• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Sektor Riil 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Sektor Riil 7"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Boks II

Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap

Sektor Riil

7

Penurunan kegiatan usaha dan kapasitas produksi dikhawatirkan akan berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009. Mayoritas responden menyatakan pada tahun 2009 penggunaan tenaga kerja relatif tetap. Tingkat suku bunga pinjaman rupiah dari perbankan dalam negeri yang diperkirakan tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan berada pada rata-rata sebesar 12% dengan range 9-16%.

Krisis keuangan global yang berdampak terhadap kondisi perekonomian global semula diperkirakan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Namun, pada awal triwulan IV-2008 dampak krisis mulai dirasakan oleh dunia usaha dengan ditandai oleh melemahnya permintaan akan produk-produk ekspor, menurunnya beberapa harga komoditas internasional, ditambah dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD. Sebagai dampak lanjutan dari memburuknya kondisi dunia usaha, beberapa perusahaan telah dan berencana melakukan pemutusan hubungan kerja antara lain pada industri tekstil, industri baja, industri pulp & paper, industri elektronik, industri otomotif, dan industri plastik. Untuk memperoleh gambaran mengenai dampak krisis ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 dilakukan Survei Khusus Sektor Rill (SKSR) dengan topik ≈Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap Sektor Riil∆ terhadap 80 perusahaan yang berada pada sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, bangunan, perdagangan, hotel, & restoran dan transportasi & komunikasi. Berdasarkan hasil survei dapat diperoleh informasi sebagai berikut:

7 Hasil Survei Khusus Sektor Riil-BI. Survei Khusus Sektor Riil (SKSR) merupakan survei yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sektor riil (usaha) sehubungan dengan perkembangan indikator ekonomi terkini. Responden merupakan perusahaan yang dipilih secara purposive sampling dan survei dilakukan melalui metode wawancara melalui telepon. Hasil survei diolah dan disajikan dengan metode saldo bersih (SB), rata-rata sederhana dan pooling system.

(2)

Kondisi Usaha

Indikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakan Indikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakan Indikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakan Indikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakan Indikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2009.

masih akan berlanjut pada tahun 2009. masih akan berlanjut pada tahun 2009. masih akan berlanjut pada tahun 2009.

masih akan berlanjut pada tahun 2009. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih (SB) sebesar -16,25% (33,75% menyatakan meningkat dan 50,00% menyatakan menurun) yang berarti pengusaha merasa pesimis terhadap kondisi usaha pada tahun 2009.

Secara rata-rata kegiatan usaha pada 80 perusahaan tersebut diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 6,24% dibandingkan tahun sebelumnya. Khusus bagi perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor, kegiatan usaha pada 2009 juga diperkirakan akan mengalami kontraksi dengan nilai SB sebesar -20,75%. Secara rata-rata nilai kontraksi tersebut sebesar 7,51%. Kapasitas Produksi

Perkiraan menurunnya kegiatan usaha tersebut sejalan dengan perkiraan penurunan kapasitas utilisasi (SB -14,89%). Kapasitas utilisasi diperkirakan akan menurun 5,68% dari 76,43% di tahun 2008 menjadi 70,75% di tahun 2009.

Tenaga Kerja

Mayoritas responden (72,16%) menyatakan pada tahun 2009 penggunaan tenaga kerja relatif tetap dibandingkan tahun 2008. Sementara itu, persentase responden yang memperkirakan penggunaan tenaga kerja akan mengalami penurunan sama dengan yang memperkirakan peningkatan penggunaan tenaga kerja pada tahun 2009 yaitu sebesar 13,92%.

Kondisi Keuangan

Dari sebanyak 80 perusahaan, setengahnya memiliki pinjaman dari perbankan dalam negeri untuk menjalankan kegiatan usahanya. Adapun tingkat suku bunga pinjaman rupiah dari perbankan dalam negeri yang diperkirakan tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan berada pada rata-rata sebesar 12% dengan range 9-16%.

Khusus untuk perusahaan yang memperkirakan kondisi usaha pada tahun 2009 akan mengalami kontraksi (50% dari total responden), sebanyak 45% memiliki pinjaman dari perbankan dalam negeri.

(3)

Pelemahan Nilai Tukar

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD ditengah melemahnya mata uang negara lainnya ternyata tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan eksportir. Hal ini dinyatakan oleh 58,20% responden. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh responden antara lain peningkatan harga bahan baku impor, penurunan volume penjualan dan permintaan pembeli untuk menurunkan harga. Sementara 23,88% responden menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD menguntungkan perusahaan, dan sisanya (20,62%) menyatakan tidak ada pengaruh.

Profil Responden Grafik 1 Grafik 1 Grafik 1 Grafik 1 Grafik 1

Sebaran Responden Menurut Sektor Ekonomi Grafik 2 Grafik 2 Grafik 2 Grafik 2 Grafik 2

Sebaran Responden Berdasarkan Orientasi Penjualan

Pertanian

Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Bangunan

Perdagangan,Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi 2,50%1,25% 7,50% 26,25% 5,00% 57,50% domestik ekspor 1-20% ekspor 21-40% ekspor 41-60% ekspor 61-80% ekspor 81-100% 12,16% 11,15% 5,7% 3,4% 16,22% 27,36% Grafik 3 Grafik 3 Grafik 3 Grafik 3 Grafik 3

Sebaran Responden Berdasarkan Lokasi Survei

DKI Jakarta & Banten Bali Jawa Sulawesi Utara Sumatera 12,16% 3,75% 25,00% 6,25%3,75% 61,25%

(4)

Boks III

Pengaruh Perkembangan Harga Komoditas

pada Perekonomian Daerah

8

LATAR BELAKANG

Berlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika Serikat

Berlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika Serikat

Berlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika Serikat Berlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika Serikat telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,

telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,

telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia, telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.

tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia.

tak terkecuali Indonesia.

tak terkecuali Indonesia. Setelah sampai dengan triwulan III 2008 perekonomian tumbuh tinggi, maka memasuki triwulan IV perekonomian Indonesia yang didominasi oleh sektor tradable mulai tertekan dengan anjoknya harga komoditas akibat melemahnya permintaan di pasar dunia. Penurunan kinerja perekonomian Indonesia, terutama terjadi di daerah-daerah yang berbasis ekspor. Secara mikro, menurunnya permintaan pada beberapa produk komoditas primer dan produk industri yang diekspor mengancam penurunan penggunaan kapasitas dan akan mendorong dunia usaha melakukan efesiensi yang salah satunya dilakukan melalui pengurangan jumlah jam kerja dan bahkan pemutusan hubungan kerja. Implikasi selanjutnya adalah terganggu daya beli dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Di sisi pembiayaan, berlanjutnya krisis keuangan global berpotensi menurunkan kinerja dan kualitas pembiayaan kredit di daerah. Di sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi oleh

Di sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi oleh

Di sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi oleh Di sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi global.

dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global.

dinamika perkembangan ekonomi global.

dinamika perkembangan ekonomi global. Kenaikan harga komoditas yang

terjadi dalam beberapa waktu terakhir9 menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan kenaikan tekanan inflasi di hampir semua wilayah di Indonesia. Tekanan inflasi yang lebih tinggi terutama terjadi di daerah yang perekonomiannya cukup dominan disupport oleh produk komoditas berbasis primer yang memperoleh wind profit dari tingginya harga komoditas, struktur konsumsinya lebih di dominasi makanan, dan memiliki ketergantungan pasokan bahan pangan dari daerah lain. Namun memasuki

8 Catatan Analisis

9 Kenaikan harga komoditas dunia menurut IMF dalam publikasi World Economic Outlook, Oktober 2008 disebabkan oleh (1) pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi, (2) terbatasnya inventory dan tingkat kapasitas produksi yang pada gilirannya menyebabkan (3) supply inellasticity dalam merespon permintaan dalam jangka pendek (4) ekspektasi yang lebih dipengaruhi sentimen dan investor behavior sehingga dalam jangka pendek menyebabkan fluktuasi harga berlebihan.

