• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU P (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU P (2)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI DAN KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS DENGAN PRESTASI

BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 DEMAK

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu. Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal sehingga anak dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai kebutuhan pribadi dan masyarakat (Munandar, 1999:4).

Inti dari proses pendidikan secara formal adalah mengajar sedangkan inti dari proses pengajaran adalah siswa belajar. Oleh karena itu proses belajar mengajar pada intinya terpusat pada satu persoalan yaitu bagaimana guru melaksankan proses belajar mengajar yang efektif guna tercapainya suatu tujuan (M. Ali, 1987:1).

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun kelompok, di sekolah maupun di luar sekolah. Karena profesinya sebagai guru berdasarkan panggilan jiwa, maka tugas guru sebagai pendidik berarti mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan serta mengajarkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi kehidupan anak didik (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:40).

(2)

tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang

transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of values, dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menentukan siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini, seorang guru memiliki peranan yang kompleks dalam proses belajar mengajar dalam usahanya untuk mengantarkan siswa ke taraf yang dicita-citakan (Sardiman, 2001: 123).

Keberhasilan seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri atas motivasi, kepercayaan diri, dan kreativitas guru itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal lebih ditekankan pada sarana serta iklim sekolah yang bersangkutan. Setiap kemajuan yang diraih manusia selalu melibatkan kreativitas. Ketika manusia mendambakan produktivitas, efektivitas, efisiensi, dan bahkan kebahagiaan yang lebih baik dan lebih tinggi dari apa yang sebelumnya di capai, maka kreativitas dijadikan dasar untuk menggapainya (Munandar, 1999:10).

Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada setiap manusia, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta) dan berkreasi. Implementasi dari kreativitas seseorangpun tidak sama, bergantung pada sejauh mana orang tersebut mau dan mampu mewujudkan daya ciptanya menjadi sebuah kreasi ataupun karya (Nashori, 2002: 21).

Setiap orang memiliki potensi kreatif yang dibawa sejak lahir meskipun dalam derajat dan bidang yang berbeda-beda, sehingga potensi itu perlu ditumbuh kembangkan sejak dini agar dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Untuk itu diperlukan kekuatan pendorong, baik dari dalam individu maupun dari luar individu yaitu lingkungan. Lingkungan dalam hal ini mencakup lingkungan dalam arti kata sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata yang luas (masyarakat, kebudayaan) yang mampu menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menanamkan daya kreatif individu (Munandar, 1988:83).

(3)

implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan mengingat bahwa kreativitas merupakan bakat secara potensial yang dimiliki setiap orang sejak lahir yang dapat diidentifikasi dan dibekali melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 1999:12).

Pendidikan hendaknya tidak hanya memperhatikan pengembangan keterampilan-keterampilan berfikir semata, tetapi pembentukan sikap, perasaan, dan ciri-ciri kepribadian yang mencerminkan kreativitas yang perlu dikembangkan. Dalam hal ini banyak bergantung pada inisiatif dan kreativitas guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat memupuk dan menunjang kreativitas siswa, sehingga siswa dapat merasa bebas mengungkapkan pikiran dan perasaannya, mempunyai daya kreasi dalam bekerja. Hal ini mencerminkan kemerdekaan dan demokrasi dalam pendidikan, yang berarti terwujudnya pendidikan itu berada diatas kreativitas kinerja para guru dalam menjalankan tugas (Munandar, 1992:48).

Salah satu hal yang menentukan sejauh mana seseorang itu kreatif adalah kemampuannya untuk dapat membuat kombinasi baru dari hal-hal yang ada. Demikian pula seorang guru dalam proses belajar mengajar, guru harus menggunakan variasi metode dalam mengajar, memilih metode yang tepat untuk setiap bahan pelajaran agar siswa tidak mudah bosan (Roestiyah, 1989:4). Guru harus terampil dalam mengolah cara pembelajaran, cara membaca kurikulum, cara membuat, memilih dan menggunakan media pembelajaran, dan cara evaluasi baik dengan tes maupun melalui observasi (Djohar, 2006:137). Evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan, dan sebagai feed back bagi seorang guru. Guru yang baik dapat mengaktifkan murid dalam hal belajar (Nasution, 1995:9).

(4)

(fleksibel). Guru yang kreatif mempunyai semangat dan motivasi tinggi sehingga bisa menjadi motivator bagi siswanya untuk meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa, khususnya yang tertuang dalam sebuah bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya selain menjadi seorang pendidik, guru juga harus menjadi seorang kreator yang mampu menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan kondusif bagi anak didik. (Sardiman, 2001: 127).

Proses pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan baik apabila terdapat suasana atau kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan tenang dan mempunyai kesiapan penuh untuk mengikuti jalannya proses pembelajaran. Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila: pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar, ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan (Rohani, 2004:123-124).

Kedudukan guru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, salah satunya sebagai pengelola kelas. Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berkumpulnya semua anak didik dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru agar dapat terhindar dari kondisi yang merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak, yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif) (Djamarah, 2005:144).

(5)

dapat mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1988:68).

Kemampuan dalam mengelola kelas merupakan kegiatan penting bagi guru sebelum melaksanakan pembelajaran, terutama penciptaan suasana kondusif di dalam kelas sehingga memungkinkan para siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila siswa dalam keadaan antusias mengikuti penjelasan guru, maka siswa akan bersikap disiplin dan mempunyai minat untuk belajar lebih tekun lagi. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu pengelolaan kelas harus ditingkatkan supaya siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal (Djamarah, 2005:145).

Dengan mengkaji konsep dasar pengelolaan kelas, mempelajari berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian dianalisis, maka guru akan dapat mengelola proses belajar mengajar secara lebih baik. Kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan prasyarat utama bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (Wragg, 1995:12).

(6)

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman (DepDikNas, 2003:7). Menurut al-Ghazaly sebagaimana diungkapkan oleh Fatiyah Hasan Sulaiman bahwa pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan keutamaan, sebagai media untuk mendekatkan umat manusia kepada Allah dan sarana kemaslahatan untuk membina umat (Fatiyah, 1993:11).

Dengan demikian prestasi Pendidikan Agama Islam adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa yang merupakan tolok ukur keberhasilan siswa dalam bidang PAI. Diharapkan dengan prestasi ini siswa tidak hanya mampu memahami dan menghayati ajaran-ajaran agama Islam tetapi juga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor intrinsik) individu antara lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif, sedangkan faktor dari luar diri (faktor ekstrinsik) individu antara lain faktor lingkungan yaitu alam, sosial budaya dan keluarga dan faktor instrumental yaitu kurikulum, program, sarana dan fasilitas dan guru (Djamarah, 2002:144). Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid untuk mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya (Hakim, 2000:11).

(7)

pemahaman yang kedua adalah afektif yaitu sikap, perasaan emosi dan karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat.. Dimensi ketiga dari aspek pemahaman ini adalah pemahaman secara psikomotorik yaitu pemahaman yang menekankan pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol fisik. Kecakapan-kecakapan fisik ini dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar.

Dalam penelitian ini, penulis memilih SMP Negeri 3 Demak. Siswa SMP Negeri 3 Demak telah mengenal ajaran Islam sebelum memasuki SMP Negeri 3 Demak, baik melalui pendidikan formal seperti belajar di madrasah ibtidaiyyah, maupun non formal seperti belajar ilmu agama di pondok pesantren terdekat. Para siswa SMP Negeri 3 Demak juga sudah bisa membaca dzikir Asma’ al-Husna sebelum pelajaran dimulai, melaksanakan kegiatan Baca Tulis Al-Quran (BTA) pada jam pelajaran terakhir, dan shalat zhuhur berjamaah sebelum pulang serta kegiatan ekstra kurikuler keagamaan, Siswa lulusan SMP Negeri 3 Demak juga berhasil menempuh ujian masuk di SMA Negeri sekitar 60% setiap tahunnya. (Observasi dan wawancara dengan Nur Rohman, S.Ag., 13 Juli 2009). Di sisi lain, karena keterbatasan jumlah jam pelajaran PAI di kelas, maka tidak mungkin guru memberikan materi pendidikan keagamaan secara detail kepada siswa, maka guru PAI diharapkan mampu mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran yang inovatif serta mampu menciptakan dan mengendalikan kelas agar tetap kondusif ketika proses belajar mengajar berlangsung.

(8)

maka penelitian ini akan penulis susun dalam sebuah penelitian tesis dengan judul ” Studi Korelasi Antara Kreativitas Guru PAI dan Kemampuan Mengelola Kelas dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Demak”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, yang menjadi fokus permasalahan adalah : 1. Adakah korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa

bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

2. Adakah korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

3. Adakah korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

2. Untuk mengetahui korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

3. Untuk mengetahui korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak

(9)

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan, khususnya tentang pentingnya kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa bidang studi PAI.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi guru PAI, khususnya di SMP Negeri 3 Demak agar selalu meningkatkan kreativitas mengajarnya dalam proses pembelajaran di kelas dan mampu mengelola kelas dengan baik dan benar agar tercipta suasana yang kondusif sehingga pada akhirnya siswa memperoleh prestasi belajar PAI yang tinggi.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Suryabrata, 1983:75). Hipotesis dalam hal ini berfungsi sebagai penunjuk jalan yang memungkinkan kita untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Hipotesis dalam statistik, terdapat hipotesis kerja atau alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hal ini mempunyai makna bahwa Ha adalah adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel X1 (kreativitas guru PAI) dan

variabel X2 (pengelolaan kelas) dengan variabel Y (prestasi belajar PAI

siswa). Korelasi positif yang dimaksud di sini adalah jika kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas baik maka prestasi belajar PAI siswa meningkat dan sebaliknya. Sedangkan Ho adalah tidak adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel X1 (kreativitas guru PAI) dan variabel X2

(pengelolaan kelas) dengan variabel Y (prestasi belajar PAI siswa). Dengan kata lain jika kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas baik maka prestasi belajar PAI siswa rendah dan sebaliknya.

(10)

PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI ) Siswa”.

F. Kajian Pustaka

1. Kajian Penelitian yang relevan

Penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Pertama, Ahmad Sudja’i (2006) dengan judul Pengaruh Kreativitas dan Disiplin Kerja Terhadap Kemampuan Melaksanakan Supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang. Hasil penelitian ini adalah: 1) Kreativitas berpengaruh positif terhadap kemampuan melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang, 2) Disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kemampuan melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang, 3) Kreativitas dan disiplin kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan melaksanakan supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian di atas berhubungan dengan teori supervisi pendidikan, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada kemampuan seseorang dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Semarang dan keberhasilannya akan dipengaruhi beberapa aspek, salah satunya adalah aspek kreativitas dan aspek kedisiplinan kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berhubungan dengan teori prestasi belajar, teori kreativitas dan teori pengelolaan kelas, yaitu prestasi belajar siswa yang akan dipengaruhi dari faktor luar (ekstrinsik), yaitu kemampuan guru dalam mengajar, khususnya kreativitas guru PAI dalam mengajar dengan disertai kemampuan mengelola kelas yang baik dan benar.

(11)

Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap profesi guru dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan, 2) Terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan, 3) Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara sikap profesi guru dan kreativitas dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian di atas berhubungan dengan teori etos kerja, yaitu dengan adanya sikap profesi guru dan kreativitas mempunyai kedudukan yang secara bersamaan, yang sama-sama mempunyai keterkaitan dengan kinerja guru PAI khususnya di Madrasah Tsanawiyah Se-Kab. Grobogan. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berhubungan dengan kegiatan proses belajar mengajar di kelas, yaitu lebih menekankan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) salah satunya adalah seorang guru mampu melakukan kegiatan pengelolaan kelas agar supaya kondisi kelas tetap kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.

