam struktur partai, kebijakan yang mengundang kritik kalangan konservatif. Dia melihat potensi mobilisasi perempuan bagi kepentingan pemenangannya di Istanbul. Di atas itu, dia sendiri mendukung pandangan kesamaan hak dan derajat muslimah, termasuk di sektor publik. Terobosannya selanjutnya menjadi model mobilitas dan partisipasi politik perempuan islamis.

Erdogan adalah seorang muslim yang taat dan juga orang yang pro-demokrasi Barat. Meskipun hal ini sangat bertolak belakang, namun afliasi dia terhadap dunia Islam sangat kuat. Hal ini bisa dilihat dari kebijakan-kebijakan nya yang demokratis dan menjunjung tinggi persamaan hak bagi siapa pun penduduk Turki untuk menjalankan ritual peribadatannya dengan bebas dan bertanggungjawab. Kritik dasar nya adalah bahwasanya sekularisme bukanlah merupakan pelarangan setiap orang untuk menjalankan setiap pekerjaan nya dengan hubungannya dengan ibadah dan kepercayaan tetapi sekular dalam hal ini merupakan kebijakan yang ada di ranah politik dan elitis.

(29)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepimpinan dalam Islam merupakan suatu kewajiban atas dasar dalil dari Al-Qur'an yaitu surat Al-Baqarah ayat 30 dan surat Shaad ayat 26 serta beberapa hadits Rasulullah saw yang telah disebutkan di atas. Islam mengajarkan kita untuk berperilaku syumul atau menyeluruh atau tidak memisahkan setiap jengkal kehidupan kita dari agama. Imam Mawardi dalam bukunya yang berjudul Al-Ahkaamus-sulthaaniyyah wal-wilaayaatud-diiniyyah atau Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam memaparkan sistem-sistem pemerintahan dan kepemimpinan yang diajarkan oleh Islam. Para ahli hukum tata negara lainnya pun telah menjabarkan betapa pentingnya kepemimpinan dalam Islam seperti Ibn Khaldun dan Ibn Taimiyah.

Pada dasarnya, pemimpin bertugas untuk membuat kebijakan untuk umatnya serta memutus perkara di dalam msayarakat. Pemimpin bertanggung jawab atas orang-orang yang dipimpinnya dan membawa mereka menuju kedekatan kepada Allah swt. Peran serta fungsi pemimpin yang vital ini dipertegas oleh hadits nabi.

(30)

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diberikan di atas, maka penulis menyimpulkan :

1. Imamah berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata imam. Kata imam sendiri berasal dari kata amma yang mempunyai arti pimpinan atau orang yang diikuti. Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, maka definisi imamah dapat disimpulkan menjadi kekuasaan tertinggi dalam negara Islam yang bersifat menyeluruh dalam memelihara agama dan pengaturan sistem keduniaan dengan berasaskan syariat Islam dan pencapaian maslahat bagi umat di dunia dan akhirat

2. Konsep Imamah jika dibandingkan dengan istilah lain memiliki kemiripan dengan khalifah dan amirul mukminin. Khalifah memiliki arti Wakil Allah di bumi yang bertindak sebagai penyeru kepada agama Allah. Atau berarti juga Pengganti (penguasa), generasi penerus, wakil, pengganti dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Sedangkan amirul mukminin secara harfiah artinya pemimpin orang-orang yang beriman. Secara definisi, istilah-istilah tersebut tidak memiliki perbedaan yang sangat besar. Namun berdasarkan referensi yang penulis baca, istilah imamah

seringkali dipakai oleh kelompok syi'ah sedangkan istilah khalifah lebih sering dipakai oleh umat muslim pada umumnya. Pada akhirnya jika kita membaca sejarah jaman Nabi, Rasulullah beserta para sahabat pun tidak pernah membedakan dan memisahkan istilah-istilah kepemimpinan Islam tersebut. Jadi perbedaan terhadap istilah-istilah tersebut tidak ada.