(5)

10 Harga CPO pada tahun 2007 naik hingga 75% dibandingkan dengan rata-rata harga tahun 2006, dan mencapai puncaknya pada Maret 2008 yaitu naik hingga 218% dari harga rata-rata tahun 2006. Kenaikan harga CPO ini mendorong terjadinya perluasan lahan kelapa sawit dari 4,2 juta ha menjadi 5,5 juta ha di Sumatera, dan menjadikan Sumatera sebagai wilayah pengekspor sawit terbesar di Indonesia (90,1%) pada tahun 2007.

11 Produksi karet alam pada tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil karet terbesar kedua setelah Thailand.

12 Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia.

triwulan IV-2008, seiring dengan anjloknya harga komoditas dunia, harga-harga di dalam negeri terkoreksi secara signifikan sehingga tekanan inflasi pada akhir Tw-IV menurun.

PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH TERKINI Periode awal 2008 s.d triwulan III-2008

Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai

Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai

Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai mempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektor

mempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektor

mempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektor mempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektor yang

yang yang

yang

yang tradabletradabletradabletradabletradable. . . Kenaikan harga berbagai komoditas primer di pasar dunia

telah memberikan berkah tersendiri pada meningkatnya perekonomian di berbagai wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang struktur ekonominya didominasi oleh hasil-hasil pertambangan (batu bara, timah, tembaga) dan perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, dan coklat). Peningkatan harga komoditas tersebut telah menyebabkan pendapatan dan daya beli masyarakat terdongkrak sehingga konsumsi di daerahpun meningkat. Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan signifikan terhadap

perekonomian daerah, diantaranya adalah komoditas minyak kelapa sawit10,

karet alam11, dan batubara12:

Pertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona Sumatera

Pertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona Sumatera

Pertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona Sumatera Pertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona Sumatera Bagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi dengan

Bagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi dengan

Bagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi dengan Bagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi dengan rata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masing

rata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masing

rata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masing rata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masing 6,4%, 5,8%, 6,3

6,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,3

6,4%, 5,8%, 6,3

6,4%, 5,8%, 6,3%, dan 6,9%dan 6,9%dan 6,9%dan 6,9%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi didan 6,9%

Sumatera dan Kali-Sulampua telah mendorong terjadinya konvergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah (Gambar 1 - 3 : Peta Deviasi gPDRB Tw I - III 2008). Terdapat hubungan yang relatif simetris antara peningkatan harga komoditas primer tersebut dengan pertumbuhan PDRB di masing-masing wilayah (Sulawesi, Kalimantan dan sebagian wilayah Sumatra). Di sisi lain, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kali-Sulampua turut pula memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa terutama pada sektor industri dan sektor perdagangan.

(6)

gPDB Tw I-08: 6,0% Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw I-08 Deviasi gPDRB dg Nasional (0,5) - 0,5 lebih dari (1,5) 0,6 - 1,5 (1,5) - (0,6) lebih dari 1,5

B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan Sulampua Q1-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua

gKredit,% NPL, %

32,9 40,8 7,6 22,0 21,5 27,0 21,7 28,8 31,9 3,4 2,6 2,5 3,7 3,5 3,4 3,0 3,1 7,0

gPDB Tw II-08: 6,4%

B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan Sulampua Q2-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua

gKredit,% NPL, % 40,0 47,7 12,7 25,9 27,8 33,3 26,6 35,6 36,3 3,2 2,4 2,6 3,5 3,2 3,1 2,4 3,3 6,2 Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw II-08 Deviasi gPDRB dg Nasional (0,5) - 0,5 lebih dari (1,5) 0,6 - 1,5 (1,5) - (0,6) lebih dari 1,5 Gambar 1 - 3

Deviasi Perkembangan PDRB Tw I - III 2008

Gambar 1 Gambar 2

gPDB Tw III-08: 6,1%

B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan Sulampua Q3-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua

gKredit,% NPL, % Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw III-08 Deviasi gPDRB dg Nasional (0,5) - 0,5 lebih dari (1,5) 0,6 - 1,5 (1,5) - (0,6) lebih dari 1,5 35,2 33,9 38,3 29,2 29,7 30,6 30,1 37,1 36,0 3,1 2,1 2,7 3,3 2,9 3,0 2,2 2,9 5,2 Gambar 3 Gambar 4 - 6

Deviasi Perkembangan Inflasi Tw I - III 2008

Deviasi Inflasi Daerah dan Nasional Tw III-08

Deviasi Inflasi dg Nasional

(0,5) - 0,5 lebih dari (1,5)

