• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja Terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja Terhadap"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Henny Yulsiaty, S.E., M.Ak. Wayu Aulia

Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikan antara kebutuhan modal kerja terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 30 perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan asuransi tahun 2010, 2011, dan 2012. Data yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id. Kemudian data tersebut diolah peneliti yang selanjutnya akan dianalisis dengan analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan modal kerja pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kebutuhan modal kerja dan likuiditas (current ratio).

Kata Kunci : Kebutuhan Modal Kerja, Likuiditas perusahaan, Current Ratio, Laporan Keuangan, Perusahaan Asuransi

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan didirikan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal agar kegiatan usaha atau kelangsungan hidup perusahaan berjalan dengan baik dan kesejahteraan bagi karyawan dan perkembangan usahanya. Seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia, banyak berdiri berbagai bentuk perusahaan baik dibidang perdagangan, industri maupun jasa.

Didasari oleh pentingnya peranan dunia usaha dalam mewujudkan keinginan masyarakat maka setiap badan usaha (perseorangan, firma, cv, pt) harus memiliki posisi keuangan dan kinerja yang baik yang akan menjadi dasar bagi perusahaan untuk

mempertahankan dan menjamin

kelangsungan usahanya dimasa yang akan datang.

Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu badan usaha

untuk memenuhi kebutuhan finansialnya yang harus dipenuhi. Tingkat likuiditas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya perlu diperhatikan oleh pihak intern perusahaan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan bagi perkembangan suatu badan usaha dari tahun ke tahun. Tingkat likuiditas bagi perusahaan yaitu untuk mengetahui apakah perusahaan yang bersangkutan memerlukan uang yang cukup di pergunakan secara lancar dalam menjalankan usahanya.

Pada dasarnya dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur dengan posisi modal kerja perusahaan yang berjalan dari laba yang didapatkan dalam periode tertentu dimana modal tersebut dapat menunjukan tingkat keamanan

(margin of safety) kreditur jangka pendek,

(2)

Karena keterbatasan modal yang diperoleh dari pihak intern perusahaan sedangkan untuk memenuhi keinginan konsumen dan kelangsungan perusahaan dimasa yang akan datang agar tetap dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, maka perlu mencari tambahan modal dari pihak ekstern perusahaan antara lain investor, kreditur, lembaga keuangan pemerintah dan lain-lain. Modal dapat diartikan sebagai nilai daya beli atau kekuasaan memakai/menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.

Di Indonesia banyak perusahaan asuransi yang bermodal minim, skala ekonomi industri jual beli risiko ini juga kecil. Hal itu bisa dilihat dari total perolehan premi yang hanya berada di kisaran 1,25%sampai 1,66% dari produk domestik bruto (PDB) dalam kurun 5 tahun

belakangan ini. Sumber

(http://www.wikimu.com/News/Print.aspx? id=1845)

Pada tahun 2002, total premi yang diperoleh hanya sebesar Rp 11,3 triliun atau tumbuh 9,7% dibandingkan tahun 2001. Bukti besarnya potensi, salah satunya bisa dilihat dari defisit premi yang terjadi. Pada tahun 2001, defisit premi mencapai Rp 1,3 triliun. Dari nilai itu, sekitar Rp 900 miliar disumbangkan asuransi minyak dan gas (migas). Di sejumlah negara, industri asuransi sama besarnya dengan industri perbankan. Namun, di Indonesia aset asuransi hanya 6% dibandingkan aset perbankan. Presiden Direktur PT Asuransi Bintang Tbk Ariyanti Suliyanto mengatakan, karena modal tak memadai, perusahaannya hanya menargetkan pertumbuhan premi sekitar 16% tahun 2003.Padahal, potensi pertumbuhan sebenarnya bisa mencapai 30% sampai 40%. PT Reindo lebih parah lagi, lantaran tingkat solvabilitasnya hanya 81,5%, perusahaan reasuransi ini terpaksa tidak tumbuh sama sekali pada tahun 2003.

Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Hotbonar Sinaga mengatakan,

fenomena ini cukup berbahaya. Sebab, dengan pertumbuhan yang rendah, industri asuransi lokal akan semakin sulit mengantisipasi persaingan di era global. Dari sekitar 145 perusahaan asuransi yang membuat laporan keuangan tahun 2002, sekitar 55 perusahaan atau 38%, terdiri dari 30 asuransi umum dan 25 asuransi jiwa diperkirakan sulit memenuhi tingkat solvabilitas yang dianggap memadai untuk kondisi saat ini, yakni 120%. Lebih parah lagi, 42 perusahaan diperkirakan kesulitan memenuhi tingkat solvabilitas 100% yang wajib dipenuhi di penghujung tahun 2003. Dari 60 perusahaan asuransi jiwa, lima perusahaan menguasai 65% total pendapatan premi. Sementara 90% pendapatan premi hanya dikuasai 16 perusahaan.

Pada tahun 2013, bisnis premi asuransi di Indonesia akan terdorong oleh semakin berkembangnya pasar domestik, dan semakin menguatnya regulasi. Selain itu perkembangan sektor perlindungan jiwa, properti, kesehatan ini akan ditopang oleh meningkatnya kemakmuran di Indonesia dan kesadaran bencana alam.

Presentase asuransi di Indonesia saat ini sebesar 1,7%; masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan presentase serupa di AS yang menembus 8,1%, 11,8% di Inggris dan 4% di negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Premi sektor asuransi di Indonesia tumbuh 15,5% mencapai Rp 68,9 triliun pada semester pertama 2012. Lembaga pemeringkat itu memperkirakan, meningkatnya persyaratan regulasi, termasuk persyaratan modal minimum ke Rp70 miliar pada tahun 2012 dan Rp100 miliar pada tahun 2014, akan mendorong konsolidasi pasar yang lebih ketat.Jumlah perusahaan asuransi akan menyusut, dimana sebagian asuransi yang lebih kecil akan bergabung dengan perusahaan lain untuk memenuhi

persyaratan modal. Sayangnya,

(3)

oleh tingkat transparansi kelembagaan, manajemen risiko yang terbatas.

Modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Dengan modal perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya. Perusahaan harus mempunyai Modal primer yaitu standar modal yang wajib dimiliki oleh perusahaan agar perusahaan tersebut mampu melaksanakan kegiatan operasionalnya. Modal harus dihitung dengan sangat teliti terhadap kebutuhannya baik itu per hari atau per bulan agar perusahaan tidak mengalami kekurangan atau kelebihan uang. Modal perusahaan dapat tercermin dalam neraca sebelah aktiva, seberapa besar tingkat likuiditas perusahaan dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya modal yang dimiliki perusahaan.

Marlenem (2005), meneliti mengenai analisis likuiditas dan perencanaan modal kerja pada PT Subaludah Tbk, menyumpulkan bahwa kebijakan modal kerja berpengaruh terhadap tingkat likuiditas. Aldiyanti (2006) meneliti mengenai faktor-faktor penentu likuiditas perusahaan manufaktur di BEJ 2000-2004, menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, kesempatan bertumbuh dan return spred berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. Rasio hutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas.

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Farhan (2005) yang melakukan penelitian pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEJ. Penulis tertarik melakukan penelitian serupa dengan sampel yang berbeda yaitu pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2009, 2010 dan 2011. Penulis tertarik melakukan penelitian serupa dengan sampel perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009, 2010 dan 2011 dikarenakan di Indonesia banyak perusahaan asuransi yang bermodal minim, skala ekonomi industri jual beli risiko ini juga kecil. Hal itu bisa dilihat dari total perolehan premi yang

hanya berada di kisaran 1,25 persen sampai 1,66 persen dari produk domestik bruto (PDB) dalam kurun waktu 5 tahun.

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian sebelumnya serta teori-teori yang mendasari maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul yaitu “Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraiakan diatas, untuk lebih memudahkan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah yaitu,

“Apakah terdapat pengaruh signifikan

antara kebutuhan modal kerja terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010, 2011 dan 2012?”.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Peneliti membatasi penelitian hanya terdapat 10 perusahaan asuransiyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempublikasikan laporan keuangan untuk tahun 2010, 2011 dan 2012 dengan variabel yang diteliti Kebutuhan Modal Kerja yaitu Kecepatan Perputaran Modal Kerja Keseluruhan dan tingkat Likuiditas perusahaan yaitu Current Ratio.

1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah,Untuk mengetahui pengaruh antara kebutuhan modal kerja terhadap tingkat lukuiditas pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010, 2011 dan 2012

1.4.2 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(4)

tingkat pengembalian atas pendapatan yang cukup tinggi.

2. Sebgai pertimbangan bagi manajemen mengenai pengaruh antara kebutuhan modal kerja dan current ratio ini dalam pengambilan keputusan.

2. LANDASAN TEORI 2.1 Asuransi

Asuransi diatur dalam KUHD (Pasal

246 s/d 308). Asuransi atau pertanggungan menurut Pasal 246 KUHD adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu. Selain KUHD, asuransi juga diatur dalam UU No 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Menurut Pasal 1 UU No 2 Tahun 1992, asuransi (pertanggungan) adalah perjanjian dua pihak, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk

memberikan penggantian kepada

tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

2.2 Pengertian Modal Kerja

Pada dunia usaha, peningkatan kegiatan usaha selalu menghadapi masalah-masalah pelik. Salah satu masalah-masalah utama yang dihadapi oleh pimpinan atau pemilik perusahaan ialah menyediakan modal kerja yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan perusahaan.

Menurut Munawir (2010:114) terdapat tiga konsep dalam menggunakan modal kerja yaitu:

1. Konsep kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan kepada kwantum yan diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedian untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).

2. Konsep kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan.

3. Konsep fungsional

Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut Modal Kerja merupakan hal yang terpenting di dalam membelanjai operasi perusahaan sehari-hari. Dari konsep-konsep modal kerja di atas dapat mencakup baik untuk usaha mendapatkan, menyediakan dana yangdibutuhkan perusahaan maupun usaha untuk menggunakan dana tersebut. Secara efisien dan tetap mempertahankan arus pendapatan guna kelangsungan pendapatan perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya.

(5)

2.2.1Jenis-jenis Modal kerja

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar akuntansi keuangan (2009:1,2), laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-kompenen berikut: 1. Neraca

2. Laporan laba-rugi

3. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan

Adapun Jenis Modal Kerja menurut Riyanto (2008:61) digolongkan menjadi :

a. Modal Kerja Permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal Kerja Permanen dapat dibagi menjadi:

1) Modal Kerja Primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha.

2) Modal Kerja Normal adalah Jumlah Modal Kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis.

3) Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal Kerja ini dibagi menjadi: 4) Modal Kerja Musiman adalah modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim.

5) Modal Kerja Siklis adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

6) Modal Kerja Darurat adalah modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

Dari jenis-jenis modal kerja terdapat dua jenis modal kerja yaitu modal kerja permanen yang terdiri dari modal kerja primer dan modal kerja normal. Modal kerja variabel yang terdiri dari modal kerja

musiman, modal kerja siklis dan modal kerja darurat.

2.2.2Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi kehidupan perusahaan, tetapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup tersebut? Tersedianya modal kerja yang segera dapat digunakan dalam operasi perusahaan tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, surat berharga yang diperdagangkan, piutang atau persediaan.

Menurut Munawir (2010:116-117),

“Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya

dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan

modal kerja yang cukup akan

menguntungkan bagi perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain :

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk

memberikan syarat kredit yang lebih

menguntungkan kepada para

langganannya.

(6)

memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan”.

2.2.3 Manfaat Modal Kerja

Jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan harus cukup dalam arti tidak berlebihan atau kekurangan sehingga mampu membiayaipengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan

modal kerja yang cukup akan

menguntungkan perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan keuangan perusahaan.

Menurut Prastowo (2008:98) manfaat modal kerjayaitu: Manfaat utama modal kerja adalah menjaga tingkat likuiditas suatu perusahaan. Dengan modal kerja yang memadai, suatu perusahaan akan mampu membayar seluruh kewajiban jangka panjangnya,memiliki cadangan yang cukup untuk menghindari kekurangan persediaan dan memberikan piutang kepada pelanggan sehingga hubungan dengan pelanggan dapat terus dipertahankan.

Berdasarkan manfaat modal kerja di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat likiuditas perusahaan. Agar modal kerja dalam perusahaan cukup untuk membiayai kegiatan operasionalnya sehari-hari yang akan membuat keuangan dalam perusahaan menjadi efektif dan efesien.

2.3 Likuiditas Perusahaan

Salah satu alat untuk mengukur kondisi keuangan dan prestasi perusahaan adalah teknik analisa rasio. Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan suatu unsur dengan unsur yang lainnya. Rasio merupakan alat analisa yang dapat memberikan jalan keluar dan gambaran gejala-gejala yang tampak pada suatu keadaan.

Hubungannya dengan keputusan yang diambil perusahaan, analisi rasio ini bertujuan untuk menilai efektifitas keputusan yang telah diambil oleh

perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya. Untuk dapat menilai efektivitas keputusan yang diambil oleh perusahaan yang akhirnya akan memperolah informasi mengenai kekuatan dan kelebihan perusahaan, maka analisis laporan keuangan perlu diarahkan dengan baik.

