• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Kepolisian RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian Kepolisian RI "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tinjauan Umum Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 1. Pengertian Kepolisian

Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2002 pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan Kepolisan adalah segala hal ihwal yang

berkaitan dengan fungsi yang berkaitandengan lembaga polisi sesuai peraturan perundang undangan. Pasal 1 ayat (2) memberikan gambaran bahwa Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Pegawai Negri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Polisi dalam bahasa Romawi, berasal dari kata “politiea” yang berarti seluruh pemerintahan negara kota yang kemudian perkembangannya diberbagai sendi kehidupan masyarakat. Kepolisian mempunyai fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan pengayoman dan

pelayanan kepada masyarakat. Keberadaan Kepolisan Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dalam melaksanakan fungsi dan peranan kepolisan agar lebih

profesional,memudahkan dalam kordinasi maka dibentuklah susunan organisasi tata kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia. Menurut Undang Undang Negara RepublikIndonesia No.2 Tahun 2002:

Pasal 8 ayat ( 1): KepolisianNegara RepublikIndonesiaberada dibawah PresidenPasal 8 ayat (2): Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab kepada presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 9 ayat (1): Kapolri menetapkan, menyelenggarakan dan mengendalikan kebijakan teknis kepolisian; Pasal 9 ayat (2): Kapolri memimpin Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab atas:

(2)

2. Tugas dan Kewenangan Kepolisian

Undang Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2002Tentang Kepolisian padaBab III Tentang Tugas dan Wewenang Kepolisian pada Pasal 13 adalah :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum; dan

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat.

Pasal 14 ayat (1): Dalam melaksanakantugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisan Negara Republik Indonesia bertugas:

a. Melaksanakanpengaturan,penjagaan,pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan raya;

c. Membina masyarakatuntuk meningkatkan partisipasi masyarakat, hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisiankhusus, penyidik pegawai negri sipil, dan bentuk bentuk pengaman swakarsa;

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang undangan lainnya;

h. Menyelenggaraka nidentifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

(3)

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. Melayanikepentingan wargamasyarakatuntuksementarasebelum ditangani oleh instansi dan/ atau pihak yang berwenang;

k. Memberikan pelayanan kepada masyrakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) : Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Pasal 15 ayat (1) : Dalam rangka menyelenggarakan tugas

sebagaimana dimaksud Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang :

a. Menerima laporan dan / atau pengaduan

b. Membantumenyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangguketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuandan kesatuan bangsa;

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administrasi kepolisian;

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalamrangkaPencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. Mencari keterangan dan barang bukti;

j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional;

(4)

l. Memberikan bantuanpengamanan dalam sidang danpelaksanaan putusanpengadilan, kegiatan instansi lain serta kegiatan

masyarakat;

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu; Ayat (2): Kepolisan Negara Republik Indonesia sesuai denganperaturan perundang undangan lainnya berwenang :

a. Memberi izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatanmasyarakat lainnya;

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha dibidang jasa pengamanan;

g. Memberikan petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian khusus dan bertugaspengamanan swakarsa dalam bidangteknis kepolisian;

h. Melakukan kerjasama dengan kepolisan negara lain dalam menyidik dan memberantaskejahatan internasional;

i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian

internasional;

k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Pada Pasal 16 ayat (1): Dalam rangka menyelenggarakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana Kepolisian Negara Republik Indonesiaberwenang untuk :

(5)

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan mengahadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. Menyuruh berhentiorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahliyangdiperlukandalam hubunganyadengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukanpermintaan secaralangsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempatpemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untukatau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

k. Memberi petunjukdan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negri sipil serta menerimahasil penyidikan pegawai negrisipil untuk diserahkan kepada Penuntut Umum; dan

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab. Ayat (2) : Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf ladalahtindakan penyelidikan dan penyidikanyang

dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;

c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

(6)

e. Menghormati hak asasi manusia.

Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan diskresi dibidang yudisial yang tertuang dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa “Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat

bertindak menurut penilaiannya sendiri”. Dalam penelitian ini landasan yuridis pelaksanaan diversi dapat digunakan dalam perkara anak yang berhadapan dengan hukum.

Diskresi dalam Black Law Dictionary berasal dari bahasa Belanda “Discretionair” yang berarti kebijaksanaan dalam halnya memutuskan sesuatu tindakan berdasarkan ketentuan-katentuan peraturan, Undang-undang atau hukum yang berlaku tetapi atas dasar kebijaksanaan, pertimbangan atau keadilan.1

Menurut kamus hukum yang disusun oleh J.C.T Simorangkir diskresi diartikan sebagai kebebasan mengambil keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri. 2

3. Penyidikan

a. Pengertian Penyidikan Berdasarkan KUHAP

Sebelum suatu penyidikan dimulai, terlebih dahulu perlu ditentukan gelar perkara secara cermat berdasarkan segala data dan fakta yang diperoleh dari hasil penyelidikan bahwa suatu persitiwa yang semula diduga sebagai suatu tindak pidana yang terjadi itu dapat dilakukan penyidikan.

Pelaksanaan tugas-tugas penyidikan ditangani oleh pejabat penyidik atau penyidik pembantu, sesuai dengan kewenangannya masing-masing sebagai mana diatur dalam Buku Bab II Pasal ayat 1 dan Pasal 11 KUHAP.

Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan

penyidik adalah pejabat polisi Negara atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang

diberi wewenang khusus oleh Undang-Undangan untuk melakukaan penyelidikan

1 Puspa, Yan Pramadya. 1977. Kamus Hukum. Aneka Ilmu. Semarang, hlm 91

(7)

Polisi dalam melakukan tugasnya sebagaimana diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14

Undang-Undang kepolisian, juga sebagai pengak hukum dan juga mempunyai

wewenang dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut Berdasarkan Pasal 5 ayat 1

KUHAP menyebutkan bahwa polisi sebagai penegak hukum sebagai berikut :

1) Penyidik karena kewajibannya mempunyai wewenang yaitu : a) Menerima laporan;

b) Mencari keterangan dan barang bukti;

c) Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa

tanda pengenal diri;

d) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab; 2) Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :

a) Penagkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan; b) Pemeriksaan dan penyitaan surat;

c) Mengambil sidik jari dan memotret seorang; d) Membawa dan menghadap seorang pada penyidik;

Berdasarkan Pasal 7 ayat 1 KUHAP menyebutkan bahwa penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a KUHAP karena kewajibannya mempunyai wewenang :

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang tindak pidana; 2) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

3) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; 4) Melakukan pengangkapan , penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; 6) Mengambil sidik jari dan memotret seorang;

7) Mengambil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; b. Penyidikan Menurut Undang-Undang Sistem Peradilan Anak UU No. 11 Tahun 2012

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak mengatur tentang sistem peradilan Anak di Indonesia, yang berisi 108 Pasal. Sistem Peradilan pidana anak adalah proses

(8)

Dalam UU No. 11 Tahun 2012, disebutkan mengenai asas peradilan anak yang meliputi: kepentingan terbaik bagi Anak; penghargaan terhadap pendapat Anak; kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak; pembinaan dan pembimbingan Anak;

perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir; dan penghindaran pembalasan.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan anak, Pasal 3, juga mengatur mengenai hak setiap anak dalam proses peradilan pidana, antara lain :

1) Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan

umurnya,

2) Dipisahkan dari orang dewasa,

3) Melakukan kegiatan rekreasional,

4) Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya,

5) Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup, dan

6) Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat.

(9)

kemerdekaan; mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, dan menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.

4. Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA)

Semakin kompleks dan meningkatnya tindak pidana terhadap perempuan dan anak serta untuk memberikan pelayanan, dalam bentuk perlindungan terhadap korban dan penegakan hukum kepada pelaku, maka Kapolri mempertimbangkan untuk perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Unit Pelayanan Perempuan dan Anak.

