• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS UTS Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS UTS Ilmu Sosial dan Budaya Dasar"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS UTS

( Ilmu Sosial dan Budaya Dasar )

HUBUNGAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

DALAM ILMU ARSITEKTUR

Disusun oleh :

Rina Hayaturrahmah NIM : 1204104010005

Dosen Mata Kuliah :

Muhammad Haikal Daud, SH, MH

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Ujian Tengah Semester dengan judul Hubungan Manusia dengan Budaya dalam Arsitektur.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan pengikut beliau. Yang telah mengantarkan kita pada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Sehubungan dengan penyusunan makalah ini, kami telah berusaha menurut kemampuan yang ada, supaya kelak dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya, saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari Ibu dosen dan teman-teman kesalahan guna menyempurnakan makalah yang telah kami susun.

Akhirnya, saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Darussalam, 02 April 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

BAB II : PEMBAHASAN... 2

A. Pengertian Manusia, Kebudayaan dan Ilmu Arsitektur... 2

1. Pengertian Manusia... 2

2. Pengertian Kebudayaan... 3

3. Pengertian Ilmu Arsitektur... 4

B. Hubungan Manusia dan Kebudayaan... ...4

C. Hubungan Manusia dengan Kebudayaan dalam Ilmu Arsitektur... ... 8

D. Perkembangan Arsitektur di Indonesia... ... 9

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Arsitektur sebagai unsur kebudayaan merupakan salah satu bentuk bahasa nonverbal manusia, alat komunikasi manusia nonverbal ini mempunyai nuansa sastrawi dan tidak jauh berbeda dengan sastra verbal. Arsitektur itu sendiri dapat dipahami melalui wacana keindahan, sebab dari sanalah akan muncul karakteristiknya. Dalam naskah kuno sastra jawa dan kitab lontara Bugis dapat ditemukan hubungan relevansi antara lingkungan kehidupan budaya manusia dengan rumah adat yang diciptakannya.

Manusia sebagai individu maupun dalam kelompok / masyarakat menjalani kehidupannya di lingkungan hidup yang secara umum berupa ; lingkungan fisik alami dan lingkungan sosial. Sedangkan kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, nilai, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Sehingga pada dasarnya kedua lingkungan tersebut mengandung peluang sekaligus ancaman. Karena kebudayaan merupakan sistem ide yang sifatnya abstrak, yang berada dibenak / pikiran masyarakat pendukung kebudayaan yang bersangkutan, maka ketika akan mempelajari kebudayaan suatu kelompok masyarakat, kita bisa menandainya melalui wujud kebudayaan yang bisa kita lihat, sentuh, dan rasakan.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia, Kebudayaan dan Ilmu Arsitektur

1. Pengertian Manusia

Banyak hal yang mendefinisikan tentang manusia. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (bahasa latin untuk manusia), Sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluh hudup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologimya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

2. Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut

culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.

(6)

budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Kebudayaan adalah suatu pola hidup menyeluruh (kompleks, abstrak dan luas) yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selain itu, kebudayaan juga dapat di artikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begut saja ditengan alam, melainkan mengubah alam.

3. Pengertian Ilmu Arsitektur

Ilmu arsitektur adalah ilmu yang dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota perancangan perkotaan arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil – hasil proses perancangan tersebut.

Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

Pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur

(7)

 sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

 organisasi ekonomi

 alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

 organisasi kekuatan (politik)

Contoh Rumah/Bangunan Kebudayaan Indonesia :

Rumah Honai ( Papua )

Rumah Gadang ( Sumatera Barat )

B. Hubungan Manusia dan Kebudayaan

(8)

Pada dasarnya kedua lingkungan tersebut mengandung peluang sekaligus ancaman. Karena kebudayaan merupakan sistem ide yang sifatnya abstrak, yang berada dibenak / pikiran masyarakat pendukung kebudayaan yang bersangkutan, maka ketika akan mempelajari kebudayaan suatu kelompok masyarakat, kita bisa menandainya melalui wujud kebudayaan yang bisa kita lihat, sentuh, dan rasakan.

C. Hubungan Manusia dengan Kebudayaan dalam Ilmu Arsitektur

Ilmu arsitektur dan karya arsitektur adalah pencerminan kebudayaan melalui sejumlah pola, struktur atau susunan dan wujud rupanya. Mengingat pola dan struktur cenderung lebih sulit terlihat, masyarakat lebih awam lebih mengandalkan wujud rupa dalam mengenali kebudayaan yang tercemin dalam suatu karya, seperti pada :

 Bentuk atap

 Ornamen

 Dan dekorasi

 Raut dan bentuk tubuh bangunan

 Warna maupun tanda-tanda

Khususnya, yang intinya adalah style / gaya bangunan jadi sering salah kaprah, karena seringkali style diindentikkan dengan buah kebudayaan.