Menurut Munawir (2010:31) rasio likuiditas adalah: Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.

Menyatakan bahwa “likuiditas adalah

menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih”.

Rasio likuiditas memberikan jawaban bagi manajemen perusahaan karena rasio likuiditas ini memberikan gambaran mengenai efektifitas pengelolaan perusahaan.

Likuiditas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan kas dalam

suatu perusahaan dengan

memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi.

Likuiditas perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar dari perusahaan tersebut. Tingkat pengembalian hutang lancar dapat diukur dengan tingkat aktiva yang ada (current ratio). Adapun rumus untuk menghitung current ratio

adalah sebagai berikut:

Current ratio =

2.4 Pengaruh Modal kerja Terhadap Likuiditas

Menurut Riyanto (2011) menjelaskan kebutuhan modal kerja “kecepatan modal

(7)

periode tersebut”. Adapun rumus untuk menghitung kebutuhan modal kerja yang tersedia yaitu:

Kebutuhan Modal Kerja

=

Hubungan antara kebutuhan modal kerja dan Current Ratio dapat dihubungkan dengan analisa statistik dengan menggunakan regresi linear sederhana dimana kebutuhan Modal kerja sebagai X dan Current Ratio sebagai Y.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini, penulis menggunakan dua macam variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Untuk variabel independen adalah Current

Ratio.Sedangkan variabel dependen yang

digunakan adalah kebutuhan modal kerja

3.1.2 Definisi Operasional variabel

1. Kebutuhan Modal kerja

Kebutuhan Modal Kerja terhadap jumlah pendapatan yang diperoleh selama periode tersebut.

2. Current Ratio

Merupakan rasio untuk menghubungkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar dari perusahaan tersebut.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komperatif. Dengan penelitian ini maka akan dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. (Sugiyono 2010:13)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Adapun populasi dalam penulisan penelitian ini adalah semua perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode laporan keuangannya adalah tahun 2009, 2010, dan 2010. Berikut ini daftar populasi yang digunakan.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Penelitian

No Kode

Perusahaan

Nama Perusahaan Jumlah

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

ABDA AHAP ASBI ASDM ASJT ASRM AMAG LPGI MREI PNIN

PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. PT Asuransi Bintang Tbk.

PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. PT Asuransi Jasa Tania Tbk. PT Asuransi Ramayana Tbk.

PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk. PT Lippo General Insurance Tbk. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. PT Panin Insurance Tbk.

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Total Polulasi 30

(8)

Penulis melakukan penelitian pada 10 perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, karena hanya ada 10 perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap yaitu tahun 2010, 2011, dan 2012.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2010:116). Pada umumnya terdapat dua teknik dalam

pengambilan sampel, yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.

Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Nonprobability Sampling dengan teknik Sampling Jenuh.

Menurut Sugiyono (2010:78)

“Sampling Jenuh adalah teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.” Hal ini sering

dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30.

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

No Kode

Perusahaan

Nama Perusahaan Jumlah

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

ABDA AHAP ASBI ASDM

ASJT ASRM AMAG LPGI MREI PNIN

PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk. PT Asuransi Bintang Tbk.

PT Asuransi Dayin Mitra Tbk. PT Asuransi Jasa Tania Tbk. PT Asuransi Ramayana Tbk.

PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk. PT Lippo General Insurance Tbk. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk. PT Panin Insurance Tbk.

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Total sampel 30

Sumber: www.idx.co.id

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan pengumpulan data dimana sumber tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan secara interview (wawancara), kuesioner (angket),

observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. (Sugiyono,2010:129).

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berdasarkan sumbernya, yakni sumber sekunder. Penulis mengumpulkan data berupa laporan keuangan perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010, 2011, dan 2012 melalui media online yang merupakan situs web resmi BEI, yaitu www.idx.co.id.

3.4.2 Jenis dan Sumber Data

(9)

matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.

Data didapatkan dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel (atau populasi). Semua data yang ada pada hakikatnya merupakan cerminan suatu

variabel yang diukur menurut

klasifikasinya. Dengan demikian, data dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria, misalnya berdasarkan jenisnya, sumbernya, cara memperolehnya dan waktu pengumpulannya. Jenis penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan Asuransi yang didapat dari www.idx.co.id.

3.5 Kerangka Penelitian dan Hipotesis 3.5.1 Kerangka Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

3.5.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah. Dalam penelitian ini, hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara kebutuhan modal kerja dengan likuiditas perusahaan.

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan SPSS didapatkan hasila sebagai berikut:

4.1.1 Uji Regresi

Uji regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen secara bersama-sama. Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikkan atau menurunkan keadaan variabel independen. Tabel 4.4 di bawah ini merupakan hasil analisis regresi yang dilakukan.

Tabel 4.4 Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,529 ,122 4,347 ,000

X ,041 ,036 ,211 1,144 ,262

a. Dependent Variable: lnY

Sumber : Hasil perhitungan data SPSS versi 20, 2013

(X) KEBUTUHAN

MODAL KERJA

(Y) CURRENT

(10)

Tabel 4.4 menunjukkan konstanta untuk persamaan regresinya bernilai 0,529 dan nilai untuk koefisian regresinya adalah 0,041 untuk X yaitu kebutuhan modal kerja. Sehingga bentuk persamaan regresi linearnya adalah sebagai berikut:

Y = 0,529 + 0,041 + ei

Dari persamaan diatas dapat di artikan bahwa:

1. Nilai konstanta (a) sebesar 0,529 artinya apabila nilai Kebutuhan Modal Kerjaadalah nol, maka nilai Current

Ratio adalah sebesar 0,529.

2. Koefisien regresi Kebutuhan Modal Kerjabernilai 0,041 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 Kebutuhan Modal Kerja maka Current Ratio akan bertambah sebesar 0,041

4.1.2 Uji Hipotesis

4.1.2.1 Uji Parameter Individual (Uji-t)

Uji parsial bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dari hasil pengelohan data dengan SPSS pada tabel di bawah ini dapat diketahui hasil Uji-t (Uji Parsial) sebagai berikut.

Tabel 4.9 Uji-t Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,529 ,122 4,347 ,000

X ,041 ,036 ,211 1,144 ,262

a. Dependent Variable: lnY

Sumber : Hasil perhitungan data SPSS versi 20, 2013

Penelitian ini menggunakan sampel (n)=30 dan jumlah variabel independen dan dependen (k)=2. Maka di peroleh df = 28 yang menunjukkan nilai ttabelsebesar 1,701 dengan probabilitas satu arah (one-tailed) 5%. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai thitungKebutuhan Modal Kerja sebesar 1,144 yang artinya thitung< ttabel(1,144 < 1,701). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Kebutuhan Modal

Kerja tidak berpengaruh terhadap Current

Ratio.

4.1.2.2 Uji Koefisien determinasi

Uji Koefisien Determinasi (R-Square) digunakan untuk mengetahui besaran nilai korelasi antara variabel X (Kebutuhan Modal Kerja terhadap) variabel Y (Current Ratio). Berikut ini output untuk uji R-Square yang diolah dengan program

SPSS 20.0.

Tabel 4.10 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,211a ,045 ,011 ,37582

a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: lnY

Sumber : Hasil perhitungan data SPSS versi 20, 2013.

Berdasarkan hasil pada tabel 4.6 diketahui bahwa koefisien determinasi

(R-Square) adalah sebesar 0,45 atau 4,5%.

(11)

Kebutuhan Modal Kerja mampu menjelaskan variabel dependen (Current

Ratio) sebesar 4,5%, sisanya sebesar 95,5%

(100%-4,5%) dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Kebutuhan Modal Kerja terhadap Current Ratio

Variabel (X) yang merupakan Kebutuhan Modal Kerja, setelah dilakukan pengujian dengan SPSS 20.0, menunjukkan hasil bahwa Kebutuhan Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Current Ratio. Hal ini dikarenakan Kebutuhan Modal Kerja memiliki thitung yang lebih kecil dari pada ttabel (1,144 < 1,701). Hal ini berarti Ho dapat diterima.

Berdasarkan hasil uji tersebut, thitung Kebutuhan Modal Kerja bernilai positif yang berarti adanya hubungan positif antara Kebutuhan Modal Kerja terhadap Current

Ratio. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

penelitian ini sesuai dengan teori, dimana jika nilai Kebutuhan Modal Kerja naik, maka nilai Current Ratio akan turun. Dan sebaliknya, jika nilai Kebutuhan Modal Kerja turun, maka nilai Current Ratio akan naik.Pada dasarnya dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur dengan posisi modal kerja perusahaan yang berjalan dari laba yang didapatkan dalam periode tertentu dimana modal tersebut dapat menunjukan tingkat keamanan

(margin of safety) kreditur jangka pendek,

atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut juga dapat dengan membandingkan aktiva lancar yang ada dengan hutang yang sudah diambil oleh perusahaan tersebut.

Tidak berpengaruhnya kebutuhan modal kerja terhadap likuiditas perusahaan disebabkan belum terpenuhnya kewajiban-kewajiban perusahaan oleh modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga kewajiban perusahaan belum dapat ditutupi oleh modal kerja perusahaan. Modal kerja yang dimiliki setiap perusahaan

mempunyai hubungan yang saling terkait dengan likuiditas, karena dengan adanya modal kerja maka perusahaan dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dimana modal kerja ini digunakan untuk menjalankan operasi-operasi perusahaan setiap harinya. Sedangkan likuiditas menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Farhan (2005) yang menyimpulkan bahwa Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Likuiditas. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan Farhan, perusahaan harus menggunakan modal kerja secara produktif agar tidak terdapat modal kerja yang menganggur dan menjaga tingkat likuiditasnya agar dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menjaga nilai aktiva lancar lebih besar daripada hutang lancar.Serta tidak mendukung penelitian Marlenem (2005), yang menyimpulkan bahwa Kebijakan Modal Kerja berpengaruh terhadap Likuiditas perusahaan.

Dilihat dari beberapa sub sampel perusahaan yang dijadikan objek penelitian, dapat dilihat kekurangan modal kerja terhadap current ratio yang terjadi pada tahun 2012.

5. KESIMPULAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan uji SPSS diperoleh persamaan regresi linear sederhana yaitu

Current Ratio = 0,529 + 0,041 Kebutuhan

(12)

secara signifikan pada tingkat 5% terhadap Likuiditas perusahaan. Hasil uji-t menunjukkan thitung 1,144< ttabel 1,701 yang artinya tidak berpengaruh, dimana Ho dapat diterima.

5.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah:

1. Perusahaan harus tetap memperhatikan kestabilan modal kerja terhadap likuiditas agar setiap tahunnya seimbang dengan peningkatan kebutuhan modal kerjanya.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan sampel perusahaan yang mewakili keseluruhan sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan pengamatan pada periode laporan keuangan lebih lama. 3. Disarankan untuk peneliti lanjutan agar

dapat menambahkan variabel

independen untuk peneliti lainnya, karena masih ada kemungkinan bahwa terdapat variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penenlitian ini berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Aldiyanti, 2006. Faktor-faktor penentu likuiditas perusahaan manufaktur di BEJ 2000-2004Farhan, Akhmad Fanny. 2005. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap tingkat likuiditas Perusahaan. Unpublished Skripsi S1, Universitas Widyatama, Surabaya.

Marlenem, 2005. Analisis likuiditas dan perencanaan modal kerja pada PT Subaludah Tbk. Jurnal

Munawir (2010, Analisis Laporan keuangan, Liberty Yogyakarta.

Sugiyono 2010, Metodologi penelitian Bisnis, Alfabeta Indonesia

Seftianne. (2011). Faktor-faktor YangMempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan AkuntansiVol. 13, 39-56

Republik Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246 s/d 308 tentang Auransi

Gambar

Tabel 3.1Daftar Populasi Penelitian
Tabel 3.2Daftar Sampel Penelitian
Tabel 4.9 Uji-ta

Referensi

Dokumen terkait

Alat ini juga dapat mengontrol suhu dan kelembaban pada suatu rumah budidaya yang bervolume sebesar ±15 m 3 dengan cara pembudidaya memasukan batas parameter suhu dan

Dari hasil yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan siswa SMA Negeri 5 Medan tentang kesehatan reproduksi remaja berada pada kategori baik.. Dari hasil

produk coran yang gagal. 2) Penekanan biaya dengan mengetahui lebih dulu produk yang cacat. Dalam pemeriksaan penerimaan bahan baku dan bahan yang di proses sejak. dari

Adapun fungsi dari Jadwal Induk Produksi itu adalah menjadwalkan produksi dan order pembelian untuk itemitem Jadwal Induk Produksi, memberikan input dasar bagi sistem MRP, menjadi

(1) Aspek dalam proses pembelajaran dalam penyuluhan yang memberikan dampak terhadap kompetensi kewirausahaan petani jagung di Kabupaten Grobogan yaitu materi

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap mahasiswa terhadap iklan dan sikap terhadap produk Hand &amp; Body Lotion Citra serta untuk mengetahui apakah ada

direhabilitasi di lembaga rehabilitasi instansi pemerintah 345,572. K inerja tersebut menjadi target dari Kegiatan Penguatan L embaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah dan