• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelayakan Usaha Dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelayakan Usaha Dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong T1 BAB IV"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong

Gunung Andong terletak di Antara dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ngablak dan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Gunung Andong sendiri memiliki tinggi kurang lebih 1.726 mdpl dan merupakan Gunung non vulkanik. Di kaki sekitar Gunung Andong, terdapat beberapa dusun yang mengelilingi, dusun tersebut yaitu:

a. Disebelah timur : Dusun Sawit, Dusun Pendem, Dusun Gogik

b. Disebelah utara : Dusun Deles, Dusun Jogoyasan, Dusun Temu, Dusun pager Gunung, Lor Sari

c. Disebelah barat : Dusun Kudusan, Dusun Kembangan, Dusun Bleder d. Disebelah selatan : Dusun Mantran, Dusun Mangli, Dusun Babadan,

Dusun Kalisat.

Dusun – dusun tersebut terbagi menjadi beberapa Desa dan Kecamatan yaitu di Kecamatan Ngablak sebagai berikut:

a. Desa Girirejo untuk Dusun Mantran, Dusun Sawit, Dusun Mangli, Dusun Pendem, Dusun Gogik.

b. Desa Deles untuk Dusun Deles, Dusun Temu dan Dusun Jogoyasan. c. Desa Pagergunung untuk Dusun Lor Sari dan Dusun Pagergunung. d. Desa Selomirah untuk Dusun Babadan dan Dusun Kalisat.

(2)

Tidak seluruhnya Dusun – Dusun tersebut mendirikan basecamp, kurang lebih 4 tahun sebelumnya untuk mendaki Gunung Andong hanya ada 1 jalur pendakian yaitu melewati Dusun Sawit atau Dusun Pendem, tetapi sekarang sudah menjadi 6 jalur pendakian yaitu melewati Dusun Sawit, Dusun Pendem, Dusun Gogik, Dusun Temu, Dusun Kudusan dan Dusun Kembangan. Disetiap tempat tersebut sudah menyediakan tempat penitipan kendaraan bermotor bagi para pendaki atau wisatawan. Selain itu beberapa rumah warga juga dijadikan menjadi tempat – tempat istirahat bagi pengunjung yang datang. Hal inilah yang dimanfaatkan beberapa warga dengan mendirikan usaha.

Usaha di Gunung Andong terdiri dari dua kepemilikan yaitu milik masyarakat dan pribadi. Usaha milik masyarakat yaitu adanya pendirian basecamp sebagai akomodasi bagi para wisatawan yang datang yaitu sebagai tempat pendaftaran untuk naik dan juga tempat penitipan kendaraan. Hasil usaha warga yang berbentuk uang tersebut selain sebagian disetorkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, digunakan juga untuk berbagai kebutuhan umum seperti pembangunan infrastruktur sekitar basecamp, pembangunan dusun, dan kebutuhan umum lainnya. Sedangkan usaha milik pribadi yaitu usaha di kawasan basecamp yang dijalankan pribadi oleh warga masyarakat di sekitaran basecamp.

(3)

Tabel 4.1. Jumlah Usaha Di Kawasan Wisata Gunung Andong 2016 *) No Nama Dusun Base

camp

Warung MCK Lain lain

Keterangan

1 Dusun Sawit 1 10 3 2 Lain : tambal ban 1, asesoris 1 2 Dusun

Pendem

1 2 1 -

3 Dusun Gogik 1 3 1 1 Tambal ban

4 Dusun Temu 1 2 1 -

5 Dusun Kudusan

1 1 1 -

6 Dusun Kembangan

1 1 1 -

*) sumber : Data Primer Penelitian

Melihat dari data tersebut tampak bahwa Dusun Sawit merupakan tempat yang memiliki usaha yang paling banyak dibandingkan dusun – dusun Lainnya. Sedangkan di Dusun lain kebanyakan kurang lebih hampir sama. Usaha kebanyakan terdapat di Dusun Sawit ternyata disebabkan beberapa faktor, diantaranya yaitu:

a. Para pendaki lebih banyak yang melewati Dusun Sawit.

(4)

c. Jalur pendakian yang melewati Dusun Sawit lebih mudah jangkauannya daripada melewati tempat lain.