(31)

negara. Hal ini justru menjadikan ketidakbebasan masyarakat untuk menjalankan segala bentuk ibadahnya dengan damai dan tentram, yang justru melanggar demokrasi itu sendiri. Kondisi ini tetap terjadi meskipun Mustafa Kemal sudah meninggal yaitu dengan masih adanya kekuatan militer yang masih menganut paham Kemalisme. Namun pada akhir abad ke-20 dan menjelang awal abad ke-21, semakin muncul pergerakan-pergerakan Islamisme di Turki melalui jalur politik. Setelah beberapa kali partai Islam atau partai yang berafiliasi terhadap Islam naik ke kancah parlemen, pada saat itu pulalah militer berusaha dan berhasil menggulingkan pemerintahan Islamis. Hingga pada akhirnya dengan adanya peran Erbakan yang mendirikan berbagai partai Islam dan sayap-sayap gerakan Milli Gorus , beliau mencetak berbagai figur penting di kancah perpolitikan Turki saat ini. Adapun yang menjadi penerus Erbakan saat ini adalah Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri terpilih selama tiga kali pemilu dari tahun 2002, 2007, dan 2011 dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).

(32)

ke-Islaman pada diri masyarakat Turki yang mayoritas memeluk agama Islam tersebut. Pidato nya saat terpilih pada tahun 2011 menjadi pertanda bahwa beliau menjadi pemimpin Islam terbesar saat ini dengan pandangan dan kebijakan politik yang mendukung kemerdekaan di Timur Tengah, terutama akibat cengkeraman orang Barat dan Zionis. Turki menjadi negara yang sangat mendukung kemerdekaan Palestina dari musuh utama umat Islam, Yahudi dan Israel.

Namun meskipun nama Erdogan di mata umat Islam sudah sangat besar,

(33)

DAFTAR REFERENSI

BUKU dan JURNAL ILMIAH

1. Imam Al-Mawardi. Al-Ahkaamus-sulthaaniyah wal-wilaayaatud-diiniyyah. Al-Maktab al-Islami, Beirut. (diterjemah oleh Abdul Hayyie al-Kattani dan Kamaluddin Nurdin dengan judul Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam dan diterbitkan oleh Gema Insani Press di Jakarta tahun 1996) 2. Kafie, Jamaluddin. Islam, Agama, dan Negara. 1983. Surabaya : PT. Bina Ilmu 3. Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat : Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi

Sekular-Liberal. 2005. Jakarta : Gema Insani

4. Dzakirin, Ahmad. Kebangkitan Pos Islamisme : Analisis Strategi dan Kebijakan AKP Turki Memenangkan Pemilu.2012

5. Stephen F. Larabee, Angel Rabasa. The Rise of Political Islam in Turkey. 2008. RAND. International Security and Defense Policy Center of the RAND National Defense Research Institute

6. David Shankland. Islam and Politics in Turkey : The 2007 Presidential Elections and Beyond. International Affairs (Royal Institute of International Affairs 1944-) Europe : Wiley

INTERNET

1. http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/beliefs_library/fundamen tals_of_Religion/imamate/imamah_dan_wilayah/001.html

2. http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2011/09/13/16110/siapakah-pemimpin-muslim-amirul-mukminin-itu/

3. http://reocities.com/capitolhill/embassy/4083/tarbiyah/konsepnegara.html

4. http://www.fib.ui.ac.id/index.php?

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah berkat petunjuk dan hidayah-Nya, penulis telah selesai menyusun skripsi ini untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana

Sementara itu nilai rata-rata untuk non kelompok tani terhadap ketiga variabel dengan skor 2.00, menunjukkan penerapan teknologi cukup mudah diamati hasilnya,

Namun dalam usaha pelesetariannya, sanggar Rengkak Katineung mendapat banyak cobaan sehingga menurutnya untuk melakukan pelestarian budaya kesenian ini

Pandangan remaja pelaku pernikahan dini dengan tingkat pendidikan tinggi dan ekonomi menengah kebawah menikah atas dasar dorongan dari diri sendiri dan sebagai ke- butuhan

Pada pendederan benih teripang pasir, pemberian pakan hanya dengan penambahan probiotik saja dapat meningkatkan pertumbuhan, sintasan, dan aktivitas enzim (lipase, amilase,

Metode Six Sigma bertujuan untuk memperbaiki kinerja, menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi biaya operasi serta

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penerapan model pembelajaran inkuri terbimbing berbantuan media benda konkret untuk meningkatkan kreativitas siswa

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Green Marketing pada Keputusan Pembelian dan implikasinya terhadap Loyalitas Pelanggan produk ramah lingkungan