Ketiga, Nur Asyiah (2008) dengan judul Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Kreativitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Nu Sunan Katong Kaliwungu. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara motivasi belajar dan kreativitas belajar terhadap hasil belajar bahasa arab di Madrasah Tsanawiyah NU Sunan Katong Kaliwungu.

(12)

ketika guru mengajar siswa di kelas dengan menerapkan kegiatan ketrampilan mengajar yang disertai dengan tindakan pengelolaan kelas.

Dari kajian pustaka tersebut di atas, meskipun terdapat beberapa penelitian dengan variabel yang sama, namun belum ada penelitian yang bertema sama dengan penelitian yang penulis teliti.

2. Kerangka Teoritik

a. Kreativitas Guru dan Prestasi Belajar Siswa

Guru adalah tokoh yang bermakna dalam kehidupan siswanya. Guru tidak hanya sebagai pengajar, melainkan sebagai pendidik dalam arti yang sebenarnya. Peluang untuk memunculkan siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif mengandung pengertian ganda, yakni guru yang secara kreatif mempu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar dan juga guru yang senang melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam hidupnya. Guru senantiasa memegang posisi kunci dalam dalam proses pembelajaran. Sebagai pengajar guru berperan menciptakan suasana yang kondusif, sehingga mendorong berfungsinya proses mental pra kesadaran yang merupakan dasar bagi lahirnya kreasi siswanya (Hasan, 2001: 200).

Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas juga merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial (Munandar, 1999: 28).

(13)

memberikan kegiatan-kegiatan yang disukai atau diminati anak (Hasan, 2001: 205).

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak mengawasi, tetapi mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan, guru harus bisa menciptakan lingkungan di dalam kelas yang dapat merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa aman dan kerasan berada di dalam kelas, dengan begitu kreativitas anak dapat berkembang dengan baik (Sardiman, 2001: 120).

Kegiatan belajar mengajar di sekolah berorientasi pada pencapaian prestasi belajar akademik yang tinggi oleh semua siswa. Kreativitas siswa apabila memperoleh peluang untuk berkembang di dalam iklim belajar mengajar yang kondusif, maka prestasi belajar yang tinggi dapat dicapai. Karena kreativitas guru dalam mengajar, dijadikan sebagai asumsi yang dinilai mampu meningkatkan motivasi belajar siswa (Munandar, 1992: 42).

Guru yang mempunyai kreativitas yang tinggi akan mampu memberikan motivasi belajar kepada anak didiknya. Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar, sehingga prestasi belajar pendidikan agama Islam akan tercapai dengan hasil yang baik (Muhaimin, 2002: 38).

b. Pengelolaan Kelas dan Prestasi Belajar Siswa

(14)

pelaksanaan program pengajaran. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pengajaran di sekolah diperlukan guru yang mampu mengelola kelas dengan baik (Purnomo, 2003:10).

Pengelolaan kelas merupakan usaha guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang memungkinkan kegiatan pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan lancar sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai (Toenlioe, 1992: 16). Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Kemampuan dalam mengelola kelas merupakan salah satu syarat profesionalisme guru, oleh karena itu keberhasilan dalam mengelola kelas dapat dijadikan indikator penting atas tercapainya tujuan pengajaran (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:82).

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan oleh seseorang, khususnya siswa tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam maupun dari luar, yang keduanya memiliki peranan penting dalam menentukan tujuan belajar. Faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa salah satunya adalah motifasi. Motivasi merupakan gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Djamarah, 2002: 114).

(15)

dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar anak didiknya, salah satunya adalah dengan cara mengelola kelas dengan segala komponennya (Hakim, 2000:15).

Secara teoritik dapat diketahui bahwa kegiatan pengelolaan kelas merupakan kemampuan atau ketrampilan guru, dalam mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program pengajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Begitu juga dalam pendidikan agama Islam bahwa kegiatan pengelolaan kelas oleh guru PAI memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar. Dengan demikian untuk mencapai tujuan pengajaran di sekolah diperlukan guru yang mampu mengelola kelas dengan baik.

c. Kreativitas Guru PAI, Pengelolaan Kelas dan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah suatu proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan (Syafaruddin, 2005: 24).

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya mengawasi, tetapi mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan, guru harus bisa menciptakan lingkungan di dalam kelas yang dapat merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa nyaman berada di dalam kelas, sehingga dengan begitu kreativitas anak dapat meningkatkan hasil prestasi belajarnya (Sardiman, 2001: 127).

(16)

baik dan lebih tinggi dari apa yang sebelumnya di capai, maka kreativitas dijadikan dasar untuk menggapainya (Munandar, 1999:10).

Guilford menyatakan sebagaimana dikutip Munandar, kreativitas diartikan sebagai kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama Kreativitas juga merupakan produksi suatu respon atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi. Utami Munandar menyusun rumusan operasional dari kreativitas sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan. Menurut Munandar, kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi merupakan indikator kemampuan berpikir kreatif. Lebih lanjut, Munandar menyatakan bahwa ciri-ciri kreatif yang penting dalam menentukan kemampuan kreatif seorang individu adalah rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik orang lain, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru dan dapat menghargai baik diri sendiri maupun orang lain (Munandar, 1992:30).

Keterampilan mengelola kelas ialah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:83).

(17)

sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan lain adalah tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung (Rohani, 2004:127).

Berdasarkan penelitian Edmund, Emmer, dan Carolyn Evertson sebagaimana dikutip oleh Sri Esti Wuryani (2006:264), bahwa pengelolaan kelas didefinisikan sebagai berikut :

1) Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa di kelas.

2) Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.

3) Menggunakan waktu belajar yang efisien.

Zaenal Arifin, mengemukakan bahwa kata ”prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha” (Zaenal Arifin, 1990:3). Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003:2). Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau yang ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu (Bukhori, 1983: 8).

(18)

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, menghayati, memahami dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002:30).

Dari teori-teori di atas dapat diketahui bahwa guru merupakan salah satu dari faktor ekstrinsik yang dapat memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa. Seorang guru yang mempunyai kreativitas tinggi serta mampu mengelola kelas dengan baik dan benar yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas berfungsi menunjang program pengajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Begitu juga dalam pendidikan agama Islam bahwa seorang guru PAI yang kreatif dan mampu melakukan kegiatan pengelolaan kelas dengan baik maka akan menentukan hasil prestasi belajar siswa di bidang PAI.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Sifat penelitihan ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang penyajian datanya berupa angka-angka dan menggunakan analisa statistik biasanya bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediksi (Sugiyono, 2006a:8).

2. Variabel Penelitian

(19)

mempengaruhi variabel lain disebut juga variabel prediktor, dan variabel terikat atau dependent variabel (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi. Sesuai dengan masalah, penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu prestasi belajar PAI siswa, sebagai kriteria atau variabel terikat (Y), kemudian kreativitas guru PAI sebagai prediktor pertama atau variabel bebas pertama (X1) dan kemampuan mengelola kelas, sebagai prediktor kedua atau

variabel bebas kedua (X2).

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

1) Kreativitas guru PAI (Munandar, 1992:50), dengan indikator-indikator sebagai berikut :

a) Ketrampilan mengajar b) Motivasi tinggi

c) Demokratis d) Percaya diri e) Berpikir divergen

2) Kemampuan mengelola kelas (Rohani, 2004:127), dengan indikator-indikator sebagai berikut :

a) Pengaturan tempat duduk siswa b) Pengaturan alokasi waktu belajar c) Perhatian guru pada siswa

d) Pemberian tanggung jawab kepada siswa e) Memberi arahan kepada siswa

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (Muhaimin, 2002:72), dengan indikator :

1) Nilai hasil belajar, pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik baik hasil tes formatif, sub sumatif maupun sumatif yang dapat dilihat dari hasil raport.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

(20)

kesimpulannya (Sugiyono, 2005:55). Populasi merupakan jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari yang meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek itu.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 240 siswa. Adapun alasan penulis memilih kelas VIII adalah karena usia siswa tersebut menurut Peaget1 (dalam Hurlock,

2004:206) bahwa mereka berada pada masa adolescence. Awal masa remaja bermula dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun. Dalam usia ini terjadi proses kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Sumadi Suryabrata yang mengutip pendapatnya Montessori, memasuki periode III (13 – 18 tahun), adalah periode penemuan diri dan kepekaan rasa sosial. Dalam kondisi seperti ini psikologis anak relatif kecil untuk berbohong, karena anak mulai mengembangkan kepribadiannya serta sadar akan hak dan kewajibannya yang harus dipatuhi (Suryabrata, 2002 :189).

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005:58). Dalam ketentuan pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto yaitu jika subyeknya kurang dari 100 sebaiknya diambil semua sehingga penelitiannya disebut penelitian populasi, namun jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2002:71). Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 15% dari seluruh populasi yang berjumlah 240 siswa, sehingga diperoleh sampel sebanyak 36 responden.

Tehnik pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang sesuai dengan sumber data sebenarnya atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, dengan

(21)

istilah lain, sampel harus representatif (Margono, 2004:125). Dalam penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah tehnik

Proportional Sistematic Random Sampling dan berkelompok (Arikunto, 1991:128). Tehnik pengambilan sampel ini proporsional dengan mempertimbangkan jumlah murid di setiap kelas, yaitu penulis mengambil murid dalam jumlah yang sama dari tiap-tiap kelas dan dipilih seara acak. Teknik pengambilan sampel berkelompok karena keseluruhan populasi dikelompokkan ke dalam kelas-kelas yaitu kelas VIII A, kelas VIII B , kelas VIII C, Kelas VIII D, kelas VIII E dan kelas VIII F. Untuk memperoleh 36 responden dari 240 siswa, penulis mengambil 6 siswa dari tiap-tiap kelas yang masing-masing berjumlah 40 siswa, dan mereka dipilih secara acak.

4. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Angket atau kuesioner

Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataaan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu, prefensi, keyakinan, minat dan perilaku (Hadjar, 1999: 181). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang kreativitas guru PAI dan kemampuan guru PAI dalam mengelola kelas di SMP Negeri 3 Demak.

Pengukuran skala ini mengikuti skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan pesrsepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono,2007:133-134). Dalam penelitian ini menggunakan empat alternatif jawaban: "selalu", "sering", "kadang-kadang", "tidak pernah". Skor jawaban mempunyai nilai antara 1 sampai 4.

(22)

Observasi adalah kegiatan pencatatan dan pengamatan yang disengaja dan sistematik tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala yang muncul pada objek penelitian (Mardalis, 2003:63). Observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis (berkerangka) mulai dari metode yang digunakan dalam observasi sampai cara-cara pencatatannya (Hadi, 1992:147), dilengkapi dengan format/blangko pengamatan sebagai instrumen yang berisi item-item tentang kejadian yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2002:185), sehingga penulis tinggal memberikan tanda terhadap kejadian yang muncul.

Observasi digunakan penulis untuk memperoleh data tentang kreativitas guru PAI dan pelaksanaan pengelolaan kelas guru PAI di SMP Negeri 3 Demak dengan cara mengamati dan mencatat seluruh indikator yang akan diteliti.

c. Wawancara atau Interview

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui proses tanya jawab antara Information Hunter dengan Information Supplyer

(Hadi, 1992:192), Dalam wawancara ini penulis akan menggunakan bentuk semi structured. Tekniknya mula-mula penulis menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam untuk mengetahui keterangan lebih lanjut (Arikunto, 2002:201).