Kebanyakan dari mereka mempunyai tempat tinggal yang memang dekat dengan tempat istirahat dan penitipan kendaraan bermotor dari para pendaki yang datang.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Aspek Pasar dan Pemasaran

4.2.1.1. Permintaan dan Penawaran

Permintaan di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah permintaan yang muncul akibat adanya berbagai kebutuhan yang terjadi di Kawasan Wisata Gunung Andong. Permintaan ini berasal dari para wisatawan dan pendaki serta masyarakat sekitar yang memang sedang membutuhkan ketika mereka berada di Kawasan Wisata Gunung Andong. permintaan di Gunung Andong berupa kebutuhan makan dan minum, akomodasi dan tempat istirahat, MCK, souvenir, transportasi, porter atau pembawa tas dan barang – barang pendaki serta untuk penitipan kendaraan yang dibawa ketika

datang ke Kawasan ini. Para pendaki atau masyarakat akan datang langsung ke warung – warung atau ke tempat yang memang disediakan atau bisa menghubungi para petugas jaga dan juga pedagang secara langsung maupun via telepon maupun media internet yaitu grup di facebook.

(5)

ini juga diakibatkan karena adanya permintaan dan juga peluang karena adanya kebutuhan yang muncul dari para wisatawan dan pendaki yang datang dan juga masyarakat yang juga membutuhkan kebutuhan – kebutuhan tertentu. Penawaran di Kawasan Gunung Andong berupa penawaran untuk kebutuhan akomodasi, makan dan minum, istirahat, toilet dan masjid, souvenir, ojek, penitipan kendaraan, penitipan helm dan porter. Segala bentuk penawaran disediakan di Kawasan ini 24 jam kecuali untuk kebutuhan makan dan minum yang buka tergantung banyak sedikitnya pendatang yaitu wisatawan dan pendaki. Penawaran dalam bentuk makan dan minum serta istirahat disediakan dalam bentuk warung lesehan yang disitu akan ada etalase atau meja yang diatasnya disediakan aneka minuman dan cemilan, souvenir sedangkan untuk makanan lain di sediakan tulisan yang pembeli tinggal pesan kepada pedagang, untuk penitipan kendaraan, masjid, MCK, penitipan helm di tempat ini disediakan lahan dan tempat yang memang untuk keperluan tersebut, sedangkan kebutuhan ojek dan porter yaitu dengan meminta kepada petugas jaga atau warga yang berada di sekitar kawasan ini.

4.2.1.2. Produk dan harga

(6)

dan tempat istirahat para pendaki. Produk produk yang diperjualbelikan berupa barang jadi dan barang setengah jadi yang diolah para pedagang di Kawasan ini. Sedangkan harga di sini adalah harga yang dicantumkan dari produk produk di Kawasan Wisata Gunung Andong. Jenis produk yang berbeda juga mempunyai harga yang berbeda pula. Harga untuk penitipan kendaraan bermotor, makanan dan minuman, souvenir, penitipan helm merupakan harga yang tetap tidak bisa ditawar, namun ada juga untuk jasa seperti ojek, porter maupun jasa lain tergantung bagaimana kesepakatan dari kegiatan tawar menawarnya. Untuk lebih jelasnya produk apa saja yang disediakan dan harganya terdapat dalam lampiran 1.

4.2.1.3. Strategi Penjualan dan Promosi

(7)

warungnya. Selain itu para pedagang yang berjualan biasanya menggunakan promosi dengan menawarkannya secara langsung untuk beristirahat di tempat usahanya.

4.2.1.4. Distribusi

Kegiatan Distribusi di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah kegiatan yang dilakukan para pedagang untuk memenuhi kebutuhan produk yang dibutuhkan untuk dijual kembali kepada konsumen yaitu para wisatawan, pendaki dan juga warga yang membutuhkan. Kegiatan ini terjadi ketika para pedagang membeli produk yang akan dijual dari para grosir atau juga produsen di pasar – pasar terdekat ketika hari - hari pasaran jawa (pon, wage, kliwon, legi, paing). Produk yang dibeli juga produk yang kira – kira habis atau hampir habis, jadi produk yang dibeli tidak menentu tergantung kebutuhan. Jadi dapat dikatakan juga bahwa pedagang di Gunung Andong bukan merupakan produsen namun hanya pelantara antara produsen dan konsumen akhir. Namun demikian, ada beberapa pedagang yang membeli bahan mentah kemudian mengolahnya kembali menjadi barang jadi dalam bentuk makanan siap saji seperti soto, nasi rames, dan juga minuman jus buah.

