• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PROFESI GURU IIQ JAKARTA .d (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN PROFESI GURU IIQ JAKARTA .d (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah

Pengembangan Profesi Guru

Dosen Pembimbing Reksiana, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelas: V B Tarbiyah

Kelompok 10

Santiyani (15311525)

Izma Aziziyah (15311511)

Iin Khotimah (15311508)

Qonita Luthfiah (15311515)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillaah Segala Puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa kami tunjukkan kepada Baginda Rasulullaah SAW beserta keluarga serta para sahabatnya yang telah memperjuangkan agama Islam sampai saat ini.

Kemudian daripada itu kami sadar bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan. Maka dari itu kami memohon agar sekiranya bapak Dosen dan para pembaca memberikan kritikan atau masukan positif, sehingga makalah ini dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.

Akhirnya kami tetap berharap agar makalah ini dapat menjadi salah satu dari amalan kami demi memenuhi tugas yang telah diberikan oleh pembimbing kami. Semoga dapat menjadi amalan atau ilmu yang bermanfaat bagi para pembaca.Aamiin yaa Robbal Alaamin.

Ciputat, 04 Januari 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ... i

DAFTAR ISI... ... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 1

C. Tujuan Masalah ... ... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi Sosial ... ... 2

B. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial ... ... 4

C. Fungsi dan Peran Kompetensi Sosial ... ... 6

(4)

... 9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ... ... 13

DAFTAR PUSTAKA... ... 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(5)

Standar kompetensi merupakan sebuah terobosan yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang guru yang berujung untuk meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan keprofesionalitasan guru atau pembimbing.

Proses pendidikan tidak akan berjalan dengan baik apabila guru tidak mampu berkomunikasi dengan peserta didik. Oleh karena itu, guru haruslah memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sosial. Kemampuan inilah yang sering disebut kompetensi sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kompetensi sosial?

2. Bagaimana ruang lingkup kompetensi sosial? 3. Apa saja fungsi dan peran kompetensi sosial?

4. Apa saja hal-hal yang harus dimiliki dalam kompetensi sosial?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kompetensi sosial 2. Untuk mengetahui ruang lingkup kompetensi sosial 3. Untuk mengetahui fungsi dan peran kompetensi sosial

4. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dimiliki dalam kompetensi sosial

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kompetensi Ssoial

(6)

menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar

Kemampuan sosial adalah kemampuan guru dan dosen untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisiensi dengan peserta didik, guru lain, orang tua, dan masyarakat sekitar. Menurut Arbi dalam buku Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, kompetensi sosial adalah kemampuan guru dan dosen dalam membina dan mengembangkan interaksi sosial baik sebagai tenaga profesional maupun sebagai anggota masyarakat.2

Menurut Fachruddin Saudagar dan Ali Firdaus dalam buku pengembangan profesionalitas guru, mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.3

Sebagaimana yang dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah dalam standar nasional No. 32 Tahun 2013 dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.4

Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat

2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

1 Hamzah B.Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), Cet. ke-11, hlm. 19.

2 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka 2006), hlm. 67

3 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta 2011), Cet. Ke-3, hlm. 63

(7)

3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik; dan

4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.5

Senyatanya, guru dan dosen tidak hanya bertanggungjawab di dalam kelas, tetapi juga harus mewarnai perkembangan anak didik di luar kelas. Dengan kata lain bahwa guru dan dosen tidak sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu tetapi juga anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat.6

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam bab ini dibahas secara khusus tentang kompetensi sosial, dengan harapan bahwa guru akan mampu memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial di masyarakat dan lingkungan, sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, serta masyarakat sekitar.7

Dalam kehidupan sosial guru dan dosen merupakan figur sentral yang menjadi tolak ukur bagi masyarakat untuk mengambil keteladanannya. Hal ini menuntut guru dan dosen berperan secara proporsional dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga guru dan dosen harus memiliki kemampuan untuk hidup bermasyarakat dengan baik. Keterlibatan guru dan dosen dalam kehidupan masyarakat akan menjadi tuntunan bagi peserta didik. Demi tewujudnya nilai-nilai hakiki dari pembaharuan, dalam dunia pendidikan khususnya, guru harus inovatif dan mempunyai komitmen dalam mengembangkan visi dan misi masa depan. James M. Kouzes dan Barry Z. Posner memberikan ‘Sepuluh Komitmen Pemimpin dalam Menyambut Abad XXI’ dan ini harus dimiliki pula oleh guru dan dosen, antara lain: (1) Mencari peluang-peluang yang menantang. (2) Berani mencoba dan bersedia

5 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2013) Cet ke-7, hlm. 173

6Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen,... hlm. 67

(8)

menanggung resiko. (3) Memimpin masa depan. (4) Membina kerja sama visi dan kemampuan guru dengan masyarakat disekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri untuk sedikit membedakan antara yang bukan guru. Menurut Cece Wijaya dan Djama’an Satori, ada beberapa komponen kompetensi sosial yang harus dimiliki guru, yaitu: Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik, bersikap simpatik, dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah, pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, memahami lingkungan sekitar.9

Sedangkan menurut Mukhlis Samani yang dimaksud dengan kompetensi sosial ialah kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang mencakup kemampuan untuk;

1. Berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat.

2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.

4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.

5. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Jadi, ruang lingkup kompotensi sosial mencakup kemampuan guru dalam berinteraksi sosial, baik itu komunikasi sesama guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat disekitar dengan komunikasi yang baik dan santun.

Dalam buku nya Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus menyebutkan bahwa ada 4 bentuk interaksi sosial antara lain adalah ; 1) kerja sama (co-operation), 2) persaingan (competition), 3) pertentangan dan 4) akomodasi. Co-operation adalah kerjasama antara individu atau kelompok manusia dalam masyarakat guna mencapai

8 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen,... hlm. 68-70.

(9)

tujuan tertentu bersama-sama pula. Persaingan adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang dilakukan antar indivivu atau antar kelompok manusia dalam masyarakat untuk memperoleh atau mencapai tujuan tertentu melalui bidang-bidang kehidupan tanpa kekerasan dan tanpa ancaman. Pertentangan adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang dilakukan antar individu ataupun antar kelompok manusia dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu dengan kekerasan dan ancaman. Akomodasi adalah bentuk interaksi sosial yang berada dalam keseimbangan dan masing-masing kelompok masyarakat untuk membentuk norma-norma, aturan nilai (adat) baru yang berlaku dan disepakati oleh masyarakat sekitar. Interaksi sosial melalui proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru, siswa, segenap tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Pada pembicaraan antara guru dan siswa atau dengan orang tua siswa mungkin saja terjadi secara timbal balik. Dalam interaksi sosial yang terpenting adalah membangun komunikasi yang dapat memberikan penafsiran pada perilaku orang lain baik berupa pembicaraan, gerak-gerik, ataupun sikap. Sehingga saat terjadinya interaksi sosial kita dapat mengetahui karakter atau sikap setiap anak itu masing-masing berbeda.10

Jadi, interaksi sosial itu sangat penting dalam kehidupan kita terutama sebagai seorang guru, karena guru dimata masyarakat adalah orang yang mendidik, mengajar dan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan yang melakukan pembinaan tidak hanya secara kelompok tetapi juga secara individu sehingga seorang guru harus selalu memperhatikan tingkah laku, sikap, dan perbuatan siswanya tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.

C. Fungsi dan Peran Kompetensi Sosial

Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut serta aktif dalam proses pembangunan. Guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan. Guru perlu menyadari posisisnya di tengah-tengah masyarakat berperan sangat penting, yakni sebagai: 1). Motifator dan

(10)

inovator dalam pembangunan pendidikan, 2). Perintis dan pelapor pendidikan, 3). Penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, 4). Pengabdian.11

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru adalah sentral utama dalam pendidikan, sehingga guru memiliki peran dalam pendidikan. Diantaranya yaitu:

1. Peran guru di masyarakat

Guru merupakann kunci penting dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat. Oleh karena itu harus memiliki kompetensi untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut.

a. Membantu sekolah melaksanakan teknik-teknik Husemas. Meskipun kepala sekolah merupakan kunci dalam pengelolaan Husemas, akan tetapi kepala sekolah tidak mungkin melaksanakan program Husemas tanpa bantuan guru-guru. Guru-guru dapat ditugasi kepala sekolah melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan Husemas disesuaikan dengan jenis dan bentuk kegiatan yang ada.

b. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam bermasyarakat. Guru adalah tokoh milik masyarakat. Tingkah laku yang dilakukan guru di sekolah dan di masyarakat menjadi sesuatu yang sangat penting. Apa yang dilakukan atau tidak dilakukan guru menjadi panutan masyarakat.

c. Dalam melakukan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya. Kode etik guru merupakan seperangkat aturan atau rambu-rambu yang perlu di ikuti dan tidak boleh dilanggar oleh guru. Kode etik mengatur guru untuk menjadi manusia terpuji di masyarakat.12

Adapun peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi sosial dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Guru sebagai Tugas Kemasyarakatan

Guru berpegang sebagai wakil masyarakat yang representatif sehingga jabatan guru sekaligus merupakan jabatan kemasyarakatan. Guru bertugas membina masyarakat agar masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. Untuk melaksanakan tugas itu, guru harus memiliki kompetensi sebagai berikut:

11 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru,... hlm. 71

(11)

a) Aspek normatif kependidkan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, kecakapan saja, tetapi juga harus bertikad baik sehingga hal ini menyatu dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan

Dalam pandangan masyarakat, guru memiliki tempat tersendiri karena fakta menunujukan bahwa ketika seorang guru berbuat kurang senonoh, menyimpang dari ketentuan masyarakat, langsung saja masyarakat memberikan suara sumbang kepada guru itu.

Dalam kedudukan seperti itu, guru tidak lagi dipandang sebagai pengajar di kelas, tetapi dirinya diharapkan pula tampil sebagai pendidik, bukan saja terhadap peserta didiknya di kelas, namun juga sebagai pendidik di masyarakat yang seyogyanya memmberikan teladan yanng baik di masyarakat.

Demikian atas dasar analisis sepintas ternyata kedudukan guru bukan hanya terbatas pada keempat dinding di kelas sekolah, bergeser jauh menembus batas halaman sekolah dan berada langsung di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu guru harus memiliki kompetensi sebagai berikut:

a) Mampu berkomunikasi dengan masyarakat

b) Mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik c) Mampu mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat d) Menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik.

3) Tanggung Jawab

Peranan guru di sekolah tidak lagi terbatas untuk memberikan pembelajaran, tetapi harus memikul tanggung jawab yang lebih baik banyak, yaitu bekerja sama dengan pengelola pendidikan lainnya di dalam lingkungan masyarakat untuk itu guru harus mempunyai kesempatan yang lebih banyak melibatkan diri di dalam kegiatan di

(12)

luar sekolah. Perangkat kompetensi yang dijabarkan secara operasional di atas merupakan bekal bagi calon guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di lapangan dan di sekolah.

2. Guru Sebagai Agen Perubahan Sosial

guru adalah agen perubahan yang mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan kpribadian yang utuh, berakhlak dan berkarakter. Salah satu tugas guru adalah menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus di pahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana menjembataninya secara efektif. Guru sebagai jembatan atau penerjemah pengalaman oleh karena itu guru harus menjadi pribadi yang terdidik.14 Untuk mengarahkan kepada peserta didik ada

beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:

a) Kecerdasan Sosial Harus dikembangkang di Sekolah

Selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik perlu dikenalka dengan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial perlu dikembangkan di sekolah-sekolah agar setiap peserta didik memiliki hati nurani, rasa peduli, empati, dan simpati terhadap sesama.

b) Cara Mengembangkan Kecerdasan Sosial

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah. Cara tersebut antara lain:

Diskusi, hadapi masalah, bermain peran, dan kunjungan langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan-kegiatan dan metode-metode pembelajara tersebut dilakukan secara efektif, maka akan mengembangkan kecerdasan spesial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial

(13)

masyarakat dan ikut memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. 15

D. Hal-hal yang Harus dimiliki dalam Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial guru berperan penting karena guru sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga harus memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya dan keluwesannya dalam bergaul, sebab jika ia tidak memiliki hal tersebut pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat kurang bisa diterima oleh masyarakat. Berikut ini ada beberapa hal yang harus dimiliki dalam kompetensi sosial, yaitu:

1. Berkomunikasi dan Bergaul Secara Efektif

Berikut ada 7 kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun di masyarakat, antara lain: 1) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial dan agama, 2) Memiliki pengetahuan budaya dan tradisi, 3) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi 4) Memiliki pengetahuan tentang estetika, 5) Memiliki aspresiasi dan kesadaran sosial, 6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, dan 7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia.16

Inti proses pembelajaran adalah komunikasi interaktif antara guru dan siswa. Substansi pembelajaran merupakan fokus konsentrasi interaksi mereka. Alat-alat pembelajaran menjadi daya dukungannya. Lingkungan belajar dapat menjadi akselerator sekaligus bisa menjelma sebagai bias penyumbat. Lingkungan menjadi akselerator jika kondusif, sebaliknya menjadi kendala atau sumber manakala bising dan tidak mencerahkan. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif antara masing-masing pihak, komunikator, dan komunikan.17

Jadi, seorang guru itu bukan hanya bisa mengajar siswanya di sekolah tapi guru juga harus bisa menjadi guru di lingkungan masyarakat dan sekitarnya dan seorang guru harus mampu bergaul dengan semua golongan masyarakat sekitarnya.

2. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

15 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,... hlm. 175

16 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,...hlm. 176

(14)

Selain dengan melakukan pendekatan secara langsung dengan masyarakat sekitar, kompetensi sosial guru juga secara tidak langsung dapat diwujudkan dengan menjalin hubungan dengan masyarakat. Sekolah adalah wadah dalam melakukan proses pendidikan formal oleh karena itu, perkembangan dan kemajuan sebuah sekolah menjadi harapan masa depan masyarakat sekitar, karena di sekolah itulah akan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas serta diperlukannya komunikasi yang intensif antara pihak sekolah dan masyarakat atau yang biasa disebut dengan Husemas (hubungan sekolah dengan masyarakat). Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerja sama dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Husemas ini merupakan usaha koperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personal sekolah dengan masyarakat.

Dari pengertian diatas mengandung beberapa makna penting, antara lain: 1) Adanya kepentingan yang sama antar sekolah dan masyarakat. Masyarakat memerlukan sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak sebagai generasi penerus akan dapat hidup lebih baik, demikian pula sekolah. 2) Untuk memenuhi harapan masyarakat itu, masyarakat perlu berperan serta dalam pengembangan sekolah. 3) Untuk meningkatkan peran serta itu diperlukan kerjasama yang baik, melaui komunikasi dua arah yang efisien.

Tujuan utama yang ingin dicapai dengan mengembangkan kegiatan husemas adalah sebagai berikut:18

a. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin direalisasikan sekolah.

b. Peningkatan pemahaman sekolah tentang keadaan serta aspirasi masyarakat tersebut terhadap sekolah.

c. Peningkatan usaha orang tua siswa dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik, serta meningkatkan kualitas serta meningkatkan kualitas bantuan orang tua siswa dalam kegiatan pendidikan di sekolah. d. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran mereka dalam

memajukan pendidikan di sekolah dalam era pembangunan.

(15)

e. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah serta apa yang dilakukan oleh sekolah.

f. Pertanggungjawaban sekolah atas harapan yang dibebankan masyarakat kepada sekolah.

g. Dukungan serta bantuan dari masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program sekolah.

Jadi, hubungan antara masyarakat dan sekolah harus terpelihara agar bisa mewujudkan tujuan dari Husemas tersebut. Untuk mengetahui apakah guru memiliki kompetensi sosial, orang tua sebelum menyerahkan anak untuk dididik dan dibimbing dapat melihat dari sikap saat berkomunikasi dan berinteraksi. Sikap saat berkomunikasi atau berinteraksi dapat dilihat ketika orang tua datang ke sekolah untuk mendapatkan informasi atau pada saat guru tersebut berada di dalam kelas.

Guru yang baik saat berinteraksi dengan orang tua dapat dilihat pada saat kunjungan ke sekolah. Jika penyelesaiannya memuaskan (cepat, akurat atau tepat, dan penjelasan dipahami atau masuk akal, dan dibarengi dengan sikap yang ramah atau tersenyum), maka guru tersebut memiliki kompetensi sosial yang baik. Sebaliknya, dalam beberapa kasus ada guru yang bersikap acuh atau cuek saat orang tua datang ke sekolah untuk mendapatkan informasi. Orang tua sampai (celingukan) dan tidak didekati serta disapa oleh pendidik, andaikan disapa pun nada bicaranya sangat ketus. Ini menunjukkan bahwa guru tersebut tidak cukup baik memiliki kompetensi sosial.

Oleh karena itu, pendidik pertama dan utama yaitu orang tua perlu berhati-hati dan cermat dalam meilih pendidik. Semua infrmasi dapat diperoleh tidak hanya berdasarkan brosur atau iklan yang digembor-gemborkan. Tetapi orang tua perlu melakukan observasi dan mengumpulkan data-data dan informasi apakah benar guru-guru di suatu lembaga pendidikan memiliki kriteria untuk menjadi pendidik pendamping bagi anak-anaknya. Kemudian orang tua hendaknya melakukan analisis sebelum mengambil keputusan berdasarkan data dan fakta serta informasi lainnya di lapangan.19

(16)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

(17)

memperhatikan tingkah laku, sikap, dan perbuatan siswanya tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.

Guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan. Guru perlu menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan sangat penting, yakni sebagai: Motifator dan inovator dalam pembangunan pendidikan, Perintis dan pelapor pendidikan, Penelitin dan pengkajian ilmu pengetahuan, Pengabdian.

Hal-hal yang haus dimiliki dalam kompetensi sosial adalah berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan menggunakan bahasa yang baik, sopan, santun, dan menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat. Dengan demikian, jika kompetensi sosial sudah dimilki oleh seorang guru dan empat kompetensi juga sudah dipenuhi, maka seorang guru sudah dikatakan guru profesional karena memenuhi syarat-syarat yang berlaku di dalam peraturan. Sehingga dapat menyalurkan ilmu-ilmu nya kepada peserta didik dengan baik dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

B.Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016. Cet. ke-11.

Danim Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru; dari Pra Jabatan, Induksi, Keprofesional Madani Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media Grup 2011. Helmawati, Pendidik Sebagai Model. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2016.

(18)

PP Republik Indonesia No 32 Tahun 2013 Tentang Kompetensi Sosial

Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta 2011. Cet. Ke-3.

Referensi

Dokumen terkait

Bab empat adalah inti dari penelitian yang merupakan hasil dari analisa penelitian, Bab ini mencakup analisis pembiayaan musyārakah di BMT “Dana Mentari”

2. merev, mert minden, legfeljebb 39 évi jogviszonyt elérő nőnek és akármilyen jogviszonyú férfinak viszont be kell töltenie az általános nyugdíjkorhatárt. ezért ele-

Didalam penelitian ini, pelaksanaan triangulasi teknik yang digunakan untuk mendapatkan data tentang Implementasi model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan

Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai kinerja SRPMK baja di wilayah 6 peta gempa Indonesia yang dilakukan oleh Wiyono dan Yuwono (2008), profil balok dan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan ( decision making ) terbaik dalam kondisi ketidakpastian dengan memilih alternatif

1. Allah Swt yang telah mempermudah penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan serta mempermudah segala urusan. Kedua

Adapun metode penelitian yang digunakan berdasarkan tema atau topik pembahasan ini mengarah pada metode tematik (Maudlu’i) dan pendekatannya mengarah pada

Peran tutor atau fasilitator adalah agar pada saat tutorial dapat memfasilitasi dengan baik sehingga tidak terjadi kelompok disfungsional, dan harus dapat