Dari wawancara ini diharapkan akan mendapatkan informasi-informasi yang lebih jelas, lengkap dan sedalam-dalamnya tentang kreativitas guru PAI dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan kelas guru PAI. Metode ini penulis tujukan kepada guru bidang studi PAI di SMP Negeri 3 Demak yang secara langsung berkaitan dengan kreativitas guru dalam mengajar dan pelaksanaan pengelolaan kelas, para siswa, dan kepala sekolah selaku supervisor di sekolah tersebut.

(23)

Metode dokumentasi yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002:206).

Metode dokumentasi diperlukan sebagai metode pendukung untuk mengumpulkan data, karena dalam metode ini dapat diperoleh data nilai prestasi PAI yang terdapat dalam raport siswa, data-data

histories, seperti sejarah berdirinya SMP Negeri 3 Demak, visi dan misi sekolah, daftar guru PAI, daftar siswa, dokumen seperti jurnal, agenda, serta data lain yang mendukung penelitian ini.

5. Metode Analisis Data

a. Pengujian Persyaratan Analisis

Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka sebelum teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis diterapkan, terlebih dahulu data dideskripsikan dengan mengungkapkan mean, median, modus, dan standar deviasi, juga disajikan daftar distribusi frekuensi dan histogram. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS 11.5 for Windows.

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini menggunakan teknik Analisys of Variance Test – ANOVA Test atau Pengujian Analisis Varian. ANOVA

(24)

mean yang lain. Uji ANOVA ini juga biasa disebut sebagai One Way Analisys of Variance (Ibnu Hadjar,1999: 256).

Dasar pemikiran yang mendasari analisis varian lebih baik ditunjukkan dengan suatu pembahasan simbolis. Analisis varian yang nyata dengan jumlah responden 36 yang dibagi dalam 3 kelompok belajar, dapat digambarkan pada tabel berikut ini :

(25)

3 3 3 3 3 3 3

79 81 77 78 80 80 79

Keterangan :

X1.2 : Variabel kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas

Y : Variabel prestasi belajar PAI

(1,2,3,4) : Variabel kategori yang dibedakan dalam kelompok belajar

(77,78,79… dst) : nilai PAI siswa yang dibedakan dalam kelompok belajar

Adapun langkah analisisnya adalah sebagai berikut:

Asumsi yang digunakan adalah subjek diambil secara acak menjadi satu kelompok n. Distribusi mean berdasarkan kelompok normal dengan keragaman yang sama. Statistik uji-F yang digunakan dalam

One Way ANOVA dihitung dengan rumus (k-1), uji F dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung (hasil output) dengan nilai Ftabel. Sedangkan derajat bebas yang digunakan dihitung dengan rumus (n-k), dimana k adalah jumlah kelompok sampel, dan n adalah jumlah sampel. p-value rendah untuk uji ini mengindikasikan penolakan terhadap hipotesis nol, dengan kata lain terdapat bukti bahwa setidaknya satu pasangan mean tidak sama (Soegiarto M, 2004: 311).

(26)

masing-masing kelompok. Sebaliknya bila nilai F lebih besar, maka hipotesis nol ditolak, berarti ada perbedaan nilai rata-rata yang signifikan, setidaknya ada satu kelompok di antara seluruh pasangan kelompok subyek.

H. Sistematika Penulisan

Tujuan sistematika penulisan tesis adalah untuk lebih memudahkan memahami dan mempelajari isi tesis. Adapun sistematika penulisan tesis ini akan penulis rinci sebagai berikut :

Bab satu, berisi pendahuluan; menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

(27)

Bab tiga, berisi metodologi penelitian meliputi jenis dan sifat penelitian, definisi operasinal, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab empat, berisi hasil penelitian meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian meliputi hasil uji korelasi antara kreativitas guru PAI dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam, hasil uji korelasi antara kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam, hasil uji korelasi antara kreativitas guru PAI dan kemampuan mengelola kelas dengan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama Islam; interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

Bab lima, berisi penutup menjelaskan tentang kesimpulan dan saran-saran dalam penelitian. Dan di akhir tesis ini penulis sertakan daftar pustaka, lampiran-lampiran, data kuantitatif dan sebagainya. Selain itu penulis juga sertakan curriculum vitae/biografi penulis sebagai pelengkap.

(28)

Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet. 1 revisi, Bandung, CV Sinar Baru , 1987

Arifin, Zaenal, Evaluasi Instruksional Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1990

Arikunto, Suharsimi, 1991, Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

, Pengelolaan Kelas dan Siswa sebuah pendekatan evaluatif, Cet. II Jakarta, Rajawali Press, 1988

, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Asrori, Mohammad dan Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2004

Bukhori, M. Teknik – Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, Bandung, Jemmars, 1983

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Cet.III, Jakarta, Rineka Cipta, 2005

, Psikologi Belajar, cet. ke-1, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. II, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Campbell, David, Mengembangkan Kreativitas, (disadur Dian Paramesti Bahar dari Take the road to creativity and get off dead and), Yogyakarta, Kanisius, 1995

Djohar. MS, Guru, Pendidikan & Pembinaannya, Penerapannya dalam Pendidikan dan UU Guru, Yogyakarta, Grafika Indah, 2006

Ensiklopedi Indonesia, 4, Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve

(29)

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004

Esti Wuryani, Sri, Psikologi Pendidikan, Cet.III,Jakarta, PT. Gramedia, 2006

G. Aleinikov, Andrei, Mega Kreativitas: 5 Langkah menuju cara berpikir seorang jenius, Yogyakarta, Niagara, 2002

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogjakarta, Yayasan Fakultas Psikilogi UGM, 1992

_______, Metodologi Research II, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995

_______, Statistik II, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995

Hasan, Maimunah, Membangun kreativitas Anak secara Islami, Yogyakarta, Bintang Cemerlang, 2001

Hasan Sulaiman, Fatiyah, Sistem Pendidikan Versi Al Ghazaly, Cet. 2, terj. Fathur Rahman, Syamsuddin Asyrafi, Bandung, PT. Al Ma’arif, 1993

Hakim,Thursan, Belajar Secara efektif, Jakarta, Puspa Swara, 2000

Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 1999

Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta: Erlangga, 2004

James, Jenifer, Thinking in the future tense (Berpikir ke depan menyongsong millennium baru),

Jakarta, Gramedia, 1998

Jawad, M. Abdul, Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas berfikir pada diri dan organisasi anda, Bandung, PT. Syamil Cipta Media, 2002

J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Cet. VI, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1995

(30)

L. Good, Thomas dan Jere E. Brophy, Educational Psychology, New York, Longinan, 1990

Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004

Malik Fajar, A, Holistika Pemikiran Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005

Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Al-Ma’arif, 1971

M. Echols, John Hasan Shadly, Kamus Inggris Indonesia, Cet XXIII, Jakarta, Gramedia, 1996

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cet.VI, Jakarta, Bumi Aksara, 2003

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2004

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002

Munandar, S.C.Utami, Krerativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1999

, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta, PT Gramedia Widia Sarna Indonesia, 1992

, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999

Nashori, Fuad & Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, Yogyakarta, Menara Kudus, 2002

Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, 1995

(31)

_______, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002

Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP & MTs, Jakarta, Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003

P. Purnomo, Strategi Pengajaran, Surakarta, INTHEOS, 2003

Priyadarma, Triguna, Kreativitas dan Strategi, Jakarta, PT. Golden, 2001

Roestiyah N.K, Didaktik Metodik, Jakarta, PT Bina Aksara, 1989

Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Cet. II, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2004

Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Di Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara, 1991

Rose, Colin dan Malcolm J. Nichol, Accelerated Learning for the 21 Century: (Cara Belajar Cepat di Abad XXI), Bandung, Nuansa, 1997

Salam, Burhanudin, Pengantar Paedagogik, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Santoso, Singgih, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta, PT. Elek Media Komputindo, 2002

Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001

Semiawan, Conny dan Utami Munandar, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Menengah, Jakarta, Gramedia, 1990

Semiawan, Conny A.F. Tangyong, dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, Cet.V, Jakarta, Gramedia, 1989

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, cet. ke-4., Jakarta, Rineka Cipta, 2003

Soegiarto M, Statistik Lanjutan, Jakarta, Rineka Cipta, 2004

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

(32)

, Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfa Beta, 2005

Sumiyatiningsih, Dien, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, Yogyakarta, Andi Offset, 2006

Supriyadi, Dedi, Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan Iptek, Jakarta, Alfa Beta, 1996

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995

, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2002

Syafaruddin, Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Ciputat, Quantum Learning, 2005

Syaudih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004

Toenlioe, Teori dan Praktek pengelolaan kelas, Surabaya; Usaha Nasional, 1992

Wahib, Abdul, Mengajar dan Menilai Secara Kreatif, Seminar, Semarang, 25 April 2007

Warsito, Pengembangan Instrumen Kreativitas, Jakarta, Rineka Cipta, 2000

Winkel,W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, Gramedia, 1986

Zuhairi, dan Abdul Ghofir, Metodik Khusus Pendidikan Agama, cet. ke-8, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983

STUDI KORELASI ANTARA KREATIVITAS GURU PAI DAN KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS DENGAN PRESTASI

(33)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...9

D. Manfaat Penelitian...9

E. Kajian Penelitian Relevan...10

F. Sistematika Penulisan...12

BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LANDASAN TEORI 1. Kreativitas Guru...15

a. Pengertian Kreativitas...15

b. Ciri-Ciri Kreativitas...19

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas...22

d. Tujuan Guru Kreatif...28

e. Karakteristik Guru Kreatif...30

f. Peranan Guru PAI...39

2. Pengelolaan Kelas...42

a. Pengertian Pengelolaan Kelas...42

b. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas...45

c. Tujuan Pengelolaan Kelas...47

d. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas...49

e. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas...51

f. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas...58

3. Prestasi Belajar...64

a. Pengertian Prestasi Belajar...64

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...66

4. Pendidikan Agama Islam...76

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam...76

(34)

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam...79

d. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...79

e. Pengorganisasian Materi Pendidikan Agama Islam...81

B. PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN...83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian 85 B. Populasi dan Sampel Penelitian 85 C. Variabel dan Instrumen Penelitian 87 D. Uji Coba Penelitian

E. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data... B. Pengujian Persyaratan Analisis... C. Pengujian Hipotesis... D. Interpretasi Hasil Penelitian... E. Pembahasan... F. Keterbatasan Penelitian...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

KISI-KISI INSTRUMEN PENGUMPUL DATA

Variabel (Xl) : Kreativitas Guru PAI

(35)

NO INDIKATOR JUMLAH SOALPOSITIF JUMLAH SOALNEGATIF ITEM SOALJUMLAH

1 Ketrampilan mengajar 5 1 6

2 Motivasi tinggi 4 2 6

3 Demokratis 3 3 6

4 Percaya diri 2 4 6

5 Berpikir divergen 3 3 6

JUMLAH 30

Variabel (X2) : Kemampuan Mengelola Kelas

Kisi-Kisi Penyusunan Angket Kemampuan Mengelola Kelas

NO INDIKATOR JUMLAH SOALPOSITIF JUMLAH SOALNEGATIF ITEM SOALJUMLAH

1 Tempat duduk siswa 4 2 6

2 Alokasi waktu belajar 3 3 6

3 Perhatian guru kepada

siswa 5 1 6

4 Pemberian tanggung

jawab kepada siswa 5 1 6

5 Memberi arahan kepada siswa 2 4 6

JUMLAH 30

Kisi-Kisi Penilaian / Penskoran Angket

SOAL POSITIF SOAL NEGATIF

JAWABAN SKOR / NILAI JAWABAN SKOR / NILAI

A 4 A 1

B 3 B 2

C 2 C 3

D 1 D 4

A. INSTRUMEN ANGKET: KREATIVITAS GURU PAI

1. Apakah guru PAI ketika membuka pelajaran mengajak siswa berdoa terlebih dahulu ?

(36)

