• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEMOKRASI LIBERAL DAN TERPEMIMPIN pptx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEMOKRASI LIBERAL DAN TERPEMIMPIN pptx"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

DEMOKRAS

I LIBERAL

DAN TERPI

MPIN

NAMA : EV

IE NOVIAN

I

(2)

DEMOKRASI LIBERAL

Demokrasi Liberal adalah negara politik yang

melindungi secara konstitusional hak-hak individu

dari kekuasaan pemerintah.

Ciri-ciri demokrasi liberal:

1. Presiden dan wakil presiden tidak bisa diganggu

gugat.

2. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan

pemerintah.

3. Presiden berhak membubarkan DPR.

(3)

Kabinet- Kabinet pada Masa

Demokrasi Liberal

(4)

1. Kabinet Natsir

Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang

dipimpin oleh partai Masyumi.

Perdana Menteri : Mohammad Natsir (Partai

Masyumi).

Tanggal Pelantikan : 07 September 1950 - 21

Maret 1951

Tokoh terkenal dalam kabinet :

A. Sri Sultan Hamengkubuwono IX

B. Mr. Asaat

C. Ir. Djuanda

(5)

Program-program :

1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante.

2. Mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta

membentuk peralatan negara yang kuat dan daulat.

3. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.

4. Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas – bekas

anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat.

5. Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.

6. Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi

pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat.

7. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha

meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat.

8. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha

meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat.

(6)

Keberhasilan :

a. Di bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang

mengubah ekonomi kolonial ke ekonomi

nasional.

b. Indonesia masuk PBB.

c. Berlangsung perundingan antara

Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya

mengenai masalah Irian Barat.

Kegagalan :

a. Kegagalan kabinet dalam menyelesaikan

masalah Irian Barat.

b. Adanya Mosi tidak percaya dari PNI

tentang pencabutan peraturan

pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS,

Mosi tersebut disetujui parlemen

(7)

2. Kabinet Sukiman

Kabinet ini merupakan kabinet koalisi antara partai

Masyumi dan partai PNI.

Perdana Menteri : Sukiman Wiryosanjoyo (Partai

Masyumi).

Tanggal Pelantikan : 27 April 1951 - 3 April 1952

Program-program :

A. Menjamin keamanan dan ketentraman.

B. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan

memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan

kepentingan petani.

C. Mempercepat persiapan pemilihan umum.

(8)

Keberhasilan :

a. Terjadi perubahan skala prioritas dalam

pelaksanaan programnya, dari program

Menggiatkan usaha keamanan dan

ketentraman selanjutnya diprioritaskan

untuk menjamin keamanan dan

ketentraman.

Kegagalan :

a. Muncul pertentangan dari Masyumi dan

PNI atas tindakan Sukiman sehingga

mereka menarik dukungannya pada

kabinet tersebut. DPR akhirnya

(9)

3. Kabinet Wilopo

Perdana Menteri : Mr. Wilopo

Tanggal Pelantikan : 3 April 1952 – 3 Juni 1953

Program-Program :

A. Program dalam negeri : Menyelenggarakan

pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),

meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan

pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.

B. Program luar negeri : Penyelesaian masalah

(10)

Keberhasilan:

-•

Kegagalan :

a. Akibat peristiwa Tanjung

Morawa muncullah mosi

tidak percaya dari Serikat

Tani Indonesia terhadap

kabinet Wilopo. Sehingga

Wilopo harus

(11)

4. Kabinet Ali Sastroamidjoyo I

Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.

Perdana Menteri : Mr. Ali Sastroamidjojo

Tanggal Pelantikan : 31 Juli 1953 – 12 Agustus

1955.

Program-Program :

A. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta

segera menyelenggarakan Pemilu.

B. Pembebasan Irian Barat secepatnya.

C. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan

kembali persetujuan KMB.

(12)

Keberhasilan :

a. Persiapan Pemilihan Umum untuk

memilih anggota parlemen yang

akan diselenggarakan pada 29

September 1955.

b. Menyelenggarakan Konferensi

Asia-Afrika tahun 1955.

Kegagalan :

a. NU menarik dukungan dan

menterinya dari kabinet sehingga

keretakan dalam kabinetnya inilah

yang memaksa Ali harus

(13)

5. Kabinet Burhanuddin Harahap

Perdana Menteri : Burhanuddin Harahap

Tanggal Pelantikan : 12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956

Program-program:

A. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu

mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan

masyarakat kepada pemerintah.

B. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana

yang sudah ditetapkan dan mempercepat

terbentuknya parlemen baru.

C. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan

korupsi.

D. Perjuangan pengembalian Irian Barat.

(14)

• Keberhasilan:

a. Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi.

Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.

b. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

c. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.

d. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.

e. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.

• Kegagalan :

(15)

6. Kabinet Ali Sastroamidjoyo II

Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan

NU.

Perdana Menteri : Ali Sastroamidjojo

Tanggal Pelantikan : 20 Maret 1956 – 4 Maret 1957

Program yang disebut sebagai "Rencana Pembangunan Lima Tahun" :

A. Perjuangan pengembalian Irian Barat.

B. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.

C. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai. D. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.

E. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.

Program Pokok :

A. Pembatalan KMB.

B. Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif.

(16)

Keberhasilan :

a. Mendapat dukungan penuh

dari presiden dan dianggap

sebagai titik tolak dari

periode

planning and

investment

, hasilnya adalah

Pembatalan seluruh

perjanjian KMB.

Kegagalan :

a. Mundurnya sejumlah

menteri dari Masyumi

membuat kabinet hasil

Pemilu I ini jatuh dan

(17)

7. Kabinet Djuanda

Kabinet ini adalah zaken kabinet (kabinet yang terdiri

dari para pakar yang ahli dalam bidangnya).

Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam

menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS

1950 dan terjadinya perebutan kekuasaan antara

partai politik.

Perdana Menteri : Ir. Djuanda

Tanggal Pelantikan : 9 April 1957 - 5 Juli 1959

Program- program yang disebut "Panca Karya" :

A. Membentuk Dewan Nasional.

B. Normalisasi keadaan Republik Indonesia.

C. Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB.

D. Perjuangan pengembalian Irian Jaya.

(18)

Keberhasilan :

a. Mengatur kembali batas perairan nasional

Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang

mengatur mengenai laut pedalaman dan laut

teritorial.

b. Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan

yang bertujuan menampung dan menyalurkan

pertumbuhan kekuatan yang ada dalam

masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya.

Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem

demokrasi terpimpin.

c. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas)

untuk meredakan pergolakan di berbagai

daerah.

d. Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan

untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri

tetapi tidak berhasil dengan baik.

Kegagalan :

(19)

FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEADAAN

EKONOMI TERSENDAT :

1) Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia

menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah. 2) Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.

3) Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul perekonomian Indonesia. 4) Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh Belanda. 5) Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial

menjadi sistem ekonomi nasional.

6) Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.

7) Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.

8) Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.

9) Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.

(20)

KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI

MASALAH EKONOMI MASA LIBERAL

1. Gunting Syafruddin

Kebijakan ini adalah

Pemotongan nilai uang

(

sanering

). Caranya

memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya

tinggal setengahnya.

Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara

pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20

Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950

Tujuannya

untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.

Dampaknya

rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp.

2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan

kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan

(21)

2.  Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah

struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya :

a) Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.

b) Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.

c) Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit. d) Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.

• Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :

a) Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal.

b) Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif. c) Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.

d) Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.

e) Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.

(22)

Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban

defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit

anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri

keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha

dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat

para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan

mengurangi volume impor.

3.  Nasionalisasi De Javasche Bank

Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah

Indonesia melakukan nasionalisasi

De Javasche Bank

menjadi Bank Indonesia.

Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredi tharus

dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah

dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.

Tujuannya

adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor,

serta melakukan penghematan secara drastis.

(23)

4. Sistem Ekonomi Ali-Baba

• Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah

a) Untuk memajukan pengusaha pribumi.

b) Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.

c) Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

d) Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.

Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusahanon  pribumi khususnya Cina.

Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba,

a) Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.

b) Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional

c) Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada.

Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:

a) Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit. b) Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.

(24)

5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)

Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk

merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak

Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari

1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan

Finek

, yang berisi :

a) Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.

b) Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.

c) Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh

perjanjian lain antara kedua belah pihak.

d) Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia

mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet

Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara

sepihak.

Tujuannya

untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda.

Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani

undang-undang pembatalan KMB.

Dampaknya :

(25)

6.  Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti

menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya

kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.

Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada

masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara.

Tugas biro

ini merancang

pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional.

Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya

akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November

1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional

Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.

RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :

a) Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan

awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.

b) Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi

perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.

(26)

7. Musyawarah Nasional Pembangunan

Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah.

Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah

Nasional Pembangunan (Munap).

Tujuan

diadakan Munap adalah untuk

mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan

yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja

rencana

pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :

a) Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.

b) Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.

c) Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.

d) Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta

sehingga meningkatkan defisit Indonesia.

(27)

DEMOKRASI TERPIMPIN

Demokrasi Terpimpin adalah sebuah sistem

demokrasi dimana seluruh keputusan serta

pemikiran berpusat pada pemimpin negara.

Demokrasi terpimpin di Indonesia dimulai sejak

dikeluarkannya

Dekrit Presiden 

pada tanggal 5

Juli 1959 sampai

dikeluarkannya

SUPERSEMAR

pada tanggal 11

Maret 1966. Demokrasi terpimpin di Indonesia

dimaksudkan oleh Soekarno sebagai demokrasi

yang sesuai dengan kepribadian bangsa, yang

berbeda dengan system demokrasi liberal yang

merupakan produk dari barat, tetapi pada

(28)

TUGAS DEMOKRASI TERPIMPIN :

a) Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan

politik negara yang tidak setabil sebagai warisan

masa Demokrasi Liberal menjadi lebih mantap/stabil.

Ciri-Ciri Demokrasi Terpimpin : 

1. Dominasi presiden

2. Tidak berfungsinya lembaga tertinggi dan lembaga

tinggi negara.

3. Makin berkembangnya paham komunisme.

(29)

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN PEMERINTAH

PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno dimaksudkan untuk

melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia agar sesuai dengan

UUD 1945. Tetapi pada pelaksanaannya, pemerintah khususnya Presiden Soekarno

banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap UUD 1945 itu sendiri, di

antaranya sebagai berikut :

A. Penyimpangan di Bidang Kebijakan Dalam Negeri

Kedudukan Presiden

Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan tetapi,

kenyataannya

bertentangan dengan UUD 1945

, sebab MPRS tunduk kepada Presiden.

Pembentukan MPRS oleh Presiden

Penetapan jabatan Presiden Soekarno sebagai Presiden RI seumur hidup oleh MPRS

Pembubaran DPR hasil pemilu 1955 dan Pembentukan DPR-GR 

Pembentukan DPAS 

Lembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri

 

Mengumumkan ajaran Nasakom 

(Nasionalis/PNI, Agama/NU, komunis/PKI)

 

(30)

B. Penyimpangan di Bidang Kebijakan Luar Negeri

Politik konfrontasi dengan pembagian dunia menjadi 2 bagian,

yaitu Oldefo (Old Establishes Forces/Negara-negara kapitalis

imperialis) dan Nefo (New Emerging Forces/Negara-negara

progresif revolusioner)

Melaksanakan politik Mercu Suar (pembangunan proyek-proyek

raksasa, komplek olahraga senayan, Jakarta by pass, Monumen

Nasional(Monas), Jembatan Ampera)

Menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forces)

yang sebagian besar pesertanya adalah Negara-negara komunis

(31)

FAKTOR-FAKTOR MUNCULNYA DEMOKRASI

TERPIMPIN

a. Kegagalan Badan Konstituante dalam menyusun Undang-Undang Dasar Baru. Kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat dalam anggota dan konstituante sehingga tidak dapat menghasilkan kesepakatan bersama.

b. Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dalam mengelurkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang bertujuan untuk menyelamatkan negara yang dalam kondisi genting. Isi Dekrit Presiden yaitu, 1. Pembubaran Badan Konstituante.

2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950. 3. Pembentukan MPRS dan DPAS.

c. Munculnya gerakan-gerakan separatisme. Gerakan separatis adalah suatu gerakan yang ingin mengambil alih kekuasaan secara paksa. Gerakan-gerakan separatisme yang muncul pada masa Demokrasi Liberal menyebabkan ketidakstabilan politik dalam negeri, sehingga selain mengacaukan keamanan juga dapat menyebabkan disintegrasi bangsa atau perpecahan.

d. Sering berganti-ganti kabinet. Kehidupan politik pada masa Demokrasi Liberal juga ditandai dengan jatuh bangunnya kabinet sehingga menimbulkan munculnya ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah sebab banyak program kerja dan masing-masing kabinet tidak dapat direalisasikan dengan baik. e. Munculnya persaingan dan masing-masing parpol. Kehidupan politik pada masa Demokrasi Liberal

(32)

SISTEM EKONOMI DEMOKRASI TERPIMPIN

Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi

terpimpin maka ekonomi pun mengikuti ekonomi

terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan

bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua

aktivitas ekonomi disentralisasikan di pusat

pemerintahan sementara daerah merupakan

kepanjangan dari pusat.

Langkah yang ditempuh pemerintahuntuk

(33)

1.

Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional

Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi di bawah Kabinet Karya maka

dibentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus

1959 dipimpin oleh Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50 orang.

Tugas Depernas :

- Mempersiapkan rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional yang

berencana

- Menilai Penyelenggaraan Pembangunan

Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depenas berhasil menyusun Rancangan

(34)

2. Penurunan Nilai Uang

Tujuan dilakukan devaluasi :

- Guna membendung inflasi yang tetap tinggi

- Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat - Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.

Maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya

mengenai penuruan nilai uang (devaluasi), yaitu sebagai berikut. - Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50

- Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1.000 menjadi Rp. 100

- Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000

• Tetapi usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Para pengusaha daerah di seluruh Indonesia tidak mematuhi sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut.

Pada masa pemotongan nilai uang memang berdampak pada harga barang menjadi murah tetapi

tetap saja tidak dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki uang. Hal ini disebabkan  karena :

- Penghasilan negara berkurang karena adanya gangguan keamanan akibat pergolakan daerah yang menyebabkan ekspor menurun.

- Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi oleh tenaga kerja manajemen yang cakap dan berpengalaman.

(35)

3. Kenaikan Laju Inflasi

Latar Belakang meningkatnya laju inflasi :

- Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya mengalami

kemerosotan.

- Nilai mata uang rupiah mengalami kemerosotan

- Anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar

- Pinjaman luar negeri tidak mampu mengatasi masalah yang ada

- Upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan

dan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil

- Penertiban administrasi dan manajemen perusahaan guna mencapai

keseimbangan keuangan tak memberikan banyak pengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai mempengaruhi perekonomian daerah

Masih belum bisa diketahui secara pasti mengenai daerah Thani jumput, tetapi beberapa ahli juga mengartikan mengenai nama Thani jumput. Thani jumput adalah petugas

perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha budidaya kayu-kayuan kehutanan, dan setiap komoditas

Grafik-grafik distribusi tegangan hoop pada pipa utama dan pipa cabang yang diperoleh pada orientasi β = 0 o disajikan pada gambar 3 dan 4 untuk rasio diameter pipa

Adapun bentuk wujud kebijakan publik lain yang dapat diambil pemerintah yakni dengan sistem perpajakan yang juga berorientasi kepada potensi dalam hal ini potensi zakat yang

dilakukan review artikel dengan tujuan penelitian untuk memberikan tinjauan umum terkait pembelajaran online pada masa pandemic COVID-19 di Indonesia.. Ini penting

Pemanfaatan Rimpang Kunir Putih ( Curcuma zeduaria ) Sebagai Pengurang Kerusakan Struktur Mikroanatomi Hepar Mencit Akibat Alkohol. Jakarta: Universitas Indonesia Press.