Peraturan internal Kepolisian berupa Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Uni Pelayanan Perempuan dan Anak (Unit PPA) Di Lingkungkan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dijadikan landasan dan pedoman pelaksanaan tugas Unit PPA di seluruh Polda dan Polres/ Polresta se-Indonesia.

Pasal 1 ayat (1) Perkapolri No. 10 Tahun 2007 menyatakan: Unit Pelayanan Perempuan dan Anak yang selanjutnya disingkat unit PPA adalah Unit yang bertugas memberikan pelayanan, dalam bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum terhadap pelaku.

Pasal 2 Perkapolri No. 10 Tahun 2007 menyatakan “Unit PPA adalah unsur pelayanan dan pelaksana staf yang berkedudukan di bawah Dir l/Kam dan Trannas Bareskrim Polri, Kasat Opsnal Dit Reskrim Um Polda Metro Jaya, Kasat Opsnal Dit Reskrim Polda dan Kasat Reskrim Polres”. Kemudian mengenai tugasnya diatur dalam Pasal 3 Unit PPA bertugas memberikan pelayanan, dalam bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum terhadap pelakunya.

Dalam menjalankan tugas sesuai Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Unit PPA menyelenggarakan fungsi: Penyelenggaraan pelayanan dan perlindungan hukum; Penyelenggaraan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana; Penyelenggaraan kerja sama dan koordinasi dengan instansi terkait.

Pembagian tugas dan tanggung jawab unit PPA, diatur dalam Pasal 6, yaitu :

(10)

korban kejahatan dan penegakan hukum terhadap pelakunya, dilaksanakan di Ruang Pelayanan Khusus, disingkat RPK.

b. Kerja sama dan koordinasi dengan lembaga pemerintah, non pemerintah dan pihak lainnya dalam rangka perlindungan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum terhadap pelakunya.

c. Lingkup tugas Unit PPA meliputi tindak pidana terhadap perempuan dan anak, yaitu; perdagangan orang (human trafficking), penyelundupan manusia (people smuggling),

kekerasan (secara umum maupun dalam rumah tangga), susila (perkosaan, pelecehan, cabul), vice (perjudian dan prostitusi), adopsi ilegal, pornografi dan pornoaksi, money laundering dari hasil kejahatan tersebut di atas, masalah perlindungan anak (sebagai korban/tersangka), perlindungan korban, saksi, keluarga dan teman serta kasus-kasus lain dimana pelakunya adalah perempuan dan anak.

d. Dalam pelaksanaan tugasnya Kanit PPA bertanggung jawab kepada :

1). di tingkat Mabes Polri kepada Dir I/ Kamtrannas Bareskrim Polri;

2). di tingkat Polda Metro Jaya kepada Kasat Opsnal Dit Reskrimum Polda Metro Jaya;

3). di tingkat Polda kepada Kasat Opsnal Dit Reskrim Polda ; 4). di tingkat Polres kepada Kasat Reskrim Polres3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian sebelumnya terlihat masih ada kekurangan dari instansi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, oleh karena itu penulis ingin mengembangkan

Aspek terpenting untuk mengetahui dampak suatu komunikasi pemasaran adalah pemahaman terhadap proses respon ( response process ) dari penerima yang mungkin mengarah pada

Judul Skripsi : Hubungan Antara Derajat Keparahan Akne Vulgaris dan Kualitas Hidup Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.. dengan ini menyatakan

Pada indikator variabel ke lima memutar sekrup makrometer pada saat melakukan mencari objek, dimana memutar makrometer saat melakukan pengamatan kerah belakang

Bencana alam dapat menyebabkan kondisi lingkungan yang merugikan seperti banjir atau angin kencang+ Kerusakan structural dari kejadian seperti gempa bumi dapat mengubah

[r]

Ketiga macam perkiraan waktu tersebut akan digunakan untuk menentukan waktu pelaksanaan suatu kegiatan yang disebut dengan Waktu Harapan (Wh) atau Expected Time dengan