1 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur... KNOWLEDGE LEVEL AND ATTITUDE OF PATIENTS F RACTURE THAT CHOOSE TRADITIONAL TREATMENT (Bone Setter) BEF ORE TREATING TO POLYCLINIC ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGIC AT UNDATA GENERAL
REGION HOSPITAL PALU PERIOD OF NOVEMBER-DECEMBER 2016
Hanif Iga Wulandari*, Muh. Ardi Munir**, Gina Andyka Hutasoit***
*Medical Student, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako University
**Departement of Anatomy, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako University
***Departement of Anatomical Pathology, Faculty Of Medicine and Public Health Tadulako University
ABSTRACT
Background: In most cases neglected fracture occurs in people who are educated and under socioeconomic status. In addition to using health centers by medical personnel, not a few people are more confident in traditional medicine, so a few patients with fractures who came to the hospital are already experiencing complications due to first treatment is not appropriate, in accordance with the principles of correct bone treatment. The classic reason that delays patients with fracture was to the hospital is an economic factor.
Methods: This study design is carried out by using an observational study design. The sampling technique in this research is intentional sampling consisting of 64 respondents. Data collection through questionnaires.
Result: From the 64 samples studied, the results of the level of knowledge about bone fractures in the good categories 11 respondents, enough category 41 respondents, less category 12 respondents, and the attitude of the patient fracture for the treatment of the fractures in good category 41 respondents, enough category 7 respondents, and less category 16 respondents
Conclusion: Based on the level of knowledge and attitude of fractures in traditional medical research carried out by the patient before treatment in the clinical orthopedic surgery hospital Undata has the result of the level of knowledge (know) enough and a Positive attitude towards an initial treatment of fractures.
2 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur... Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur Yang Memilih Pengobatan
Tradisional (Battra Patah Tulang) Sebelum Berobat Di Poliklinik Bedah Tulang
RSUD Undata Kota Palu Periode November-Desember Tahun 2016
Hanif Iga Wulandari*, Muh. Ardi Munir**, Gina Andyka Hutasoit***
*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
**Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
***Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada umumnya neglected fracture terjadi pada orang yang berpendidikan dan berstatus sosio-ekonomi rendah. Selain memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga medis, tidak sedikit masyarakat yang lebih percaya kepada pengobatan tradisional, sehingga tidak sedikit pula pasien patah tulang yang berobat ke Rumah Sakit pada saat datang sudah mengalami komplikasi akibat penanganan pertamanya yang tidak baik atau tidak sesuai dengan prinsip penanganan patah tulang yang benar. Adapun alasan klasik pasien patah tulang yang terlambat berobat ke Rumah Sakit adalah faktor ekonomi.
Metode: Jenis rancangan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian
observasional deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling yang terdiri dari 64 orang responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner.
Hasil: Berdasarkan 64 sampel yang diteliti, hasil tingkat pengetahuan responden tentang
patah tulang pada kategori baik 11 responden, cukup 41 responden, kurang 12 responden, dan sikap pasien fraktur terhadap penanganan patah tulang kategori baik 41 responden, cukup 7 responden, dan kurang 16 responden.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat pengetahuan dan sikap pasien fraktur yang berobat di pengobatan tradisional sebelum berobat di poliklinik bedah tulang RSUD Undata memiliki hasil tingkat pengetahuan (Know) cukup dan sikap yang positif terhadap penanganan awal patah tulang.
3 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur... PENDAHULUAN
Tulang adalah bentuk jaringan ikat
yang keras dan kaku, menyusun bagian
terbesar kerangka Vertebrae, terutama
tersusun atas garam kalsium.1 Tulang sangat memiliki fungsi yang penting
dalam tubuh diantaranya, seperti
penggerak, membantu melindungi
jaringan lunak, kalsium dan penyimpanan
fosfat, serta sumsum tulang. Itulah yang
menjadikan fungsi tulang menjadi sangat
vital apabila terjadi kerusakan pada tulang
itu sendiri.2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI
tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus
fraktur yang disebabkan oleh cedera
antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu
lintas dan trauma benda tajam/tumpul.
Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu
lintas, yang mengalami fraktur sebanyak
1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma
benda tajam/ tumpul, yang mengalami
fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).3
Fraktur adalah putusnya kontinuitas
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epiphysis, baik yang bersifat total maupun
parsial yang pada umumnya disebabkan
oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa
trauma langsung dan trauma tidak
langsung, biasanya disertai cidera di
jaringan sekitarnya. Menurut Subroto
Sapardan dalam Ismono, Neglected
Fracture adalah penanganan patah tulang
pada extremitas (anggota gerak) yang
salah oleh bone setter (dukun patah), yang
masih sering dijumpai di masyarakat
Indonesia. Pada umumnya neglected
fracture terjadi pada orang yang
berpendidikan dan berstatus
sosio-ekonomi rendah.4
Selain memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan oleh tenaga medis,
tidak sedikit masyarakat yang lebih
percaya kepada pengobatan tradisional,
seperti bengkel tulang, dukun patah
tulang, maupun ahli tulang sehingga tidak
sedikit pula pasien patah tulang yang
berobat ke Rumah Sakit pada saat datang
sudah mengalami komplikasi akibat
4 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
atau tidak sesuai dengan prinsip
penanganan patah tulang yang benar.
Adapun alasan klasik pasien patah tulang
yang terlambat berobat ke Rumah Sakit
adalah faktor ekonomi.
Penyembuhan tradisional sudah lama
dikenal dikalangan masyarakat, jauh
sebelum kedokteran modern (Barat)
masuk kepulau Indonesia. Pada awalnya,
pengobatan tradisional itu banyak
berdasarkan pada kepercayaan yang
bersifat mistik, kepercayaan pada
tenaga-tenaga gaib yang berakar pada animisme.
Upaya penyembuhan ini, kemudian
dipengaruhi oleh berbagai kebiasaan dan
pandangan dari luar, antara lain India,
Cina, Timur Tengah, dan Eropa.5
Pengetahuan merupakan wilayah yang
sangat penting dalam membentuk
tindakan/ aktivitas seseorang (overt
behaviour). Perilaku yang didasarkan
pada pengetahuan akan bertahan lebih
lama dibandingkan perilaku yang
terbentuk tidak berdasarkan pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman
sendiri atau pengalaman orang lain.
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt
behavior). Pengetahuan yang baik dapat
memotivasi timbulnya perubahan positif
terhadap sikap, persepsi, serta perilaku
sehat individu atau masyarakat.6
Sedangkan, sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai penghayatan
dari suatu objek. Newcomb dalam
Notoatmodjo menyatakan sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu.6
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
yang bersifat observasional deskriptif,
untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Pasien Fraktur Yang Memilih
Pengobatan Tradisional Sebelum Berobat
di Poliklinik Bedah Tulang RSUD Undata
Kota Palu Periode November-Desember
Tahun 2016. Variabel yang diteliti yaitu
tingkat pengetahuan dan sikap pasien
fraktur. Sampel pada penilitian ini
adalah pasien yang berobat di poliklinik
bedah tulang RSUD Undata yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dengan jumlah sampel 64 orang.
5 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
kuesioner tingkat pengetahuan dan sikap
pasien terhadap patah tulang. Analisis
data dilakukan secara univariat, karena
variabel pada penelitian ini yaitu varibel
tunggal.
Hariyani Sulistyoningsih, Redi
Rustandi. F aktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian ISP A
Pengetahuan dan Tindakan Ibu dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
IRNA Anak RSMH Palembang Tahun
2008. Palembang: Jurnal Pembangunan
Manusia; 2009
Mery, F. Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas kenten Palembang tahun 2012.
Palembang:Badan Diklat Provinsi
Sumatera Selatan; 2012
HASIL
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Menurut Usia Responden
Usia Jumlah Presentase
(%)
umur ≥61 tahun sebanyak 1 orang (1%). b. Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Presentase
(%)
Laki – laki 36 56
Perempuan 28 44
6 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
Dari 64 sampel yang diteliti, sebanyak
36 orang (56%) adalah laki laki dan 28
orang (44%) adalah perempuan. Jenis
kelamin terbanyak adalah laki laki hal ini
dikarenakan sebagian besar responden
pria adalah sebagai pencari nafkah dalam
keluarga.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden
Ditinjau dari segi pendidikan terakhir
sebagian besar responden memiliki
pendidikan terakhir SMA/SLTA sebanyak
38 orang (59,4%). Sebanyak 6 orang
(9,4%) tamat SD, 11 orang (17,2%) tamat
SMP/SLTP, 1 orang (1,6%) tamat D3, dan
8 orang (12,5%) menyelesaikan jenjang
universitas yaitu S1.
2. Analisis Univariat
a. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai Patah Patah
Tulang
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat
tingkat pengetahuan responden terhadap
patah tulang frekuensi tertinggi dengan
kategori cukup yaitu 41 orang (64,1%),
kategori baik 11 orang (17,2%), dan
kategori kurang sejumlah 12 orang
(18,8%).
a. Distribusi Responden Berdasarkan
7 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur... Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Menurut Sikap Mengenai Patah Patah Tulang
Sikap Jumlah Presentase
(%)
Baik 41 orang 64,1
Cukap 7 orang 10,9
Kurang 16 orang 25,0
Total 64 orang 100
Berdasarkan tabel 4.5 Sikap didasarkan
pada sikap responden terhadap
penanganan patah tulang, baik oleh tenaga
medis maupun oleh alternatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 41
responden (64,1%) mempunyai sikap
yang baik, 7 responden (10,9%)
mempunyai sikap yang cukup, dan 16
responden (25,0%) mempunyai sikap
kurang terhadap penanganan patah tulang.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di RSUD
Undata Kota Palu pada bulan
November-Desember 2016 dengan memberikan
kuesioner pada responden yang masuk
dalam kriteria inklusi dengan pemilihan
sampel Purposive Sampling dengan
jumlah responden 64 orang. Responden
diberikan kuesioner untuk menilai tingkat
pengetahuan dan sikap responden
terhadap patah tulang. Identitas repsonden
sekaligus lembar persetujuan berada di
halaman pertama dan dua item kuesioner
berada pada lembar selanjutnya.
Tingkat pengetahuan pada penelitian
ini dengan menyajikan 6 pertanyaan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
tingkat pengetahuan responden terhadap
patah tulang frekuensi tertinggi dengan
kategori cukup yaitu 41 orang (64,1%),
kategori baik 11 orang (17,2%), dan
kategori kurang sejumlah 12 orang
(18,8%). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, dimana diperoleh hasil
tingkat pengetahuan responden bervariasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu,
Puspita Sari (2012), hasil penelitian
menunjukkan bahwa 13 responden (44,8
%) memiliki tingkat pengetahuan kurang,
15 responden (51,7 %) memiliki tingkat
pengetahuan cukup, dan hanya 1
responden (3,4 %) yang memiliki
8 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
Hal ini telah sesuai dengan teori, bahwa
pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor internal dan eksternal.6
Beberapa teori menyebutkan bahwa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang antara lain pengalaman, tingkat
pendidikan, keyakinan, fasilitas,
penghasilan, dan sosial. Semakin banyak
pengalaman seseorang yang diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun orang lain
yang ada disekitarnya semakin luas pula
pengetahuan orang tersebut. Pada
penelitian ini kategori tingkat pendidikan
SMA lebih baik dibandingkan dengan
tingkat pendidikan perguruan tinggi,
karena adanya perbedaan jumlah
responden yang lebih didominasi dengan
responden tingkat pendidikan SMA.
Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan memiliki pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan seorang yang
tingkat pendidikannya lebih rendah.7 Semakin banyak fasilitas-fasilitas
sebagai sumber informasi seperti radio,
televisi, majalah, koran, dan buku maka
semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat. Kebudayaan setempat dan
kebiasaan dalam keluarga juga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan
sikap seseorang.
Sikap pada penelitian ini disajikan
dengan menyajikan 6 pertanyaan
mengenai patah tulang. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa 41 responden
(64,1%) mempunyai sikap yang baik, 7
responden (10,9%) mempunyai sikap
yang cukup, dan 16 responden (25,0%)
mempunyai sikap kurang terhadap
penanganan patah tulang. Dapat
disimpulkan bahwa 48 orang (75%)
responden yang memiliki respon positif
terhadap penanganan awal patah tulang,
artinya ketika mengalami patah tulang
pasien langsung membawa ke pengobatan
medis (Rumah sakit/puskesmas),
sedangkan 16 orang (25%) responden
yang memiliki respon negatif, yang
artinya pada saat pasien mengalami patah
tulang pasien mengunjungi pengobatan
tradisional (dukun patah tulang) terlebih
dahulu. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ayu,
Puspita Sari (2012), dimana diperoleh
hasil menunjukkan bahwa 1 responden
(3,4%) mempunyai sikap yang kurang dan
9 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
yang baik terhadap penanganan patah
tulang.
Berdasarkan dari hasil penelitian
mengenai sikap, telah sesuai dengan teori,
dimana beberapa teori mengatakan bahwa
sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam pembentukannya. Hal ini bisa saja
dikarenakan faktor lingkungan sekitar
yang lebih mendominasi dalam penentuan
pengobatan patah tulang. Dalam
penelitian ini pula, ketika peneliti
menanyakan sebab responden memilih
pengobatan tradisional lebih awal,
dikarenakan ketakutan responden akan
pemasangan alat ditulang yang fraktur.
Sebagaimana teori juga menyebutkan hal
ini dapat dikaitkan dengan faktor
emosional seseorang.
Ada berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara
lain pengalaman pribadi, orang lain yang
dianggap penting, kebudayaan, media
massa, lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosional. Sikap
belum merupakan tindakan atau aktivitas,
melainkan predisposisi suatu tindakan.
Sikap ditentukan oleh beberapa hal
penting, seperti pengetahuan, keyakinan
dan emosi seseorang. Perbedaan sikap
seseorang dengan orang lain terhadap
objek yang sama dapat dipengaruhi oleh
faktor sosio-psikologis. Manifestasi sikap
tidak bisa langsung dilihat tetapi dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup.6
KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan responden di
RSUD Undata Kota Palu terhadap
patah tulang berdasarkan 6 tingkatan
pengetahuan yaitu ada pada tingkat
tahu (know) kategori baik 11 orang
pengetahuan seseorang bervarasi, yang
dikaitkan dengan faktor internal dan
eksternal.
2. Sikap responden di RSUD Undata Kota
Palu terhadap patah tulang dalam
kategori baik 41 responden (64,1%),
kategori cukup 7 responden (10,9%),
dan 16 responden (25,0%) kategori
kurang terhadap penanganan patah
tulang. Jadi sekitar (48%) responden
10 Hanif Iga W., Muh. Ardi Munir, Gina Andyka, Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Fraktur...
penanganan awal patah tulang dan
(16%) responden memiliki respon
negatif. Hal ini telah sesuai dengan
teori bahwa sikap seseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor dalam
proses pembentukannya.
SARAN
1. Bagi masyarakat agar dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap
mengenai patah tulang yang benar
sesuai kaidah kedokteran.
2. Bagi pemerintah agar dapat membina
masyarakat dalam memilih pengobatan
patah tulang yang benar.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
lebih memperluaskan lagi variabel
penelitian, seperti perilaku pencarian
pengobatan, keterjangkauan sarana dan
prasarana, dan budaya setempat
(lingkungan tempat tinggal).
DAFTAR PUSTAKA Bone Tissue: Structure, Function, and Factors That Influence Bone Cells. US National Library on Medicine National
Institutes of Health. BioMed Research International Volume 2015 (2015), Article ID 421746, 17 pages. [cited 12
Sept 2016] Available from:
http://dx.doi.org/10.1155/2015/421746.
3. Departemen Kesehatan, Profil
Kesehatan Indonesia. 2007. Data Presentase Perilaku Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat Jalan. Jakarta : Profil Kesehatan Indonesia 4. Ismono D. 2011. Jejak Bone Setter
pada Negleted Fracture. Department of
Orthopaedic Surgery and
Traumatology School of Medicine Padjadjaran University [updated 2011; cited 12 Sept 2016. Available from: http://satpt.fk.unpad.ac.id/UserFiles/Fil e/NEGLETEDFRACTURE.pdf
5. Jusuf H ,Amir. 2013. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
6. Notoatmodjo S. 2010. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.