(8)

Bagan 4.1. Rantai Distribusi Pedagang di Kawasan Gunung Andong. Berdasarkan bagan tersebut dijelaskan bahwa pedagang di Kawasan Gunung Andong membeli produk langsung kepada produsen maupun lewat penjual grosir. Produk yang dijual ada yang langsung dijual kembali tetapi ada pula produk yang diolah oleh para pedagang baru kemudian dijual kepada konsumen akhir.

4.2.2.Aspek Manajemen dan Sumber daya Manusia (SDM)

Aspek Manajemen dan SDM di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah segala tata kelola dan juga orang yang mengelola di Kawasan Wisata Gunung Andong. Pengelolaan di Kawasan Gunung Andong di kerjakan oleh masyarakat di kawasan tersebut yaitu warga yang tinggal di dusun - dusun tempat basecamp didirikan. Untuk jaga parkir dan basecampnya dibuat sistem pergantian jaga oleh para remaja dengan sistem upah. Waktu untuk jaga dibagi menjadi dua yaitu jaga siang dan jaga malam. Untuk basecamp Sawit para remaja yang menjaga akan diberikan upah Rp 20.000 per 1 kali jaga. Sedangkan untuk hari jumat sore dan

Konsumen Akhir Pedagang di

Kawasan Gunung Andong Produsen

Penjual Grosir 1, 2, 3....

- Menjual secara langsung

- Mengolah kembali

(9)

sabtu sore para orang tua biasanya akan ikut keluar untuk ikut jaga di basecamp dan biasanya diberikan upah antara Rp 10.000 sampai dengan Rp 20.000 per malam. Tugas dari para penjaga yaitu memastikan wisatawan yang datang membayar tiket masuk yaitu sebesar Rp 10.000 per motor dan Rp 15.000 per mobil dan juga memastikan bahwa kendaaraan yang dibawa oleh wisatawan diletakkan ditempat yang sudah disediakan dan dalam kondisi yang baik – baik saja.

Sedangkan untuk para pedagang yang membuka usaha di Kawasan Wisata Gunung Andong usaha tersebut dijalankan oleh pemilik sendiri dan juga keluarga serta sanak saudara dari pemilik usaha tersebut. Ketika ramai yang datang maka pemilik akan dibantu juga oleh kerabat pemilik tersebut, namun ketika sepi maka warung akan dijaga oleh keluarga pemilik usaha itu sendiri. Pedagang akan menunggu di tempat usahanya dan akan melayani bagi siapa saja yang akan membeli produk dari pedagang tersebut. Untuk usaha dagang para warga di Kawasan Wisata Gunung Andong tidak ada manajemen penggajian. Hasil yang diterima dari hasil penjualan selain untuk membeli keperluan penjualan sebagian akan digunakan untuk kebutuhan bersama masing – masing pedagang.

(10)

4.2.3.Aspek Hukum

Aspek hukum di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah aturan yang dipakai dalam mengelola usaha baik oleh pengelola usaha maupun oleh para pedagang. Secara umum usaha yang dijalankan yaitu dengan membuka basecamp sebagai tempat registrasi untuk naik ke Gunung Andong dan tempat menitipkan kendaraan bermotor merupakan organisasi yang diselenggarakan oleh warga masyarakat yang diketahui pola oleh perangkat dusun, perangkat desa, dan dinas dinas lain seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

(11)

4.2.4.Aspek Sosial

Aspek Sosial di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah dampak yang disebabkan dengan adanya usaha oleh masyarakat baik usaha basecamp, usaha dagang maupun dari wisatawan yang dilihat secara sosial kemasyarakatan.

Keberadaan pedagang di kawasan Gunung Andong membawa pengaruh positif kepada masyarakat dan juga wisatawan yang datang ke Gunung Andong. Dari segi pedagang, pedagang sendiri merupakan warga di sekitar Gunung Andong dan dengan adanya warga yang berjualan tersebut maka muncul lapangan kerja baru bagi warga. Selain itu dengan menjadi pedagang maka warga dilatih untuk berani berbicara kepada wisatawan yang tidak hanya dari wisatawan lokal tetapi terdapat juga wisatawan dari daerah – daerah lain yang tidak menggunakan bahasa setempat (jawa) sehingga para pedagang dituntut untuk bisa berbahasa Indonesia dengan fasih untuk melayani konsumen.

Usaha basecamp yang merupakan usaha milik masyarakat, selain dengan munculnya pedagang menjadikan kebutuhan warga terpenuhi, dengan adanya usaha basecamp di Kawasan Gunung Andong membuat setiap harinya terutama disekitaran basecamp dan ditempat – tempat warga yang berjualan bisa menjadi tempat kumpul warga untuk saling bersilaturahmi, berbincang – bincang dan juga memberikan suasana baru bagi warga masyarakat di sekitar Kawasan Wisata Gunung Andong.

(12)

kebutuhan baik konsumsi dan kebutuhan lain. Selain itu karena adanya interaksi antara warga setempat dengan para wisatawan membuat wisatawan menjadi mengetahui bagaimana kearifan lokal yang ada di Kawasan Wisata Gunung Andong dan sekitarnya.

4.2.5.Aspek Dampak Lingkungan

Aspek dampak Lingkungan di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah dampak dengan adanya usaha oleh masyarakat di Kawasan Wisata Gunung Andong. Dampak lingkungan dengan adanya usaha ini dibagi menjadi dua yaitu dampak negatif dan dampak positif, yaitu:

a. Dampak positif

Dengan didirikannya usaha di Kawasan Gunung Andong membuat banyak pendirian bangunan usaha dagang oleh para warga. Lingkungan yang sebelumnya sepi, kurang rapi dan terkesan kurang terurus menjadi tertata dengan baik, karena para pedagang berusaha agar menarik perhatian wisatawan yang lewat. Tempat – tempat pembuangan sampah juga dibuat di samping jalan untuk menyediakan sebagai tempat pembuangan limbah para wisatawan yang datang. Selain itu akses jalan untuk ke Gunung Andong menjadi diperbaiki karena perhatian pemerintah terhadap Gunung Andong menjadi meningkat karena menjadi daerah tujuan wisatawan.

b. Dampak Negatif

(13)

tumpukan sampah di tempat – tempat tertentu dan juga sampah yang berserakan di sepanjang jalan di kawasan ini. Sampah – sampah ini kebanyakan merupakan sampah plastik dan botol – botol plastik yang tidak bisa terurai sehingga menyebabkan pemandangan di Kawasan Gunung Andong kurang enak dipandang mata. Meski begitu masih terdapat inisiatif warga dan pendaki yang mengumpulkan sampah dan membuangnya di tempat yang sudah disediakan.

4.2.6. Aspek teknik dan teknologi 4.2.6.1. Lokasi Usaha

Lokasi Usaha di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah lokasi dari usaha dagang oleh para warga yang berada di kawasan ini. Lokasi usaha ini berada disepanjang jalan antara basecamp dengan kaki gunung di Kawasan Gunung Andong dimana wisatawan memang melewati di depan para pedagang tersebut berjualan. Beberapa warga berdagang di depan rumah mereka sendiri dan sebagian lain mendirikan usaha di tanah tegalan milik para pedagang tersebut.

4.2.6.2. Bahan Baku

(14)

a. Pasar Tradisional Ngablak sekitar 3 km dari Kawasan Gunung Andong yang ada pada hari paing dan wage.

b. Pasar tradisional Grabag sekitar 8 km dari kawasan Gunung Andong yang setiap hari pasar tersebut ada.

c. Pasar tradisional Kaponan sekitar 9 km dari kawasan Gunung Andong yang ada ketika hari legi dan pon.

Selain membeli barang jadi dari pasar, para pedagang juga membeli barang setengah jadi seperti buah - buahan, bumbu, dan bahan lain kemudian mengolahnya menjadi makanan dan atau minuman jadi.

4.2.6.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah tenaga yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha dagang. dalam menjalankan usahanya, pemilik sendiri dan keluarga si pemilik yang menjadi tenaga kerja. Tenaga kerja ini selain dibutuhkan untuk menjaga warung setiap harinya, tenaga kerja ini juga untuk hari tertentu harus belanja ke pasar untuk membeli segala keperluan dagang masing – masing pedagang.

4.2.6.4. Teknologi

(15)

modern seperti kulkas dalam proses jual beli. Selain itu proses jual beli masih menggunakan alat tradisional yaitu dilayani tenaga kerja orang itu sendiri.

4.2.6.5. Layout

Kawasan Gunung andong terutama dikaki gunung dikelilingi berbagai usaha yang dijalankan oleh para warga masyarakatnya. Sehingga untuk mengetahui layout dari para pedagang harus dilihat secara keseluruhan. Secara rinci layout dari usaha dagang di kawasan Gunung Andong terdapat pada lampiran 3.

4.2.7. Aspek Finansial

4.2.7.1. Kebutuhan dana dan Sumber dana

Kebutuhan dana usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh para pengusaha yang menjalankan usahanya dimulai dari membangun usahanya sampai kebutuhan dana untuk operasional. Kebutuhan dana yang dibutuhkan oleh pedagang bermacam – macam tergantung skala dari usaha itu sendiri. Terutama dalam dana untuk mendirikan usaha dan proses dari usaha dari para pedagang. Usaha yang dijalankan oleh warga ini juga masih sangat tradisional dan menggunakan manajemen sederhana.

(16)

Dari data tersebut menunjukan bahwa bapak Wahid menyiapkan modal yang paling besar untuk usahanya yaitu sebesar Rp 8.000.000, sedangkan bapak Takim menyiapkan modal yang paling sedikit yaitu Rp 1.000.000.

Sumber dana usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah asal usul dana yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha. Sumber dana yang digunakan oleh pedagang ini seluruhnya adalah berasal dari modal sendiri, dari keluarga atau juga sanak saudara. Para pedagang tidak ada yang mencari modal dengan meminjam dari bank atau lembaga tertentu. Apabila meminjam maka pinjaman tersebut berasal dari sanak keluarga dan saudara dari para pedagang itu sendiri.

4.2.7.2. Biaya

Tabel 4.2. Kebutuhan Dana Usaha Dagang di Kawasan Gunung Andong *)

No Nama Pedagang investasi Awal Biaya Aktiva modal kerja 1

(17)

Biaya dalam usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang ketika menjalankan usaha. Biaya ini adalah untuk kegiatan operasional yaitu biaya bahan untuk membeli produk dari pasar, biaya transportasi, biaya listrik dan biaya lain – lain.

Tabel 4.3. Komponen Biaya Para Pedagang di Kawasan Wisata Gunung Andong *)

No Nama

Pedagang Belanja transportasi listrik lain – lain

1 Handoko Rp *) Sumber : Data Primer Penelitian

4.2.7.3. Manfaat

(18)

Tabel 4.4. Pendapatan Usaha Dagang

Di Kawasan Wisata Gunung Andong dalam satu bulan *)

No Nama Pedagang Jumlah Pendapatan

1 Handoko Rp 3.500.000 2 Wahid Rp 9.000.000 3 Umi Rp 5.000.000 4 Nurjanah Rp 4.000.000 5 Takim Rp 2.000.000 6 Eni Rp 3.500.000 *) Sumber : Data Primer Penelitian

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa Bapak Wahid memperoleh pendapatan yang paling banyak dalam satu bulannya yaitu mencapai Rp 9.000.000, sedangkan pendapatan terendah adalah Bapak Takim yaitu Rp 2.000.000.

Setelah dikurangi dengan biaya – biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan, ditemukan laba bersih dari usaha dalam satu bulan. Data tersebut disajikan pada tabel 4.5. berikut:

*) sumber : Data Primer Penelitian

Tabel 4.5. Pendapatan Bersih usaha Dagang

Di kawasan Wisata Gunung Andong Dalam Satu Bulan*)

No Nama Pedagang Pendapatan bersih

1 Handoko Rp870.000

2 Wahid Rp2.800.000

3 Umi Rp1.830.000

4 Nurjanah Rp1.350.000

5 Takim Rp860.000

(19)

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa laba paling banyak diperoleh oleh Bapak Wahid dengan sekitar Rp 2.800.000 untuk setiap bulannya, sedangkan paling sedikit yaitu Bapak Takim yang sekitar Rp 860.000. kebanyakan Laba tersebut digunakan pedagang untuk menambah modal dan sebagian digunakan untuk kebutuhan sehari – hari.

4.2.7.4. Hasil Analisis

Perhitungan kelayakan finansial ini diperoleh dari data hasil pengurangan antara aliran manfaat dengan aliran biaya. Adapun perhitungan kelayakan finansial usaha dagang di Kawasan Gunung Andong adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan dari kelayakan usaha meliputi ARR, IRR, PP dan IP diperoleh dari hasil pengurangan antara kas manfaat dan kas biaya. Sedangkan untuk perhitungan payback periode tidak dijadikan hasil untuk menentukan layak tidaknya usaha akan tetapi sebagai jangka waktu pengembalian investasi. Untuk NPV juga tidak dapat diperhitungkan karena perhitungan usaha dagang ini masih sederhana tidak ada diskonto yang ditetapkan oleh pedagang sehingga dapat diketahui bahwa NPV adalah 0. Adapun hasil analisisnya terdapat pada tabel berikut:

a. Payback Periode

(20)

lampiran 4. Hasil dari perhitungan tersebut disajikan pada tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Hasil Analisis Payback Periode pedagang di Kawasan Wisata Gunung Andong *)

No Nama Pedagang Payback Periode/ Hari

1 Handoko 13

2 Wahid 27

3 Umi 12

4 Nurjanah 19

5 Takim 15

6 Eni 17 *) Sumber : Data Primer Penelitian

Berdasarkan tabel tersebut maka jangka waktu pengembalian investasi antara pedagang satu dengan yang lainnya berbeda beda. Ibu Umi mempunyai jangka pengembalian investasi yang paling cepat karena hanya dengan waktu 12 hari sudah memperoleh pendapatan yang senilai dengan modal awal investasi. Sedangkan Bapak Wahid mempunyai jangka waktu pengembalian paling lama yaitu 27 hari untuk memperoleh modal investasi awal kembali. Dalam memperoleh jangka waktu pengembalian awal, para pengusaha tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.

b. Average Rate of Return (ARR)

Analisis dengan menghitung tingkat pengembalian investasi yang dihitung dengan mengambil arus kas masuk dan membaginya dengan jumlah tahun dalam kehidupan investasi.

(21)

Rata – rata EAT : Rata rata Investasi X 100%

Dari rumus berikut maka dapat disajikan dengan tabel 4.7. sebagai berikut:

Tabel 4.7. Average Rate of Return (ARR) usaha Dagang

di Kawasan Wisata Gunung Andong *)

No Nama Pedagang

Rata Rata

pendapatan Rata rata Investasi ARR (%)

1 Handoko Rp870.000 Rp2.630.000 33

2 Wahid Rp2.800.000 Rp9.000.000 31

3 Umi Rp1.830.000 Rp5.000.000 37

4 Nurjanah Rp1.350.000 Rp4.000.000 34

5 Takim Rp860.000 Rp2.000.000 43

6 Eni Rp1.370.000 Rp3.500.000 39 *) Sumber : Data Primer Penelitian

Dari tabel tersebut menggambarkan bahwa kegiatan usaha dari seluruh pedagang adalah layak untuk dilanjutkan karena mempunyai ARR yang paling rendah yaitu Bapak Wahid yaitu 31 %, sedangkan ARR paling tinggi yaitu bapak Takim yaitu 43 %.

Jika ARR dibawah 0% maka dikatakan usaha tersebut menimbulkan kerugian, jika ARR sama dengan 0% maka usaha tersebut impas, jika ARR lebih dari 0% maka usaha tersebut dapat dikategorikan layak.

Pada usaha dagang di Kawasan Wisata Gunung Andong ARR paling rendah adalah 31 % atau lebih dari 0 % . sehingga usaha dagang yang dijalankan di Kawasan Wisata Gunung Andong layak.

Gambar

Tabel 4.1. Jumlah Usaha Di Kawasan Wisata Gunung Andong 2016 *)
Tabel 4.2. Kebutuhan Dana Usaha Dagang di Kawasan Gunung Andong *)
Tabel 4.3. Komponen Biaya Para Pedagang
Tabel 4.4.  Pendapatan Usaha Dagang
+3

Referensi

Dokumen terkait

bahawa Ijarah muntahiyah bi tamlik adalah selaras dengan Syariah sekiranya ia menetapi beberapa syarat yang telah ditetapkan antaranya ialah aktiviti. sewaan

MEDIA PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA PERANCIS TINGKAT DASAR DALAM BENTUK CD-ROM MULTIMEDIA INTERAKTIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sejak beroperasinya produk gadai emas (rahn) di Bank Jabar Banten Syariah sampai sekarang mempunyai perkembangan yang sangat signifikan, data akhir tahun 2012. Bank Jabar

penelitian Suprijatna dan Natawihardja, (2004) menggunakan ayam ras petelur saat memasuki periode awal bertelur dengan level protein dan kalsium berbeda yaitu kalsium

Penyelenggaraan kekuasaan Negara dalam era otonomi daerah memiliki makna bahwa aparatur pemerintah pusat melimpahkan wewenang baik dalam aspek politik (pengambilan

peranan yang sangat menentukan bagi sebuah perusahaan yang melakukan emisi efek melalui Pasar modal kepada masyarakat luas. bank

Tahapan ketiga dari proses optimalisasi penataan aset/barang milik pemerintah dan pemerintah daerah, maka sehubungan dengan hal tersebut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Namun pada umumnya peternak memberi ransum dengan kandungan protein dan kalsium yang rendah maka akan berdampak pada pertumbuhan dan produksi telur yang tidak