2. Apakah guru PAI ketika mengawali materi melakukan appersepsi terlebih dahulu ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Apakah guru PAI menjelaskan materi menggunakan alat bantu peraga ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah guru PAI memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah guru PAI memberikan tugas kepada siswa setelah materi selesai ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Apakah guru PAI menjelaskan materi dengan metode yang sama seperti materi

yang lain ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Apakah guru PAI menunjukkan semangat ketika menjelaskan materi kepada

siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Apakah guru PAI memotivasi siswa agar supaya giat belajar ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan suara yang jelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Apakah guru PAI setiap bulan memeriksa buku catatan siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11. Apakah guru PAI ketika mengajar lupa membawa buku absensi siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Apakah guru PAI setiap mengajar meninggalkan ruang kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Apakah guru PAI bersikap demokratis kepada setiap siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Apakah guru PAI menghargai tugas-tugas siswa tanpa membedakan antara

siswa satu dengan yang lain ?

(37)

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16. Apakah guru PAI menolak pendapat siswa sebagai masukan materi pelajaran ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Apakah guru PAI menjauhkan siswa yang memiliki nilai rendah dari

teman-temannya ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Apakah guru PAI marah apabila dikritik oleh siswa berkaitan dengan

penyampaian materi ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Apakah guru PAI menunjukkan sikap yang meyakinkan dalam mengajar ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Apakah guru PAI menjelaskan materi di kelas dengan tenang dan penuh

percaya diri ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21. Apakah guru PAI pernah menyampaikan materi tanpa ada persiapan sama

sekali ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 22. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan melihat buku pegangan ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 23. Apakah guru PAI pernah menjawab pertanyaan siswa dengan sikap ragu ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 24. Apakah guru PAI menunda jawaban atas pertanyaan yang diajukan siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 25. Apakah guru PAI memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pelajaran ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 26. Apakah guru PAI mencari tambahan referensi sebagai upaya untuk menambah

materi PAI ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 27. Apakah guru PAI memanggil orang tua siswa yang mempunyai masalah

(38)

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 28. Apakah guru PAI hanya menjelaskan materi tanpa memperhatikan tingkah

laku siswa di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 29. Apakah guru PAI membiarkan siswa yang mempunyai masalah berkaitan

dengan tugas-tugas kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 30. Apakah guru PAI menyita buku catatan apabila ada salah satu siswa yang

melakukan kesalahan karena tidak menyelesaikan tugasnya ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

INSTRUMEN ANGKET : KEMAMPUAN MENGELOLA KELAS

1. Apakah guru PAI sebelum memulai materi terlebih dahulu mengatur tempat duduk siswa ?

(39)

2. Apakah guru PAI mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan metode mengajar ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Apakah tempat duduk yang ditentukan guru PAI bisa membantu pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah bentuk tempat duduk siswa berubah ketika guru PAI menjelaskan

materi baru ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah guru PAI ketika mengajar lupa mengatur tempat duduk siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Apakah guru PAI membiarkan ketika tempat duduk siswa ada yang rusak ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Apakah guru PAI masuk di kelas tepat waktu sebelum jam pelajaran dimulai ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Apakah guru PAI ketika mengajar memanfaatkan waktu pelajaran dengan

sebaik-baiknya ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Apakah guru PAI memberikan jam tambahan ketika materi belum tuntas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Apakah guru PAI terlambat masuk kelas pada saat jam pelajaran dimulai ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11. Apakah jam pelajaran PAI sering kosong karena guru PAI sibuk dengan

pekerjaan sekolah ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Apakah guru PAI mengakhiri materi sebelum jam pelajaran selesai ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Apakah guru PAI ketika mengajar memandang siswa secara seksama ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Apakah guru PAI memberikan perhatian kepada siswa yang tertinggal materi ?

(40)

15. Apakah guru PAI ketika menjelaskan materi dengan mengawasi tingkah laku siswa di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16. Apakah sikap guru PAI bersahabat dengan semua siswa tanpa

membeda-bedakan siswa satu dengan yang lain ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Apakah guru PAI sebelum memulai materi terlebih dahulu menanyakan siswa

yang tidak masuk ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Apakah guru PAI membiarkan siswa yang gaduh ketika pelajaran sedang

berlangsung ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Apakah guru PAI ketika mengajar bertanggung jawab menjelaskan materi

yang diajarkan di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Apakah guru PAI sebelum memulai pelajaran menanyakan tugas-tugas sebagai

salah satu tanggung jawab belajar siswa ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21. Apakah guru PAI bertanggung jawab pada ketuntasan materi yang diajarkan

dalam satu semester ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 22. Apakah guru PAI menyuruh mengawasi siswa yang malas menyelesaikan

tugas-tugas pekerjaan rumah ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

23. Apakah guru PAI memberikan sangsi kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas-tugas belajar ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 24. Apakah dalam memberikan hukuman guru PAI membedakan antara siswa satu

dengan siswa yang lain ?