(9)

Perlu ditekankan disini, manusia (perancang) tidak akan terlepas dari kebudayaan. Dia hidup di dalam suatu kebudayaan, mau atau tidak. Mulai dari fashion, norma sampai makanan. Sehingga meskipun seorang perancang tidak mengidahkan atau tidak sadar akan kajian tanda dan symbol dalam karyanya, pasti akan terlihat berbagai symbol budaya yang mempengaruhi si perancang. Disinilah pentingnya melihat karya arsitektur dari segi bahasa. Karya arsitektur itu berkomunikasi, dia mempunyai bahasa. Ilmu semiotic dapat menjadi alat kajian, khususnya kajian budaya (dan kearsitekturan). Bagaimana sebuah karya arsitektur, kemudian dimengerti berbagai tanda dan symbol yang ada akan kemudian menceritakan alam semsesta, atau lebih sempit lagi kebudayaan. Arsitektur memang sebuah ekspresi, dari kebudayaan (perancang).

“Terus mencoba untuk menjadi manusia yang berbudaya dan untuk menjadi dan mengenal lebih dalam sugesti yang telah diberikan secara gratis oleh kebudayaan, yang tentu saja mungkin dan akan bermanfaat khususnya bagi para arsitek muda dan karyanya”.

D. Perkembangan Arsitektur di Indonesia

Wujud arsitektur bukan merupakan hasil ‘seni yang bebas’ kehendaknya dan melukis untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, seni arsitektur merupakan ‘seni yang terikat’ oleh kaidah-kaidah tertentu sebagai seni terapan yang mampu dinikmati semua pihak, menjadi milik masyarakat, bangsa dan para pengamat yang berhak menikmati karya arsitektur setempat (bukan impor dari luar). Arsitektur mencoba berusaha untuk berada di tengah masyarakatnya, para pemakai dan pemerhati.

Banyak bangunan yang sebetul-nya gagal secara fungsional atau tidak sesuai dengan perilaku pemakai, namun tetap diciptakan dengan ‘keterpaksaan’ karena faktor-faktor lain yang sama sekali melupakan ‘jati diri’-nya. Latar belakang dalam melakukan aktifitas sosial budaya, dalam masyarakat tradisional Jawa misalnya, banyak belajar menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya. Mereka memilih untuk berusaha hidup ‘selaras’ dengan alam, walaupun tidak merasa bahwa dirinya takluk kepada alam.

(10)

Menurut Koentjaraningrat (1983) masyarakat Jawa merasa berkewajiban untuk ‘memayu-ayuning bawana’ yaitu pandangan hidup untuk selalu berupaya memperindah lingkungannnya, baik fisik maupun spiritual; menyangkut adat, tata cara, cita-cita ataupun nilai-nilai budaya lainnya. Dalam kaitannya dengan arsitektur, konsep ini mendasari pola keselarasan antara bangunan dengan lingkungannya termasuk juga dalam sistem ekologinya.

Ditilik dari kacamata arsitektur, Budiharjo (1997) menilai bahwa hal yang paling merisaukan dalam perancangan bangunan tinggi adalah penampilannya yang nyaris steril, serba polos, tunggal rupa serta tak menyisakan peluang bagi penghuni, pemilik maupun pengamatnya untuk berimajinasi. Tak heran jika pencakar langit seperti itu acap diejek sebagai salah satu bentuk pornografi arsitektural, tak menyimpan misteri, kurang menyentuh rasa, tak memperkaya jiwa dan vulgar. Bentuk bangunan dan kota yang cocok, tentunya muncul dan tumbuh dari dalam, dibuat untuk menanggapi keinginan, tuntutan dan dambaan manusia yang hidup dan bekerja di sana.

Pembahasan tentang perkembangan arsitektur tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan kebudayaan. Pembahasan perkembangan arsitektur modern, juga tidak dapat dilepas dari perkembangan teknologi serta perkembangan sosial ekonomi masyarakat penduduknya. Kebudayaan adalah sesuatu yang dinamis, selalu berubah dari waktu ke waktu.

Arsitektur sebagai bagian dari kebudayaan juga senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan jaman. Perkembangan arsitektur dari waktu ke waktu merupakan cerminan dari budaya masyarakat dimana karya arsitektur tersebut berada. Menurut Atmadi (1997) perkembangan arsitektur di Indonesia sesudah kemerdekaan menunjukkan corak perkembangan tersendiri. Ungkapan arsitekturnya disesuaikan dengan tantangan, pengaruh perkembangan teknologi dan bahan bangunan yang ada.

Perkembangan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan tata ruang atau tata masa massa bangunan saja, tetapi juga terpengaruh oleh nilai sosial dan budaya serta ekosistem yang berubah cepat. Namun, pada umumnya para Arsitek kurang memperhatikan pengembangan konsep perancangan dalam menyelesaikan suatu rancangan.