0,6 - 1,5 (1,5) - (0,6)

lebih dari 1,5

Inflasi Nasional (yoy) Tw III-08: 12,1%

Gambar 6

Deviasi Inflasi Daerah dan Nasional Tw I-08

Deviasi Inflasi dg Nasional

(0,5) - 0,5 lebih dari (1,5)

0,6 - 1,5 (1,5) - (0,6)

lebih dari 1,5

Inflasi Nasional (yoy) Tw I-08: 7,1%

Gambar 4

Deviasi Inflasi Daerah dan Nasional Tw II-08

Deviasi Inflasi dg Nasional

(0,5) - 0,5 lebih dari (1,5)

0,6 - 1,5 (1,5) - (0,6)

lebih dari 1,5

Inflasi Nasional (yoy) Tw II-08: 11,0%

(7)

Disisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan

Disisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan

Disisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Disisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor

Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor

Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor

Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor tradabletradabletradabletradabletradable juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh peningkatan pembiayaan kredit

peningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kredit

peningkatan pembiayaan kredit

peningkatan pembiayaan kredit. Di wilayah Sumatera, penyaluran kredit ke sektor pertanian yang juga sebagai penyerap kredit terbesar, pada paruh pertama 2008 rata-rata tumbuh sebesar 36,1%. Sementara di wilayah Kali-Sulampua, penyaluran kredit ke sektor pertambangan rata-rata tumbuh 35,1%. Sebagian besar penyaluran kredit di kedua wilayah ini bersifat produktif, yaitu kredit modal kerja yang memiliki porsi 49,3% dari total oustanding kredit di Sumatera dan 41,4% di Kali-Sulampua. Di sisi lain, membaiknya pendapatan penduduk di kedua wilayah tersebut telah memacu penyaluran kredit konsumsi meningkat cukup tinggi, yaitu mengalami pertumbuhan 35,7% di Sumatera dan 36,5% di Kali-Sulampua. Sementara itu, pesatnya ekonomi Sumatera dan Kali-Sulampua juga berdampak pada sektor industri dan perdagangan di Jawa sehingga kredit di kedua sektor tersebut di Jawa meningkat. Pertumbuhan kredit sektor industri dan perdagangan di Jawa tumbuh masing-masing sebesar 37,2% dan 30,2%. Sampai dengan triwulan III 2008, peningkatan kredit di seluruh daerah diikuti oleh kualitas kredit yang masih baik, sebagaimana tercermin dari NPL yang rendah di semua wilayah bahkan lebih rendah dibanding periode akhir tahun 2007.

Di sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkat

Di sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkat

Di sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkat Di sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkat cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.

cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.

cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.

cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah. Kenaikan harga berbagai komoditas di pasar internasional, khususnya harga komoditas

Grafik 1 Grafik 1 Grafik 1 Grafik 1 Grafik 1

Dispersi Pertumbuhan dan Inflasi antar Daerah

2007 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0

Dispersi Inflasi (Std.Dev) Dispersi gPDRB (Std.Dev.)

(8)

yang termasuk di dalam kelompok makanan, seperti kedelai, minyak goreng dan gandum menjadi salah satu faktor yang cukup kuat mendorong tekanan inflasi daerah, terutama di daerah yang pola konsumsinya lebih didominasi oleh kelompok makanan dan juga daerah-daerah yang memiliki ketergantungan pada pasokan dari daerah lain yang ongkos transportasinyapun meningkat. Hal ini terutama terlihat dari meningkatnya laju inflasi di wilayah luar Jawa dengan deviasi positif yang melebar terhadap inflasi nasional (Gamba 4 - 6 : Deviasi Inflasi Tw I sd. III 2008). Kota-kota di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Selatan dan Irian Jaya deviasianya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.

Periode Triwulan IV-2008

Memasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbas

Memasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbas

Memasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbas Memasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbas pada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadap

pada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadap

pada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadap pada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadap perekonomian di berbagai daerah.

perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah.

perekonomian di berbagai daerah.

perekonomian di berbagai daerah. Di wilayah Sumatera dan sebagian Kali-Sulampua penurunan permintaan ekspor - berupa penundaan pengiriman dan pembatalan sepihak kontrak ekspor - hasil-hasil perkebunan mulai terjadi. Di sisi lain, harga CPO di pasar dunia yang turun tajam hingga

mencapai 70% (pertengahan November 2008)13 langsung berimbas pada

turunnya harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani menjadi Rp300/

Kg14. Wilayah Sumatera dan sebagian Kali-Sulampua merupakan wilayah

yang paling terkena dampak turunnya harga CPO dan turunnya volume ekspor, yang selanjutnya menekan daya beli masyarakat sebagaimana diindikasikan oleh turunnya indeks Nilai Tukar Petani di kedua wilayah ini. Melambatnya ekspor di kedua wilayah telah menjadi faktor pemicu melambatnya ekonomi pada beberpa sektor unggulan, seperti pertanian, pertambangan dan perdagangan. Perlambatan ekonomi ini juga menyebabkan deviasi pertumbuhan ekonomi daerah-daerah dimaksud terhadap pertumbuhan nasional kembali melebar (1,5%, deviasi negatif) dan perekonomian tumbuh di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional (lihat peta dibawah).

13 Terhadap harga tertingginya pada Maret 2008

(9)

Semakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembangan

Semakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembangan

Semakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembangan Semakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembangan ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang

ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang

ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang

ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang export-orientedexport-orientedexport-orientedexport-orientedexport-oriented. Di

wilayah Jabalnustra, permintaan ekspor berbagai produk industri manufaktur mulai terindikasi mengalami penurunan dengan berkurangnya pesanan dan pembatalan sepihak pembeli di luar negeri. Permintaan dari dalam negeri juga sedikit mengalami tekanan searah dengan tertekannya perekonomian di luar Jawa. Hal ini berdampak langsung pada berkurangnya penggunaan kapasitas dan mendorong perusahaan melakukan berbagai upaya efisiensi yang antara lain dilakukan dengan cara melakukan pengurangan jam kerja maupun jumlah tenaga kerja.

Gambar 7 Gambar 7Gambar 7 Gambar 7 Gambar 7 Deviasi Perkembangan PDRB Tw IV 2008 Gambar 8 Gambar 8Gambar 8 Gambar 8Gambar 8

Deviasi Perkembangan Inflasi Tw IV 2008

gPDB Tw IV-08: 5,7%

B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan Sulampua Q4-08* Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua

gKredit,% NPL, % Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw IV-08 Deviasi gPDRB dg Nasional (0,5) - 0,5 lebih dari (1,5) 0,6 - 1,5 (1,5) - (0,6) lebih dari 1,5 * November 2008 31,2 3,2 30,72,2 35,22,7 32,43,6 31,22,8 32,72,9 30,12,2 37,43,2 34,45,4

Deviasi Inflasi Daerah dan Nasional Tw IV-08

Deviasi Inflasi dg Nasional

(0,5)-0,5 lebih dari (1,5)

0,6 - 1,5 (1,5)-(0,6)

lebih dari 1,5

Inflasi Nasional (yoy) Tw IV-08: 11,1%

Perekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti oleh

Perekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti oleh

Perekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti oleh Perekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti oleh perlambatan pertumbuhan kredit di daerah.

perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah.

perlambatan pertumbuhan kredit di daerah.

perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. Di sebagian besar daerah, kredit tumbuh namun mulai melambat karena potensi resiko meningkat yang antara lain tercermin pada peningkatan nilai nominal NPLs. NPL secara nominal yang meningkat dari Rp40,687 milyar pada Juni 2008 menjadi Rp45,831 milyar pada November 2008. Kenaikan NPL tersebut terutama terjadi pada penyaluran kredit pada sektor-sektor yang mulai melambat pertumbuhannya, seperti : pertanian, perdagangan, perindustrian dan sektor lain-lain (konsumsi).

Di sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalam

Di sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalam

Di sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalam Di sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalam memperlemah tekanan inflasi di daerah.

memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah.

memperlemah tekanan inflasi di daerah.

memperlemah tekanan inflasi di daerah. Inflasi di daerah secara umum turun, namun mengingat tingkat ketergantungan luar Jawa terhadap supply barang

(10)

dari Jawa, maka perlambatan inflasi di daerah relatif tidak terlalu kuat (Lihat Grafik Perkembangan Inflasi dan Kontribusi Makanan per Wilayah). Inflasi di luar Jawa, secara rata-rata masih di atas angka inflasi nasional, namun deviasi inflasi di daerah-daerah yang sebelumnya mengalami booming ekonomi karena kenaikan harga komoditas, terhadap inflasi nasional secara umum turun (wilayah Kalimantan dan Sulawesi), walaupun cenderung tidak sesimetris sebagaimana dampak terhadap PDRB. Di wilayah Irian Jaya deviasi inflasinya terhadap angka inflasi nasional cenderung tetap di level yang tinggi. faktor ketergantungan pasokan barang dari Jawa diduga merupakan salah satu faktor yang cukup signifikan mempengaruhi inflasi. Sementara itu, inflasi di pulau Jawa secara umum di bawah angka rata-rata inflasi nasional.

POTENSI RISIKO EKONOMI DAERAH KE DEPAN

Krisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnya

Krisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnya

Krisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnya Krisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnya perekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembali

perekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembali

perekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembali perekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembali divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah.

divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah.

divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah.

divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. Wilayah Sumatera dan Kali-Sulampua yang pada saat terjadinya kenaikan harga komoditas mampu mengejar pertumbuhan ekonomi daerah di Jawa akan menghadapi potensi risiko perlambatan ekonomi yang lebih besar. Sementara itu, ekonomi Jawa yang menopang perekonomian di kedua wilayah tersebut, melalui penyerapan input produksi industri manufaktur, secara perlahan-lahan mulai terimbas perlambatan ekonomi Sumatera dan Kali-Sulampua, meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini mengingat struktur ekonomi di Jawa masih bertumpu

pada domestic demand dari wilayah Jawa itu sendiri. Namun demikian,

dampak melemahnya permintaan dunia pada ekspor hasil industri pengolahan dan mulai terbatasnya domestic demand akibat tertekannya daya beli akan dapat melemahkan perekonomian Jawa.

Sementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditas

Sementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditas

Sementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditas Sementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditas internasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnya

internasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnya

internasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnya internasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnya tekanan inflasi di daerah

tekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerah

tekanan inflasi di daerah

tekanan inflasi di daerah. Penurunan inflasi juga akan dipengaruhi oleh penurunan harga BBM bersubsidi dan dampak lanjutannya, dan di sisi lain daya beli masyarakat relatif melemah. Namun demikian, potensi terhadap tekanan inflasi tetap harus diwaspadai, seperti gangguan pasokan karena musim pada komoditas

(11)

pangan, pelemahan nilai tukar dan ekkspektasi masyarakat terhadap inflasi. Sedangkan, di sisi pembiayaan, meningkatnya risiko kredit terutama di sektor-sektor yang terkena dampak krisis keuangan global perlu dicermati mengingat peningkatan nilai nominal mulai terindikasi di berbagai daerah.

KESIMPULAN

1. Perkembangan harga komoditas dunia memberikan dampak yang cukup signifikan pada perekonomian daerah, khususnya pada daerah-daerah yang berbasis komoditas (tradable), seperti Sumatera dan Kalimantan. Terdapat hubungan yang cenderung simetris antara peningkatan harga komoditas dengan peningkatan PDRB yang juga memberikan dampak kearah konvergensi pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kali-Sula terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebaliknya, seiring dengan penurunan permintaan dunia yang juga berakibat turunnya harga komoditas telah menyebabkan pertumbuhan PDRB di wilayah-wilayah dimaksud terkoreksi, potensi risiko perlambatan ekonomi cukup besar dan konvergensi meningkat.

2. Imbas krisis keuangan global juga berdampak negatif pada daerah berbasis sektor industri expor-oriented, dimana terdapat upaya efisiensi produksi sebagai akibat dari menurunnya permintaan luar negeri. Penurunan produksi berdampak pada penurunan penggunaan kapasitas yang berpotensi terjadinya pengurangan jam kerja dan peningkatan PHK. 3. Di sisi harga, fluktuasi harga komoditas di pasar dunia mempengaruhi

tingkat inflasi terutama pada daerah-daerah yang memiliki tingkat komposisi konsumsi makanan yang besar. Tekanan Inflasi di daerah-daerah luar Jawa cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan di Jawa, terutama disebabkan Oleh tingginya ketergantungan pasokan dari Jawa. Secara umum kenaikan harga komoditas telah menyebabkan deviasi inflasi kota-kota di luar Jawa terhadap angka inflasi nasional meningkat, atau lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal. Sementara itu penurunan harga komoditas, secara umum hanya berdampak pada semakin kecilnya deviasi angka inflasi, kecuali di Irian Jaya yang deviasi inflasi cenderung tetap tinggi.

(12)

4. Sementara itu di sisi pembiayaan, risiko kredit terutama di sektor-sektor yang terkena dampak krisis keuangan global perlu dicermati mengingat potensi penurunan kualitas kredit mulai terindikasi diberbagai daerah, sebagaimana tercermin dari peningkatan nilai NPLs.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

1. Untuk mengurangi dampak negatif pengaruh fluktuasi harga komoditas di pasar dunia pada perkembangan perekonomian daerah, maka untuk ke depan perlu dilakukan upaya-upaya :

- Peningkatkan produktifitas perlu diintensifkan dibandingkan dengan upaya-upaya penambahan lahan baru.

- Peningkatkan diversivikasi produk perkebunan (pertanian)

- Peningkatkan nilai tambah produksi, seperti pengembangan produksi turunan CPO.

- Perlunya kebijakan yang dapat menyangga dan menstabilkan harga, khususnya di tingkat petani yang antara lain dilakukan dalam bentuk upaya menjaga keseimbangan pasokan. Peran asosiasi disini perlu ditingkatkan.

2. Disisi harga-harga, upaya-upaya meningkatkan produksi dan pasokan, khususnya bahan makanan di daerah perlu ditingkatkan. Swasembada kebutuhan pokok perlu menjadi prioritas daerah.

Dengan mulai terbatasnya domestic demand seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat, dalam jangka pendek peran fiskal untuk menstimulasi perekonomian dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting. Terlebih dengan potensi meningkatnya pengangguran akibat meningktanya ancaman PHK. Untuk itu, berbagai kendala dalam merealisasikan anggaran pemerintah perlu diminimalisasi dan jadwal realisasi dapat lebih terarah dengan tetap memperhatikan siklus perekonomian daerah setempat.

Gambar

Gambar 1 Gambar 2
Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1
Gambar 7Gambar 7Gambar 7Gambar 7Gambar 7 Deviasi Perkembangan PDRB Tw IV 2008 Gambar 8Gambar 8Gambar 8Gambar 8Gambar 8

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi dengan melihat geliat ekonomi yang meningkat serta antusias dari para pelaku ekonomi dalam hal ini masyarakat Kabupaten Magetan atau pelaku ekonomi dari

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, pada di atas dapat dilihat bahwa responden memberikan nilai tertinggi pada pernyataan nomor satu dengan nilai sebesar 119 dengan

18 Guru pamong yang ditunjuk untuk membimbing praktikan selama melaksanakan PPL 1 di SMK Teuku Umar Semarang adalah guru mata pelajaran bahasa Jawa yang

• The inactivated typhoid vaccine is administered to children above the age of two, whereas the live typhoid vaccine is administered to children aged six and above.. •

Adanya upaya pemanfaatan teknologi energi bersih sesuai kasus ini akan menurunkan kebutuhan energi dan meningkatkan pemanfaatan energi yang bersumber dari dalam

KELIMA : Pada saat Keputusan Bupati ini mulai berlaku, Keputusan Bupati Bantul Nomor 101 E Tahun 2011 tentang Pembentukan Badan Koordinasi, Sekretariat, dan Kelompok

Berikut ini adalah hasil dan pembahasan dari rancang bangun alat pemecah kulit padi dengan pengaturan kecepatan motor dengan metode fuzzy yang telah selesai dibuat :..

Bagian ini berisi identifikasi dari nama, nomor dan versi (jika ada atau jika sudah ada), dari item perangkat lunak (misalnya sistem operasi, kompilator, perangkat komunikasi, paket