(41)

25. Apakah guru PAI memberikan arahan kepada siswa agar berperilaku sopan di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 26. Apakah teguran guru PAI berisi pengarahan dan petunjuk yang jelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 27. Apakah guru PAI ketika mengajar membiarkan saja apabila ada siswa yang

tiduran di kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 28. Apakah guru PAI memberikan ancaman apabila ada siswa yang bertengkar di

kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 29. Apakah guru PAI memarahi siswa yang selalu terlambat masuk kelas ?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 30. Apakah guru PAI memukul siswa apabila ada siswa yang selalu gaduh di kelas

?

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

B. INSTRUMEN OBSERVASI

NO KOMPONEN KETERAMPILAN BS KATEGORIB C K

1. Membuka pelajaran

 Menarik perhatian siswa

 Gaya mengajar siswa

(42)

 Penggunaan alat-alat bantu peraga

 Pola interaksi yang bervariasi

… … … … … … … … 2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar

 Menetapkan rencana pembelajaran

 Memilih dan menentukan materi pelajaran

 Melakukan appersepsi

… … … … … … … … … … … … 3. Keterampilan menjelaskan

 Penggunaan kalimat yang sesuai dengan pemahaman anak didik

 Penggunaan contoh yang sesuai dengan penjelasan materi

 Memberikan ikhtisar butir yang penting

 Menyimpulkan materi

 Memberikan penekanan terhadap materi yang penting … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …

4. Penyampaian materi secara sistematis … … … …

5. Pengembangan materi pelajaran … … …

6. Penentuan metode pengajaran yang sesuai dengan

materi … … … …

7. Variasi dalam gaya mengajar

 Suara: nada suara, volume suara, kecepatan bicara

 Mimik dan gerak: gerak tangan dan badan untuk memperjelas pelajaran

 Kontak pandang: melayangkan pandangan pada seluruh siswa

 Perubahan posisi: bergerak

 Memusatkan: tekanan pada butir yang penting

… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 8. Pemberian motivasi

 Memberikan pesan / nasehat supaya belajar

lebih tekun … … … …

9. Pemberian contoh

 Pemberian contoh yang cukup untuk

menanamkan pengertian dalam menjelaskan

 Menggunakan contoh yang relevan dengan sifat dari penjelasan itu

 Pemberian contoh disesuaikan dengan usia, pengetahuan, latar belakang peserta didik

… … … … … … … … … … … …

10. Menutup pelajaran

 Meninjau kembali

 Memberikan kesimpulan … … … …

11. Pemahaman terhadap peserta didik

(43)

 Memperhatikan kemampuan siswa

 Memperhatikan minat siswa

… … … … … … … … 12. Melakukan evaluasi

 Pemberian butir evaluasi dan pengayaan pada siswa

 Melakukan penskoran dan pengukuran

 Melakukan penilaian

 Melakukan perbaikan pengajaran

… … … … … … … … … … … … … … … … 13. Mengatur tempat duduk siswa

 Posisi setengah lingkaran, berhadapan, berbaris ke belakang.

 Sesuai materi pelajaran

… … … … … … … … 14. Alokasi waktu belajar

 Mulai pelajaran tepat waktu

 Tidak pernah kosong …… …… …… ……

15. Pemberian tanggung jawab kepada siswa

 Menyelesaikan tugas

 Mentaati peraturan kelas

 Menegur siswa bagi yang melanggar

… … … … … … … … … … … … Keterangan :

Kategori BS : Baik Sekali Kategori B : Baik Kategori C : Cukup Kategori K : Kurang

INSTRUMEN WAWANCARA

(44)

2. Apakah Anda menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada setiap materi yang diajarkan.

3. Apakah Anda membuat aturan dan kesepakatan dalam pembelajaran PAI 4. Hal-hal apa yang Anda lakukan sebagai guru PAI dalam proses belajar

mengajar supaya materi dapat dan mudah diterima oleh siswa. 5. Apakah Anda menguasai setiap materi yang akan disampaikan.

6. Bagaimana Anda mengembangkan dan menyampaikan materi pelajaran secara sistematis.

7. Apakah dalam penggunaan media dan metode pengajaran sesuai dengan materi yang disampaikan.

8. Bagaimanakah Anda menciptakan suasana belajar yang kondusif dalam pembelajaran PAI

9. Bagaimana cara Anda mengatur tempat duduk siswa dalam pembelajaran PAI

10. Apakah Anda sebagai seorang guru, paham akan kepribadian serta kemampuan anak didik berkaitan dengan materi yang disampaikan

11. Apakah Anda selalu melakukan evaluasi setelah materi berakhir. 12. Apakah Anda selalu menanyakan buku catatan PAI siswa

13. Sebagai wujud kreativitas guru, apakah yang dapat Anda lakukan dalam memunculkan ide-ide baru atau inovasi dalam pendidikan.

14. Apa yang dapat Anda lakukan untuk dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan bulasi silang antara waktu terjadinya kehamilan pada KB suntik 1 dan 3 bulan di BPS “E” diperoleh bahwa dari 17 responden yang mempunyai waktu

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, tingkat rata-rata skor servqual (selisih gap) yaitu -0,43 dan nilai harapan

(4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Bimbingan (1) Penulisan hasil identifikasi ditulis dengan benar, sistematis dan jelas, yang menunjukkan keterampilan penulisan yang

● Sabtu, 16 Januari 2021 masih terjadi hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan beberapa sungai antara lain Sungai Balangan dan Pitap meluap.. ● Saat ini berbagai elemen

Eksplorasi data mengenai miskonsepsi mahasiswa dalam Analisis Real merupakan salah satu analisis kebutuhan (need assessment) dalam pengembangan buku teks tersebut. Tujuan dari

Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar khususnya untuk pengelolaan persampahan ditangani oleh Bidang Persampahan dan Limbah B3

Dari salah seorang isteri yang sangat anti dengan poligami, menurutnya seharusnya anak menjadi salah satu faktor pertimbangan utama bagi seorang suami yang hendak melakukan

Inspektorat Jenderal adalah Unit Eselon I dari Kementerian Perhubungan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan