• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA ( HAM ) DI

INDONESIA

OLEH :

HAMDAN HARIS

30600112132

(2)

PENERAPAN SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA

Indonesia sebagai Negara yang baru berdiri (17 Agustus 1945 ) dalam perjalanannya

mengalami pasang surut dalam menerapkan sistem demokrasi. Perjalanan demokrasi di

Indonesia dimulai dengan Demokrasi Liberal yang diterapkan pada tahun 1950 dimana saat itu

terjadi banyak sekali pergantian kabinet, dimana kabinet paling sukses hanya dapat berjalan 2

tahun Masa Liberal di Indonesia (1950-1959) biasa pula disebut masa kabinet parlementer.

Kabinet parlementer adalah kabinet yang pemerintahan sehari-hari dipegang oleh seorang

Perdana Menteri. Dalam masa Kabinet Parlementer ini ternyata konflik partai di Indonesia

sangat tinggi sehingga kabinet terpaksa jatuh bangun.Bahkan, pemilihan umum pertama yang

dilangsungkan pada tahun 1955 gagal membawa kestabilan politik pada Indonesia. Indonesia

setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi.

1. Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan (1945-1959).

2. Kedua adalah Demokrasi Terpimpin (1959-1966), ketika Presiden Soekarno

membubarkan konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin.

3. Ketiga adalah Demokrasi Pancasila (1966-1998) yang dimulai sejak pemerintahan

Presiden Soeharto.

4. Keempat adalah demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi (1998-). Nampaknya

pasang surut penerapan sistem demokrasi itu bisa dipahami karena sebagai negara yang

(3)

Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnya bisa

memberikan pelajaran berharga bagi kita. Demokrasi liberal ternyata pada saat itu belum bisa

memberikan perubahan yang berarti bagi Indonesia. Namun demikian, berbagai kabinet yang

jatuh-bangun pada masa itu telah memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran

mereka yang cemerlang dalam memimpin namun mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi

tidak percaya. Sementara demokrasi terpimpin yang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah

melihat terlalu lamanya konstituante mengeluarkan undang-undang dasar baru) telah

memperkuat posisi Soekarno secara absolut. Di satu sisi, hal ini berdampak pada kewibawaan

Indonesia di forum Internasional yang diperlihatkan oleh berbagai manuver yang dilakukan

Soekarno serta munculnya Indonesia sebagai salah satu kekuatan militer yang patut

diperhitungkan di Asia. Namun pada sisi lain segi ekonomi rakyat kurang terperhatikan akibat

berbagai kebijakan politik pada masa itu.

Kemudian Demokrasi terpimpin selalu diasosiasikan dengan kepemimpinan Sukarno yang

otoriter. Hal itu berawal dari gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui

Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa politik yang mencapai klimaksnya dalam bulan

Juni 1959 yang akhirnya mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada

tanggal 5 Juli 1959. Dekrit itu dikeluarkan dalam suatu acara resmi di Istana Merdeka,

mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali

UUD 1945 dalam kerangka sebuah sistem demokrasi yakni Demokrasi Terpimpin (Wasino,

(4)

Demokrasi terpimpin dicetuskan oleh Soekarno karena beberapa Sebab :

1. Alasan keamanan, yaitu beberapa gerakan separatis yang menyebabkan ketidakstabilan

politik pada masa demokrasi liberal.

2. Alasan ekonomi, dimana penggantian kabinet saat demokrasi liberal diterapkan

menimbulkan banyak perbedaan program, sehingga sektor ekonomi terhambat

pembangunannya.

3. Alasan politik, dimana gagalnya penyusunan UUD yang beri demi menggantikan UUDS

1950.

Demokrasi Parlementer (Liberal)

Demokrasi parlementer (Liberal) dipemerintahan kita telah dipraktekkan pada masa

berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949) kemudian dilanjutkan pada masa

berlakunya UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949 dan UUD 1950. Pelaksanaan demokrasi

parlementer tersebut secara yuridis resmi berakhir pada tanggal 5 Juli 1959 bersamaan dengan

pemberlakuan kembali UUD 1945 (Asri Tapa, 2009: 59). Pada masa berlakunya Demokrasi

Parlementer (1945-1949), kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program

pembangunan dari suatu pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik dan berkeseimbangan.

Salah satu penyebab ketidaktsabilan tersebut ialah sering bergantinya pemerintahan yang

bertugas sebagai pelaksana pemerintahan. Hal ini terjadi karena dalam negara demokrasi dengan

sistem pemerintahan parlementer, kedudukan negara berada dibawah DPR dan keberadaanya

sangat bergantung kepada dukungan DPR, dan pemerintahan lain adalah timbulnya perbedaan

(5)

Namun demikian, berbagai kabinet yang jatuh-bangun pada masa itu telah memperlihatkan

berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang cemerlang dalam memimpin namun

mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya (Irwan Prayitno, 2009:1).

Sistem Multi Partai

Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai –

partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai. Konsekuensi logis

dari pelaksanaan sistem politik demokrasi liberal parlementer gaya barat dengan sistem multi

partai yang dianut, maka partai – partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui

perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 – 1959, PNI dan Masyumi

merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan

Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet (Anonim, Wartawarga 2011).

Sistem multi partai disamping mencerminkan adanya kehidupan demokrasi di dunia

politik Indonesia, juga memicu terjadinya konflik antarpartai pada saat itu. Pengaruh partai

politik pada saat itu sangat besar terhadap kelangsungan hidup suatu kabinet pemerintahan.

Sering dilakukannya pergantian kabinet merupakan dampak dari konflik antar partai yang sering

terjadi,. Konflik-konflik tersebut terjadi karena di dalam menjalankan peran dan fungsi dari

masing-masing partai terjadi benturan-benturan baik dari segi ideologi, pemanfaatan isu

nasional, dan hal ini terlihat jelas pada perjalanan masing-masing partai pada masa Demokrasi

Liberal saat itu. Dengan menggunakan ideologi, sebuah partai mencoba untuk menyerang partai

lainnya. Caranya adalah menghubungkan ideologi masing-masing dengan isu-isu nasional yang

(6)

mempunyai kelompok-kelompok sosial tertentu yang dijadikan wahana untuk mencari pengaruh

dan memperjuangkan ideologi masing-masing (Arif Hilman Arda, 2010).

Dinamika politik yang tidak stabil yang tergambar dengan sering terjadinya pergantian

kabinet merupakan dampak dari konflik di atas. Untuk melihat bagaimana dinamika politik

selama masa Demokrasi Liberal, antara lain dapat ditempuh melalui jumlah pergantian kabinet

yang demikian cepat, dari kabinet yang satu ke kabinet yang lain.Selama Indonesia merdeka, tak

kurang dari 25 kabinet yang telah memerintah Indonesia, selain itu ahli lain juga menghitung

usia rata-rata dari 12 kabinet di era Demokrasi Liberal, tak lebih dari 8 (delapan) bulan (Rusli

Karim, 1983 : 48). Di era Demokrasi Liberal, sistem multipartai sangat mendukung terciptanya

kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai-partai politik yang jumlahnya sangat banyak berperan

penting dalam kelancaran proses demokratisasi. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik,

sangat berperan penting dalam penyaluran kepentingan ini terhadap pemerintah. Pada

kenyataannya peranan setiap partai dalam menyalurkan aspirasi pendukung masing-masing,

dihadapkan kepada dua pilihan,yaitu berusaha untuk menggabungkan kepentingan-kepentingan

dari seluruh partai atau memperjuangkan kepentingan masing-masing dimana konsekuensinya

adalah terjadinya banyak konflik antar partai. Ideologi dari masing-masing partai yang sangat

mempengaruhi jenis kepentingan yang mereka perjuangkan terkadang menjadi alat untuk saling

menjatuhkan.

Konflik antarpartai yang didasari oleh perbedaan ideology kemungkinan besar

dipengaruhi oleh sosialisasi politik yang diperoleh para pendukung partai dari partai politik

masing-masing. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik bertanggung jawab untuk

semaksimal mungkin memberikan pemahaman mengenai ideologi dari partai tersebut kepada

(7)

Setiap partai politik berusaha untuk mempengaruhi setiap individu agar mau bersikap dan

mempunyai orientasi pikiran yang sesuai dengan ideologi partai tersebut. Fungsi lain dari partai

politik yang juga dapat menyebabkan terjadinya konflik antar partai adalah sebagai wadah

rekruitmen politik. Terkadang setiap partai politik cenderung mempunyai sasaran tersendiri

berupa kelompok-kelompok sosial untuk direkrut menjadi anggota partai yang turut aktif dalam

kegiatan politik partai. Kecendrungan ini berdampak kepada adanya suatu pengidentikkan suatu

partai dengan sebuah kelompok sosial didalam masyarakat. Contohnya PKI yang identik dengan

kelompok petani, karena memang sasaran utama dari rekruitmen politik yang dilakukan oleh PKI

adalah kalangan petani.Dan PNI pun dengan konsep nasionalismenya di identikkan dengan kaum

elit pemerintah yang mempunyai prinsip mempertahankan jiwa-jiwa nasional. Adanya

pemisahan secara extrim kelompok-kelompok sosial ini dapat memancing terjadinya konflik

antar kelompok sosial tersebut sehingga sulit tercapai suatu integrasi secara sosial. Sama halnya

dengan sulitnya tercipta integrasi politik disebabkan adanya konflik antar partai politik yang ada.

Contoh keberhasilan penerapan demokrasi di indonesia

Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan

Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. keberhasilan

Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia

yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan ‘tangan besi’. Indonesia juga

bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya

pembangunan ekonomi. Dapat dinilai juga, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang

tidak banyak disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik

(IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah

(8)

mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan makmur. Demokrasi Indonesia

telah menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Indonesia

juga telah berhasil menjadi sebuah negara demokrasi terbesar di dunia dan melaksanakan pemilu

yang kompleks dengan sangat sukses.Indonesia sebagai negara dengan populasi 4 besar dunia

yang berhasil melaksanakan demokrasi.

Perbedaan suku, bahasa, agama, serta budaya, telah terbentuk menjadi satu kesatuan yang

utuh (NKRI), yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Jika merujuk pada esensi atau inti

dari motto “Bhinneka Tunggal Ika” yang hakekatnya mengandung nilai-nilai nasionalisme, yaitu

persatuan, kesatuan, serta kebersamaan untuk satu niat dan tujuan (visi dan misi), yang dijalin

erat oleh rasa persaudaraan. Sudah tentu, keragaman yang terikat dalam Bhinneka Tunggal Ika

adalah aset yang paling berharga bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita luhurnya,

yakni menata dan membangun bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa bermartabat yang mampu

berdiri sendiri: adil, makmur, damai, sentosa. Dalam demokrasi Indonesia, yang menginduk pada

Pancasila dan berorientasi pada Undang-Undang Dasar 1945, serta mengacu pada Musyawarah

Mufakat, nuansa kebebasan yang sudah diatur dan dilindungi norma-norma atau etika

kebangsaan, telah melahirkan kembali berbagai perbedaan yang kongkrit sebagai bentuk

apresiasi dari kedemokrasian tersebut, seperti partai-partai politik, organisasi massa, serta

lembaga swadaya masyarakat. Dan maraknya keberadaan kelompok, perkumpulan atau

organisasi-organisasi, baik yang bergerak di bidang politik, sosial kemasyarakatan ataupun yang

lainnya, menunjukan bukti bahwa demokrasi di Indonesia telah mengalami banyak perubahan

(9)

Dalam hal ini, yang dibutuhkan bangsa Indonesia adalah kesadaran dari setiap

individunya untuk bisa mengevaluasi dan merevisi diri, serta berevolusi untuk sebuah perubahan

besar di dalam diri individunya atau revolusi diri, yang disebut pembinaan moral atau akhlak.

karena moral atau akhlak, merupakan kerangka utama dalam demokrasi Indonesia atau

Demokrasi Pancasila yang disistematikan oleh Bhinneka Tunggal Ika untuk menerapkan

kejujuran dan keadilan dalam kebersamaan, demi menata dan membangun peradaban bangsa

Indonesia dalam demokrasi yang berjiwa amanat: amanat dari amanat, amanat oleh amanat,

amanat untuk amanat, tanpa harus dikotori oleh kebohongan. Sebab kebohongan adalah bentuk

pengkhianatan yang tumbuh dari kemiskinan moral atau akhlak, yang menjadi titik awal dari

kebobrokan atau kehancuran.

PENERAPAN HAK ASASI MANUSIA ( HAM ) DI INDONESIA

Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang No. 39 tahun 1999

pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara Republik Indonesia mengakui dan

menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara

kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan

ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan

kecerdasan serta keadilan.”

Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap

pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai

(10)

manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab

lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi

inti nilai kemanusiaan.Hak asasi mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak

memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai bidang, HAM meliputi :

1. Hak asasi pribadi (Personal Rights)

Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.

2. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara

Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.

3. Hak asasi ekonomi (Property Rights)

Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan

mendapatkan hidup yang layak.

4. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).

Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun,

hak mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.

5. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah

(Rights Of Legal Equality)

6. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum.

(11)

Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena diyakini bahwa

beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis

kelamin.

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri pokok

Hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :

1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian dari

manusia secara otomatis

2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,

etnis, pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya

3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar

dan membatasi orang lain.

Tujuan Hak Asasi Manusia,yaitu sebagai berikut :

1. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang wenangan.

2. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia

3. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.

HAM di Indonesia

Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku tiga

undang-undang dalam 4 periode, yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945, 2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi Republik Indonesia Serikat.

3. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950. 4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.

Komisi Nasional HAM

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan

lembaga Negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan pengkajian, penelitian,

(12)

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai

dengan pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia.

2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya

pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam

berbagai bidang kehidupan.

Hak Asasi Manusia Dalam Perundang-undangan Nasional

Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk

hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi

(Undang-undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam

Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti

peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat

kuat, karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam

ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang antara lain

melalui amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam

konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam

konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM melalui

TAP MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sangsi hokum bagi pelanggarnya.

Sedangkan pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang dan peraturan

pelaksanaannya kelemahannya pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan Menurut UU no 26 Tahun 2000 pasal 1 tentang pengadilan HAM , Dalam

Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

(13)

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia.

2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi Manusia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.

3. Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM Adalah

pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

4. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, baik sipil, militer, maupun

Polisi yang bertanggung jawab secara individual.

5. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan

ada tidaknya suatu peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran hak asasi manusia

yang berat guna ditindaklanjuti dengan penyidikan sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-undang ini.

Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus ham

yang terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak

lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai

pemegang kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini. a) Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

1. Pembunuhan masal (genosida: setiap perbuatan yang dilakukan dengan

maksudmenghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok

bangsa).

2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan 3. Penyiksaan

4. Penghilangan orang secara paksa

5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis b) Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :.

(14)

2. Penganiayaan

3. Pencemaran nama baik

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga dalam era transisi dari otoriterisme menuju demokrasi liberal, para aktor pemegang kuasa politik terutama yang duduk di partai politik dan aktor pemegang kuasa

Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem kepartaian, dengan terbentuknya DPR- GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik

Walaupun sampai saat ini dalam UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial, namun dengan jumlah anggota DPR yang berasal dari partai politik yang sangat variatif dan

Ruang lingkup mata kuliah Demokrasi dan HAM memiliki 6 materi pokok: (a) Teori Umum Demokrasi, (b) Teori Umum HAM, (c) Demokrasi dan HAM Dalam Perspektif global dan

Berbeda dengan negara kita, Indonesia sendiri menganut sistem politik demokrasi pancasila, yaitu demokrasi asli bangsa Indonesia dengan nilai-nilai yang terkandung

Kehidupan politik pada masa Demokrasi Liberal juga ditandai dengan jatuh bangunnya kabinet sehingga menimbulkan munculnya ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah sebab

Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem kepartaian, dengan terbentuknya DPR- GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik

Sedangkan dalam sistem pemilihan umum proporsional (multi party system), diselenggarakan oleh negara yang menganut sistem kepartaian banyak partai, yang dalam prinsipnya