(11)

Penggunaan tiang Yunani dan jendela Spanyol yang banyak bermunculan dan bertahan akhir-akhir ini merupakan petunjuk adanya perkembangan yang demikian itu. Keadaan semacam itu tentunya kurang menguntungkan bagi usaha mencari arsitektur berkepribadiaan Indonesia. Sebuah teguran dari Van Romond (1950) dalam pidato Ronald, mengatakan bahwa:

“Para arsitek Indonesia hendaknya berani memutuskan diri untuk bertindak mundur sejenak, hingga menemukan suatu perwujudan dalam bentuk yang paling sederhana dari bentuk bangunan di masa lampau. Sebab dengan melakukan tindakan ini berarti akan memperoleh kesempatan untuk memperbaharui gagasan-gagasan dan kemudian akan dapat menemukan kembali bentuk yang jauh lebih baik dan lebih khas.”

Dengan perkataan lain, kalau ingin maju dengan pesat, hendaknya mau mundur barang selangkah sebagai awalan melakukan loncatan yang lebih jauh. Cepatnya pertumbuhan penduduk, kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta terbatasnya sumber daya alam mengharuskan para Perencana dan arsitek untuk segera menjawab tantangan tadi.

Perkembangan keanekaragaman kebutuhan fasilitas, masih adanya masalah kemiskinan serta distribusi yang belum sesuai, merupakan beberapa tantangan utama yang perlu diperhtikan para Arsitek Indonesia. Usaha perbaikan fasilitas umum dan permukiman pada dasarnya merupakan kegiatan yang strategis dalam pembangunan. Untuk itu, seyogyanya konsep perancangan bangunan serta perencanaan lingkungan dan wilayah mendapat perhatian khusus, agar pembangunan dapat mendukung pembinaan budaya dan peradaban bangsa.

Perkembangan arsitektur nampak berjalan begitu mulus tanpa ada penyaring sebagai akibat apa yang terjadi untuk sementara ‘dipersilakan masuk’, sehingga bisa dikatakan ada perubahan nilai untuk menghilangkan ‘jatidiri’-nya. Hal ini sebagai akibat proses modernisasi, yang bilamana tidak dikendalikan dengan baik, dapat menimbulkan ‘krisis identitas’. Krisis ini terjadi karena terganggunya keakraban manusia dengan ruang. Dengan demikian, walau ruang tidak mengalami perubahan, namun digunakan dengan fungsi yang sangat berbeda. Untuk itu, tata nilai yang berlaku akan mengalami perubahan dan menjadi sumber konflik antara yang lama dengan yang baru.

(12)

dalam bukunya Pasang Surut Arsitektur di Indonesia mempertanyakan: “Tahukah Anda bahwa kesemuanya itu telah dimiliki sejak 1970-an? Tapi kenapa perjalanan meng-Indonesia-kan arsitektur masih pusing tujuh keliling?”

Beberapa kemungkinan ini adalah jawaban dari pertanyaan tadi, yaitu:

 Pertama, konon dikatakan oleh Arsitek bahwa pasaran arsitektur masih menggemari yang ‘barat’ ketimbang yang tradisional.

 Kedua, lembaga pendidikan arsitektur belum melakukan penafsiran, karena belum mampu bicara soal ruang dan rupa arsitektur tradisional Indonesia. Arsitektur ini masih diletakkan dalam kerangka antropologis dan kebudayaan, belum diletakkan dalam kerangka arsitektur itu sendiri.

 Ketiga, kurangnya gairah Arsitek profesional dan Pendidik untuk meletakkan arsitektur tradisional itu sebagai sumber praktek dan sumber pengajaran.

 Keempat, ada pihak-pihak yang sengaja menyembunyikan pengetahuan dan kemampuannya dalam hal arsitektur tadi. Penggunaan apa yang dimilikinya oleh pihak lain demi pengembangan arsitektur tadi dicurigainya sebagai pengambil-alihan pengetahuan dan kemampuan.

(13)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Di sisi lain manusia juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Moore, Gary T. 1984/1979. Pengkajian Lingkungan Perilaku. dalam Snyder. Pengantar Arsitektur. Jakarta: PT. Gramedia.

SUMBER REFERENSI

http://ayoberarsitektur.blogspot.com/2012/01/arsitektur-dan-kebudayaan.html (diakses tanggal 31 Maret 2014)

http://fdanbdanp.blogspot.com/2011/04/hubungan-manusia-dengan-budaya-dalam.html (diakses tanggal 31 Maret 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan

Kebudayaan meliputi ilmu, kepercayaan, kesenian, tata sosial, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari anggota-anggota masyarakat.Bagi komunitas Titawai adat – istiadat merupakan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk memahami segala aspek tentang kebudayaan seperti halnya : pengertian kebudayaan,

1) Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai nilai, norma-norma, dan peraturan. Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak

Suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat

NRQVHS \DLWX ³ Culture ´ Culture bisa disebut juga budaya adalah kompleks, yang mengandung pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan

III.KAJIAN PERANCANGAN 1.Deskripsi Objek Taman Budaya di Manado adalah suatu tempat yang berisikan bermacam-macam pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat istiadat serta

Menurut Tylor, kebudayaan adalah kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat