• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT. pdf"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SISWA

MAKALAH SEMINAR

DISUSUN OLEH:

1. ACH. RENO SYA’RONI (NIM. 2013020003) 2. AMALIA INNANI MASRUROH (NIM. 2013020014)

3. AMELIA NONA LITA (NIM. 2013020015)

4. BAIHAKI (NIM. 2013020027)

5. DEVI WULANDARI (NIM. 2013020035)

6. DINI DWI WARJIANTI (NIM. 2013020037)

7. EDY IRAWAN (NIM. 2013020040)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SITUBONDO

(2)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

TEKNOLOGI INFORMASI DAN INFORMASI SISWA

MAKALAH SEMINAR

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Situbondo untuk memenuhi syarat dalam menempuh mata kuliah Seminar

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi

DISUSUN OLEH:

1. ACH. RENO SYA’RONI (NIM. 2013020003)

2. AMALIA INNANI MASRUROH (NIM. 2013020014)

3. AMELIA NONA LITA (NIM. 2013020015)

4. BAIHAKI (NIM. 2013020027)

5. DEVI WULANDARI (NIM. 2013020035)

6. DINI DWI WARJIANTI (NIM. 2013020037)

7. EDY IRAWAN (NIM. 2013020040)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SITUBONDO

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Makalah Oleh :

1. Ach. Reno Sya’roni (NIM. 2013020003) 2. Amalia Innani Masruroh (NIM. 2013020014) 3. Amelia Nona Lita (NIM. 2013020015)

4. Baihaki (NIM. 2013020027)

5. Devi Wulandari (NIM. 2013020035) 6. Dini Dwi Warjianti (NIM. 2013020037)

7. Edy Irawan (NIM. 2013020040)

Judul Makalah : Implementasi Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi

Informasi dan Komunikasi Siswa.

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Situbondo, 26 Januari 2017

Pembimbing,

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah, puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah seminar ini.

Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah seminar ini, antara lain:

1. Ketua STKIP PGRI Situbondo, Bapak Drs. H. Wiji Hartono, M.Pd.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi, Bapak Ali Hasan, M.Kom.

3. Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar Pendidikan Teknologi Informasi, Bapak Drs. Winarto, M.Pd.

4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi angkatan tahun akademik 2013/2014.

5. Seluruh elemen sivitas akademika STKIP PGRI Situbondo.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah seminar ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan, demi perbaikan penulisan makalah dan karya tulis lainnya pada masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah seminar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(5)

iv DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... viii

Abstrak ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penulisan Makalah ... 5

1.4. Manfaat ... 5

1.5. Batasan Masalah... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Model Pembelajaran Project Based Learning ... 7

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning ... 7

2.1.2. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning ... 10

2.1.3. Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning 12 2.1.4. Manfaat Diterapkannya Model Pembelajaran Project Based Learning ... 13

2.1.5. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning ... 14

(6)

v

2.2. Model Project Based Learning Dalam Pembelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi ... 20

2.3. Hasil Belajar ... 20

2.4. Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 23

BAB III PEMBAHASAN ... 30

3.1. Perencanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi ... 30

3.2. Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi ... 34

3.3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi ... 38

3.4. Hasil Penelitian Sebelumnya Mengenai Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning ... 41

BAB IV PENUTUP ... 43

4.1. Kesimpulan ... 43

4.2. Saran ... 43

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1. Aspek Literasi TIK: Label Konseptual dan Deskripsi ... 25

2.2 Kompetensi Kunci Pada Pengetahuan Mendasar ... 26

2.3 Kompetensi Kunci Pada Keterampilan Teknis ... 26

2.4 Kompetensi Kunci Pada Keterampilan Menilai Kritis ... 27

3.1. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran TIK pada Pertemuan I ... 35

3.2 Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran TIK pada Pertemuan II dan Seterusnya ... 37

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Model Project Based Learning

(10)

ix ABSTRAK

Sehubungan dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan juga tantangan kehidupan abad ke-21, maka Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan adanya keterdidikan yang tinggi pada manusia. Oleh karena itu, sektor pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Indikator kesuksesan pendidikan dan pembelajaran tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam bidang studi Teknologi Informasi dan Komunikasi, hasil belajar dapat diselaraskan dengan istilah literasi TIK. Literasi TIK adalah pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, dan/atau jaringan untuk mengakses, mengatur, menyatukan, dan menciptakan informasi agar berfungsi bagi pengetahuan masyarakat.

Tinggi rendahnya hasil belajar TIK ataupun literasi TIK sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup penguasaan keterampilan komputer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan komunikasi dan cara memperoleh, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Selain itu berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi TIK yang ideal adalah 20% ranah kognitif (pengetahuan), 60% psikomotorik (keterampilan), dan 20% ranah afektif (sikap). Oleh karena mata pelajaran TIK mencakup penguasaan keterampilan dan prinsip kerja, serta rasio persentase kompetensi TIK lebih ditekankan pada aspek psikomotorik (keterampilan), maka diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar dan literasi TIK.

Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk membuat proyek dan menghasilkan produk/karya kemudian belajar dari proses pembuatan proyek dan produk tersebut, agar materi belajar yang disampaikan guru mudah dipahami.

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Puluhan tahun mendatang, masyarakat dunia akan memasuki abad ke-21. Abad ke-21 ini disebut-sebut sebagai abad pengetahuan. Hal ini dikarenakan pada abad ke-21 nanti, informasi banyak tersebar serta faktor ruang dan waktu akan semakin menyempit akibat pemanfaatan teknologi informasi. Kehidupan pada abad ke-21 ditandai dengan informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja, komputasi yang semakin cepat, komunikasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta otomomatisasi terhadap pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, kehidupan di abad ke-21 perlu diantisipasi dan dipersiapkan sejak dini.

Dan pada saat ini tengah berlangsung era Masyarakat Ekonomi ASEAN atau lebih dikenal dengan MEA. MEA merupakan sebuah kesepakatan yang dibangun antar Negara-negara di Asia Tenggara untuk membuka pasar bebas di wilayah ASEAN (Kinardi, 2016). Dengan terbukanya MEA, akan meningkatkan persaingan tenaga kerja dan pasar perekonomian. Dalam hal ini, tenaga kerja dan pasar perekonomian tidak lagi bersaing dengan sesama masyarakat Indonesia, tetapi juga dengan masyarakat dari Negara-negara ASEAN. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia perlu mempersiapkan kemampuan (skill) agar tidak kalah bersaing dengan masyarakat dari Negara lainnya.

(12)

dapat bekerja di suatu perusahaan yang membutuhkan aspek keterdidikan dan keterampilan yang baik. Oleh karena itu, sistem pendidikan harus berperan lebih agar dapat menyiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Sehubungan dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan juga tantangan kehidupan abad ke-21, maka Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan adanya keterdidikan yang tinggi pada manusia. Oleh karena itu, sektor pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. ―Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan-keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara‖ (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar dapat terjadi permerolehan ilmu dan pengetauan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik (Amri, 2013:34).

Indikator kesuksesan pendidikan dan pembelajaran tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar sebagai outcome kegiatan belajar mengajar sangatlah kompleks. Telah banyak para ahli

yang mendefinisikannya. Sudjana (dalam Utami, 2015:58) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Giantera (2013:1) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan produk dari proses belajar yang dapat ditunjukkan melalui nilai atau angka dan diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa melalui tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya.

(13)

3

information in order to function in a knowledge society”, artinya literasi TIK adalah pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, dan/atau jaringan untuk mengakses, mengatur, menyatukan, dan menciptakan informasi agar berfungsi bagi pengetahuan masyarakat.

Tinggi rendahnya hasil belajar TIK ataupun literasi TIK sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup penguasaan keterampilan komputer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan komunikasi dan cara memperoleh, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Selain itu berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi TIK yang ideal adalah 20% ranah kognitif (pengetahuan), 60% psikomotorik (keterampilan), dan 20% ranah afektif (sikap). Oleh karena mata pelajaran TIK mencakup penguasaan keterampilan dan prinsip kerja, serta rasio persentase kompetensi TIK lebih ditekankan pada aspek psikomotorik (keterampilan), maka diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar dan literasi TIK.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2007:52). Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran TIK adalah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

(14)

menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Proyek dalam PjBL dilakukan untuk merangkai aktivitas siswa dalam menyusun suatu produk (Hiscocks, 2008). Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk membuat proyek dan menghasilkan produk/karya kemudian belajar dari proses pembuatan proyek dan produk tersebut, agar materi belajar yang disampaikan guru mudah dipahami.

Penelitian terkait penerapan model pembelajaran PjBL telah banyak dilakukan oleh para ahli. Salah satunya dilakukan oleh Fitrianingsih dkk (2015) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sejarah pada peserta didik kelas X – Sosial 2 SMA Negeri 4 Jember. Penelitian lain dilakukan oleh Lesmana dan Jaedun (2015) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran PjBL lebih efektif dibanding model pembelajaran konvensional dengan metode tutorial. Sementara penelitian Eko Mulyadi (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran PjBL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika.

(15)

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, masalah yang akan dipecahkan dalam makalah ini adalah, bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar TIK siswa?.

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mendeskripsikan cara menerapkan model pembelajaran Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar TIK siswa.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pembelajaran, khususnya terkait penerapan model pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK guna meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat meningkatkan hardskill guna menjadi guru TIK yang profesional.

(16)

1.5. Batasan Masalah

Permasalahan yang akan dipecahkan dalam makalah ini terbatas pada:

1. Model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi dan hasil akhir dalam pembelajaran adalah berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok siswa.

(17)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Model Pembelajaran Project Based Learning

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Project Based Learning

Model pembelajaran project based learning, disingkat PjBL, atau lebih dikenal dengan pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Menurut Solomon (dalam Sepahkar, 2015:49), PjBL berarti belajar melalui pengalaman. Wena (2012:144) mendefinisikan model pembelajaran PjBL sebagai model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Proyek dalam PjBL dilakukan untuk merangkai aktivitas siswa dalam menyusun suatu produk (Hiscocks, 2008). Produk yang disusun membutuhkan waktu untuk praktikum laboratorium dan pencarian data, sehingga model pembelajaran ini menekankan siswa untuk membuat proyek dan menghasilkan produk/karya kemudian belajar dari proses pembuatan proyek dan produk tersebut, agar materi belajar yang disampaikan guru mudah dipahami. Dalam penerapan project based learning, beberapa tugas akan diselesaikan dengan cara yang berbeda-beda sehingga siswa dapat menemukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan (Wolk, dalam Sepahkar, 2015:49).

(18)

pembelajaran adalah berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok siswa (Kurniawan, 2012). Lebih lanjut Kamdi (2008:15) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis proyek menjadi bersifat revolusioner di dalam isu pembaruan pembelajaran. Proyek dapat mengubah hakikat hubungan antara guru dan pebelajar. Proyek dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan mengarahkan pebelajar lebih kolaboratif daripada kerja sendiri-sendiri. Proyek juga dapat menggeser fokus pembelajaran dari mengingat fakta ke eksplorasi ide‖.

Model pembelajaran PjBL telah dikembangkan oleh Buck Institute for Education sejak akhir dekade 90-an, yang mana model pembelajaran PjBL menjadi solusi inovatif untuk reformasi sistem pendidikan (Buck Institute of Education, 2009). Model pembelajaran ini merupakan penyempurnaan dari model problem based learning (PBL). Model pembelajaran PjBL merupakan salah satu

model pembelajaran yang berorientasi pada CTL atau contextual teaching and learning process (Jones, Rasmussen dan Moffit, 1997). CTL merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran PjBL adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah otentik yang terjadi sehari-hari melalui pengalaman belajar praktik langsung di masyarakat (John, dalam Moerdiyanto, 2008:374). Project Based Learning has also referred to by other names, such as project-based

teaching, experienced-based education, authentic learning or anchored

instruction (Arends, 1997:156).

(19)

9

nyata. Dasar pemikiran pokok dalam menggunakan aktivitas yang otentik (nyata) sebagai model pembelajaran yang paling sesuai adalah meningkatnya pemahaman siswa yang berkembang melalui penerapan dan manipulasi pengetahuan dalam suatu konteks.

Moediyanto (2012:41) mengemukakan bahwa pada penerapan model pembelajaran PjBL, siswa belajar melalui situasi dan setting pada masalah-masalah yang nyata atau kontekstual. Karena itu, semua dijalankan dengan cara-cara: (1) dinamika kerja kelompok, (2) investigasi secara independen, (3) mencapai tingkat pemahaman yang tinggi, (4) mengembangkan keterampilan individual dan sosial. Model pembelajaran PjBL ini berbeda dengan pembelajaran langsung yang menekankan pada prestasi ide-ide dan keterampilan guru. Peran guru pada model pembelajaran PjBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran dengan model PjBL tidak akan terjadi tanpa keterampilan guru dalam mengembangkan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide dan dialog secara terbuka antara guru dan siswa.

Lebih lanjut Moerdiyanto (2012:82) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model PjBL harus menggunakan masalah-masalah nyata sehingga siswa belajar, berpikir, kritis dan terampil memecahkan masalah dan mendukung pengembangan keterampilan teknis serta perolehan pengetahuan yang mendalam. Model pembelajaran PjBL ini memfokuskan pada: (1) pemecahan masalah nyata, (2) kerja kelompok, (3) umpan balik, (4) diskusi, dan (5) laporan akhir. Siswa didorong untuk lebih aktif terlibat pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, sehingga peserta berlatih melakukan penyelidikan dan inkuiri. Levin (2001:1) menyatakan bahwa “Project Based Learning is an instructional method that encourages learners to apply critical thinking, problem

(20)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada pemecahan masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari serta pengembangan produk atau unjuk kerja, dimana siswa melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensistesis informasi dan hasil akhir dalam pembelajaran adalah berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok siswa.

2.1.2. Karakteristik Model Pembelajaran ProjectBasedLearning

Tidak semua kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat disebut pembelajaran berbasis proyek. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing yang tidak dimiliki oleh model pembelajaran lainnya. Kamdi (2008:8) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Pebelajar membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.

b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. c. Pebelajar merancang proses untuk mencapai hasil

d. Pebelajar bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.

e. Melakukan evaluasi secara kontinu.

f. Pebelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

h. Kelas memiliki atmostef yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

Sementara Thomas (dalam Wena, 2012:145) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu:

(21)

11

dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.

b. Prinsip pertanyaan penuntun (driving question), berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama. Kriteria sebuah ―driving question‟ adalah sebagai berikut.

…a driving question must be simple to understand but also give enough

information about what is being searched. This is rea lly necessary to conduct

project easily. Because the guidance of such a driving question will always

make you remember on what you should focus and what action to take. It must

be simple because it must researchable and give chance to easily determine

what are the variables.

c. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation), merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi. d. Prinsip otonomi (autonomy), dalam pembelajaran berbasis proyek dapat

diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari PBL. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.

(22)

Model pembelajaran berbasis proyek bukan sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas serta belajar kelompok kolaboratif, akan tetapi model ini memfokuskkan pada kreatifitas berpikir, pemcahan masalah dan interaksi antara siswa dengan siswa untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Keuntungan pembelajaran berbasis proyek menurut Moursund dikutip oleh Made Wena (2012:147) diantaranya sebagai berikut:

a. Increased Motivation, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tengang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.

b. Inceased Problem-Solving Ability. Lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang bersifat kompleks.

c. Improved Library Research Skills. Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.

d. Increased Collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

e. Increased Resource-Management Skills, dapat memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2.1.3. Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning

(23)

13

Sedangkan menurut Sari dkk (2015:2), model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara siswa, karena melalui pembelajaran proyek siswa terlibat langsung dalam membuat sebuah proyek sehingga lebih dapat memahami dan dapat mengembangkan keterampilan berbicara. Selain meningkatkan keterampilan berbicara, pembelajaran berbasis proyek juga dapat meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan dapat mengembangkan kreativitas siswa.

2.1.4. Manfaat Diterapkannya Model Pembelajaran Project Based Learning

Oleh karena PjBL adalah model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa, peran siswa menjadi lebih aktif dan siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Muresan (2014:303) mengemukakan bahwa di samping mengembangkan pembelajaran aktif dan kooperatif, model pembelajaran PjBL memfasilitasi siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan secara kreatif dan innovatif serta dapat menggunakan pengetahuannya dalam lingkungan yang nyata. Lebih lanjut Muresan (2014:303) mengemukakan bahwa di satu sisi, pebelajar dapat memiliki pengetahuan dan kompetensi pada bidang-bidang yang spesifik secara mudah dan cepat. Namun di sisi lain, mereka dapat memiliki kompetensi yang sesuai dengan lingkungan kerja yang sesungguhnya, seperti bekerja dan berkomunikasi dalam sebuah tim, berbagi pengetahuan dan tanggung jawab, serta dapat mengembangkan kreatifitas dan pembelajaran mandiri, termasuk pembelajaran berdasarkan pengalaman.

Neac (dalam Muresan, 2014:304) juga menyatakan bahwa model pembelajaran project based learning memiliki potensi besar dalam membangun karakteristik siswa, antara lain:

a. Mendukung pembelajaran secara individu maupun berkelompok. b. Meningkatkan kemampuan eksplorasi siswa.

(24)

e. Mendukung siswa untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. f. Merangsang motivasi dan minat belajar siswa.

g. Membentuk sikap dan nilai-nilai yang positif.

h. Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. i. Mengembangkan berpikir kreatif.

j. Mengembangkan kemampuan belajar secara mandiri maupun kolaboratif.

PjBL merupakan salah satu cara mengembangkan keterampilan yang dituntut dalam pendidikan abad 21. PjBL dapat melatih siswa mengubah sifat pembelajaran dengan menemukan konsep dasar melalui perluasan informasi dan teknologi komunikasi yang nantinya sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam menghadapi kehidupan di masa depan (Ledward dalam Ahira, 2011). Siswa yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah (Mergendoller, et al. 2006:49-69; Zachariou, 1995; Fitrianingsih dkk, 2015:33). Selain itu, Neo (2009) dan Noordin dkk (2011) menambahkan bahwa minat belajar, kemampuan berpikir kritis, kemampuan membangun relasi, dan kemampuan bekerja sama pada siswa lebih baik apabila siswa belajar dan beraktivitas melalui project based learning, dan kemampuan-kemampuan tersebut hampir dipastikan dapat berkembang, dibandingkan pada pembelajaran tradisional.

2.1.5. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning

(25)

15

masalah dan membuat rumusan masalah); (3) tahap membuat desain dan jadwal pelaksanaan proyek; (4) tahap melaksanakan penelitian awal (mencari spesifikasi terbaik untuk produk yang hendak dibuat); (5) tahap menyusun draft/prototype produk; (6) tahap menilai dan memperbaiki produk (presentasi dan penilaian terhadap produk yang telah dibuat); (7) tahap finalisasi dan publikasi produk (perbaikan dan publikasi produk); dan (8) tahap pasca-proyek (penilaian terhadap penguasaan konsep peserta didik).

Sementara Delise (1997:27-35) mengungkapkan langkah-langkah penerapan model pembelajaran PjBL yang berbeda dengan pendapat ahli sebelumnya, antara lain:

1. Connecting with the problem, yaitu guru memilih, merancang dan menyampaikan masalah yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

2. Setting up the structure. Setelah siswa terlibat dengan masalah pembelajaran, guru menciptakan struktur untuk bekerja melalui masalah yang dihadapi. Struktur ini akan memberikan rancangan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa. Struktur menjadi kunci dari keseluruhan proses bagaimana siswa berfikir melalui situasi nyata dan mencapai solusi yang tepat.

3. Visiting the problem. Jika guru telah menjelaskan bagaimana siswa akan mengarah, dan siswa diminta untuk membaca kembali statement masalah itu. Guru fokus pada ide-ide yang dimiliki siswa untuk bagaimana menyelesaikan masalah. Fokus tersebut diarahkan untuk menghasilkan fakta dan daftar item yang membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.

(26)

5. Producing a product / performance, yaitu membuat hasil pemecahan masalah yang disampaikan kepada guru untuk dievaluasi tentang mutu isi dan penguasaan skill mereka.

6. Evaluating performance and the problem. Guru meminta siswa untuk mengevaluasi hasil kerja (performance) dari kajian masalah dan alternatif solusi yang diajukan.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran PjBL juga dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (dalam Bender, 2012:17-20, 45-76), terdiri dari:

a. Start with the essential question. Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan sesuatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi yang mendalam. Pengajar berusaha agar yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

b. Design a plan for the project. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subyek serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

(27)

17

d. Monitor the student and the progress of the project. Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi monitor bagi aktivitas peserta didik, agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. e. Assess the outcome. Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam

mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberikan umpan balik tentang tingkat pemahaman dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f. Evaluate the experience. Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok, pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama

pembelajaran.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran PjBL yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation inilah yang diterapkan di Indonesia melalui kurikulum 2013. Adapun bentuk adaptasinya dijelaskan melalui gambar di bawah ini.

(28)

Sebelum menerapkan model PjBL dalam proses pembelajaran, menurut Moerdiyanto (2012:86), terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru antara lain:

a. Menentukan materi pembelajaran dengan pemilihan masalah riil yang nyata.

b. Menyusun daftar keinginan siswa agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan

c. Merancang penyajian masalah untuk dapat memandu siswa

d. Menentukan alokasi waktu dan jadwal pembelajaran

e. Mengorganisir kelompok-kelompok belajar

f. Merancang sumber belajar

g. Merancang lingkungan belajar

h. Merancang format penilaian proses dan hasil belajar.

(29)

19

2.1.6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning

Wena (2012:147) mengemukakan bahwa model pembelajaran PjBL memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan sebagai berikut.

1) Keunggulan Model Pembelajaran PjBL: a) Meningkatkan motivasi

b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah c) Meningkatkan kolaborasi

d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber daya

2) Kelemahan Model Pembelajaran PjBL:

a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. b) Memerlukan biaya yang cukup banyak.

c) Banyak peralatan yang harus disediakan.

d) Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, dan

e) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak memahami topik secara keseluruhan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Husamah (2013), bahwa model PjBL memiliki kelebihan di antaranya (1) pelajar memperoleh pengetahuan dasar (basic science) yang berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang

dijumpainya, (2) pelajar belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student centered, dan (3) pelajar mampu berpikir kritis dan mengembangkan inisiatif. Ada

(30)

2.2. Model Project Based Learning Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Model pembelajaran PjBL sangat sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Hal ini dikarenakan melesatnya perkembangan komputer dan teknologi informasi yang memberikan nuansa baru dalam dunia pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PjBL merupakan model pembelajaran yang sangat penting untuk diterapkan pada mata pelajaran TIK di sekolah maupun jurusan teknologi informasi dan teknik komputer di jenjang pendidikan tinggi (Grozdev & Angelova, 2007).

Model pembelajaran PjBL pada pembelajaran TIK salah satunya dapat diterapkan dalam konteks pengembangan perangkat lunak, yang mana langkah-langkah atau sintaks penerapannya antara lain: (1) project definition, (2) choosing software development environment, (3) setting up a team, (4) holding a workshop,

(5) system analyze, (6) system design, (7) implementation, dan (8) system test (Sepahkar dkk, 2015:53).

Menurut Muresan (2014:306), model pembelajaran PjBL memfasilitasi peserta didik agar dapat memiliki kompetensi digital serta keterampilan-keterampilan untuk mengembangkan materi pembelajaran berbasis komputer. Selain itu, teknologi berbasis komputer yang terintegrasi dengan model pembelajaran PjBL sangat berguna untuk pembelajaran yang konstruktif. (Roschelle, dalam Eskrootchi & Oskrochi, 2010:237).

2.3. Hasil Belajar

(31)

21

hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa melalui tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya.

Berdasarkan definisi hasil belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, kemampuan, keterampilan, ataupun sikap yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dengan pemberian tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Menurut Slameto (2003:54-72), faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor-faktor Intern

1) Cara Orang Tua Mendidik 2) Relasi Antar Anggota Keluarga 3) Susunan Rumah

4) Keadaan Ekonomi Keluarga 5) Pengertian Orang Tua

6) Latar Belakang Kebudayaan b. Faktor Sekolah

1) Metode Mengajar 2) Kurikulum

(32)

5) Disiplin Sekolah 6) Alat Pelajaran 7) Waktu Sekolah

8) Standar Pelajaran Di Atas Ukuran 9) Keadaan Gedung

10) Metode Belajar 11) Tugas Rumah c. Faktor Masyarakat

1) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat 2) Mass Media

3) Teman Bergaul

4) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Wahidmurni (2010:18) mengemukakan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut dapat ditunjukkan diantaranya dari kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Contoh perubahan dalam aspek kemampuan berpikir adalah misalnya terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, atau perubahan dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya. Contoh perubahan dalam aspek sikap misalnya dari sikap yang buruk menjadi sifat yang baik, dari semula bersikap tidak sopan menjadi sikap yang sopan dan seterusnya. Kemudian contoh perubahan dalam aspek keterampilan misalnya dari tidak dapat melakukan wudlu menjadi terampil berwudlu, dari tidak terampil melukis menjadi terampil melukis dan seterusnya.

(33)

23

2.4. Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Dikutip dari definisi hasil belajar secara umum pada halaman sebelumnya, disebutkan bahwa hasil belajar merupakan suatu pengetahuan, kemampuan, keterampilan, ataupun sikap yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar melalui evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa melalui tugas, ulangan harian, atau ujian lainnya. Dengan demikian, hasil belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan, kemampuan, keterampilan, daan sikap yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran TIK melalui evaluasi yang dilakukan guru terhadap siswa dengan cara pemberian tugas, ulangan harian, nilai praktikum, atau ujian lainnya.

Hasil belajar TIK sangat jarang diteliti di Indonesia, sehingga tidak banyak teori yang membahasnya. Namun, hasil belajar TIK dapat diselaraskan dengan literasi TIK (ICT Literacy). Menurut Educational Testing Service / ETS (2002:2),

“ICT literacy is using digital technology, communications tools, and/or networks to access, manage, integrate, evaluate, and create information in order to

function in a knowledge society”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa literasi TIK adalah pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, dan/atau jaringan untuk mengakses, mengatur, menyatukan, dan menciptakan informasi agar berfungsi bagi pengetahuan masyarakat. Adapun konsep literasi TIK dijelaskan melalui gambar di bawah ini.

(34)

Gambar 2.2. Konsep Literasi dan Kecakapan TIK

Berdasarkan gambar 2.2 di atas terlihat adanya tiga kecakapan (proficiency), yakni kecakapan kognitif, kecakapan teknis, dan kecakapan TIK.

Adapun penjelasan dari ketiga kecakapan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kecakapan Kognitif (Cognitive Proficiency), yaitu kecakapan-kecakapan mendasar yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di tempat kerja. Kecakapan kognitif ini digambarkan dengan dimilikinya kemampuan umum, kemampuan menghitung, memecahkan masalah, dan kemampuan visual/spasial.

b. Kecakapan Teknis (Technical Proficiency), merupakan komponen dasar dari literasi digital, meliputi pengetahuan mendasar tentang perangkat keras, perangkat lunak, program aplikasi, jaringan, dan elemen-elemen teknologi digital.

(35)

25

Menurut UNESCO (2008:13), literasi TIK dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap. Adapun tiga aspek literasi TIK tersebut dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Aspek Literasi TIK: Label Konseptual dan Deskripsi

Aspek Label Konseptual Deskripsi

Pengetahuan Pengetahuan Mendasar Sadar akan teknologi dan memahami relevansinya Keterampilan Keteramilan Teknis Menggunakan teknologi untuk

mengakses, menerima, menyimpan, mengelola,

menyatukan, menilai, memberikan, dan mengomunikasikan suatu informasi dan pengetahuam, serta dapat berpartisipasi dalam jejaring sosial melalui internet.

Sikap Keterampilan Menilai Kritis

Memahami konsep TIK dan dampak penggunannya dalam kehidupan pribadi dan sosial, termasuk sikap tangung jawab, perilaku berkomunikasi, dan perilaku lainnya.

(36)

Tabel 2.2. Kompetensi Kunci Pada Pengetahuan Mendasar

Aspek Label

Konseptual Deskripsi

Pengetahuan Pengetahuan

Mendasar 

Mengenal telepon mobile, komputer, internet, dan teknologi informasi dan komunikasi lainnya.

 Mampu untuk mengidentifikasi macam-macam teknologi informasi dan komunikasi.

 Benar-benar memahami manfaat dan potensi TIK dalam kehidupan sehari-hari.

 Memahami fungsi utama masing-masing teknologi informasi, seperti handphone untuk menelpon dan SMS; komputer untuk

pengolahan kata/kalimat, pengolahan angka, basis data, dan penyimpanan informasi; dan internet untuk mengakses halaman web, mengirim dan menerima email, dan pesan instan (instant massaging).

 Memahami etika berkomunikasi melalui TIK.

Tabel 2.3. Kompetensi Kunci Pada Keterampilan Teknis

Aspek Label

Konseptual Deskripsi

Keterampilan Keterampilan

Teknis 

Mampu menggunakan fasilitas TIK beserta penerapannya.

 Mampu mengakses halaman web, seperti melakukan log in, menggunakan search engine, mencari informasi melalui kata kunci, dll.)

 Mampu menggunakan layanan internet, seperti membuat akun email, menulis email, melakukan attach and download files, berpartisipasi dalam diskusi dalam jejaring sosial, mampu membuat blog, dll.

 Mampu melakukan penyimpanan dan

pemrosesan data elektronik, seperti membuat dan mengelola database.

(37)

27

 Menggunakan TIK untuk mendukung berpikir kritis, kreativitas, dan inovasi untuk pendidikan, kerjasama, dan keperluan lain seperti membuat suatu multimedia,

mengelola informasi oleh beberapa pengguna melalui website, dan mampu mengatasi spam dan penipuan dalam internet.

 Mampu membedakan sebuah keadaan, seperti membedakan sesuatu yang relevan dan yang tidak relevan, subjektif dan objektif, nyata dan tidak nyata (virtual), mampu menyaring pornografi dan konten negative lainnya, memerangi plagiat, dll.)

Tabel 2.4. Kompetensi Kunci Pada Keterampilan Menilai Kritis

Aspek Label

Konseptual Deskripsi

Sikap Keterampilan Menilai Kritis 

Mampu menggunakan TIK dalam bekerja secara individu maupun tim, membuat perjanjian, dan mampu membantu orang lain dalam mengatasi suatu permasalahan.

 Bijaksana dalam menggunakan TIK, peka terhadap keamanan dan tanggung jawab akan penggunaan internet.

 Bersikap kritis dan reflektif dalam mengakses informasi, seperti memahami motif-motif perusahaan yang bergerak di bidang

teknologi, dan mampu menilai kebenaran dari sebuah iklan mengenai teknologi.

 Tertarik untuk menggunakan TIK memperluas jaringan.

 Memahami konsekuensi mengenai penggunaan teknologi.

(38)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai tiga aspek literasi TIK meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap, pembelajaran TIK di Indonesia memiliki pengelolaan aspek-aspek literasi TIK tersendiri. Berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi TIK yang ideal adalah 20% ranah kognitif (pengetahuan), 60% psikomotorik (keterampilan), dan 20% ranah afektif (sikap).

Upaya untuk meningkatkan literasi TIK di Indonesia, telah banyak dilaksanakan program-program pelatihan TIK oleh beberapa pihak, baik pemerintah ataupun swasta. Menurut Yuhetty (2002), upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan literasi TIK masyarakat Indonesia, antara lain:

a. Pengembangan Perangkat Lunak dalam Bahasa Indonesia

Salah satu penghambat penggunaan komputer oleh masyarakat Indonesia adalah rendahnya penguasaan bahasa inggris, sehingga enggan untuk mengoperasikan komputer. Untuk mengatasi kendala tersebut dan mendukung upaya untuk mewujudkan masyarakat ―melek IT‖, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penggunaan Komputer dan Perangkat Lunaknya dalam Bahasa Indonesia Melalui Pengembangan Perangkat Lunak Berbahasa Indonesia pada Sistem Operasi Open Source, LINUX. Sampai tahun 2002, sebanyak 2 program aplikasi telah dikembangkan, yaitu WinBI (Windows in Indonesian Language) dan Kantaya (Virtual Office) oleh Kementerian Riset dan Teknologi.

b. APEC Cyber Education Network (ACEN)

(39)

29

c. Pelatihan TIK di Sekolah-Sekolah

Direktorat Pendidikan Kejuruan memulai program pelatihan TIK di sekolah-sekolah sejak tahun 2001. Tujuannya adalah untuk melatih guru dan siswa dalam menggunakan teknologi informasi, khususnya internet. Untuk melaksanakan program tersebut, Direktorat Pendidikan Kejuruan bekerjasama dengan Jejaring Informasi Sekolah.

d. Sosialisasi Media Pembelajaran Berbantuan Komputer di Sekolah-Sekolah SMA

Pada bulan September 2002, Direktorat Pendidikan SMP melakukan program pelatihan penggunaan media pembelajaran berbantuan komputer dengan bekerjasama dengan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Program ini dilaksanakan dengan berinteraksi langsung dengan 800 guru SMA dari 200 sekolah dan juga dari 20 provinsi.

e. Program Millenium Internet Roadshow 2001 (MIR 2001)

Program ini diinisiasi oleh beberapa perusahaan pada tahun 2001. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian publik untuk menguasai TIK. Program ini dilaksanakan oleh Association of Indonesian Internet Service Providers yang mendukung penuh dari berbagai bagian seperti media masa, pemerintah daerah, jejaring informasi sekolah, dan lain-lain. Pada tahun 2001, program ini telah mengunjungi 15 provinsi di Indonesia.

f. Internet Sehat

(40)

30 BAB III PEMBAHASAN

Proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK perlu dilaksanakan sesuai dengan standar agar dapat berjalan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran. Adapun standar yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran TIK disebut standar proses. Menurut Amri (2013:49), standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Amri (2013:49) di atas, maka dapat digeneralisasikan bahwa standar proses pembelajaran meliputi, (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) evaluasi hasil pembelajaran. Bab ini akan membahas ketiga tahapan standar proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek sebagai model pembelajaran.

3.1. Perencanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

(41)

31

Amri (2013:50) menambahkan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang, guru mata pelajaran perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis, dengan harapan pelaksanaan pembelajaran nantinya berjalan dengan lancer dan sukses sesuai dengan yang telah direncanakan.

Berikut ini akan dipaparkan contoh perencanaan pembelajaran TIK untuk kelas XII SMA/MA pada materi pokok desain grafis.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMA ………

Kelas : XII

Mata Pelajaran : Teknologi Informasi dan Komunikasi Pertemuan Ke - : I s/d VI

Alokasi Waktu : 6 x 1 Jam Pelajaran ( @ 45 Menit / Jam Pelajaran )

A. Standar Kompetensi

Menggunakan perangkat lunak pembuat desain grafis.

B. Kompetensi Dasar

1.1. Menunjukan menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak desain grafis.

1.2. Menggunakan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat desain grafis.

1.3. Membuat grafis dengan berbagai variasi warna, bentuk dan ukuran.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1.1.1. Menjelaskan pengertian grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap

1.1.2. Mengetahui aplikasi yang digunakan untuk membuat grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap

(42)

1.1.4. Menerangkan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis

1.1.5. Mengidentikasi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis

1.1.6. Menampilkan menu dan ikon yang tersembunyi dan menyembunyikan ikon-ikon yang tidak diperlukan

1.2.1. Mendemonstrasikan pembuatan dokumen baru 1.2.2. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan halaman 1.2.3. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan teks 1.2.4. Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk 1.2.5. Memodifikasi pewarnaan pada grafis

1.3.1. Membuat beberapa kreasi grafis, seperti peta, banner, poster, dll.

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:

1. Menjelaskan pengertian grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap dengan benar

2. Mengetahui aplikasi yang digunakan untuk membuat grafis berbasis vektor dan grafis berbasis bitmap dengan tepat

3. Menjelaskan pengertian menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh.

4. Menerangkan fungsi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh.

5. Mengidentikasi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis secara menyeluruh

6. Menampilkan menu dan ikon yang tersembunyi dan menyembunyikan ikon-ikon yang tidak diperlukan dengan benar.

(43)

33

10. Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk dengan benar. 11. Memodifikasi pewarnaan pada grafis dengan benar.

12. Membuat beberapa kreasi grafis, seperti peta, banner, poster, dll. yang menarik

E. Materi Pembelajaran Pertemuan

Ke- Materi Pembelajaran

I 1. Grafis berbasis vektor dan bitmap

2. Aplikasi pembuat grafis vektor dan bitmap 3. Pemahaman menu dan ikon yang terdapat dalam

perangkat lunak pembuat grafis 4. Pengaturan dan pewarnaan halaman

5. Memodifikasi pengaturan dan pewarnaan teks 6. Memodifikasi pembuatan garis dan bentuk 7. Memodifikasi pewarnaan pada grafis II Membuat kreasi grafis objek tiga dimensi III Membuat kreasi grafis logo

IV Membuat kreasi grafis peta / denah V Membuat kreasi grafis poster VI Membuat kreasi grafis poster

F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran Pendekatan : Student Oriented Learning Model : Project Based Learning (PjBL) Metode : Demonstrasi, Diskusi, Praktik

G. Media/Alat dan Sumber Belajar

1. Media / Alat : Buku, Spidol, Penghapus Papan, PC / Laptop, LCD Proyektor

(44)

3.2. Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan melaksanakan aktivitas belajar mengajar di kelas. Pada pelaksanaan pembelajaran inilah, model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran diterapkan. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Pada umumnya, pelaksanaan pembelajaran ini terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Amri (2013:54) mengemukakan bahwa pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut.

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, atau lebih dikenal dengan apersepsi.

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Amri (2013:55) juga mengemukakan bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Pada kegiatan inti, suatu model, pendekatan, strategi, dan/atau metode pembelajaran diterapkan sesuai dengan karaktersitk peserta didik dan mata pelajaran. Keseluruhan sintak atau langkah-langkah penerapan model pembelajaran dilakukan pada kegiatan inti ini.

Kegiatan terakhir pada pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan penutup. Menurut Amri (2013:57), adapun aktivitas-aktivitas guru yang dilakukan pada kegiatan penutup antara lain:

1. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman atau simpulan pelajaran;

(45)

35

3. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling, dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok.

4. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Adapun pelaksanaan pembelajaran TIK dengan model pembelajaran PjBL merupakan implementasi langkah-langkah penerapan model pembelajaran PjBL juga dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (dalam Bender, 2012:17-20, 45-76), antara lain:

a. Start with the essential question (penentuan proyek).

b. Design a plan for the project (perancangan penyelesaian proyek).

c.

Create a schedule (penyusunan jadwal).

d. Monitor the student and the progress of the project (monitoring). e. Assess the outcome (menguji hasil dan presentasi).

f. Evaluate the experience (evaluasi proses dan hasil proyek).

Berikut ini disajikan gambaran pelaksanaan pembelajaran TIK dengan menerapkan model pembelajaran PjBL pada materi desain grafis.

Tabel 3.1. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran TIK pada Pertemuan I

Langkah Pembelajaran

Sintak Model

Pembelajaran Langkah-Langkah Pembelajaran

Alokasi Waktu Kegiatan

Pendahuluan

Pra Pembelajaran 1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran 2. Guru menyampaikan salam

3. Guru mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)

4. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa

5. Guru membacakan Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran

6. Guru melakukan apersepsi

(46)

Kegiatan Inti 1. Start with the

1. Guru menjelaskan sekilas mengenai contoh grafis yang ada dalam kehidupan sehari-hari seperti logo, poster, banner, dan lain-lain, sekaligus menerangkan perbedaan grafis vektor dan grafis bitmap.

2. Guru melakukan konfirmasi kepada siswa mengenai pengetahuan mereka mengenai cara mendesain dan membuat grafis vektor berupa logo instansi/perusahaan, poster, banner.

3. Guru memotivasi siswa agar tertarik untuk belajar membuat desain grafis vektor 4. Guru bersama siswa merencanakan sebuah

proyek pembuatan desain grafis dengan membahas bentuk proyek, petunjuk teknis pengerjaan proyek, format penilaian proyek, serta membentuk kelompok kerja proyek siswa

5. Guru bersama siswa juga membuat jadwal pengerjaan proyek dari awal pengerjaan sampai dengan proyek selesai.

6. Guru menyampaikan materi dasar desain grafis meliputi menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis, pengaturan dan pewarnaan halaman dan teks, pembuatan garis dan bentuk, serta pewarnaan pada grafis

30 menit

Kegiatan Penutup

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara autodidak di rumah

3. Guru mengumumkan materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

4. Guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)

(47)

37

Tabel 3.2. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran TIK pada Pertemuan II dan Seterusnya

Langkah Pembelajaran

Sintak Model

Pembelajaran Langkah-Langkah Pembelajaran

Alokasi Waktu Kegiatan

Pendahuluan

Pra Pembelajaran 1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran 2. Guru menyampaikan salam

3. Guru mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)

4. Guru melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa

5. Guru membacakan Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran

6. Guru melakukan apersepsi

10 Menit

Kegiatan Inti 1. Start with the essential

1. Guru menjelaskan sekilas mengenai proyek yang akan dikerjakan.

2. Guru melakukan konfirmasi kepada siswa mengenai pengetahuan mereka mengenai cara mendesain dan membuat objek tiga dimensi pada grafis vektor

3. Guru meminta siswa untuk memulai pengerjaan proyek bersama dengan kelompok masing-masing.

4. Guru memantau aktivitas belajar siswa dalam mengerjakan proyek

(48)

3. Assess the

5. Guru menilai hasil proyek siswa berdasarkan pedoman penilaian hasil belajar

6. Guru bersama siswa melakukan evaluasi terhadap pengerjaan proyek mulai dari awal pengerjaan sampai dengan proyek selesai dengan meminta tanggapan dari siswa mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan proyek serta mencari solusi atas kendala-kendala yang ditemui. Kegiatan

Penutup

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari desain grafis secara autodidak di rumah 3. Guru mengumumkan materi pembelajaran

yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

4. Guru mengucapkan salam untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)

5 menit

3.3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Evaluasi hasil pembelajaran merupakan penilaian untuk mengukur tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan (Amri, 2013:57). Hasil penilaian tersebut dapat digunakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui perencanaan kembali program pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya serta digunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan hasil belajar peserta didik.

(49)

39

Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru. Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan setiap kali tatap muka berupa penugasan, pretest dan posttest atau berupa kuis. Evaluasi pembelajaran juga dapat dilakukan pada setiap akhir materi pembelajaran seperti ulangan harian. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan setiap 3 bulan sekali dapat berupa ulangan tengah semester, sedangkan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali berupa ulangan akhir semester. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan di akhir tahun pelajaran berupa ujian kenaikan kelas. Dan yang terakhir, evaluasi pembelajaran di akhir jenjang pendidikan dapat disebut sebagai ujian kelulusan.

Adapun ruang lingkup penilaian hasil belajar mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor (Wahidmurni, 2010:18). Ranah kognitif lebih dikenal dengan aspek pengetahuan, ranah afektif atau aspek sikap, dan ranah psikomotor dikenal dengan aspek keterampilan. Berdasarkan Rekomendasi Jangka Pendek Naskah Akademik Pusat Kurikulum KEMDIKBUD (2007), rasio persentase kompetensi (hasil belajar) TIK yang ideal adalah 20% ranah kognitif (pengetahuan), 60% psikomotorik (keterampilan), dan 20% ranah afektif (sikap). Dengan demikian, evaluasi hasil pembelajaran TIK lebih menekankan pada ranah psikomotor (keterampilan).

(50)

Menurut Wahidmurni (2010:62), penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Selain itu, penilaian proyek merupakan penilaian tugas (meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan oleh peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Sedangkan penilaian produk atau hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk benda tertentu.

Lampiran Permendikbud Nomor 104 Tahun 2013 tentang Penilaian menyatakan bahwa penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus menerus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan dinamika kemampuan belajar peserta didik melalui sekumpulan karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis dan karya nyata individu peserta didik yang diperoleh dari pengalaman.

Berikut ini dipaparkan contoh teknik penilaian hasil belajar ranah psikomotor (keterampilan) pada mata pelajaran TIK.

a. Proyek

 Pengaturan dan pewarnaan halaman (15 %)

 Pengaturan dan pewarnaan teks (15 %)

 Pembuatan garis dan bentuk (shape) (30 %)

 Penggunaan teknik shaping (40 %)

(51)

41

b. Portofolio

 Kelengkapan dan kejelasan laporan pengerjaan proyek (70 %)

 Urutan penyajian (10 %)

 Tata Bahasa (10 %)

 Estetika tulisan (10 %)

Total Skor (100 %)

Hasil belajar ranah psikomotor (keterampilan) yang dicapai oleh siswa dapat diinterpretasikan dalam beberapa kriteria. Menurut Khabibah (2006), hasil belajar berupa keterampilan atau kemampuan dapat diinterpretasikan atau ditafsirkan dalam beberapa kriteria di bawah ini.

Tabel 3.3. Kriteria Hasil Belajar Kemampuan

NILAI HASIL BELAJAR KRITERIA

85 – 100 Sangat Mampu

70 – 84 Mampu

50 – 69 Kurang Mampu

0 – 49 Tidak Mampu

3.4. Hasil Penelitian Sebelumnya Mengenai Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning

(52)
(53)

43 BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian teoretis dan kajian empiris yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang juga menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4.2. Saran

Sebagai akhir dari penulisan makalah ini, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut.

a. Bagi guru, diharapkan dapat mengadaptasi perencanaan, langkah-langkah implementasi, beserta evaluasi pembelajaran dengan model PjBL yang telah dibahas dalam makalah ini dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran.

b. Bagi peneliti lain, makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan apakah penerapan model pembelajaran PjBL di lapangan benar-benar dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak.

(54)

44

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Ahira, A. 2011. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli. Tersedia pada http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm. Diakses pada tanggal 18 November 2016.

Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill Companies.

Bender, W.N. (2012). Project-based Learning: DIFFERENTIATING instruction for the 21 Century. Thousand Oaks: Corwin.

Buck Institute for Education (2009). PBL Tu-the-Point Advice. Tools and tips for Projects. Tersedia pada http://www.bie.orgltools. Diakses pada tanggal 20 Januari 2017.

Council of the European Union. (2009). Council conclusions of 12 May 2009 on a strategic framework for European cooperation in education and training (ET 2020). Official Journal oftbe European Union 2009/C 119/02.

Delise, R. 1997. Used Problem Based Learning in the Classroom. USA: Association for Supervision and Curriculum Development.

Educational Testing Center (ETS). 2002. Digital Transformation; A Framework of ICT Literacy.Tersedia pada http://www.ets.org/research/ictliteracy. Diakses pada tanggal 16 Desember 2016.

Mulyadi, E. 2015. Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatan Kinerja Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 22(4): 385-395.

Eskrootchi, R. dan Oskrochi, G.R. 2010. A Study of the Efficacy of Project-based Learning Integrated with Computerbased Simulation – STELLA. Educational Technology & Society, 13(1): 236–245.

Gambar

Gambar 2.1. Langkah-langkah PjBL (Modifikasi dari Buku Bimtek KTI Pembelajaran Inovatif Produktif, 2014: 11)
Gambar 2.1. Konsep Literasi TIK
Gambar 2.2. Konsep Literasi dan Kecakapan TIK
Tabel 2.1. Aspek Literasi TIK: Label Konseptual dan Deskripsi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Diabetes melitus tipe 2 dapat meningkatkan risiko status tuberkulosis paru lesi sebanyak 5,25 kali.Variabel perancu yang bermakna dalam penelitian ini adalah

Platform komputasi pada Cloud Service, berfungsi untuk melayani hal-hal yang berhubungan dengan peta yang menggambarkan rute perjalanan iCar ITS.. Platform komputasi pada

Karya tugas akhir berjudul “Sebelah Mata” Berceritakan tentang “Agung adalah seorang pemuda mempunyai kebutuhan khusus yang sangat berkeinginan bisa mengkikuti ajang perlombaan

Sebetulnya, Meskipun Allah tidak menjelaskan dalam kitab suci bahwa sebuah janji harus ditepati, akal manusia sudah mengerti bahwa janji itu memang harus ditepati

1) Inovasi; dalam penelitian ini inovasi merupakan gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh masyarakat. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur

Kepentingan tata dunia dengan adanya jaminan pemeliharaan terhadap sistem politik dan ekonomi internasional dimana suatu negara dapat merasakan keamanan sehingga

Oleh karena itu, limbah udang digunakan untuk menambah kandungan unsur hara, penelitian ini bertujuan untuk mencari komposisi penambahan limbah udang yang

Saged dipunpendhet dudutanipun menawi ukara pakon menika ukara ingkang gadhah teges dhateng tiyang ingkang mirengaken (mitra tutur) nindakaken tumindak saha